بسم الله الرحمن الرحيم
Dalam bab ini, syekh Muhammad bin Abdil
Wahhab rahimahullah menyebutkan 2 ayat yang menunjukkan larangan berprasangka buruk terhadap Allah ‘azza
wajalla.
بسم الله الرحمن الرحيم
Dalam bab ini, syekh Muhammad bin Abdil
Wahhab rahimahullah menyebutkan 2 ayat yang menunjukkan larangan berprasangka buruk terhadap Allah ‘azza
wajalla.
بسم الله الرحمن
الرحيم
Imam
Bukhari rahimahullah berkata:
"بَابُ العَمَلِ
الَّذِي يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ"
“Bab:
Amalan yang diniati mencari wajah Allah ta’aalaa”
بسم الله الرحمن الرحيم
Diantara
udzur yang membolehkah untuk tidak shalat berjama’ah di mesjid:
1.
Rasa takut terhadap bahaya yang akan menimpa dirinya,
keluarga atau hartanya.
Seperti menjaga orang sakit yang tidak bisa
ditinggal. Allah ‘azza wajalla berfirman:
{وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ
حَرَجٍ} [الحج: 78]
Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan
untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. [Al-Hajj:78]
بسم الله الرحمن الرحيم
Dalam bab ini, syekh Muhammad bin Abdil
Wahhab rahimahullah menyebutkan 1 hadits yang menunjukkan larangan mencaci-maki angin.
Diriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab radhiyallahu
‘anhu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
"لاَ تَسُبُّوْا الرِّيْحَ، وَإِذَا
رَأَيْتُمْ مَا تَكْرَهُوْنَ فَقُوْلُوْا: اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنْ
خَيْرِ هَذِهِ الرِّيْحِ، وَخَيْرِ مَا فِيْهَا، وَخَيْرِ مَا أُمِرَتْ،
وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ هَذِهِ الرِّيْحِ، وَشَرِّ مَا فِيْهَا، وَشَرِّ مَا
أُمِرَتْ بِهِ"
“Janganlah kamu mencaci maki angin. Apabila
kamu melihat suatu hal yang tidak menyenangkan, maka berdoalah: “Ya Allah,
sesungguhnya kami memohon kepada-Mu kebaikan angin ini, dan kebaikan apa yang
ada di dalamnya, dan kebaikan yang untuknya diperintahkan, dan kami
berlindung kepada-Mu dari keburukan angin ini, dan keburukan yang ada di
dalamnya, dan keburukan yang untuknya diperintahkan. ” [Sunan Tirmidziy,
dan hadits ini ia nyatakan shahih]
بسم الله الرحمن الرحيم
Sa'ad bin Abu Waqash radhiallahu'anhu
berkata;
عَادَنِي
النَّبِيُّ ﷺ عَامَ حَجَّةِ
الوَدَاعِ مِنْ مَرَضٍ أَشْفَيْتُ مِنْهُ عَلَى المَوْتِ، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ، بَلَغَ بِي مِنَ الوَجَعِ مَا تَرَى، وَأَنَا ذُو مَالٍ، وَلاَ يَرِثُنِي
إِلَّا ابْنَةٌ لِي وَاحِدَةٌ، أَفَأَتَصَدَّقُ بِثُلُثَيْ مَالِي؟ قَالَ: «لاَ»،
قَالَ: فَأَتَصَدَّقُ بِشَطْرِهِ؟ قَالَ: «الثُّلُثُ يَا سَعْدُ، وَالثُّلُثُ
كَثِيرٌ، إِنَّكَ أَنْ تَذَرَ ذُرِّيَّتَكَ أَغْنِيَاءَ، خَيْرٌ مِنْ أَنْ
تَذَرَهُمْ عَالَةً يَتَكَفَّفُونَ النَّاسَ وَلَسْتَ بِنَافِقٍ نَفَقَةً
تَبْتَغِي بِهَا وَجْهَ اللَّهِ، إِلَّا آجَرَكَ اللَّهُ بِهَا حَتَّى اللُّقْمَةَ
تَجْعَلُهَا فِي فِي امْرَأَتِكَ» قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أُخَلَّفُ بَعْدَ
أَصْحَابِي؟ قَالَ: «إِنَّكَ لَنْ تُخَلَّفَ فَتَعْمَلَ عَمَلًا تَبْتَغِي بِهَا
وَجْهَ اللَّهِ إِلَّا ازْدَدْتَ بِهِ دَرَجَةً وَرِفْعَةً، وَلَعَلَّكَ تُخَلَّفُ
حَتَّى يَنْتَفِعَ بِكَ أَقْوَامٌ، وَيُضَرَّ بِكَ آخَرُونَ، اللَّهُمَّ أَمْضِ
لِأَصْحَابِي هِجْرَتَهُمْ، وَلاَ تَرُدَّهُمْ عَلَى أَعْقَابِهِمْ، لَكِنِ
البَائِسُ سَعْدُ ابْنُ خَوْلَةَ». يَرْثِي لَهُ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ أَنْ تُوُفِّيَ بِمَكَّةَ
بسم الله الرحمن
الرحيم
Imam
Bukhari rahimahullah berkata:
بَابُ مَنْ بَلَغَ سِتِّينَ سَنَةً،
فَقَدْ أَعْذَرَ اللَّهُ إِلَيْهِ فِي العُمُرِ
"Bab: Siapa yang telah mencapai usia
enam puluh tahun, maka Allah telah memberikan kesempatan kepadanya"
بسم الله الرحمن الرحيم
Dalam bab ini, syekh Muhammad bin Abdil
Wahhab rahimahullah menyebutkan 2 ayat dan 1 hadits yang menunjukkan larangan mengucapkan kata “seandainya”
sebagai bentuk penginkaran terhadap ketetapan Allah ‘azza wajalla.
بسم الله الرحمن الرحيم
Dari Abu Rib’I Handzalah bin Ar-Rabi’
Al-Usayyidiy Al-Katib radhiyallahu 'anhu berkata:
لَقِيَنِي أَبُو بَكْرٍ، فَقَالَ: كَيْفَ أَنْتَ؟ يَا حَنْظَلَةُ
قَالَ: قُلْتُ: نَافَقَ حَنْظَلَةُ، قَالَ: سُبْحَانَ اللهِ مَا تَقُولُ؟ قَالَ:
قُلْتُ: نَكُونُ عِنْدَ رَسُولِ اللهِ ﷺ، يُذَكِّرُنَا بِالنَّارِ وَالْجَنَّةِ،
حَتَّى كَأَنَّا رَأْيُ عَيْنٍ، فَإِذَا خَرَجْنَا مِنْ عِنْدِ رَسُولِ اللهِ ﷺ،
عَافَسْنَا الْأَزْوَاجَ وَالْأَوْلَادَ وَالضَّيْعَاتِ، فَنَسِينَا كَثِيرًا،
قَالَ أَبُو بَكْرٍ: فَوَاللهِ إِنَّا لَنَلْقَى مِثْلَ هَذَا، فَانْطَلَقْتُ
أَنَا وَأَبُو بَكْرٍ، حَتَّى دَخَلْنَا عَلَى رَسُولِ اللهِ ﷺ، قُلْتُ: نَافَقَ
حَنْظَلَةُ، يَا رَسُولَ اللهِ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: «وَمَا
ذَاكَ؟» قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ نَكُونُ عِنْدَكَ،
تُذَكِّرُنَا بِالنَّارِ وَالْجَنَّةِ، حَتَّى كَأَنَّا رَأْيُ عَيْنٍ، فَإِذَا
خَرَجْنَا مِنْ عِنْدِكَ، عَافَسْنَا الْأَزْوَاجَ وَالْأَوْلَادَ وَالضَّيْعَاتِ،
نَسِينَا كَثِيرًا فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: «وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، إِنْ
لَوْ تَدُومُونَ عَلَى مَا تَكُونُونَ عِنْدِي، وَفِي الذِّكْرِ، لَصَافَحَتْكُمُ
الْمَلَائِكَةُ عَلَى فُرُشِكُمْ وَفِي طُرُقِكُمْ، وَلَكِنْ يَا حَنْظَلَةُ،
سَاعَةً وَسَاعَةً» ثَلَاثَ مَرَّاتٍ [صحيح مسلم]
بسم الله الرحمن
الرحيم
A. Bab 03.
Imam
Bukhari rahimahullah berkata:
بَابُ قَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ
سَبِيلٍ»
Bab: Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam: 'Jadilah kamu di dunia ini seakan-akan orang asing atau seorang
pengembara."
بسم الله الرحمن الرحيم
Keutamaan ahli
Al-Qur’an
Dari Anas
bin Malik radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
«إِنَّ
لِلَّهِ أَهْلِينَ مِنَ النَّاسِ» قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَنْ هُمْ؟
قَالَ: «هُمْ أَهْلُ الْقُرْآنِ، أَهْلُ اللَّهِ وَخَاصَّتُهُ»
“Sesungguhnya
Allah memeliki ahliin (wali) dari kalangan manusia”. Sahabat bertanya: Siapa
mereka, Ya Rasulullah? Rasulullah menjawab: “Mereka adalah ahli Al-Qur'an, mereka adalah ahli (wali) Allah dan orang khusus pilihan-Nya”. [Sunan Ibnu
Majah: Shahih]
بسم الله الرحمن الرحيم
Dari Abdullah bin Mas'ud radiyallahu
'anhu; Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«اسْتَحْيُوا مِنَ اللَّهِ حَقَّ الحَيَاءِ».
قَالَ: قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا نَسْتَحْيِي وَالحَمْدُ لِلَّهِ،
قَالَ: «لَيْسَ ذَاكَ، وَلَكِنَّ الِاسْتِحْيَاءَ مِنَ اللَّهِ حَقَّ الحَيَاءِ
أَنْ تَحْفَظَ الرَّأْسَ وَمَا وَعَى، وَالبَطْنَ وَمَا حَوَى، وَلْتَذْكُرِ
المَوْتَ وَالبِلَى، وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَةَ تَرَكَ زِينَةَ الدُّنْيَا، فَمَنْ
فَعَلَ ذَلِكَ فَقَدْ اسْتَحْيَا مِنَ اللَّهِ حَقَّ الحَيَاءِ» [سنن
الترمذي: حسن]
"Malulah kalian kepada Allah dengan sebanar-benarnya
malu".
Para sahabat menjawab: "Sesungguhnya kami
telah merasa malu, alhamdulullillah!"
Rasulullah berkata: "Bukan itu yang saya
maksud, akan tetapi rasa malu kepada Allah yang sebenar-benarnya adalah menjaga
kepala dan semua anggota badan yang ada padanya dari segala maksiat, menjaga
perut, isi dan anggota tubuh sekitarnya dari yang haram, mengingat mati dan
kepunahan, siapa yang menginginkan akhirat ia meninggalkan gemerlap dunia.
Barang siapa yang melakukan hal tersebut berarti ia telah merasa malu kepada
Allah dengan sebenar-benarnya". [Sunan Tirmidzi: Hasan]
بسم الله الرحمن الرحيم
Dari Abdullah
bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu; Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam-
bersabda:
«لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي
قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ، قَالَ رَجُلٌ: إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ
أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا، وَنَعْلُهُ حَسَنَةً؟ قَالَ: إِنَّ اللَّهَ
جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ، الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ»
“Tidak
akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi dari kesombongan."
Seorang laki-laki bertanya, "Sesungguhnya laki-laki menyukai baju dan
sandalnya bagus (apakah ini termasuk kesombongan)?" Beliau menjawab:
"Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Kesombongan itu
adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia." [Shahih Muslim]
بسم الله الرحمن الرحيم
Allah
ta’aalaa berfirman:
{وَالَّذِينَ كَفَرُوا
لَهُمْ نَارُ جَهَنَّمَ لَا يُقْضَى عَلَيْهِمْ فَيَمُوتُوا وَلَا يُخَفَّفُ
عَنْهُمْ مِنْ عَذَابِهَا كَذَلِكَ نَجْزِي كُلَّ كَفُورٍ (36) وَهُمْ
يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَا أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِي
كُنَّا نَعْمَلُ أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ
وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ نَصِيرٍ} [فاطر: 36، 37]
Dan orang-orang yang kafir, bagi mereka neraka
Jahanam. Mereka tidak dibinasakan hingga mereka mati, dan tidak diringankan
dari mereka azabnya. Demikianlah Kami membalas setiap orang yang sangat kafir.
Dan mereka berteriak di dalam neraka itu, “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami
(dari neraka), niscaya kami akan mengerjakan kebajikan, yang berlainan dengan
yang telah kami kerjakan dahulu.” (Dikatakan kepada mereka), “Bukankah Kami
telah memanjangkan umurmu untuk dapat berpikir bagi orang yang mau
berpikir, padahal telah datang kepadamu seorang pemberi peringatan? Maka
rasakanlah (azab Kami), dan bagi orang-orang zalim tidak ada seorang penolong
pun.” [Fatir: 36-37]
بسم الله الرحمن
الرحيم
Imam
Bukhari rahimahullah berkata:
بَابُ مَثَلِ الدُّنْيَا فِي الآخِرَةِ
“Bab: Perumpamaan dunia di akhirat”
Dalam bab ini, imam Bukhari menyebutkan
satu ayat dari surah “Al-Hadiid” dan satu hadits dari Sahl bin Sa’ad
As-Sa’idiy -radhiyallahu ‘anhuma- tentang perumpamaan kenikmatan
dunia dengan akhirat.
بسم الله الرحمن الرحيم
Dalam bab ini, syekh Muhammad bin Abdil
Wahhab rahimahullah menyebutkan 1 hadits yang menunjukkan larangan memohon sesuatu dengan
menyebut wajah Allah ‘azza wajalla.
Jabir radhiyallahu ‘anhu
menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
" لاَ يُسْأَلُ بِوَجْهِ اللهِ إِلاَّ
الجَنَّةُ "
“Tidak boleh dimohon dengan menyebut wajah
Allah kecuali surga.” [Sunan Abu Daud: Sanadnya lemah]
بسم الله الرحمن الرحيم
Dalam bab ini, syekh Muhammad bin Abdil
Wahhab rahimahullah menyebutkan 1 hadits yang menunjukkan larangan menolak permintaan orang
yang menyebut nama Allah ‘azza wajalla.
بسم الله الرحمن
الرحيم
Imam
Bukhari rahimahullah berkata:
كِتَابُ الرِّقَاقِ
“Kitab: Pelunak-pelunak hati”
"بَابٌ: لاَ عَيْشَ إِلَّا عَيْشُ
الآخِرَةِ"
“Bab: Tidak ada kehidupan kecuali kehidupan
akhirat”
Judul bab ini adalah pengalan salah satu
hadits yang akan disebutkan oleh imam Bukhari dalam bab ini, semuanya ada 3
hadits, dari Ibnu ‘Abbas, Anas bin Malik, dan Sahl bin Sa’ad
As-Sa’idiy radhiyallahu ‘anhum.
بسم الله الرحمن الرحيم
Dalam bab ini, syekh Muhammad bin Abdil
Wahhab rahimahullah menyebutkan 1 hadits yang menunjukkan larangan mengucapkan: “Abdi atau
amati (hambaku)”.
بسم الله الرحمن الرحيم
Kitab Iman dalam Shahih Bukhari
terdiri dari 43 judul bab:
Bab (01); “Islam dibangun atas
lima (rukun)”
https://umar-arrahimy.blogspot.com/2021/10/kitab-iman-bab-01-islam-dibangun-atas.html
Bab (2): “Do’a kalian adalah iman
kalian, karena firman Allah ‘azza wajalla: {Katakanlah (kepada
orang-orang musyrik): "Tuhanku tidak mengindahkan kamu (dengan
siksaanNya), seandainya bukan karena ibadatmu"} [Al-Furqaan: 77], dan
makna do’a dalam bahasa Arab adalah iman”.
https://umar-arrahimy.blogspot.com/2021/11/kitab-iman-bab-02-03-04-dan-05-perkara.html
بسم الله الرحمن الرحيم
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
بَابُ قَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "
الدِّينُ النَّصِيحَةُ: لِلَّهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ المُسْلِمِينَ
وَعَامَّتِهِمْ "
"Bab: Sabda Nabi ﷺ: Agama adalah kebaktian; Untuk Allah, Rasul-Nya, dan para
pemimpin kaum muslimin (ulama dan umara'), serta kaum awam mereka."
بسم الله الرحمن الرحيم
Dalam bab ini, syekh Muhammad bin Abdil
Wahhab rahimahullah menyebutkan 1 hadits yang menunjukkan larangan berdo’a dengan ucapan “Ya
Allah ampunilah aku jika Engkau menghendaki”.
بسم الله الرحمن الرحيم
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
بَابٌ: مَا جَاءَ إِنَّ الأَعْمَالَ
بِالنِّيَّةِ وَالحِسْبَةِ، وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
“Bab: Bahwa amalan tergantung niat dan
tujuan, serta setiap orang mendapatkan sesuai dengan yang diniatkannya”
بسم الله الرحمن الرحيم
Hadits kedelapan:
8/102-الثامن: عن أبي عبد اللَّه حُذَيْفةَ بنِ اليمانِ،
رضي اللَّهُ عنهما، قَالَ: صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ
وسَلَّم ذَاتَ ليْلَةٍ، فَافَتَتَحَ الْبقرة، فقُلْت يرْكَعُ عِندَ المائة، ثُمَّ
مَضَى، فَقُلْت يُصلِّي بِهَا في رَكْعةٍ، فَمَضَى فَقُلْت يَرْكَع بهَا، ثمَّ
افْتتَح النِّسَاءَ، فَقَرأَهَا، ثمَّ افْتتح آلَ عِمْرانَ فَقَرَأَهَا، يَقْرُأُ
مُتَرَسِّلاً إذَا مرَّ بِآيَةٍ فِيها تَسْبِيحٌ سَبَّحَ، وإِذَا مَرَّ بِسْؤالٍ
سَأل، وإذَا مَرَّ بِتَعَوذٍ تَعَوَّذَ، ثُمَّ رَكَعَ فَجعل يقُول: "سُبحانَ
رَبِّيَ الْعظِيمِ"، فَكَانَ ركُوعُه نحْوا مِنْ قِيامِهِ، ثُمَّ قَالَ:
"سمِع اللَّهُ لِمن حمِدَه، ربَّنا لك الْحمدُ"، ثُم قَام قِياماً
طوِيلاً قَريباً مِمَّا ركَع، ثُمَّ سَجَدَ فَقالَ: "سُبْحَانَ رَبِّيَ
الأعلَى" فَكَانَ سُجُوده قَرِيباً مِنْ قِيامِهِ". رواه مسلم.
Dari Abu Abdillah Hudzaifah bin Al-Yaman
radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata; Pada suatu malam, saya shalat (Qiyamul
Lail) bersama Rasulullah ﷺ, lalu beliau mulai
membaca surah Al-Baqarah. Kemudian saya pun berkata (dalam hati bahwa beliau)
akan rukuk pada ayat yang keseratus. Kemudian (seratus ayat pun) berlalu, lalu
saya berkata (dalam hati bahwa) beliau akan shalat dengan (surat itu) dalam
satu rakaat. Namun (surah Al-Baqarah pun) berlalu, maka saya berkata (dalam
hati bahwa) beliau akan segera sujud. Ternyata beliau melanjutkan dengan mulai
membaca surah An Nisa` hingga selesai membacanya. Kemudian beliau melanjutkan
ke surah Ali 'Imran hingga selesai hingga beliau selesai membacanya. Bila
beliau membaca ayat tasbih, beliau bertasbih dan bila beliau membaca ayat yang
memerintahkan untuk memohon, beliau memohon, dan bila beliau membaca ayat
ta'awwudz (ayat yang memerintahkan untuk memohon perlindungan) beliau memohon
perlindungan. Kemudian beliau rukuk. Dalam rukuk, beliau membaca,
"SUBHAANA RABBIYAL 'AZHIIM (Maha suci Tuhanku yang Maha agung)." Dan
lama beliau rukuk hampir sama dengan berdirinya. Kemudian beliau membaca,
"SAMI'ALLAHU LIMAN HAMIDAH (Maha Mendengar Allah akan orang yang memuji-Nya)."
Kemudian beliau berdiri dan lamanya berdiri lebih kurang sama dengan lamanya
rukuk. Sesudah itu beliau sujud, dan dalam sujud beliau membaca, "SUBHAANA
RABBIYAL A'LAA (Maha suci Tuhanku Yang Maha tinggi)." Lama beliau sujud
hampir sama dengan lamanya berdiri. [Diriwayatkan oleh Muslim]
بسم الله الرحمن الرحيم
Dalam bab ini, syekh Muhammad bin Abdil
Wahhab rahimahullah menyebutkan 1 hadits yang menunjukkan larangan mengucapkan “Assalamu
‘alallah” keselamatan untuk Allah ‘azza wajalla.
Diriwayatkan dalam shahih Bukhari dan
Muslim, dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
" كُنَّا إِذَا كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْ الصَّلاَةِ، قُلْنَا: السَّلاَمُ عَلَى اللهِ مِنْ
عِبَادِهِ، السَّلاَمُ عَلَى فُلاَنٍ وَفُلاَنٍ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لاَ تَقُوْلُوْا السَّلاَمُ عَلَى اللهِ، فَإِنَّ اللهَ هُوَ
السَّلاَمُ "
“Ketika kami melakukan shalat bersama Nabi
Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam kami pernah mengucapkan: “semoga
keselamatan untuk Allah dari hamba-hambaNya, semoga keselamatan untuk si fulan
dan si fulan”, maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah
kamu mengucapkan: “keselamatan
semoga untuk Allah”, karena sesungguhnya Allah adalah (Maha pemberi
keselamatan).
بسم الله الرحمن الرحيم
Allah ta’aalaa berfirman:
{وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا
لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ} [العنكبوت:69]
Dan orang-orang yang berjihad (berusaha
dengan sungguh-sungguh) untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami
tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar
beserta orang-orang yang berbuat baik. [Al-'Ankabuut:69]
بسم الله الرحمن الرحيم
A. Bab
38.
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
بَابُ سُؤَالِ جِبْرِيلَ النَّبِيَّ ﷺ عَنِ الإِيمَانِ، وَالإِسْلاَمِ، وَالإِحْسَانِ، وَعِلْمِ السَّاعَةِ
“Bab: Pertanyaan Jibril kepada Nabi ﷺ tentang iman, Islam, ihsan, dan
pengetahuan hari kiamat”
بسم الله الرحمن الرحيم
Dalam bab ini, syekh Muhammad bin Abdil
Wahhab rahimahullah menyebutkan 1 ayat yang menunjukkan wajibnya menetapkan Al-Asma’ Al-Husna hanya
untuk Allah dan larangan menyelewengkannya.
بسم الله الرحمن الرحيم
Lanjutan
Kitab Dua Hari Raya
801. Hadits no.903, Menasehati penguasa dengan cara yang
bijaksana.
Lihat hadits no.655.
بسم الله الرحمن الرحيم
Dalam bab ini, syekh Muhammad bin Abdil
Wahhab rahimahullah menyebutkan 1 ayat yang menunjukkan larangan membari nama yang diperhambakan
kepada selain Allah ‘azza wajalla.
بسم الله الرحمن الرحيم
Dalam bab ini, syekh Muhammad bin Abdil
Wahhab rahimahullah menyebutkan 2 ayat dan 1 hadits yang menunjukkan kewajiban mensyukuri nikmat Allah
dan larangan menginkarinya dengan menyandarkan ni’mat kepada selain Allah ‘azza
wajalla.
بسم الله الرحمن الرحيم
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
"بَابُ خَوْفِ المُؤْمِنِ مِنْ أَنْ
يَحْبَطَ عَمَلُهُ وَهُوَ لاَ يَشْعُرُ"
“Bab: Kekhawatiran seorang mukmin bila amalnya
terhapus tanpa sadar”
Dalam bab ini imam Bukhari menjelaskan bahwa diatara kesempurnaan iman
seseorang adalah senantiasa takut dari hal-hal yang bisa menghapuskan pahala
kebaikannya tanpa disadari, seperti sifat nifaq. Dan juga merupakan bantahan
terhadap kaum Murji’ah yang menganggap keimanan itu stabil tidak mengalami
perubahan walau dengan melakukan maksiat.