بسم الله الرحمن الرحيم
Saya tidak mendapatkan riwayat di atas !!!
Markaz
fatwa Islam Web ditanya tentang hadits:
نوم العالم أفضل من عبادة الجاهل
“Tidurnya
seorang ulama lebih baik daripada ibadahnya seorang yang bodoh”.
Mereka
menjawab: Kami tidak menemukan asalnya (sanadnya). [Fatawa Asy-Syabakah
Al-Islamiyah 3/727]
Dengan
makna yang sama, diriwayatkan dari beberapa Sahabat, diantaranya:
A. Hadits Ali bin Abi Thalib
Diriwayatkan
dalam buku-buku kaum Syi’ah, seperti Syekh Ash-Shaduuq (w.381H) dalam
kitabnya Man laa yahdhuruhu al-faqiih4/352-367:
عن حماد بن عمرو، وأنس بن محمد عن أبيه، جميعا – يعني حمادا ومحمدا والد
أنس – عن جعفر بن محمد، عن أبيه، عن جده، عن علي بن أبي طالب، عن النبي صلى الله
عليه وسلم أنه قال له : - وذكر حديثا طويلا جدا – وفيه: " يا علي ! نوم
العالم خير من عبادة العابد " .
Dari Hammad bin ‘Amr dan Anas bin Muhammad,
dari bapaknya; Keduanya (yaitu Hammad dan Muhammad bapak Anas) meriwayatkan
dari Ja’far bin Muhammad, dari bapaknya, dari kakeknya, dari Ali bin Abi
Thalib, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya beliau bersabda: -
Kemudian menyebutkan hadits yang sangat panjang – dan disebutkan di dalamnya “Wahai
Ali, Tidurnya orang yang berilmu lebih baik daripada ibadahnya seorang ahli
ibadah”.
Sanad ini sangat lemah karena beberapa cacat:
Imam
Bukhari dan Abu Hatim Ar-Raziy berkata: Haditsnya mungkar (sangat lemah).
An-Nasa’iy
berkata: Haditsnya ditolak (matruuk).
Ia dituduh
sebagai pembohong dan pemalsu hadits oleh Ibnu Ma’in, Ibnu Hibban,
Al-Jauzajaniy.
2. Anas bin Muhammad dan bapaknya, keduanya majhuul (tidak diketahui).
B.
Hadits Salman Al-Farisy
Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim (w.430H) dalam
kitabnya Hilyatul Auliyaa’ 4/385:
قال: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ مُحَمَّدٍ، قَالَ: ثنا عَبْدُ الرَّحْمَنِ
بْنُ الْحَسَنِ، قَالَ: نا أَحْمَدُ بْنُ يَحْيَى الصُّوفِيُّ، قَالَ: نا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى الضَّرِيرُ، قَالَ: ثنا جَعْفَرُ
بْنُ مُحَمَّدٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ إِسْمَاعِيلَ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي الْبَخْتَرِيِّ،
عَنْ سَلْمَانَ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «نَوْمٌ
عَلَى عِلْمٍ خَيْرٌ مِنْ صَلَاةٍ عَلَى جَهْلٍ».
Dari
Salman, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidur
dalam keadaan berilmu lebih baik dari pada shalat dalam keadaan bodoh”.
Abu Nu’aim
berkata:
كَذَا رَوَاهُ الْأَعْمَشُ عَنْ أَبِي الْبَخْتَرِيِّ، وَأَرْسَلَهُ أَبُو الْبَخْتَرِيِّ
عَنْ سَلْمَانَ أَيْضًا
Seperti
inilah Al-A’masy meriwayatkannya dari Abu Al-Bakhtariy, dan Abu Al-Bakhtariy juga
meriwayatkannya secara mursal (terputus) dari Salman.
Diriwayatkan
juga oleh Al-Khallaal (w.439H) dalam kitabnya Dzikru man lam yakun
‘indahu illaa haditsun wahid no.94:
قال: حدثنا محمد بن نصر بن مكرم المعدل قال: حدثنا محمد بن الحسين اللخمي قال:
حدثنا أحمد بن يحيى الصوفي قال: حدثنا محمد بن يحيى بن الضريس،
عن جعفر بن محمد، عن أبيه، عن إسماعيل بن أبي خالد، عن الأعمش، عن أبي البختري، عن
سلمان قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: " نوم على علم خير من صلاة على
جهل " .
Al-Khallaal
berkata:
ليس لإسماعيل عن الأعمش إلا هذا الحديث وليس لمحمد بن علي بن الحسين بن علي
بن أبي طالب عن إسماعيل غيره.
Ismail
tidak menerima hadits dari Al-A’masy selain hadits ini, dan Muhammad bin Ali
bin Al-Husain bin Ali bin Abi Thalib tidak menerima hadits dari Ismail selain
hadits ini.
Ad-Daraquthniy berkata:
تفرد بِهِ أَحْمد بن يحيى الصُّوفِي وَلم نَكْتُبهُ إِلَّا عَن أبي عبيد الْقَاسِم
بن إِسْمَاعِيل.
Ahmad bin
Yahya Ash-Shufiy sendiri meriwayatkan hadiits ini, dan kami tidak menulisnya
kecuali dari Abu ‘Ubaid Al-Qasim bin Isma’il. [Athraaf Al-Garaaib wal Af-Raad karya
Ibnu Al-Qaisaraniy 3/118 no.2205]
Syekh
Albaniy berkata: Hadits ini lemah, sanadnya mudzlim (banyak perawinya yang
tidak diketahui), mulai dari perawi setelah Al-A’amasy aku tidak mengetahui
siapa mereka. [Silsilah Al-Ahaadits Adh-Dha’ifah 10/231 no.4697]
Biografi
rawi sanad Abu Nu’aim:
1. Salman
Al-Farisiy radhiyallahu ‘anhu; Sahabat Rasulullah shallallahu ‘alahi
wa sallam.
Imam
Bukhari berkata: Ia tidak bertemu dengan Salman radhiyallahu ‘anhu.
Al-Hafidz
Ibnu Hajar berkata: Ia seorang yang tsiqah dan tsabt, banyak melakukan irsaal
(memutuskan sanad).
Al-Hafidz
Ibnu Hajar berkata: Ia seorang yang tsiqah hafidz.
Al-Hafidz
Ibnu Hajar berkata: Ia seorang yang tsiqah dan tsabt.
Al-Hafidz
Ibnu Hajar berkata: Ia seorang yang tsiqah dan mulia.
6. Ja’far bin Muhammad bin Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib, Abu Abdillah Ash-Shadiq (w.148H)[6].
Al-Hafidz
Ibnu Hajar berkata: Ia seorang yang shaduuq, ahli fiqhi, imam.
7. Muhammd bin Yahya Adh-Dhariir.
Saya tidak
mendapatkan biografinya, dan sepertinya ia adalah Muhammad bin Yahya bin Adh-Dhariis,
sebagaimana pada sanad Al-Khallaal.
Ia
meriwayatkan hadits dari Mukhawwal bin Ibrahim [Lihat Tarikh Ashbahaan 1/177],
Zayd bin Al-Hubaab [Lihat Tarikh Ashbahaan 1/434], Laits bin Khalid Al-Balkhiy [Lihat
Tarikh Ashbahaan 1/444], dan selainnya.
Diantara
muridnya: Abdurrahman bin Al-Hasan bin Musa, Abu Muhammad Adh-Dharraab [Lihat
Tarikh Ashbahaan 1/444], dan selainnya.
Abu Hatim
Ar-Raziy, Ibnu Hajar, dan Adz-Dzahabiy mengatakan: Ia tsiqah.
Abu
Asy-Syaikh berkata: Ia salah seorang ulama yuang mutqin (kuat hafalannya).
Ibnu
Mardawaih berkata: Ia seorang yang mutqin.
Abu Nu’aim
berkata: Ia salah seorang ulama besar hadits dan tsiqah.
Adz-Dzahabiy
mengatakan: Ia tsiqah.
10. Abdullah bin Muhammad bin Ja’far bin Hayyaan, Abu Muhammad Al-Ashbahaniy, lebih dikenal
dengan sebutan Abu Asy-Syaikh (w.369H)[9].
Beliau
seorang ulama yang tsiqah dan memiliki banyak karya seperti Thabaqaat
Al-Muhadditsiin bi Ash-Bahaan, Al-‘Adzamah, Akhlaq An-Nabiy, dan selainnya.
Biografi
rawi sanad Al-Khallaal:
Diantara
muridnya adalah Abu Hatim Ar-Raziy (w.277H) , ia berkata: Ia shaduuq.
2. Ahmad bin Yahya Ash-Shuufiy, Abu Ja’far Al-Kufiy (w.264H).
Adz-Dzahabiy
mengatakan: Ia seorang yang tsiqah.
Dianggap
tsiqah oleh Ad-Daraquthniy, Abu Bakr Al-Burqaniy, dan Al-‘Atiqiy.
Derajat
hadits ini:
Hadits ini
lemah karena sanadnya terputus; Abu Al-Bakhtariy
tidak bertemu dengan Salman radhiyallahu ‘anhu.
Hadits
shahih yang menunjukkan keutamaan ahli ilmu daripada ahli ibadah:
Dari Abu Umamah radhiyallahu
‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«فَضْلُ
العَالِمِ عَلَى العَابِدِ كَفَضْلِي عَلَى أَدْنَاكُمْ» [سنن الترمذي: صحيح]
"Keutamaan seorang ulama dibandingkan dengan seorang ahli
ibadah seperti keutamaanku dibandingkan dengan orang yang paling rendah dari
kalian". [Sunan At-Tirmidzi: Sahih]
Dari Hudzaifah radhiyallahu
‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
فَضْلُ الْعِلْمِ
أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ فَضْلِ الْعِبَادَةِ ، وَخَيْرُ دِينِكِمُ الْوَرَعُ [مسند البزار: صححه الألباني]
“Keutamaan ilmu lebih saya sukai daripada keutamaan ibadah, dan
sebaik-baik agama (amalan) kalian adalah sifat wara'”. [Musnad Al-Bazzaar: Sahih]
Dari Abu Ad-Dardaa' radhiyallahu
‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّ
فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ، كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى
سَائِرِ الْكَوَاكِبِ» [سنن أبى داود: صححه الألباني]
“Sesungguhnya keutamaan seorang ulama terhadap seorang ahli
ibadah seperti keutamaan bulan malam purnama dibandingkan dengan bintang
lainnya”. [Sunan Abu Daud:
Sahih]
Catatan:
1.
Ahli ilmu lebih baik dari ahli ibadah karena manfaat ibadah seorang ahli
ibadah untuk dirinya sendiri, sedangkan ahli ilmu manfaat ilmunya untuk dirinya
dan orang lain.
Dan biasanya ahli ibadah yang kurang ilmu akan tersesat ke dalam bid’ah
atau bahkan syirik.
2.
Yang dimaksud ahli ilmu di sini adalah orang yang menuntut ilmu,
kemudian mengamalkan dan mengajarkannya.
Adapun orang berilmu yang tidak mengamalkan ilmunya maka ahli ibadah
jauh lebih baik darinya, karena ilmu yang tidak diamalkan akan menjadi musibah
bagi pemiliknya.
Adapun ahli ibadah yang kurang ilmu atau berilmu namun tidak
menyampaikannya kepada orang lain, sekalipun ini adalah kekurangan akan tetapi
lebih baik dari orang berilmu yang tidak beribadah seperti orang yang menuntut
ilmu hanya demi jabatan, pujian, atau urusan dunia lainnya.
Lihat: Mur'aat Al-Mafaatiih fii syarh Misykaah Al-Mafaatiih karya Al-Mubarakafuriy 1/318, dan Faidhul Qadiir syarh Al-Jami' Ash-Shagiir karya Al-Munawiy 4/432-433.
Wallahu
a’lam!
Lihat juga: Keutamaan ilmu dan ulama - Kewajiban mengamalkan ilmu yang dimiliki - Bagaimana cara menuntut ilmu yang baik?
[1]
Lihat biografi "Hammad bin ‘Amr An-Nashibiy"
dalam kitab: Adh-Dhu'afaa' Ash-Shagiir karya Al-Bukhariy hal.38 , Adh-Dhu'afaa'
karya An-Nasa'iy hal.167 , Adh-Dhu'afaa' Al-Kabiir karya Al-'Uqaily 1/308,
Al-Jarh wa At-Ta'diil karya Ibnu Abi Hatim 3/144, Al-Majruhiin karya Ibnu
Hibban 1/252, Al-Kaamil karya Ibnu 'Adiy 3/10, Adh-Dhu'afaa' karya Abu Nu'aim
hal.74 , Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 1/234, Miizaan Al-I'tidaal karya
Adz-Dzahabiy 1/598, Lisaan Al-Miizaan karya Ibnu Hajar 3/274.
[2]
Lihat biografi " Abu Al-Bakhtariy " dalam kitab: Tahdziib Al-Kamaal
karya Al-Mizziy 11/32, Jaami’ At-Tahshiil karya Al-‘Alaaiy hal.183, Taqriib
At-Tahdziib karya Ibnu Hajar hal.240.
[3]
Lihat biografi " Sulaiman Al-A’masy" dalam kitab: Tahdziib Al-Kamaal 12/76, Taqriib At-Tahdziib hal.254.
[4]
Lihat biografi " Ismail bin Abi Khalid" dalam kitab: Tahdziib
Al-Kamaal 3/69, Taqriib At-Tahdziib hal.107.
[5]
Lihat biografi " Muhammad bin Ali Al-Baaqir" dalam kitab: Tahdziib
Al-Kamaal 26/136, Taqriib At-Tahdziib hal.141.
[6]
Lihat biografi " Ja’far bin Muhammad Ash-Shadiq" dalam kitab:
Tahdziib Al-Kamaal 5/74, Taqriib At-Tahdziib hal.141.
[7]
Lihat biografi " Ahmad bin Yahya Ash-Shufiy" dalam kitab: Al-Jarh wa
At-Ta'diil 2/81, Ats-Tisqaat karya Ibnu Hibban 8/40,
Tahdziib Al-Kamaal 1/517, Al-Kaasyif karya Adz-Dzahabiy 1/204,
Taqriib At-Tahdziib hal.85.
[8]
Lihat biografi "Abdurrahman bin Al-Hasan" dalam kitab: Thabaqaat
Al-Muhadditsiin karya Abu Asy-Syaikh 3/537, Taarikh Ashbahaan karya Abu Nu’aim
2/77, Ikmaal
Al-Ikmaal karya Ibnu Nuqthah 3/608, Taarikh Al-Islam karya Adz-Dzahabiy 7/120.
[9]
Lihat biografi "Abu Asy-Syaikh" dalam kitab: Taarikh Ashbahaan 2/51, Ikmaal
Al-Ikmaal 2/199, Taarikh Al-Islam karya Adz-Dzahabiy 8/305.
[10]
Lihat biografi "Muhammad bin Yahya" dalam kitab: Al-Jarh wa
At-Ta'diil 8/124, Rijaal Al-Hakim fii Al-Mustadrak karya
syekh Muqbil 2/310.
[11]
Lihat biografi " Muhammad bin Al-Husain" dalam kitab: Taarikh Bagdad
karya Al-Khathiib 3/26, Taarikh Al-Islam karya Adz-Dzahabiy 7/346, Lisaan
Al-Miizaan 7/88.
[12]
Lihat biografi " Muhammad bin Nash" dalam kitab: Al-Mu’talif wa
Al-Mukhtalif karya Ad-Daraquthniy 4/2154, Taarikh Bagdad 4/514.
Apakah anda bisa menjelaskan kepada saya dengan bahasabyg mudah dipahami oleh orangawam seperti saya ?
BalasHapusMengapa hadist yg diriwayatkan dari Sayidina Ali byk yg tertolak dan mayoritas hadits yg sampai pada kita sekarang terbanyak adalah riwayat abu Hurairah ? Padahal kita semua mendengar riwayattentang perkataan nabi saw...saya ini kota-nya ilmu dan Ali adalah pintunya
Hadits: "Saya ini kotanya ilmu dan Ali adalah pintunya" adalah hadits PALSU, bukan ucapan Nabi shallallahu'alaihi wasallam.
HapusAdapun diantara sebab banyaknya hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah adalah karena ia senantiasa bersama Nabi sejak masuk Islam, dan tidak disibukkan dengan urusan dunia (mencari nafkah) dan hanya tinggal di mesjid menimba ilmu.
Selain itu beliau pernah dido’akan oleh Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam agar tidak lupa dengan hadits-hadits yang pernah ia dengar:
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: Wahai Rasulullah, sungguh aku mendengarkah hadits darimu lalu aku lupa?
Rasulullah bersabda: «ابْسُطْ رِدَاءَكَ»
“Bentangkan pakaianmu!”
Abu Hurairah berkata: Maka aku membentangkannya.
Kemudian Rasulullah meletakkan genggaman tangannya dalam pakaian tersebut, kemudian bersabda: «ضُمَّهُ»
“Dekaplah pakaianmu”
Abu Hurairah berkata: Maka aku mendekapnya, kemudian setelah itu aku tidak lupa seseuatu pun. [Sahih Bukhari]
Dan setelah Nabi wafat beliu tidak disibukkan dengan pemerintahan, hanya sibuk menyampaikan hadits-hadits Nabi yang telah ia pelajari. Wallahu a'lam!
Lihat biografi Abu Hurairah di sini: https://umar-arrahimy.blogspot.com/2015/07/abu-hurairah-dan-keistimewaannya.html