بسم الله الرحمن الرحيم
Pentingnya menjaga amalan.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلَا تُبْطِلُوا
أَعْمَالَكُمْ} [محمد : 33]
Hai orang-orang yang beriman, taatilah
Allah dan taatilah Rasul dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu.
[Muhammad:33]
{وَقَدِمْنَا إِلَىٰ مَا
عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَّنثُورًا} [الفرقان : 23]
Dan Kami akan perlihatkan segala amal yang mereka
kerjakan, lalu Kami akan jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan. [Al-Furqan: 23]
Ø Ibnu Qayyim rahimahullah berkata:
"محبطاتُ الأعمال
ومفسداتُها أكثرُ من أنْ تُحصر، وليس الشأنُ في العمل، إنّما الشأنُ في حفظ العمل
مما يفسده ويحبطه. ... وأكثرُ الناس ما عندهم خَبَرٌ من السيئات التي تُحبط
الحسنات" [الوابل
الصيب]
“Pembata-pembatal amalan dan yang
merusaknya itu lebih banyak dari apa yang dikumpulkan, dan bukanlah amalan yang
terpenting, akan tetapi yang terpenting adalah menjaga amalan dari apa yang
merusak dan membatalkan pahalanya. Dan kebanyakan manusia tidak punya
pengetahuan tentang keburukan yang bisa membatalkan pahala kebaikan”. [Al-Wabil
Ash-Shaib]
Lihat: Kitab Iman bab 37; Kekhawatiran seorang mukmin bila amalnya terhapus tanpa sadar
Perkara-perkara yang bisa membatalkan pahala amalan.
Diantaranya:
1. Kafir.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{وَمَن يَكْفُرْ
بِالْإِيمَانِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ} [المائدة : 5]
Barangsiapa yang kafir sesudah beriman
(tidak menerima hukum-hukum Islam) Maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat
termasuk orang-orang merugi. [Al-Maidah:5]
{إِنَّ الَّذِينَ
يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّينَ بِغَيْرِ حَقٍّ
وَيَقْتُلُونَ الَّذِينَ يَأْمُرُونَ بِالْقِسْطِ مِنَ النَّاسِ فَبَشِّرْهُم
بِعَذَابٍ أَلِيمٍ (21) أُولَٰئِكَ الَّذِينَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا
وَالْآخِرَةِ وَمَا لَهُم مِّن نَّاصِرِينَ}
[آل عمران : 21-22]
Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari
ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar) dan
membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, sampaikanlah kepada
mereka kabar gembira yaitu azab yang pedih. Mereka itulah orang-orang yang
sia-sia pekerjaannya di dunia dan di akhirat, dan mereka tidak memperoleh
penolong. [Ali 'Imran: 21-22]
{وَالَّذِينَ كَذَّبُوا
بِآيَاتِنَا وَلِقَاءِ الْآخِرَةِ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ ۚ هَلْ يُجْزَوْنَ
إِلَّا مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ} [الأعراف : 147]
Dan orang-orang yang mendustakan tanda-tanda
(kekuasaan) Kami dan (mendustakan) adanya pertemuan akhirat, sia-sialah amal
mereka. Mereka diberi balasan sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan. [Al-A'raf: 147]
{أُولَٰئِكَ الَّذِينَ
كَفَرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ وَلِقَائِهِ فَحَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فَلَا نُقِيمُ
لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًا} [الكهف : 105]
Mereka itu orang-orang yang telah kufur
terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia,
maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan kami tidak mengadakan suatu penilaian
bagi (amalan) mereka pada hari kiamat. [Al-Kahfi: 105]
2. Murtad.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{وَمَن يَرْتَدِدْ
مِنكُمْ عَن دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَٰئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ
فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ۖ وَأُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا
خَالِدُونَ} [البقرة : 217]
Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari
agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia
amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka
kekal di dalamnya. [Al-Baqarah: 217]
3. Munafiq.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{وَمَا مَنَعَهُمْ أَن
تُقْبَلَ مِنْهُمْ نَفَقَاتُهُمْ إِلَّا أَنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ
وَبِرَسُولِهِ وَلَا يَأْتُونَ الصَّلَاةَ إِلَّا وَهُمْ كُسَالَىٰ وَلَا
يُنفِقُونَ إِلَّا وَهُمْ كَارِهُونَ} [التوبة : 54]
Dan tidak ada yang menghalangi mereka
untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir
kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka tidak mengerjakan shalat, melainkan
dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa
enggan. [At-Taubah: 54]
{وَيَقُولُ الَّذِينَ آمَنُوا أَهَٰؤُلَاءِ
الَّذِينَ أَقْسَمُوا بِاللَّهِ جَهْدَ أَيْمَانِهِمْ ۙ إِنَّهُمْ لَمَعَكُمْ ۚ
حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ
فَأَصْبَحُوا خَاسِرِينَ} [المائدة : 53]
Dan orang-orang yang beriman akan mengatakan:
"Inikah orang-orang yang bersumpah sungguh-sungguh dengan nama Allah,
bahwasanya mereka benar-benar beserta kamu?" Rusak binasalah segala amal
mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang merugi. [Al-Maidah: 53]
{أَشِحَّةً عَلَيْكُمْ ۖ
فَإِذَا جَاءَ الْخَوْفُ رَأَيْتَهُمْ يَنظُرُونَ إِلَيْكَ تَدُورُ أَعْيُنُهُمْ
كَالَّذِي يُغْشَىٰ عَلَيْهِ مِنَ الْمَوْتِ ۖ فَإِذَا ذَهَبَ الْخَوْفُ
سَلَقُوكُم بِأَلْسِنَةٍ حِدَادٍ أَشِحَّةً عَلَى الْخَيْرِ ۚ أُولَٰئِكَ لَمْ
يُؤْمِنُوا فَأَحْبَطَ اللَّهُ أَعْمَالَهُمْ ۚ وَكَانَ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ
يَسِيرًا} [الأحزاب : 19]
Mereka bakhil terhadapmu, apabila datang
ketakutan (bahaya), kamu lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang
terbalik-balik seperti orang yang pingsan karena akan mati, dan apabila
ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedang
mereka bakhil untuk berbuat kebaikan. Mereka itu tidak beriman, maka Allah
menghapuskan (pahala) amalnya. Dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
[Al-Ahzaab: 19]
Lihat: Kitab Iman bab 25; Tanda-tanda munafik
4. Melakukan
kesyirikan.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{وَلَقَدْ أُوحِيَ
إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ
عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ} [الزمر
: 65]
Dan sesungguhnya telah diwahyukan
kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan
(Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang
yang merugi". [Az-Zumar:65]
{ذَٰلِكَ هُدَى اللَّهِ
يَهْدِي بِهِ مَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ ۚ وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُم
مَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ} [الأنعام : 88]
Itulah petunjuk Allah, dengan itu Dia memberi
petunjuk kepada siapa saja di antara hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki.
Sekiranya mereka mempersekutukan Allah, pasti lenyaplah amalan yang telah mereka
kerjakan. [Al-An'am: 88]
{مَا كَانَ
لِلْمُشْرِكِينَ أَن يَعْمُرُوا مَسَاجِدَ اللَّهِ شَاهِدِينَ عَلَىٰ أَنفُسِهِم
بِالْكُفْرِ ۚ أُولَٰئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ وَفِي النَّارِ هُمْ خَالِدُونَ}
[التوبة : 17]
Tidaklah pantas orang-orang musyrik
memakmurkan masjid Allah, padahal mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir.
Mereka itu sia-sia amalnya, dan mereka kekal di dalam neraka. [At-Taubah:
17]
{كَالَّذِينَ مِن
قَبْلِكُمْ كَانُوا أَشَدَّ مِنكُمْ قُوَّةً وَأَكْثَرَ أَمْوَالًا وَأَوْلَادًا
فَاسْتَمْتَعُوا بِخَلَاقِهِمْ فَاسْتَمْتَعْتُم بِخَلَاقِكُمْ كَمَا اسْتَمْتَعَ
الَّذِينَ مِن قَبْلِكُم بِخَلَاقِهِمْ وَخُضْتُمْ كَالَّذِي خَاضُوا ۚ أُولَٰئِكَ
حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ
الْخَاسِرُونَ} [التوبة : 69]
(Keadaan kamu kaum munafik dan musyrikin) seperti orang-orang
sebelum kamu, mereka lebih kuat daripada kamu, dan lebih banyak harta dan
anak-anaknya. Maka mereka telah menikmati bagiannya, dan kamu telah menikmati
bagianmu sebagaimana orang-orang yang sebelummu menikmati bagiannya, dan kamu
mempercakapkan (hal-hal yang batil) sebagaimana mereka mempercakapkannya.
Mereka itu sia-sia amalnya di dunia dan di akhirat. Mereka itulah orang-orang
yang rugi. [At-Taubah: 69]
Lihat: 4 kaidah memahami tauhid dan syirik
5. Riya.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{مَن كَانَ يُرِيدُ
الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا
وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ (15) أُولَٰئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي
الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَّا
كَانُوا يَعْمَلُونَ} [هود : 15-16]
"Barangsiapa yang menghendaki
kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan
pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan
dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka
dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan
sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan" . [Huud: 15-16]
Ø Dari Mahmud bin Labid radhiyallahu 'anhu; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ»
قَالُوا: وَمَا الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: "
الرِّيَاءُ، يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: إِذَا
جُزِيَ النَّاسُ بِأَعْمَالِهِمْ: اذْهَبُوا إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تُرَاءُونَ
فِي الدُّنْيَا فَانْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ جَزَاءً " [مسند أحمد: حسن]
"Sesungguhnya di antara yang paling
aku takutkan terjadi pada kalian adalah syirik kecil". Sahabat bertanya:
Apa itu syirik kecil? Rasulullah menjawab: Ia adalah Riya, Allah berkata kepada
mereka pada hari kiamat di saat manusia mendapat balasan dari amalannya:
"Pergilah kalian pada orang-orang yang kau lakukan ibadah deminya di
dunia, lihatlah apakah mereka bisa memberimu imbalan?!". [Musnad Ahmad:
Hasan]
Lihat: Syarah Kitab Tauhid bab 36; Riya’
6. Menyebut-nyebut
pemberian.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُم بِالْمَنِّ وَالْأَذَىٰ كَالَّذِي يُنفِقُ
مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ} [البقرة : 264]
Wahai orang-orang yang beriman!
Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti
(perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena ria
(pamer) kepada manusia. [Al-Baqarah: 264]
7. Membenci
apa yang Allah ‘azza wajalla turunkan dari hukum-hukum Islam.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ
كَرِهُوا مَا أَنزَلَ اللَّهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ} [محمد
: 9]
Yang demikian itu adalah karena
sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (Al-Quran) lalu
Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka. [Muhammad: 8 - 9]
{ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمُ اتَّبَعُوا
مَا أَسْخَطَ اللَّهَ وَكَرِهُوا رِضْوَانَهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ} [محمد : 28]
Yang demikian itu, karena sesungguhnya mereka
mengikuti apa yang menimbulkan kemurkaan Allah dan membenci (apa yang
menimbulkan) keridaan-Nya; sebab itu Allah menghapus segala amal mereka. [Muhammad: 28]
8. Tidak
beradab kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{إِنَّ الَّذِينَ
كَفَرُوا وَصَدُّوا عَن سَبِيلِ اللَّهِ وَشَاقُّوا الرَّسُولَ مِن بَعْدِ مَا
تَبَيَّنَ لَهُمُ الْهُدَىٰ لَن يَضُرُّوا اللَّهَ شَيْئًا وَسَيُحْبِطُ
أَعْمَالَهُمْ} [محمد : 32]
Sesungguhnya
orang-orang yang kafir dan menghalang-halangi (orang lain) dari jalan Allah
serta memusuhi rasul setelah ada petunjuk yang jelas bagi mereka, mereka tidak
akan dapat memberi mudarat (bahaya) kepada Allah sedikit pun. Dan kelak Allah
menghapus segala amal mereka. [Muhammad: 32]
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا
لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَن تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ
وَأَنتُمْ لَا تَشْعُرُونَ} [الحجرات : 2]
Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu meninggikan suaramu melebihi suara nabi, dan janganlah kamu Berkata
kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu
terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan
kamu tidak menyadari. [Al-Hujuraat:2]
Ø Ibnu Qayyim rahimahullah berkata:
"فإذا كان رفعُ
أصواتهم فوق صوته سببًا لحبوط أعمالهم، فكيف تقديمُ آرائهم وعقولهم وأذواقهم
وسياساتهم ومعارفهم على ما جاء به، ورفعُها عليه؟ أوَ ليس هذا أولى أن يكون
مُحبِطًا لأعمالهم؟!" [إعلام
الموقعين]
“Jika mengangkat suara mereka lebih tinggi
dari suara Nabi menyebabkan batalnya pahala amalan mereka, lalu bagaimana
dengan mendahulukan pendapat, akal, perasaan, siasat, dan pengetahuan mereka
dari apa yang dibawah oleh beliau dan lebih meninggikannya?! Bukankah ini lebih
pantas untuk dibatalkan amalan-amalan mereka?! [I’lamul muwaqqi’in]
9. Beramal
dengan bid'ah.
Dari Aisyah ummul mu'miniin radhiyallahu
'anha; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ، فَهُوَ رَدٌّ» [صحيح
البخاري]
"Barangsiapa yang mengada-ada
suatu dalam urusan kami (ibadah) yang bukan bagian darinya, maka hal itu
tertolak". [Sahih Bukhari]
Ø Dalam riwayat lain;
«مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ» [صحيح
مسلم]
"Barangsiapa yang mengerjakan
suatu amalan (ibadah) yang bukan ajaran kami maka hal itu tertolak".
[Sahih Muslim]
Ø Dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu'anhu; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«الْمَدِينَةُ حَرَمٌ مَا
بَيْنَ عَيْرٍ إِلَى ثَوْرٍ، فَمَنْ أَحْدَثَ فِيهَا حَدَثًا، أَوْ آوَى
مُحْدِثًا، فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ،
لَا يَقْبَلُ اللهُ مِنْهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ صَرْفًا، وَلَا عَدْلًا» [صحيح مسلم]
"Kota Madinah dijadikan kota Haram
(suci) yaitu antara 'Air hingga Tsaur. Barangsiapa yang berbuat kejahatan (bid’ah)
padanya atau melindungi (membela) pelaku kejahatan (bid’ah), maka ia berhak
mendapat laknat Allah, Maliakat dan seluruh manusia, tidak diterima amalan
fardhu maupun amalan sunnahnya." [Shahih Muslim]
Lihat: Ciri-ciri
ahli bid'ah
10. Melampaui
wewenang Allah ‘azza wajalla.
Jundab radiyallahu'anhu
berkata: Rasulullah sallallau 'alaihi wasallam menceritakan:
«أَنَّ رَجُلًا قَالَ:
وَاللَّهِ لَا يَغْفِرُ اللَّهُ لِفُلَانٍ! وَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى قَالَ: مَنْ
ذَا الَّذِي يَتَأَلَّى عَلَيَّ أَنْ لَا أَغْفِرَ لِفُلَانٍ؟! فَإِنِّي قَدْ
غَفَرْتُ لِفُلَانٍ وَأَحْبَطْتُ عَمَلَكَ» [صحيح
مسلم]
Bahwasanya seseorang mengatakan: Demi
Allah, Allah tidak akan mengampuni si Fulan!. Maka Allah berkata kepadanya: "Siapa
yang telah bersumpah bahwa Aku tidak akan mengampuni dosa si Fulan?
Sesungguhnya Aku telah mengampuninya dan Aku hapuskan amal kebaikanmu."
[Sahih Muslim]
Ø Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«كَانَ رَجُلَانِ فِي بَنِي إِسْرَائِيلَ مُتَوَاخِيَيْنِ فَكَانَ
أَحَدُهُمَا يُذْنِبُ وَالْآخَرُ مُجْتَهِدٌ فِي الْعِبَادَةِ فَكَانَ لَا يَزَالُ
الْمُجْتَهِدُ يَرَى الْآخَرَ عَلَى الذَّنْبِ فَيَقُولُ: أَقْصِرْ! فَوَجَدَهُ
يَوْمًا عَلَى ذَنْبٍ فَقَالَ لَهُ: أَقْصِرْ! فَقَالَ: خَلِّنِي وَرَبِّي
أَبُعِثْتَ عَلَيَّ رَقِيبًا؟ فَقَالَ: وَاللَّهِ لَا يَغْفِرُ اللَّهُ لَكَ أَوْ
لَا يُدْخِلُكَ اللَّهُ الْجَنَّةَ! فَقَبَضَ أَرْوَاحَهُمَا فَاجْتَمَعَا عِنْدَ
رَبِّ الْعَالَمِينَ فَقَالَ لِهَذَا الْمُجْتَهِدِ: أَكُنْتَ بِي عَالِمًا أَوْ
كُنْتَ عَلَى مَا فِي يَدِي قَادِرًا؟! وَقَالَ لِلْمُذْنِبِ: اذْهَبْ فَادْخُلْ
الْجَنَّةَ بِرَحْمَتِي! وَقَالَ لِلْآخَرِ: اذْهَبُوا بِهِ إِلَى النَّارِ» [سنن أبي داود: صحيح]
"Ada dua orang laki-laki dari bani Isra'il yang saling bersaudara;
salah seorang dari mereka suka berbuat dosa sementara yang lain giat dalam
beribadah. Orang yang giat dalam beribdah itu selalu melihat saudaranya
berbuat dosa hingga ia berkata, "Berhentilah." Lalu pada suatu hari
ia kembali mendapati suadaranya berbuat dosa, ia berkata lagi,
"Berhentilah." Orang yang suka berbuat dosa itu berkata,
"Biarkan aku bersama Tuhanku, apakah engkau diutus untuk selalu
mengawasiku!" Ahli ibadah itu berkata, "Demi Allah, sungguh Allah
tidak akan mengampunimu, atau tidak akan memasukkanmu ke dalam surga."
Allah kemudian mencabut nyawa keduanya, sehingga keduanya berkumpul di sisi
Rabb semesta alam. Allah kemudian bertanya kepada ahli ibadah: "Apakah
kamu lebih tahu dari-Ku? Atau, apakah kamu mampu melakukan apa yang ada dalam
kekuasaan-Ku?" Allah lalu berkata kepada pelaku dosa: "Pergi dan
masuklah kamu ke dalam surga dengan rahmat-Ku." Dan berkata kepada ahli
ibadah: "Bawalah ia ke dalam neraka."
Abu Hurairah berkata:
«وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَكَلَّمَ بِكَلِمَةٍ أَوْبَقَتْ
دُنْيَاهُ وَآخِرَتَهُ»
"Demi Dzat yang jiwaku ada
dalam tangan-Nya, sungguh ia telah mengucapkan satu ucapan yang mampu merusak
dunia dan akhiratnya." [Sunan Abi Daud:Shahih]
Lihat: Syarah Kitab Tauhid bab (64); Larangan bersumpah mendahului Allah
11. Mendzalimi
orang lain.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya kepada para
sahabatnya:
«أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ؟» قَالُوا: الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا
دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ، فَقَالَ: «إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ
بِصَلَاةٍ، وَصِيَامٍ، وَزَكَاةٍ، وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا، وَقَذَفَ هَذَا،
وَأَكَلَ مَالَ هَذَا، وَسَفَكَ دَمَ هَذَا، وَضَرَبَ هَذَا، فَيُعْطَى هَذَا مِنْ
حَسَنَاتِهِ، وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ
يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ، ثُمَّ طُرِحَ
فِي النَّارِ» [صحيح مسلم]
"Tahukah
kalian apa itu bangkrut?" Sahabat menjawab: Orang yang bangkrut dikalangan kami
adalah orang yang tidak memiliki dirham dan harta benda! Rasulullah
bersabda: "Sesungguhnya
orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang di hari kiamat dengan
pahala salat, puasa, dan zakat. Akan tetapi ia telah mencaci si Ini, menuduh si
Ini, memakan harta si Ini (dengan tidak halal), meneteskan darah si Ini, dan
memukul si Ini. Maka pahala kebaikannya diberikan kepada si Ini dan si Ini,
kemudian jika pahala kebaikannya sudah habis sebelum menutupi semua
kezalimannya maka dosa-dosa mereka diberikan kepadanya, kemudian ia dijerumuskan
ke neraka". [Sahih Muslim]
Ø
Dalam riwayat lain;
«مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ
مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ، فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ اليَوْمَ، قَبْلَ أَنْ لاَ يَكُونَ
دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ، إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ
مَظْلَمَتِهِ، وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ
صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ» [صحيح البخاري]
"Siapa yang pernah berbuat
aniaya (zalim) terhadap kehormatan saudaranya atau sesuatu apapun hendaklah dia
meminta kehalalannya (maaf) pada hari ini (di dunia) sebelum datang hari yang
ketika itu tidak bermanfaat dinar dan dirham. Jika dia tidak lakukan, maka
(nanti pada hari kiamat) bila dia memiliki amal shalih akan diambil darinya
sebanyak kezholimannya. Apabila dia tidak memiliki kebaikan lagi maka keburukan
saudaranya yang dizholiminya itu akan diambil lalu ditimpakan kepadanya".
[Shahih Bukhari]
Lihat: Syarah Arba’in hadits (24) Abu Dzar; Keharaman perbuatan dzalim
12. Berani
bermaksiat saat sendiri.
Dari
Tsauban radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:
«لَأَعْلَمَنَّ أَقْوَامًا مِنْ أُمَّتِي
يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِحَسَنَاتٍ أَمْثَالِ جِبَالِ تِهَامَةَ بِيضًا
فَيَجْعَلُهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَبَاءً مَنْثُورًا»
قَالَ ثَوْبَانُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، صِفْهُمْ لَنَا جَلِّهِمْ لَنَا أَنْ لَا
نَكُونَ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَا نَعْلَمُ، قَالَ: «أَمَا
إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ، وَيَأْخُذُونَ مِنْ اللَّيْلِ كَمَا
تَأْخُذُونَ، وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ
انْتَهَكُوهَا» [سنن
ابن ماجه: صححه الألباني]
“Aku mengetahui suatu kaum dari umatku
datang di hari kiamat dengan pahala kebaikan sebesar gunung Tihamah kemudian
Allah 'azza wajalla menjadikannya seperti debu yang beterbangan (tidak
bernilai)”. Tsauban berkata: Ya Rasulullah, gambarkan sifat mereka pada kami,
jelaskan kepada kami jangan sampai kami termasuk dari mereka dan kami tidak
mengetahuinya! Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya mereka adalah saudara kalian
juga dari jenis kalian juga, mereka mendirikan salat malam sebagaimana kalian
mendirikannya, akan tetapi mereka adalah kaum yang jika berada dalam keadaan
sendiri dengan yang diharamkan Allah (tidak ada orang yang melihat) mereka
melanggarnya”. [Sunan Ibnu Majah: Sahih]
13. Meninggalkan
shalat Ashar.
Abu Al-Malih rahimahullah berkata,
"Kami pernah bersama Buraidah -radhiyallahu 'anhu- pada
suatu peperangan saat cuaca mendung, lalu ia berkata: "Segeralah
laksanakan shalat 'Ashar! Karena Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
pernah bersabda:
«مَنْ تَرَكَ صَلاَةَ العَصْرِ فَقَدْ حَبِطَ
عَمَلُهُ»
"Barangsiapa meninggalkan shalat
'Ashar sungguh hapuslah amalnya." [Shahih Bukhari]
Maksud sabda Nabi:
"amalannya terhapus":
a)
Jika ia meninggalkannya
dengan mengingkari kewajiban shalat, atau menghina orang yang mendirikannya.
b)
Hadits ini hanya sebagai
ancaman keras bagi yang meninggalkan shalat ashar, tapi makna dzahirnya tidak
dimaksudkan. (Pendapat ini dikuatkan oleh Ibnu Hajar dlm Fathul Baari 2/322)
c)
Hanya sebagai majas
perumpamaan.
d)
Maksudnya, hampir saja
(mendekati) amalannya terhapus.
e)
Terhapus amalan shalat
ashar-nya waktu itu.
f)
Amalannya tidak bermanfaat.
g)
Amalan dunia yang
menyebabkannya lalai dari shalat ashar tidak bermanfaat baginya di dunia dan
akhirat.
Lihat: Keutamaan shalat ashar
14. Menasabkan
dirinya kepada selain bapaknya atau sukunya.
'Amr bin Kharijah
radhiyallahu 'anhu berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ ادَّعَى إِلَى غَيْرِ أَبِيهِ أَوْ انْتَمَى إِلَى غَيْرِ
مَوَالِيهِ رَغْبَةً عَنْهُمْ فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ، لَا يَقْبَلُ اللَّهُ
مِنْهُ صَرْفًا وَلَا عَدْلًا» [سنن الترمذي: صحيح]
"Barangsiapa yang bernasab kepada
selain bapaknya atau berwali kepada selain walinya karena benci terhadap
mereka, maka laknat Allah akan tertimpa atasnya dan Allah tidak akan menerima
darinya, baik itu amalan sunnah atau pun amalan wajib." [Sunan Tirmidziy:
Shahih]
15. Menakut-nakuti
penduduk kota Madinah.
Dari As-Saib bin Khallad radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
" مَنْ أَخَافَ أَهْلَ الْمَدِينَةِ ظُلْمًا أَخَافَهُ اللهُ ،
وَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ، لَا يَقْبَلُ
اللهُ مِنْهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ صَرْفًا وَلَا عَدْلًا " [مسند
أحمد: صحيح]
"Barangsiapa yang membuat
takut penduduk Madinah dengan kedzaliman maka Allah juga akan membuat ia takut,
dan baginya laknat dari Allah, para Malaikat, dan semua manusia, Allah tidak
menerima darinya pada hari kiamat taubat dan tebusan (atau ibadah sunnah dan
wajibnya)". [Musnad Ahmad: Sahih]
Lihat: Keistimewaan kota Madinah
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Apa setelah Ramadhan? - Syarah Riyadhushalihin Bab (15) Menjaga amalan - Jadikan amalan kita bernilai ibadah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...