بسم الله الرحمن الرحيم
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari –rahimahullah-, dari Thalhah bin
Ubaidillah –radhiyallahu ‘anhu-:
أَنَّ
أَعْرَابِيًّا جَاءَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
ثَائِرَ الرَّأْسِ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَخْبِرْنِي مَاذَا فَرَضَ
اللَّهُ عَلَيَّ مِنَ الصَّلاَةِ؟ فَقَالَ: «الصَّلَوَاتِ الخَمْسَ إِلَّا أَنْ
تَطَّوَّعَ شَيْئًا»، فَقَالَ: أَخْبِرْنِي مَا فَرَضَ اللَّهُ عَلَيَّ مِنَ
الصِّيَامِ؟ فَقَالَ: «شَهْرَ رَمَضَانَ إِلَّا أَنْ تَطَّوَّعَ شَيْئًا»،
فَقَالَ: أَخْبِرْنِي بِمَا فَرَضَ اللَّهُ عَلَيَّ مِنَ الزَّكَاةِ؟ فَقَالَ:
فَأَخْبَرَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَرَائِعَ
الإِسْلاَمِ، قَالَ: وَالَّذِي أَكْرَمَكَ، لاَ أَتَطَوَّعُ شَيْئًا، وَلاَ
أَنْقُصُ مِمَّا فَرَضَ اللَّهُ عَلَيَّ شَيْئًا، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «أَفْلَحَ إِنْ صَدَقَ، أَوْ دَخَلَ الجَنَّةَ إِنْ
صَدَقَ»
Bahwasanya seorang A'rabiy (orang yang tinggal di pedalaman) datang kepada
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dengan kondisi rambut yang
kusut, kemudian bertanya: Wahai Rasulullah, sampaikanlah kepadaku apa saja yang
diwajibkan oleh Allah atasku dari amalan shalat?
Maka Rasulullah menjawab: Shalat lima waktu, kecuali jika engkau ingin
shalat sunnah.
(Dalam riwayat lain, Rasulullah menjawab: “Shalat lima waktu dalam
sehari-semalam”. A'rabiy bertanya: Apakah ada selain itu? Rasulullah menjawab:
“Tidak ada, kecuali shalat sunnah”)
Kemudian A'rabiy itu bertanya lagi: Sampaikanlah kepadaku apa saja yang
diwajibkan oleh Allah atasku dari amalan puasa?
Maka Rasulullah menjawab: Puasa di bulan Ramadhan, kecuali jika engkau
ingin puasa sunnah.
(Dalam riwayat lain, Rasulullah menjawab: “Puasa Ramadhan”. A'rabiy
bertanya: Apakah ada selain itu? Rasulullah menjawab: “Tidak ada kecuali puasa
sunnah”)
Kemudian A'rabiy itu bertanya lagi: Sampaikanlah kepadaku apa saja yang
diwajibkan oleh Allah atasku dari amalan zakat?
Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyampaikan
kepadanya beberapa syari'at Islam.
A'rabiy itu kemudian berkata: Demi (Allah) Yang telah memuliakanmu, aku
tidak akan melakukan amalan sunnah sedikitpun, dan aku tidak akan mengurangi
apa yang telah diwajibkan Allah kepadaku sedikitpun.
Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Ia
beruntung jika ia jujur (kepada Allah atas perkataanya itu), atau ia akan masuk
surga jika ia jujur.
Penjelasan singkat hadits di atas:
1.
Thalhah bin Ubaidillah bin Utsman Al-Qurasyiy
At-Taimiy, Abu Muhammad Al-Madaniy (w.36H).
Beliau adalah sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
salah seorang dari 8 sahabat yang paling pertama memeluk Islam, dan salah
seorang dari 10 yang mendapat jaminan masuk surga dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam.
Dari ‘Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
«أَبُو بَكْرٍ فِي الجَنَّةِ، وَعُمَرُ فِي الجَنَّةِ،
وَعُثْمَانُ فِي الجَنَّةِ، وَعَلِيٌّ فِي الجَنَّةِ، وَطَلْحَةُ فِي الجَنَّةِ وَالزُّبَيْرُ
فِي الجَنَّةِ، وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ فِي الجَنَّةِ، وَسَعْدٌ فِي الجَنَّةِ،
وَسَعِيدٌ فِي الجَنَّةِ، وَأَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الجَرَّاحِ فِي الجَنَّةِ» [سنن الترمذي: صحيح]
“Abu Bakr (akan masuk) dalam surga, Umar
dalam surga, Utsman dalam surga, Ali dalam surga, Thalhah dalam surga, Az-Zubair
dalam surga, Abdurrahman bin ‘Auf dalam surga, Sa’ad (bin Abi Waqqash) dalam
surga, Sa’id (bin Zayd) dalam surga, dan Abu ‘Ubaidah bin Al-Jarraah dalam
surga”. [Sunan Tirmidziy: Sahih]
2.
Hadits ini menunjukkan kewajiban shalat lima waktu
(subuh, dzhuhur, ashar, magrib, dan Isya), dan tidak ada shalat yang wajib
secara person (fardhu ‘ain) selainnya.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{أَقِمِ
الصَّلَاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَى غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْآنَ الْفَجْرِ إِنَّ
قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا} [الإسراء: 78]
Dirikanlah shalat dari
sesudah matahari tergelincir (dzuhur dan ashar) sampai gelap malam (magrib dan
isya), dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu
disaksikan (oleh malaikat). [Al-Israa’:78]
Abdullah bin 'Amru bin 'Ash –radhiyallahu ‘anhuma- berkata; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam pernah ditanya tentang waktu shalat, beliau lalu bersabda:
«وَقْتُ
صَلَاةِ الْفَجْرِ مَا لَمْ يَطْلُعْ قَرْنُ الشَّمْسِ الْأَوَّلُ، وَوَقْتُ صَلَاةِ
الظُّهْرِ إِذَا زَالَتِ الشَّمْسِ عَنْ بَطْنِ السَّمَاءِ، مَا لَمْ يَحْضُرِ الْعَصْرُ،
وَوَقْتُ صَلَاةِ الْعَصْرِ مَا لَمْ تَصْفَرَّ الشَّمْسُ، وَيَسْقُطْ قَرْنُهَا الْأَوَّلُ،
وَوَقْتُ صَلَاةِ الْمَغْرِبِ إِذَا غَابَتِ الشَّمْسُ، مَا لَمْ يَسْقُطِ الشَّفَقُ،
وَوَقْتُ صَلَاةِ الْعِشَاءِ إِلَى نِصْفِ اللَّيْلِ»
"Waktu shalat fajar
(subuh) sebelum tanduk matahari pertama (sisi bagian atasnya) muncul, dan waktu
shalat zhuhur jika matahari telah miring (tergelilncir) dari pertengahan
langit, selama belum tiba waktu shalat ashar, dan waktu shalat ashar selama
matahari belum menguning dan tanduk pertamanya (sisi bagian atasnya)
menghilang, dan waktu shalat maghrib jika matahari menghilang selama mega merah
(syafaq) menghilang, dan waktu shalat isya' hingga pertengahan
malam." [Shahih Muslim no.967]
3.
Hadits ini menunjukkan kewajiban puasa Ramadhan, dan
tidak ada puasa wajib secara person selainnya.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ
مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ} [البقرة: 183]
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. [Al-Baqarah:183]
Dari Abu Hurairah radiyallahu 'anhu; Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
«أَتَاكُمْ
رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ، تُفْتَحُ
فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ، وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ، وَتُغَلُّ فِيهِ
مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ، لِلَّهِ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، مَنْ حُرِمَ
خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ» [سنن النسائي: صحيح]
“Telah datang kepada kalian
bulan Ramadhan, bulan penuh berkah (mubarak), Allah 'azza wajalla
mewajibkan atas kalian untuk berpuasa pada bulan itu, dibuka pada bulan itu pintu-pintu
langit, ditutup pintu-pintu neraka, dan setan yang jahat dibelenggu. Pada bulan
itu Allah memiliki satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, barangsiapa
yang terhalang dari kebaikannya berarti ia betul-betul telah terhalang dari
kebaikan”. [Sunan An-Nasa'i: Sahih]
4.
Melaksanakan semua kewajiban dan meninggalkan semua
yang haram adalah syarat keberuntungan di dunia dan di akhirat (masuk surga).
Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu; Bahwasanya seorang
laki-laki bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
أَرَأَيْتَ إِذَا صَلَّيْتُ الصَّلَوَاتِ الْمَكْتُوبَاتِ، وَصُمْتُ رَمَضَانَ،
وَأَحْلَلْتُ الْحَلَالَ، وَحَرَّمْتُ الْحَرَامَ، وَلَمْ أَزِدْ عَلَى ذَلِكَ شَيْئًا،
أَأَدْخُلُ الْجَنَّةَ؟
Bagaimana pendapatmu, jika saya melaksanakan semua shalat wajib, aku
berpuasa Ramadhan, aku menghalalkan yang halal, mengharamkan yang haram, dan
aku tidak menambah sesuatupun selain itu, apakah aku bisa masuk surga?
Rasulullah menjawab: Iya.
Orang itu berkata:
وَاللهِ لَا أَزِيدُ عَلَى ذَلِكَ شَيْئًا
“Demi Allah, aku tidak akan menambah sesuatupun selain itu”. [Sahih
Muslim]
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Seorang A’rabiy
mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya:
دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ إِذَا عَمِلْتُهُ دَخَلْتُ الجَنَّةَ
Tunjukanlah kepadaku amalan jika aku amalkan maka aku akan masuk surga?
Rasulullah menjawab:
«تَعْبُدُ اللَّهَ لاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا،
وَتُقِيمُ الصَّلاَةَ المَكْتُوبَةَ، وَتُؤَدِّي الزَّكَاةَ المَفْرُوضَةَ، وَتَصُومُ
رَمَضَانَ»
“Entkau menyembah Allah dan tidak
menyekutukannya dengan sesuatu pun, engkau mendirikan shalat wajib, menunaikan
zakat fardhu, dan engkau berpuasa Ramadhan”
A’rabiy itu berkata:
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لاَ أَزِيدُ عَلَى هَذَا
“Demi (Allah) Yang jiwaku di tangan-Nya,
aku tidak akan menambah selain ini”.
Setelah orang itu berpaling, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
«مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى رَجُلٍ مِنْ
أَهْلِ الجَنَّةِ، فَلْيَنْظُرْ إِلَى هَذَا» [صحيح البخاري ومسلم]
“Barangsiapa yang senang melihat seorang dari
penduduk surga, maka lihatlah orang ini”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Anas bin Malik radhiyallahu
‘anhu berkata:
نُهِينَا أَنْ نَسْأَلَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ
شَيْءٍ، فَكَانَ يُعْجِبُنَا أَنْ يَجِيءَ الرَّجُلُ مِنْ أَهْلِ الْبَادِيَةِ الْعَاقِلُ،
فَيَسْأَلَهُ، وَنَحْنُ نَسْمَعُ، فَجَاءَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْبَادِيَةِ، فَقَالَ:
يَا مُحَمَّدُ، أَتَانَا رَسُولُكَ فَزَعَمَ لَنَا أَنَّكَ تَزْعُمُ أَنَّ اللهَ أَرْسَلَكَ،
قَالَ: «صَدَقَ»، قَالَ: فَمَنْ خَلَقَ السَّمَاءَ؟ قَالَ: «اللهُ»، قَالَ: فَمَنْ
خَلَقَ الْأَرْضَ؟ قَالَ: «اللهُ»، قَالَ: فَمَنْ نَصَبَ هَذِهِ الْجِبَالَ، وَجَعَلَ
فِيهَا مَا جَعَلَ؟ قَالَ: «اللهُ»، قَالَ: فَبِالَّذِي خَلَقَ السَّمَاءَ، وَخَلَقَ
الْأَرْضَ، وَنَصَبَ هَذِهِ الْجِبَالَ، آللَّهُ أَرْسَلَكَ؟ قَالَ: «نَعَمْ»، قَالَ:
وَزَعَمَ رَسُولُكَ أَنَّ عَلَيْنَا خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي يَوْمِنَا، وَلَيْلَتِنَا،
قَالَ: «صَدَقَ»، قَالَ: فَبِالَّذِي أَرْسَلَكَ، آللَّهُ أَمَرَكَ بِهَذَا؟ قَالَ:
«نَعَمْ»، قَالَ: وَزَعَمَ رَسُولُكَ أَنَّ عَلَيْنَا زَكَاةً فِي أَمْوَالِنَا، قَالَ:
«صَدَقَ»، قَالَ: فَبِالَّذِي أَرْسَلَكَ، آللَّهُ أَمَرَكَ بِهَذَا؟ قَالَ: «نَعَمْ»،
قَالَ: وَزَعَمَ رَسُولُكَ أَنَّ عَلَيْنَا صَوْمَ شَهْرِ رَمَضَانَ فِي سَنَتِنَا،
قَالَ: «صَدَقَ»، قَالَ: فَبِالَّذِي أَرْسَلَكَ، آللَّهُ أَمَرَكَ بِهَذَا؟ قَالَ:
«نَعَمْ»، قَالَ: وَزَعَمَ رَسُولُكَ أَنَّ عَلَيْنَا حَجَّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ
إِلَيْهِ سَبِيلًا، قَالَ: «صَدَقَ»، قَالَ: ثُمَّ وَلَّى، قَالَ: وَالَّذِي بَعَثَكَ
بِالْحَقِّ، لَا أَزِيدُ عَلَيْهِنَّ، وَلَا أَنْقُصُ مِنْهُنَّ، فَقَالَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَئِنْ صَدَقَ لَيَدْخُلَنَّ الْجَنَّةَ» [صحيح مسلم]
"Kami dilarang untuk (banyak) bertanya kepada Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam tentang sesuatu, dan kami senang jika datang seorang
laki-laki dari penduduk gurun yang berakal (cerdas), lalu dia bertanya,
sedangkan kami mendengarnya. Lalu seorang laki-laki dari penduduk gurun datang
seraya berkata: 'Wahai Muhammad, utusanmu mendatangi kami, lalu mengklaim untuk
kami bahwa kamu mengklaim bahwa Allah mengutusmu.' Rasulullah menjawab:
'Benar'. Dia bertanya, 'Siapakah yang menciptakan langit? ' Rasulullah
menjawab: 'Allah.' Dia bertanya, 'Siapakah yang menciptakan bumi? ' Rasulullah
menjawab: 'Allah.' Dia bertanya, 'Siapakah yang memancangkan gunung-gunung ini
dan menjadikan isinya segala sesuatu yang Dia ciptakan? ' Beliau menjawab:
'Allah.' Dia bertanya, 'Maka demi Dzat yang menciptakan langit, menciptakan
bumi, dan memancangkan gunung-gunung ini, apakah Allah yang mengutusmu? '
Beliau menjawab: 'Ya.' Dia bertanya, 'Utusanmu mengklaim bahwa kami wajib
melakukan shalat lima waktu sehari semalam, (apakah ini benar)? ' Beliau
menjawab: 'Benar'. Dia bertanya, 'Demi Dzat yang mengutusmu, apakah Allah
menyuruhmu untuk melakukan ini? ' Beliau menjawab: 'Ya'. Dia bertanya,
'Utusanmu mengklaim bahwa kitab wajib melakukan puasa Ramadlan pada setiap
tahun kita, (apakah ini benar)? ' Beliau menjawab: 'Ya'. Dia bertanya, 'Demi
Dzat yang mengutusmu, apakah Allah menyuruhmu untuk melakukan ini? ' Beliau
menjawab: 'Ya'. Dia bertanya, 'Utusanmu mengklaim bahwa kami wajib melakukan
haji bagi siapa di antara kami yang mampu menempuh jalan-Nya, (apakah ini
benar)? ' Beliau menjawab, 'Ya benar'. Kemudian dia berpaling dan berkata,
'Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak akan menambah atas
kewajiban tersebut dan tidak akan mengurangi darinya'. Maka Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Jika benar (yang dikatakannya), sungguh dia
akan masuk surga'." [Shahih Muslim]
5.
Boleh tidak melakukan amalan sunnah secara keseluruhan
dengan syarat tidak meninggalkan kewajiban sedikitpun dan tidak melakukan yang
haram sedikitpun, karena amalan sunnah adalah pelengkap amalan wajib yang
kurang.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
" إِنَّ أَوَّلَ
مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ، فَإِنْ صَلُحَتْ
فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ، فَإِنْ انْتَقَصَ
مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ، قَالَ الرَّبُّ عَزَّ وَجَلَّ: انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي
مِنْ تَطَوُّعٍ فَيُكَمَّلَ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيضَةِ، ثُمَّ يَكُونُ سَائِرُ
عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ " [سنن الترمذي:
صحيح]
“Sesungguhnya yang pertama diperiksa pada seorang hamba di hari
kiamat dari amalannya adalah shalat-nya, maka jika sempurna maka beruntunglah
ia dan selamatlah ia, dan jika rusak maka celakalah ia dan rugilah ia. Kemudian
jika ada sesuatu yang kurang dari shalat wajibnya, Allah ‘azza wa jalla
berfirman: Periksalah, apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah. Maka
dengannya disempurnakan apa yang kurang dari shalat wajibnya. Kemudian setelah
itu amalan lain diperiksa seperti itu.” [Sunan Tirmidziy: Sahih]
Allah mencintai orang yang banyak melakukan amalan
sunnah.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah
sallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Allah subhanahu wata'ala berfirman
dalam sebuah hadits qudsi:
مَا تَقَرَّبَ
إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ، وَمَا
يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا
أَحْبَبْتُهُ: كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِي
يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي
بِهَا، وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ
"Tidak ada ibadah yang dipersembahkan hamba-Ku yang paling
Aku cintai dari apa yang telah Aku wajibkan kepadanya, dan tidaklah hamba-ku
senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan sunnah sampai Aku
mencintainya. Dan jika Aku mencintainya, maka Aku sebagai pendengaran yang ia
pakai mendengar, penglihatan yang ia pakai melihat, tangan yang ia pakai
memegang, dan kaki yang ia pakai berjalan, dan jika ia meminta kepada-Ku akan
Aku berikan, dan jika ia minta perlindungan dari-Ku akan Aku lindungi".
[Sahih Bukhari]
6.
Semangat seorang ‘Arabiy yang tinggal jauh dari kota
Madinah untuk menuntut ilmu agama.
Dari Abu Ad-Dardaa' radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ
سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيهِ عِلْمًا سَلَكَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا مِنْ طُرُقِ
الْجَنَّةِ، وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ،
وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ، وَمَنْ فِي الْأَرْضِ،
وَالْحِيتَانُ فِي جَوْفِ الْمَاءِ، وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ، كَفَضْلِ
الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ، وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ
الْأَنْبِيَاءِ، وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا، وَلَا دِرْهَمًا
وَرَّثُوا الْعِلْمَ، فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ» [سنن أبي داود: صححه الألباني]
“Barangsiapa yang menempuh satu jalan untuk menuntut ilmu maka
Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Sesungguhnya para malaikat
merendahkan sayapnya karena meridhai seorang yang menuntut ilmu. Sesungguhnya
seorang ulama dimintakan ampunan untuknya oleh penghuni langit dan bumi dan
ikan di lautan. Sesungguhnya keutamaan seorang ulama terhadap seorang ahli
ibadah seperti keutamaan bulan malam purnama dibandingkan dengan bintang
lainnya. Sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi, dan sesungguhnya para
Nabi tidak mewariskan dinar atau dirham tapi mereka mewariskan ilmu, maka
barangsiapa yang mengambilnya berarti ia telah mengambil sesuatu yang sangat
besar”. [Sunan Abu Daud: Sahih]
7.
Menuntut ilmu agama dari orang yang paling ahli di
bidangnya, bukan pada sembarang orang yang tidak jelas agamanya. Sebagaimana si
A’rabiy yang tidak merasa cukup dengan hanya bertanya kepada orang di sekitarnya
yang sudah masuk Islam atau kepada siapa saja yang ia ditemui di kota Madinah.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{فَاسْأَلُوا
أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ} [النحل: 43]
"Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan
jika kamu tidak mengetahui". [An-Nahl:43]
{فَاسْأَلْ
بِهِ خَبِيرًا } [الفرقان: 59]
"Maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih
mengetahui tentang Dia".
[Al-Furqaan:59]
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Ketika Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam dalam suatu majlis berbicara dengan suatu kaum, seorang
A’rabiy mendatangi beliau dan bertanya: Kapan datangnya hari kiamat?
Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tetap melanjutkan
pembicaraannya. Maka sebagian dari kaum itu berkata: Beliau mendengar apa yang
A’rabi itu tanyakan tapi beliau tidak suka dengan pertanyaan itu. Dan yang lain
mengatakan: Justru belia tidak mendengar pertanyaannya. Sampai beliau selesai
berbicara dan bertanya:
«أَيْنَ - أُرَاهُ - السَّائِلُ عَنِ السَّاعَةِ»
Mana orang yang bertanya tentang hari kiamat tadi?
A’rabi menjawab: Ini aku wahai Rasulullah!
Beliau menjawab:
«فَإِذَا ضُيِّعَتِ الأَمَانَةُ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ»
“Ketika amanat itu dilalaikan maka tunggulah
datangnya hari kiamat”
A’rabi bertanya lagi: Bagaimana amanat itu
dilalaikan?
Beliau menjawab:
«إِذَا
وُسِّدَ الأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ» [صحيح البخاري]
“Jika urusan disandarkan kepada yang bukan
ahlinya maka tunggulah datangnya hari kiamat”. [Shahih Bukhari]
Dari Abu Umayyah Al-Jumahiy radhiyallahu ‘anhu; Bahwasanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
" إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ ثَلَاثًا: إِحْدَاهُنَّ أَنْ يُلْتَمَسَ
الْعِلْمُ عِنْدَ الْأَصَاغِرِ " [الزهد والرقائق لابن المبارك]
“Diantara tanda datangnya hari kiamat ada tiga:
Salah satunya adalah ketika ilmu agama diambil dari orang-orang yang masih muda
(ilmunya sedikit)”. [Az-Zuhd karya Ibnu Al-Mubarak]
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
«سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ، يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ،
وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ، وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ، وَيُخَوَّنُ فِيهَا
الْأَمِينُ، وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ»
“Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang
penuh kedustaan, pendusta dipercaya, dan orang jujur didustakan, penghianat
diberi amanah, dan orang amanah dikhianati, dan Ar-Ruwaibidhah turut berbicara”
Ditanyakan: Apa itu ar-rawaibidhah?
Beliau menjawab:
«الرَّجُلُ التَّافِهُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ»
[سنن ابن ماجه: صحيح]
“Orang bodoh (hina) berkomentar dalam urusan
umum (yang bukan keahlihannya)”. [Sunan Ibnu Majah: Shahih]
8.
Syari’at Islam itu mudah, tidak membutuhkan teori
filsafat yang membingunkan.
Dari Abu Hurairah
radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
"
إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ
" [صحيح البخاري]
“Sesungguhnya
agama Islam itu mudah (jika mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah dengan baik), dan
seseorang tidak mempersulit urusan agama (dengan sesuatu yang tidak
disyari’atkan) kecuali ia akan terkalahkan olehnya”. [Sahih Bukhari]
9. Memberi
kemudahan dan kabar gembira ketika berda’wah.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu; Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
«يَسِّرُوا
وَلاَ تُعَسِّرُوا، وَبَشِّرُوا، وَلاَ تُنَفِّرُوا» [صحيح البخاري]
“Berilah kemudahan dan jangan mempersulit,
berilah kabar gembira dan jangan membuat orang lari menjauh”. [Shahih Bukhari]
Abdullah bin Busr radiyallahu 'anhu berkata: Seseorang bertanya: Ya Rasulullah ..
Sesungguhnya syari'at Islam terlalu banyak untukku, maka tunjukilah aku sesuatu
yang bisa ku jadikan pegangan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
menjawab:
«لَا
يَزَالُ لِسَانُكَ رَطْبًا مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ» [سنن الترمذي: صححه الألباني]
"Biarkan lidahmu
senantiasa basah karena berzikir mengingat Allah". [Sunan Tirmizi: Sahih]
Dalam hadits ini,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengajarkan kepada sahabatnya
untuk memperbanyak zikir sehingga syari'at Islam yang dianggap berat menjadi
mudah baginya untuk ia jalankan.
10.
Keutamaan sifat jujur.
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّ الصِّدْقَ بِرٌّ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي
إِلَى الْجَنَّةِ، وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ، حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ
اللهِ صِدِّيقًا، وَإِنَّ الْكَذِبَ فُجُورٌ، وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ،
وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ، حَتَّى يُكْتَبَ كَذَّابًا» [صحيح البخاري ومسلم]
“Sesungguhnya jujur itu suatu kebaikan, dan
kebaikan itu mengantar kepada surga, dan sesungguhnya seorang hamba senantiasa
berusaha untuk selalu jujur sampai ia dicatat di sisi Allah sebagai orang yang shiddiq
(senantiasa jujur). Dan sesungguhnya dusta itu adalah keburukan, dan keburukan
mengantar kepada neraka, dan sesungguhnya seorang hamba senaniasa berdusta
sampa dicatat sebagai seorang pendusta”. [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ma’daan bin Abi Thalhah Al-Ya’mariy rahimahullah
berkata: Aku menemui Tsauban radhiyallahu ‘anhu bekas budak Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka aku bertanya: Beritahulah aku
tentang amalan yang jika aku amalkan maka Allah akan memasukkanku ke surga?
Maka ia terdiam, kemudian aku menanyainya lagi
namun ia tetap diam, kemudian aku menanyainya yang ke tiga kali maka ia
berkata: Aku telah menanyakan hal itu pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, maka beliau bersabda:
«عَلَيْكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ لِلَّهِ، فَإِنَّكَ لَا تَسْجُدُ لِلَّهِ
سَجْدَةً، إِلَّا رَفَعَكَ اللهُ بِهَا دَرَجَةً، وَحَطَّ عَنْكَ بِهَا خَطِيئَةً»
“Hendaklah engkau memperbanyak sujud kepada
Allah, karena sesungguhnya engkau tidak sujud kepada Allah satu sujud kecuali
Allah mengangkatmu dengannya satu derajat dan menghapus darimu dengannya satu
dosa”. [Sahih Muslim]
Seorang sahabat
Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam- bertanya: Ajarilah aku suatu
amalan yang bisa memasukkanku ke surga, tapi jangan terlalu banyak untukku.
Rasulullah menjawab: «لَا تَغْضَبْ»
"Jangan marah". [Musnad Abu Ya'laa: Sahih]
Walahu a’lam!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...