بسم الله الرحمن الرحيم
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
بَابُ قَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ»
“Bab: Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam “Islam dibangun atas lima (rukun)””.
Judul bab ini adalah penggalan hadits Ibnu
Umar radhiyallahu ‘anhuma yang akan diriwayatkan pada bab
berikutnya. Dan dalam bab ini, imam Bukhari hanya menjelasakan hakikat iman dan
jenis-jenis iman yang termasuk diantaranya adalah rukun Islam.
A. Hakikat
iman.
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
وَهُوَ قَوْلٌ وَفِعْلٌ، وَيَزِيدُ
وَيَنْقُصُ، قَالَ اللَّهُ تَعَالَى {لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ} [الفتح: 4] {وَزِدْنَاهُمْ هُدًى} [الكهف: 13] {وَيَزِيدُ اللَّهُ الَّذِينَ
اهْتَدَوْا هُدًى} [مريم: 76] {وَالَّذِينَ اهْتَدَوْا زَادَهُمْ
هُدًى وَآتَاهُمْ تَقْوَاهُمْ} [محمد: 17] وَقَوْلُهُ: {وَيَزْدَادَ الَّذِينَ
آمَنُوا إِيمَانًا} [المدثر: 31] وَقَوْلُهُ: {أَيُّكُمْ زَادَتْهُ
هَذِهِ إِيمَانًا فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَزَادَتْهُمْ إِيمَانًا} [التوبة: 124] وَقَوْلُهُ جَلَّ ذِكْرُهُ: {فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا} [آل عمران: 173] وَقَوْلُهُ تَعَالَى: {وَمَا زَادَهُمْ إِلَّا إِيمَانًا
وَتَسْلِيمًا} [الأحزاب: 22]
“Dan
iman itu berupa ucapan dan perbuatan, bisa bertambah dan bisa berkurang. Allah ta’aalaa
berfirman: {supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka
(yang telah ada)} [Al-Fath: 4], {dan Kami tambahkan petunjuk kepada
mereka} [Al-Kahf: 13], {Dan Allah akan
menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk} [Maryam: 76], {Dan orang-orang yang mau menerima
petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan balasan
ketakwaannya} [Muhammad: 17], {dan supaya orang yang beriman bertambah
imannya} [Al-Mudatsir: 31], {"Siapakah di antara kamu yang bertambah
imannya dengan (turunnya) surat ini?" Adapun orang-orang yang beriman,
maka surat Ini menambah imannya} [At-Taubah: 124], {karena itu takutlah
kepada mereka", Maka perkataan itu menambah keimanan mereka} [Ali
Imran: 173], {Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali
iman dan ketundukan} [Al-Ahzaab:22]”
Penjelasan singkat:
1. Iman terdiri dari empat hal: Keyakinan dalam hati, amalan
hati, ucapan lisan, dan amalan anggota tubuh lainnya.
Dari
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
«الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ -
أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ - شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لَا إِلَهَ إِلَّا
اللهُ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ
مِنَ الْإِيمَانِ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Keimanan itu terdiri dari tujuh puluh lebih
atau enam puluh lebih cabang. Yang paling afdal (tinggi kedudukannya) adalah
mengatakan "tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah", dan yang
paling rendah adalah menjauhkan duri/kotoran dari jalan. Dan rasa malu adalah
cabang dari keimanan". [Sahih Bukhari dan Muslim]
2. Imam bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan
maksiat.
Dari
Ibnu Abbas radliallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
«لاَ يَزْنِي العَبْدُ
حِينَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَلاَ يَسْرِقُ حِينَ يَسْرِقُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ،
وَلاَ يَشْرَبُ حِينَ يَشْرَبُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَلاَ يَقْتُلُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ» قَالَ
عِكْرِمَةُ: قُلْتُ لِابْنِ عَبَّاسٍ: كَيْفَ يُنْزَعُ الإِيمَانُ مِنْهُ؟ قَالَ:
«هَكَذَا، وَشَبَّكَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ، ثُمَّ أَخْرَجَهَا، فَإِنْ تَابَ عَادَ
إِلَيْهِ هَكَذَا، وَشَبَّكَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ»
"Tidaklah berzina seorang hamba yang berzina
ketika ia berzina dalam keadaan beriman, dan tidaklah mencuri ketika ia mencuri
dalam keadaan beriman, tidaklah ia meminum khamr ketika meminumnya dan ia dalam
keadaan beriman, dan tidaklah dia membunuh sedang dia dalam keadaan beriman."
Ikrimah
berkata: Saya bertanya kepada 'Ibnu 'Abbas; 'Bagaimana iman bisa dicabut
padanya? '
Ibnu
Abbas menjawab: 'Seperti ini', sambil menjalinkan jari-jemarinya, kemudian ia
keluarkan, 'maka jika ia bertaubat, iman itu kembali kepadanya, ' sambil ia
menjalin jari jemarinya. [Sahih Bukhari]
Lihat: Keimanan dan kekafiran
3. Dalil Al-Qur’an bahwa iman itu bisa bertambah dan
berkurang, yang disebutkan oleh Imam Bukhari.
Ayat pertama; Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ
السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ
إِيمَانِهِمْ} [الفتح: 4]
Dia-lah
yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati (kedamaian dan kesabaran) orang-orang
mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah
ada). [Al-Fath:4]
Ayat kedua; Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ
نَبَأَهُمْ بِالْحَقِّ إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آمَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ
هُدًى} [الكهف: 13]
Kami ceritakan kepadamu (Muhammad) kisah mereka
dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada
Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka. [Al-Kahf: 13]
Ayat ketiga; Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{وَيَزِيدُ
اللَّهُ الَّذِينَ اهْتَدَوْا هُدًى} [مريم: 76]
Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka
yang telah mendapat petunjuk. [Maryam: 76]
Ayat keempat; Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{وَالَّذِينَ
اهْتَدَوْا زَادَهُمْ هُدًى وَآتَاهُمْ تَقْوَاهُمْ} [محمد: 17]
Dan orang-orang yang mau menerima petunjuk, Allah
menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan balasan ketakwaannya. [Muhammad: 17]
Ayat kelima; Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{وَمَا جَعَلْنَا
أَصْحَابَ النَّارِ إِلَّا مَلَائِكَةً وَمَا جَعَلْنَا عِدَّتَهُمْ إِلَّا
فِتْنَةً لِلَّذِينَ كَفَرُوا لِيَسْتَيْقِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ
وَيَزْدَادَ الَّذِينَ آمَنُوا إِيمَانًا وَلَا يَرْتَابَ الَّذِينَ أُوتُوا
الْكِتَابَ وَالْمُؤْمِنُونَ وَلِيَقُولَ الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ
وَالْكَافِرُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلًا كَذَلِكَ يُضِلُّ اللَّهُ
مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاء} [المدثر: 31]
Dan
tiada Kami jadikan Penjaga neraka itu melainkan dari malaikat: dan tidaklah Kami
menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang
kafir, supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang
yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab dan orng-orang mukmin itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang
yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan):
"Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan Ini sebagai suatu perumpamaan?"
Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi
petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. [Al-Mudatsir:31]
Ayat keenam; Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{وَإِذَا مَا أُنْزِلَتْ
سُورَةٌ فَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ أَيُّكُمْ زَادَتْهُ هَذِهِ إِيمَانًا فَأَمَّا
الَّذِينَ آمَنُوا فَزَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَهُمْ يَسْتَبْشِرُونَ (124) وَأَمَّا
الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَى رِجْسِهِمْ
وَمَاتُوا وَهُمْ كَافِرُونَ} [التوبة: 124-125]
Dan
apabila diturunkan suatu surah, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada
yang berkata: "Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan
(turunnya) surah ini?" Adapun orang-orang yang beriman, maka surah Ini
menambah imannya, dan mereka merasa gembira. Dan adapun orang-orang yang di
dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surah itu bertambah kekafiran
mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan
kafir. [At-Taubah: 124-125]
Ayat ketujuh; Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ
إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا
وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ} [آل
عمران: 173]
Orang-orang
(yang mentaati Allah dan rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang
mengatakan: "Sesungguhnya manusia (orang Quraisy) telah mengumpulkan
pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", Maka
perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah
Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung". [Ali Imran: 173]
Ayat kedelapan; Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَلَمَّا رَأَى الْمُؤْمِنُونَ
الْأَحْزَابَ قَالُوا هَذَا مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَصَدَقَ اللَّهُ
وَرَسُولُهُ وَمَا زَادَهُمْ إِلَّا إِيمَانًا وَتَسْلِيمًا} [الأحزاب: 22]
Dan
tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka
berkata: "Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya [kemenangan] kepada
kita". Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah
menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan. [Al-Ahzaab:22]
B. Jenis-jenis iman.
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
وَالحُبُّ فِي اللَّهِ وَالبُغْضُ فِي
اللَّهِ مِنَ الإِيمَانِ، وَكَتَبَ عُمَرُ بْنُ عَبْدِ العَزِيزِ إِلَى عَدِيِّ
بْنِ عَدِيٍّ: «إِنَّ لِلْإِيمَانِ فَرَائِضَ، وَشَرَائِعَ، وَحُدُودًا،
وَسُنَنًا، فَمَنِ اسْتَكْمَلَهَا اسْتَكْمَلَ الإِيمَانَ، وَمَنْ لَمْ
يَسْتَكْمِلْهَا لَمْ يَسْتَكْمِلِ الإِيمَانَ، فَإِنْ أَعِشْ فَسَأُبَيِّنُهَا
لَكُمْ حَتَّى تَعْمَلُوا بِهَا، وَإِنْ أَمُتْ فَمَا أَنَا عَلَى صُحْبَتِكُمْ
بِحَرِيصٍ»، وَقَالَ إِبْرَاهِيمُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {وَلَكِنْ
لِيَطْمَئِنَّ قَلْبِي}، وَقَالَ مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ: «اجْلِسْ بِنَا نُؤْمِنْ
سَاعَةً»، وَقَالَ ابْنُ مَسْعُودٍ: «اليَقِينُ الإِيمَانُ كُلُّهُ»، وَقَالَ
ابْنُ عُمَرَ: «لاَ يَبْلُغُ العَبْدُ حَقِيقَةَ التَّقْوَى حَتَّى يَدَعَ مَا
حَاكَ فِي الصَّدْرِ»، وَقَالَ مُجَاهِدٌ: «{شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ}
أَوْصَيْنَاكَ يَا مُحَمَّدُ وَإِيَّاهُ دِينًا وَاحِدًا»، وَقَالَ ابْنُ
عَبَّاسٍ: {شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا} سَبِيلًا وَسُنَّةً.
“Dan cinta karena Allah dan benci karena
Allah termasuk keimanan, ‘Umar bin Abdil ‘Aziz menulis surat kepada
‘Adiy bin ‘Adiy: “Sesungguhnya imam itu memiliki amalan wajib, aqidah,
larangan, dan anjuran. Siapa yang menyempurnakannya maka imannya sempurna, dan
siapa yang tidak menyempurnakannya maka imannya tidak sempurna. Jika saya masih
hidup maka akan aku jelaskan kepada kalian agar kalian mengamalkannya, dan jika
aku telah wafat maka saya tidak mengharapkan kebersamaan dengan kalian”. Dan Ibrahim
shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: {akan tetapi agar hatiku tetap
mantap (dengan imanku)}
[Al-Baqarah: 260]. Dan Mu’adz bin Jabal berkata: “Duduklah bersama kami,
kita beriman sesaat”. Dan Ibnu Mas’ud berkata: “Keyakinan itu adalah
keimanan seluruhnya”. Dan Ibnu Umar berkata: “Seorang hamba tidak
mencapai hakikat taqwa sampai ia meninggalkan apa yang mengusik di dadanya”.
Dan Mujahid berkata: “{Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama},
Kami mewasiatkannya kepadamu wahai Muhammad dan kepadanya berupa agama yang
satu”. Dan Ibnu ‘Abbas berkata: “{Aturan dan jalan yang terang}, jalan
dan sunnah”.
Penjelasan singkat:
1) Cinta
karena Allah dan benci karena Allah termasuk keimanan.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمَنُ وُدًّا} [مريم: 96]
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh,
kelak Allah yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih
sayang.
[Maryam: 96]
Ø
Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ
أَحَبَّ لِلَّهِ، وَأَبْغَضَ لِلَّهِ، وَأَعْطَى لِلَّهِ، وَمَنَعَ لِلَّهِ فَقَدِ
اسْتَكْمَلَ الْإِيمَانَ» [سنن أبي داود:
صححه الألباني]
"Barangsiapa
mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah dan
melarang (menahan) karena Allah, maka sempurnalah imannya." [Sunan Abu Daud: Sahih]
Ø Al-Barra` bin 'Azib radhiyallahu ‘anhu berkata:
كُنَّا جُلُوسًا عِنْدَ النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: «أَيُّ عُرَى الْإِسْلَامِ أَوْثَقُ؟»
، قَالُوا: الصَّلَاةُ، قَالَ: «حَسَنَةٌ، وَمَا هِيَ بِهَا؟» قَالُوا:
الزَّكَاةُ، قَالَ: «حَسَنَةٌ، وَمَا هِيَ بِهَا؟» قَالُوا: صِيَامُ رَمَضَانَ.
قَالَ: «حَسَنٌ، وَمَا هُوَ بِهِ؟» قَالُوا: الْحَجُّ، قَالَ: «حَسَنٌ، وَمَا هُوَ
بِهِ؟» قَالُوا: الْجِهَادُ، قَالَ: «حَسَنٌ، وَمَا هُوَ بِهِ؟» قَالَ: «إِنَّ
أَوْثَقَ عُرَى الْإِيمَانِ أَنْ تُحِبَّ فِي اللَّهِ، وَتُبْغِضَ فِي اللَّهِ» [مسند أحمد]
Kami pernah duduk disisi Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam, kemudian beliau bertanya: "Cabang Islam yang manakah
yang paling pokok?" Mereka menjawab: "Shalat." Beliau bersabda:
"Bagus, lalu apakah selanjutnya?" Mereka menjawab: "Zakat."
Beliau bersabda: "Bagus. lalu apa setelah itu?" Mereka menjawab:
"Puasa." Beliau bersabda: "Bagus. Kemudian apalagi
setelahnya?" Mereka pun menjawab: "Jihad." Dan beliau kembali
bersabda: "Bagus. Dan apalagi setelahnya? Sesungguhnya cabang keimamanan
yang paling pokok adalah, kamu mencintai sesuatu karena Allah, dan membenci
juga karena Allah." [Musnad Ahmad: Hasan]
Lihat: Saling mencintai karena Allah
2) Imam
Bukhari menyebutkan beberapa atsar sahabat dan tabi’in tentang jenis-jenis iman
dan dalil bahwa keimanan itu bertambah dan berkurang.
Pertama: Atsar ‘Umar bin Abdil ‘Aziz rahimahullah.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah rahimahullah
dalam Mushannaf-nya (6/172) no.30444; Ia berkata:
حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ [حماد بن
أسامة]، عَنْ جَرِيرِ بْنِ حَازِمٍ قَالَ: حَدَّثَنِي عِيسَى بْنُ عَاصِمٍ قَالَ:
حَدَّثَنِي عَدِيُّ بْنُ عَدِيٍّ [بن عميرة الكندي، تابعي من أولاد الصحابة، وكان
عامل عمر بن عبد العزيز على الجزيرة] قَالَ: كَتَبَ إِلَيَّ عُمَرُ بْنُ عَبْدِ
الْعَزِيزِ: «أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ لِلْإِيمَانِ فَرَائِضَ وَشَرَائِعَ
وَحُدُودًا وَسُنَنًا، فَمَنِ اسْتَكْمَلَهَا اسْتَكْمَلَ الْإِيمَانَ، وَمَنْ
لَمْ يَسْتَكْمِلْهَا لَمْ يَسْتَكْمِلِ الْإِيمَانَ، فَإِنْ أَعِشْ
فَسَأُبَيِّنُهَا لَكُمْ حَتَّى تَعْمَلُوا بِهَا، وَإِنْ أَمُتْ قَبْلَ ذَلِكَ
فَمَا أَنَا عَلَى صُحْبَتِكُمْ بِحَرِيصٍ»
Telah menceritakan kepada kami Abu Usamah
[Hammad bin Usamah], dari Jarir bin Hazim, ia berkata: Telah meceritakan
kepadaku ‘Isa bin ‘Ashim, ia berkata: Telah menceritakan kepadaku ‘Adiy bin
‘Adiy [bin ‘Umairah Al-Kindiy, seorang tabi’iy dari anak sahabat, sebagai
pegawai Umar bin ‘Abdil ‘Aziz di Jazirah Arab], ia berkata: Umar bin ‘Abdul
‘Aziz menulis kepadaku: “Amma ba’du, sesungguhnya keimanan itu memiliki
amalan wajib, aqidah, larangan, dan anjuran, maka barangsiapa yang
menyempurnakannya maka ia telah menyempurnakan iman, dan siapa yang tidak
menyempurnakannya maka ia tidak menyempurnakan iman. Jika saya masih hidup maka
akan saya jelaskan kepada kalian agar kalian mengamalkannya. Namun jika aku
wafat sebelum itu, maka aku tidak mengharapkan pertemanan dengan kalian”.
Ibnu Hajar rahimahullah berkata
dalam “Tagliq At-Ta’liq” (2/20):
"هُوَ إِسْنَاد
صَحِيح، وَرِجَاله ثِقَات"
“Ini adalah sanad yang shahih dan semua
perawinya tsiqah”.
Kedua: Ucapan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam.
Dalam
firman Allah subhanahu wata'aalaa:
{وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ أَرِنِي
كَيْفَ تُحْيِ الْمَوْتَى قَالَ أَوَلَمْ تُؤْمِنْ قَالَ بَلَى وَلَكِنْ
لِيَطْمَئِنَّ قَلْبِي قَالَ فَخُذْ أَرْبَعَةً مِنَ الطَّيْرِ فَصُرْهُنَّ
إِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلَى كُلِّ جَبَلٍ مِنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ
يَأْتِينَكَ سَعْيًا وَاعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ}
[البقرة: 260]
Dan (Ingatlah) ketika Ibrahim berkata:
"Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan
orang-orang mati." Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu ?"
Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar
hatiku tetap mantap (dengan imanku) Allah berfirman: "(Kalau demikian)
ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman):
"Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian
itu, Kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan
segera." dan Ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
[Al-Baqarah: 260]
Ø Dari Sa’id bin Jubair rahimahullah;
{لِيَطْمَئِنَّ قَلْبِي} [البقرة: 260] قَالَ: «لِيَزْدَادَ يَقِينِي»
{Agar hatiku tetap mantap}, ia
berkata: “Agar bertambah keyakinanku”. [Tafsir Ath-Thabariy]
Ø Dari Mujahid dan Ibrahim An-Nakha’iy rahimahumallah
tentang firman Allah;
{لِيَطْمَئِنَّ قَلْبِي} [البقرة: 260] قَالَا: «لِأَزْدَادَ إِيمَانًا مَعَ إِيِمَانِي»
{Agar hatiku tetap mantap}, keduanya
berkata: “Agar aku bertambah dengan keimanan bersama keimananku yang sudah
ada”. [Tafsir Ath-Thabariy]
Ketiga: Atsar Mu’adz bin Jabal radhiyallahu
‘anhu.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah rahimahullah
dalam Mushannaf-nya (6/164) no.30363; Ia berkata:
حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، قَالَ: حَدَّثَنَا
الْأَعْمَشُ، عَنْ جَامِعِ بْنِ شَدَّادٍ، عَنِ الْأَسْوَدِ بْنِ هِلَالٍ الْمُحَارِبِيِّ،
قَالَ: قَالَ لِي مُعَاذٌ: «اجْلِسْ بِنَا نُؤْمِنُ سَاعَةً»، يَعْنِي: نَذْكُرُ
اللَّهَ
Telah menceritakan kepada kami Waki’, ia
berkata: Telah menceritakan kepada kami Al-A’masy, dari Jami’ bin Syaddad, dari
Al-Aswad bin Hilal Al-Muharibiy, ia berkata: Mu’adz berkata kepadaku: “Duduklah
dengan kami untuk beriman sesaat”, maksudnya: Kita mengikat Allah.
Ibnu Hajar rahimahullah berkata
dalam “Tagliq At-Ta’liq” (2/21):
"هَذَا مَوْقُوف
صَحِيح"
“Ini adalah hadits mauquf (perkataan
sahabat) yang shahih”.
Keempat: Atsar Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu
‘anhu.
Diriwayatkan
oleh Imam Ahmad rahimahullah dalam “As-Sunnah” (1/374) no.817; ia berkata:
نا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ،
عَنْ سُفْيَانَ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي ظَبْيَانَ [حصين بن جُندُب الجنبي]،
عَنْ عَلْقَمَةَ [بن قيس]، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ: «الصَّبْرُ نِصْفُ
الْإِيمَانِ، وَالْيَقِينُ الْإِيمَانُ كُلُّهُ»
Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman
bin Mahdiy, dari Sufyan, dari Al-A’masy, dari Abu Dzabyan [Hushain bin Jundub
Al-Janbiy], dari ‘Alqamah [bin Qais], dari Abdullah, ia berkata:
“Kesabaran adalah separuh iman, dan yakin adalah keimanan seluruhnya”.
Ibnu Hajar rahimahullah berkata
dalam “Tagliq At-Ta’liq” (2/22):
"هَذَا مَوْقُوف
صَحِيح"
“Ini adalah hadits mauquf (perkataan
sahabat) yang shahih”
Kelima: Atsar Abdullah bin Umar radhiyallahu
‘anhuma.
Al-Hafidz
Ibnu Hajar rahimahullah berkata dalam “Tagliq At-Ta’liq” (2/24):
لم أَقف عَلَيْهِ، وَفِي التِّرْمِذِيّ
وَالْحَاكِم من حَدِيث عَطِيَّة السَّعْدِيّ معنى هَذَا مَرْفُوعا، وَلَفظه: «لَا
يَبْلُغُ العَبْدُ أَنْ يَكُونَ مِنَ المُتَّقِينَ حَتَّى يَدَعَ مَا لَا بَأْسَ
بِهِ حَذَرًا لِمَا بِهِ البَأْسُ»
Aku tidak mendapatkannya, dan dalam riwayat
At-Tirmidziy dan Al-Hakim dari hadits ‘Athiyah As-Sa’diy –radhiyallahu
‘anhu- semakna dengan atsar ini secara marfu’ (dari Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam) dan lafadznya: "Seorang hamba tidak akan sampai pada
derajat orang-orang muttaqin sehingga dia meninggalkan sesuatu yang boleh
(mubah) karena berhati-hati dari hal-hal yang dilarang."
Imam Tirmidziy rahimahullah berkata:
«هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ
غَرِيبٌ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ هَذَا الوَجْهِ» [سنن الترمذي 4/634]
“Hadits ini hasan gharib, kami tidak
mengetahuinya kecuali dari jalur sanad ini." [Sunan Tirmidziy: 4/634]
Al-Hakim rahimahullah berkata
dalam “Al-Mustadrak” (4/355):
" هَذَا حَدِيثٌ
صَحِيحُ الْإِسْنَادِ وَلَمْ يُخَرِّجَاهُ "
“Ini adalah hadits yang shahih sanadnya,
dan keduanya (Bukhari dan Muslim) tidak meriwayatkannya”.
Adz-Dzahabiy rahimahullah dalam
“At-Talkhish” juga menshahihkannya. Wallahu a’lam!
Keenam: Atsar Mujahid bin Jabr Al-Makkiy rahimahullah.
Ketika menafsirkan firman Allah ‘azza wajalla:
{شَرَعَ
لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ
وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ
وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ
اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ يُنِيبُ} [الشورى: 13]
Dia (Allah) telah
mensyariatkan kepadamu agama yang telah
diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad)
dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu tegakkanlah
agama (keimanan dan ketakwaan) dan janganlah kamu berpecah belah di dalamnya.
Sangat berat bagi orang-orang musyrik (untuk mengikuti) agama yang kamu serukan
kepada mereka. Allah memilih orang yang Dia kehendaki kepada agama tauhid dan
memberi petunjuk kepada (agama)-Nya bagi orang yang kembali (kepada-Nya). [Asy-Syura: 13]
Ø
Diriwayatkan oleh Ibnu Syadzan rahimahullah dalam kitab “Tafsir
Mujahid” (hal.588); Ia berkata:
أنا عَبْدُ الرَّحْمَنِ [بن الحسن
الهمذاني]، قَالَ: نا إِبْرَاهِيمُ [بْنُ الْحُسَيْنِ الْهَمَذَانِيِّ]، قَالَ: نا
آدَمُ [بن أبي إياس]، قَالَ: ثنا وَرْقَاءُ [بن عمر اليشكري]، عَنِ [عبد الله]
ابْنِ أَبِي نَجِيحٍ، عَنْ مُجَاهِدٍ، فِي قَوْلِهِ: {شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ
مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا} [الشورى: 13] يَقُولُ: «أَوْصَاكَ بِهِ يَا مُحَمَّدُ
وَأَنْبِيَاءَهُ كُلَّهُمْ بِالْإِسْلَامِ دِينًا وَاحِدًا»
Telah
menceritakan kepada kami Abdurrahman [bin Hasan Al-Hamdzaniy], ia berkata:
Telah menceritakan kepada kami Ibrahim [bin Al-Husain Al-Hamdzaniy], ia
berkata: Telah menceritakan kepada kami Adam [bin Abi Iyas], ia berkata: Telah
menceritakan kepada kami Warqa’ [bin ‘Umar Al-Yasykuriy], dari [Abdullah] Ibnu
Abi Najih, dari Mujahid; Tentang firman Allah: {Dia telah
mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan kepada Nuh}
[Asy-Syura: 13], ia berkata: “Allah mewasiatkannya kepadamu wahai Muhammad dan
para NabiNya seluruhnya dengan Islam agama yang satu”.
Al-Hafidz
Ibnu Hajar rahimahullah berkata:
"هَذَا إِسْنَاد
صَحِيح"
“Ini adalah sanad yang shahih”. [Tagliq At-Ta’liq (2/24)]
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam besabda:
«الْأَنْبِيَاءُ إِخْوَةٌ لِعَلَّاتٍ، أُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى
وَدِينُهُمْ وَاحِدٌ»
"Para Nabi adalah bersaudara
(dari keturunan) satu ayah dengan ibu yang berbeda, sedangkan agama mereka
satu". [Shahih Bukhari dan Muslim]
Lihat: Keistimewaan
agama Islam
Ketujuh: Atsar Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu
‘anhuma.
Ketika
menafsirkan firman Allah ‘azza wajaalla:
{وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ
الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ
وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا
تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ
شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً
وَاحِدَةً وَلَكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ
إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ
تَخْتَلِفُونَ} [المائدة: 48]
Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an)
kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang
diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut
apa yang diturunkan Allah dan janganlah
engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang
telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan
dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya
satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah
diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada
Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang
dahulu kamu perselisihkan, [Al-Ma'idah: 48]
Ø Diriwayatkan oleh Abdurrazaq
rahimahullah dalam Tafsir-nya
(2/22) no.721;
نا الثَّوْرِيُّ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ
[عمرو بن عبد الله السبيعي]، عَنِ [أربدة] التَّيْمِيِّ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، فِي
قَوْلِهِ تَعَالَى: {شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا} [المائدة:
48]، قَالَ:
«سَبِيلًا وَسُنَّةً»
Telah menceritakan kepada kami,
Ats-Tsauriy, dari Abi Ishaq [‘Amr bin Abdillah As-Sabi’iy], dari [Arbadah] At-Taimiy,
dari Ibnu ‘Abbas, tentang penafsiran firman Allah ta’aalaa: {Aturan
dan jalan yang terang} [Al-Ma'idah: 48], ia berkata: “Jalan dan sunnah”.
Al-Hafidz
Ibnu Hajar rahimahullah berkata:
"هَذَا حَدِيث
صَحِيح"
“Hadits ini shahih”. [Tagliq At-Ta’liq (2/25)]
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Daftar judul bab kitab Al-‘Ilm (ilmu) dalam Shahih Bukhari - Daftar judul bab kitab Ash-Shaum (Puasa) dalam Shahih Bukhari - Daftar hadits syarah Arba’in Nawawiy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...