Senin, 04 Oktober 2021

Syarah Kitab Tauhid bab (36); Riya’

 بسم الله الرحمن الرحيم

Dalam bab ini, syekh Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah menyebutkan 1 ayat, dan 2 hadits, yang menunjukkan larangan riya’ dalam beramal.

Firman Allah ta’aalaa:

{قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا} [الكهف: 110]

“Katakanlah: “sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: ‘Bahwa sesungguhnya sesembahan kamu adalah sesembahan yang Esa’, maka barangsiapa yang mengharap perjumpaan dengan Rabbnya hendaklah ia mengerjakan amal shaleh dan janganlah ia berbuat kemusyrikan sedikitpun dalam beribadah kepada Rabbnya.” [Al-Kahfi: 110]

a)       Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah bersabda: Allah ta’aalaa berfirman:

«أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ، مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ مَعِيْ فِيْهِ غَيْرِيْ تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ»

“Aku adalah Yang paling tidak membutuhkan sekutu. Barangsiapa yang mengerjakan amal perbuatan dengan dicampuri perbuatan syirik kepada-Ku, maka Aku tinggalkan ia bersama perbuatan syiriknya itu.” [Shahih Muslim]

b)      Dari Abu Said radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِمَا هُوَ أَخْوَفُ عَلَيْكُمْ عِنْدِيْ مِنَ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ؟» قَالُوْا: بَلَى يَا رَسُوْلَ اللهِ، قَالَ: «الشِّرْكُ الْخَفِيُّ يَقُوْمُ الرَّجُلُ فَيُصَلِّي فَيُزَيِّنُ صَلاَتَهُ لِمَا يَرَى مَنْ نَظَرِ رَجُلٍ إِلَيْهِ»

“Maukah kalian aku beritahu tentang sesuatu yang bagiku lebih aku khawatirkan terhadap kamu dari pada Al-Masih Ad-Dajjal ([1])?

Para sahabat menjawab: “Tentu, ya Rasulullah”,

Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Syirik yang tersembunyi, yaitu ketika seseorang berdiri melakukan shalat, ia perindah shalatnya itu  karena mengetahui ada orang lain yang melihatnya” [Sunan Ibnu Majah: Hasan]

Dari ayat dan hadits di atas, syekh –rahimahullah- menyebutkan 6 poin penting:

1.      Penjelasan tentang ayat dalam surat Al-Kahfi (ayat 110).

Ayat ini menunjukkan bahwa amal ibadah tidak akan diterima oleh Allah kecuali bila memenuhi dua syarat:

Pertama: Ikhlas semata-mata karena Allah, tidak ada syirik di dalamnya sekalipun syirik kecil seperti riya’.

Dari Umar bin Khathab radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ، وَإِنَّمَا لِامْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ، فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Sesungguhnya amalan itu hanyalah tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan apa yang diniatkannya. Barangsiapa yang (berniat) hijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa (berniat) hijrah karena dunia yang bakal diraihnya atau wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya kepada apa yang diniatkannya itu." [Sahih Bukhari dan Muslim]

Kedua: Sesuai dengan tuntunan Rasulullah , karena suatu amal disebut shalih jika ada dasar perintahnya dalam agama.

Dari Aisyah radhiyallahu 'anha; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ» [صحيح مسلم]

"Barangsiapa mengamalkan suaru perkara yang tidak kami perintahkan (tidak sesuai tuntunan), maka ia tertolak." [Sahih Muslim]

Ayat ini mengisyaratkan pula bahwa ibadah itu tauqifiyah, artinya berlandaskan pada ajaran yang dibawa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, tidak menurut akal maupun nafsu seseorang.

Dari Aisyah ummul mu'miniin -radhiyallahu 'anha-; Rasulullah bersabda:

«مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ، فَهُوَ رَدٌّ» [صحيح البخاري]

"Barangsiapa yang mengada-ada suatu dalam urusan kami (ibadah) yang bukan bagian darinya, maka hal itu tertolak". [Sahih Bukhari]

Lihat: Syarah Arba’in hadits (5) Aisyah; Bahaya bid’ah

2.      Masalah yang penting sekali, yaitu: pernyataan bahwa amal shalih apabila dicampuri dengan sesuatu yang bukan karena Allah, maka tidak akan diterima oleh Allah ta’aalaa. 

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ} [الأنعام: 88]

"Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan." [Al-An'am:88]

{وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ} [الزمر: 65]

Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi”. [Az-Zumar: 65]

Ø  Jundab radhiyallahu 'anhu berkata: Nabi bersabda;

«مَنْ سَمَّعَ سَمَّعَ اللَّهُ بِهِ، وَمَنْ يُرَائِي يُرَائِي اللَّهُ بِهِ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Barangsiapa yang memperdengarkan (beribadah untuk didengar), maka Allah akan memperdengarkan tentangnya, dan barangsiapa yang memperlihatkan (riya’), maka Allah akan memperlihatkan tentangnya." [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata, Rasulullah bersabda:

«مَنْ سَمَّعَ سَمَّعَ اللهُ بِهِ، وَمَنْ رَاءَى رَاءَى اللهُ بِهِ» [صحيح مسلم]

"Barangsiapa memperdengarkan (amalannya) niscaya Allah memperdengarkan dengannya dan barangsiapa memperlihatkan (amalannya) niscaya Allah memperlihatkan dengannya." [Shahih Muslim]

Ø  Abu Umamah Al-Bahiliy radhiyallahu 'anhu berkata:

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: أَرَأَيْتَ رَجُلًا غَزَا يَلْتَمِسُ الْأَجْرَ وَالذِّكْرَ، مَالَهُ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَا شَيْءَ لَهُ» فَأَعَادَهَا ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، يَقُولُ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَا شَيْءَ لَهُ» ثُمَّ قَالَ: «إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبَلُ مِنَ الْعَمَلِ إِلَّا مَا كَانَ لَهُ خَالِصًا، وَابْتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُ» [سنن النسائي: صحيح]

Datang seorang laki-laki kepada Nabi lalu berkata; Bagaimana pendapat anda mengenai seseorang yang berjihad mengharapkan pahala dan sanjungan, apakah yang ia peroleh? Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Ia tidak mendapatkan apa-apa" Lalu ia mengulanginya tiga kali, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepadanya: "Ia tidak mendapatkan apa-apa". Kemudian beliau bersabda: "Allah tidak menerima amalan kecuali jika dilakukan dengan ikhlas dan mengharapkan wajah-Nya." [Sunan An-Nasa'iy: Shahih]

Lihat: Syarah Arba’in hadits (1) Umar; Amal dan Niat

3.      Hal itu disebabkan karena Allah ta’aalaa adalah sembahan yang sangat menolak perbuatan syirik karena sifat ke –Mahacukupan–Nya.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَإِنَّ اللَّهَ لَهُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ} [الحج: 64]

Milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan Allah benar-benar Mahakaya, Maha Terpuji. [Al-Hajj: 64]

{لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ} [لقمان: 26]

Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi. Sesungguhnya Allah Dia-lah yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji. [Luqman: 26]

{فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ} [آل عمران: 96-97]

Maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (Tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. [Ali 'Imran: 96-97]

Ø  Abu Sa'ad bin Abi Fadhalah Al-Anshariy radhiyallahu 'anhu berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda:

" إِذَا جَمَعَ اللَّهُ النَّاسَ يَوْمَ القِيَامَةِ لِيَوْمٍ لَا رَيْبَ فِيهِ، نَادَى مُنَادٍ: مَنْ كَانَ أَشْرَكَ فِي عَمَلٍ عَمِلَهُ لِلَّهِ أَحَدًا فَلْيَطْلُبْ ثَوَابَهُ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ " .

"Ketika Allah mengumpulkan seluruh manusia pada hari kiamat (yaitu hari yang tiada keraguan di dalamnya), ada yang memanggil-manggil: Orang yang menyekutukan Allah dengan sesuatu ketika melakukan suatu amalan yang dilakukan, silakan meminta pahalanya kepada selain Allah, karena Allah adalah Dzat yang paling tidak membutuhkan sekutu." [Sunan Tirmidziy: Hasan]

Ø  Syaddad bin Aus radhiyallahu 'anhu berkata:

" كُنَّا نَعُدُّ الرِّيَاءَ فِي زَمَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الشِّرْكَ الْأَصْغَرَ " [شعب الإيمان: صحيح]

“Dulu kami menganggap bahwa riya’ di masa Nabi adalah syirik kecil”. [Syu’abul Iman: Shahih]

Lihat: Nama-nama Allah yang Husna

4.      Sebab yang lain adalah karena Allah ta’aalaa adalah sekutu yang terbaik (tidak membutuhkan sekutu).

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{أَيُشْرِكُونَ مَا لَا يَخْلُقُ شَيْئًا وَهُمْ يُخْلَقُونَ . وَلَا يَسْتَطِيعُونَ لَهُمْ نَصْرًا وَلَا أَنْفُسَهُمْ يَنْصُرُونَ} [الأعراف: 191، 192]

Apakah mereka mempersekutukan (Allah dengan) berhada-berhala yang tak dapat menciptakan sesuatupun? Sedangkan berhala-berhala itu sendiri buatan orang. Dan berhala-berhala itu tidak mampu memberi pertolongan kepada penyembah-penyembahnya dan kepada dirinya sendiripun berhala-berhala itu tidak dapat memberi pertolongan. [Al-A'raaf: 191-192]

Ø  Dari Adh-Dhahhak bin Qais Al-Fihriy radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

" إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقُولُ: أَنَا خَيْرُ شَرِيكٍ، فَمَنْ أَشْرَكَ مَعِيَ شَرِيكًا فَهُوَ لِشَرِيكِي، يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَخْلِصُوا أَعْمَالَكُمْ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبَلُ إِلَّا مَا أُخْلِصَ لَهُ، وَلَا تَقُولُوا: هَذَا لِلَّهِ وَلِلرَّحِمِ، فَإِنَّهَا لِلرَّحِمِ وَلَيْسَ لِلَّهِ مِنْهَا شَيْءٌ، وَلَا تَقُولُوا: هَذَا لِلَّهِ وَلُوُجُوهِكِمْ، فَإِنَّهَا لِوُجُوهِكِمْ وَلَيْسَ لِلَّهِ مِنْهَا شَيْءٌ " [سنن الدارقطني: صحيح لغيره]

“Sesungguhnya Allah ‘azza wajalla berfirman: Saya adalah sebaik-baik sekutu, maka siapa yang menyekutukan aku dengan satu sekutu maka ia untuk sekutuku, wahai sekalian manusia, ikhlaskanlah amalan kalian untuk Allah ‘azza wajalla, karena sesungguhnya Allah tidak menerima kecuali apa yang diikhlaskan untuknya, dan janganlah kalian berkata: Ini untuk Allah dan untuk ikatan rahim! Karena sungguh itu hanya untuk ikatan rahim dan tidak untuk Allah sedikitpun, dan jangan mengatakan: Ini untuk Allah dan untuk kedudukan kalian! Karena sungguh itu hanyak untuk keududkan kalian dan tidak untuk Allah sedikitpun”. [Sunan Ad-Daraquthniy: Shahih ligairh]

5.      Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sangat khawatir apabila sahabatnya melakukan riya’.

Dari Mahmud bin Labid radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

«إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ»

“Sesungguhnya di antara yang paling aku takutkan terjadi pada kalian adalah syirik kecil”.

Sahabat bertanya: Apa itu syirik kecil?

Rasulullah menjawab:

" الرِّيَاءُ، يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: إِذَا جُزِيَ النَّاسُ بِأَعْمَالِهِمْ: اذْهَبُوا إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تُرَاءُونَ فِي الدُّنْيَا فَانْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ جَزَاءً " [مسند أحمد: حسن]

Ia adalah Riya, Allah berkata kepada mereka pada hari kiamat di saat manusia mendapat balasan dari amalannya: "Pergilah kalian pada orang-orang yang kau lakukan ibadah deminya di dunia, lihatlah apakah mereka bisa memberimu imbalan?!". [Musnad Ahmad: Hasan]

Ø  Ma'qil bin Yasar radhiyallahu 'anhu berkata: Aku berangkat bersama Abu Bakr menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam beliau bersabda:

«يَا أَبَا بَكْرٍ، لَلشِّرْكُ فِيكُمْ أَخْفَى مِنْ دَبِيبِ النَّمْلِ»، فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: وَهَلِ الشِّرْكُ إِلَّا مَنْ جَعَلَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ؟ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَلشِّرْكُ أَخْفَى مِنْ دَبِيبِ النَّمْلِ، أَلَا أَدُلُّكَ عَلَى شَيْءٍ إِذَا قُلْتَهُ ذَهَبَ عَنْكَ قَلِيلُهُ وَكَثِيرُهُ؟ قُلِ: " اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لَا أَعْلَمُ "»

"Wahai Abu Bakr, syirik pada kalian lebih halus dari langkah semut."

Abu Bakr berkata: Bukankah syirik itu hanya bagi orang-orang yang menjadikan Tuhan selain Allah?

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam  menjawab: "Demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya, syirik itu lebih halus dari langkah semut, maukah engkau kutunjuki sesuatu yang jika engkau membacanya, syirik akan jauh darimu sedikit ataupun banyak? Katakan: "Ya Allah .. aku berlindung kepada-Mu dari menyekutukan-Mu sementara aku mengetahuinya, dan aku meminta ampun dengan apa yang tidak aku ketahui". [Al-Adab Al-Mufrad: Sahih]

Lihat: Syarah Kitab Tauhid bab (22); Upaya Al-Musthafa -shallallahu ‘alaihi wasallam- dalam menjaga tauhid dan menutup seluruh jalan yang menuju kepada kemusyrikan

6.      Penjelasan tentang riya dengan menggunakan contoh sebagai berikut: Seseorang melakukan shalat karena Allah, kemudian ia perindah shalatnya karena ada orang lain yang memperhatikannya.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا} [النساء: 142]

"Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas, mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia, dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali". [An-Nisa':142]

{فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ (4) الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ (5) الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ} [الماعون: 4 - 6]

Maka celakalah orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap salatnya, yang berbuat riya. [Al-Ma'un: 4-6]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«لَيْسَ صَلاَةٌ أَثْقَلَ عَلَى المُنَافِقِينَ مِنَ الفَجْرِ وَالعِشَاءِ» [صحيح البخاري ومسلم]

“Tidak ada shalat yang lebih berat bagi orang-orang Munafik selain shalat shubuh dan 'Isya". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Sebab shalat Subuh dan Isya sangat berat bagi orang munafik adalah diantaranya karena tidak ada yang melihat mereka dalam kegelpan malam.

Ø  Dari Mahmud bin Labid radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:

خَرَجَ النَّبِيُّ ﷺ فَقَالَ: «أَيُّهَا النَّاسُ إِيَّاكُمْ وَشِرْكَ السَّرَائِرِ» قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا شِرْكُ السَّرَائِرِ؟ قَالَ: «يَقُومُ الرَّجُلُ فَيُصَلِّي فَيُزَيِّنُ صَلَاتَهُ جَاهِدًا لِمَا يَرَى مِنْ نَظَرِ النَّاسِ إِلَيْهِ، فَذَلِكَ شِرْكُ السَّرَائِرِ»

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam keluar dan bersabda: “Wahai sekalian manusia, jauhkan diri kalian dari syirik tersembunyi!”

Mereka bertanya: Wahai Rasulullah, apa itu syirik tersembunyi?

Beliau menjawab: Seorang berdiri dan mendirikan shalat kemudian ia memperindah shalatnya dengan sungguh-sungguh karena ia melihat pandangan manusia kepadanya, maka itu adalah syirik tersembunyi”. [Shahih Ibnu Khuzaimah]

Ø  Al-Harits bin Qais Al-Ju’fiyrahimahullah- berkata:

" إِذَا كُنْتَ تُصَلِّي فَأَتَاكَ الشَّيْطَانُ فَقَالَ: إِنَّكَ تُطَوِّلَ تُرَائِي، فَزِدْهَا طُولًا " [تهذيب الآثار]

“Jika engkau shalat dan setan mendatangimu sambil berkata: Sungguh engkau memanjangkan shalat karena riya’; Maka tambahkan shalatmu semakin panjang”. [Tahdzib Al-Atsar]

Ø  Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata:

" تَرْكُ الْعَمَلِ مِنْ أَجْلِ النَّاسِ رِيَاءٌ، وَالْعَمَلُ مِنْ أَجْلِ النَّاسِ شِرْكٌ وَالْإِخْلَاصُ أَنْ يُعَافِيَكَ اللهُ عَنْهُمَا " [شعب الإيمان]

“Meninggalkan amal kerena manusia adalah riya’, dan beramal karena manusia adalah syirik, sedangkan ikhlash adalah ketika Allah menyelamatkan engkau dari keduanya”. [Syu’ab Al-Iman]

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Syarah Kitab Tauhid bab (35); Sabar terhadap takdir Allah adalah bagian dari iman kepadaNya



([1])    Al-Masih Ad-Dajjal ialah seorang manusia pembohong terbesar yang akan muncul pada akhir zaman, mengaku sebagai Al-Masih bahkan mengaku sebagai tuhan yang disembah. Kehadirannya di dunia ini termasuk di antara tanda-tanda besar akan tibanya hari kiamat. Sedang keajaiban-keajaiban yang bisa dilakukannya merupakan cobaan dari Allah ta’aalaa untuk umat manusia yang masih hidup pada masa itu. Disebutkan dalam shahih Muslim bahwa masa kemunculannya di dunia nanti selama 40 hari, di antara hari-hari tersebut; sehari bagaikan setahun, sehari bagaikan sebulan, sehari bagaikan seminggu, kemudian hari-hari lainnya sebagaimana biasa; atau  kalau kita jumlahkan sama dengan satu tahun dua bulan dua pekan. Hadits-hadits tentang Ad-Dajjal ini telah diriwayatkan oleh banyak sahabat, antara lain: Abu Bakar Ash-Shiddiq, Abu Hurairah, Mu’adz bin Jabal, Jabir bin Abdillah, Abu SA’id Al-Khudri, An-Nawwas bin Sam’an, Anas bin Malik, Ibnu Umar, Ibnu Abbas, Aisyah, Ummu Salamah, Fatimah binti Qais dan lain-lain radhiyallahu 'ahum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...