Sabtu, 30 Oktober 2021

Mencintai Nabi; Antara sikap berlebihan dan antipati

 بسم الله الرحمن الرحيم

Kewajiban mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam

Dari Anas radhiyallahu'anhu, Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda:

«لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ»

"Tidaklah beriman seorang dari kalian hingga aku lebih dicintainya daripada orang tuanya, anaknya dan dari manusia seluruhnya". [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Abdullah bin Hisyam -radhiyallahu 'anhu- menuturkan; Kami pernah bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang saat itu beliau menggandeng tangan Umar bin Khattab, kemudian Umar berujar: "Ya Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai dari segala-galanya selain diriku sendiri."

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«لاَ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ نَفْسِكَ»

"Tidak, demi Dzat yang jiwa berada di Tangan-Nya, hingga aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri."

Maka Umar berujar; 'Sekarang demi Allah, engkau lebih aku cintai daripada diriku'.

Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«الآنَ يَا عُمَرُ»

"Sekarang (baru benar) wahai Umar." [Shahih Bukhari]

Larangan bersikap guluw (berlebih-lebihan)

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ وَلَا تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ} [النساء: 171]

Wahai ahli kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. [An-Nisaa':171]

{قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ غَيْرَ الْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعُوا أَهْوَاءَ قَوْمٍ قَدْ ضَلُّوا مِنْ قَبْلُ وَأَضَلُّوا كَثِيرًا وَضَلُّوا عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ} [المائدة: 77]

Katakanlah: "Hai ahli kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus". [Al-Maidah:77]

Ø  Dari Abdullah bin Mas'ud radiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«هَلَكَ الْمُتَنَطِّعُونَ» [صحيح مسلم]

"Binasalah orang-orang yang terlalu berlebih-lebihan (melampaui batas)", beliau ucapkan tiga kali. [Sahih Muslim]

Ø  Dari Ibnu Abbas radiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِي الدِّينِ، فَإِنَّمَا أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمُ الْغُلُوُّ فِي الدِّينِ» [سنن النسائي: صحيح]

"Hati-hatilah kalian dengan sikap berlebih-lebihan dalam menjalankan agama karena sesungguhnya yang membinasakan umat-umat sebelum kalian adalah sikap berlebih-lebihan dalam menjalankan agama". [Sunan An-Nasa'i: Sahih]

Mencintai Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dengan mengamalkan sunnahnya.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ} [آل عمران: 31]

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [Ali 'Imran:31]

Ø  Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«مَنْ أَحْيَا سُنَّتِي فَقَدْ أَحَبَّنِي، وَمَنْ أَحَبَّنِي كَانَ مَعِي فِي الجَنَّةِ» [سنن الترمذي وحسنه]

"Barangsiapa menghidupkan sunnahku, berarti dia mencintaiku dan barangsiapa mencintaiku, maka dia akan bersamaku di surga." [Diriwayatkan oleh Tirmidziy dan menghukuminya hasan]

Larangan memperlakukan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam secara berlebihan

Dari Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«لاَ تُطْرُونِي، كَمَا أَطْرَتْ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ، فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ، فَقُولُوا عَبْدُ اللَّهِ، وَرَسُولُهُ» [صحيح البخاري]

"Janganlah kalian memujiku secara berlebihan sebagaimana kaum Nashrani telah berlebihan memuji Ibnu Maryam, karena sesungguhnya aku ini hanya hamba-Nya. Maka katakanlah: Hamba Allah dan Rasul-Nya". [Shahih Bukhari]

Ø  Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata: Ada seorang laki laki yang bertanya, "Wahai Muhammad, wahai tuan kami dan anaknya tuan kami, dan sebaik-baik dari kami dan anak dari sebaik-baik kami".

Maka Rasulullah bersabda:

«يَا أَيُّهَا النَّاسُ عَلَيْكُمْ بِتَقْوَاكُمْ، لَا يَسْتَهْوِيَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ، أَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، وَاللَّهِ مَا أُحِبُّ أَنْ تَرْفَعُونِي فَوْقَ مَنْزِلَتِي الَّتِي أَنْزَلَنِي اللَّهُ» [مسند أحمد: صحيح]

"Wahai manusia, bertakwalah kalian kepada Allah, dan janganlah kalian tertipu tipu daya setan, saya Muhammad bin Abdullah, hamba Allah dan rasul-Nya. Demi Allah, saya tidak senang kalian mengangkat diriku lebih di atas derajat yang telah Allah 'Azza wa Jalla berikan kepadaku." [Musnad Ahmad: Shahih]

Ø  Abdullah bin Abu Aufa -radhiallahu 'anhu- berkata:

لَمَّا قَدِمَ مُعَاذٌ مِنَ الشَّامِ سَجَدَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «مَا هَذَا يَا مُعَاذُ؟» قَالَ: أَتَيْتُ الشَّامَ فَوَافَقْتُهُمْ يَسْجُدُونَ لِأَسَاقِفَتِهِمْ وَبَطَارِقَتِهِمْ، فَوَدِدْتُ فِي نَفْسِي أَنْ نَفْعَلَ ذَلِكَ بِكَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «فَلَا تَفْعَلُوا، فَإِنِّي لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لِغَيْرِ اللَّهِ، لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا، وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لَا تُؤَدِّي الْمَرْأَةُ حَقَّ رَبِّهَا حَتَّى تُؤَدِّيَ حَقَّ زَوْجِهَا، وَلَوْ سَأَلَهَا نَفْسَهَا وَهِيَ عَلَى قَتَبٍ لَمْ تَمْنَعْهُ»

"Tatkala Mu'adz datang dari Syam, ia bersujud kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam hingga beliau bersabda: "Apa-apaan ini ya Mu'adz!

Mu'adz menjawab, "Aku pernah mendatangi Syam, aku mendapatkan mereka sujud kepada para uskup dan komandan mereka. Maka, aku ingin melakukannya terhadapmu."

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah kalian melakukannya, kalau saja aku diperbolehkan memerintahkan seseorang untuk bersujud kepada selain Allah, niscaya aku akan perintahkan seorang isteri bersujud kepada suaminya. Demi Dzat yang jiwa Muhammad di Tangan-Nya, sungguh seorang isteri itu tidak dikatakan menunaikan hak Rabb-nya hingga ia menunaikan hak suaminya. Kalau saja suami memintanya untuk dilayani, sementara ia sedang berada di atas pelana kendaraan, maka ia tidak boleh menolaknya." [Sunan Ibnu Majah: Hasan Shahih]

Ø  Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu; Suatu hari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memasuki suatu kebun, kemudian datang kepadanya seekor unta dan sujud di hadapannya, maka Rasulullah memegang ubun-ubunya onta tersebut. Sahabat bertanya: Wahai nabi Allah, hewan ini tidak berakal dan sujud kepadamu sedangkan kami berakal maka kami lebih berhak untuk sujud padamu?

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

" لَا يَصْلُحُ لِبَشَرٍ أَنْ يَسْجُدَ لِبَشَرٍ، وَلَوْ صَلَحَ لِبَشَرٍ أَنْ يَسْجُدَ لِبَشَرٍ، لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا، مِنْ عِظَمِ حَقِّهِ عَلَيْهَا، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَوْ كَانَ مِنْ قَدَمِهِ إِلَى مَفْرِقِ رَأْسِهِ قُرْحَةٌ تَنْبَجِسُ بِالْقَيْحِ وَالصَّدِيدِ، ثُمَّ اسْتَقْبَلَتْهُ تَلْحَسُهُ مَا أَدَّتْ حَقَّهُ " [مسند أحمد: صحيح لغيره]

"Tidak dibenarkan bagi seorang manusia untuk sujud kepada manusia, seandainya dibenarkan bagi seorang manusia sujud kepada manusia maka aku perintahkan perempuan sujud kepada suaminya karena kebesaran hak suami kepadanya". [Musnad Ahmad: Sahih]

Diantara bentuk sikap berlebihan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:

a)      Meminta, berharap dan memohon perlindungan dari beliau setelah wafatnya.

Hudzaifah bin Al-Yaman -radhiallahu 'anhuma- berkata:

أَنَّ رَجُلًا مِنَ الْمُسْلِمِينَ رَأَى فِي النَّوْمِ أَنَّهُ لَقِيَ رَجُلًا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ، فَقَالَ: نِعْمَ الْقَوْمُ أَنْتُمْ لَوْلَا أَنَّكُمْ تُشْرِكُونَ، تَقُولُونَ: مَا شَاءَ اللَّهُ وَشَاءَ مُحَمَّدٌ، وَذَكَرَ ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: " أَمَا وَاللَّهِ، إِنْ كُنْتُ لَأَعْرِفُهَا لَكُمْ، قُولُوا: مَا شَاءَ اللَّهُ، ثُمَّ شَاءَ مُحَمَّدٌ "

"Seorang laki-laki muslim bermimpi dalam tidurnya bertemu dengan seorang ahli kitab, ia berkata: "Sebaik-baik kaum adalah kalian, jika kalian tidak berbuat syirik. Kalian mengatakan 'Apa yang dikehendaki Allah dan yang dikehendaki Muhammad'."

Lalu hal itu ia ceritakan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau pun bersabda: "Demi Allah, sungguh aku sudah tahu itu pada kalian, maka ucapkanlah: 'Apa yang dikehendaki Allah kemudian Muhammad'." [Sunan Ibnu Majah: Shahih]

Ø  Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma;

أَنَّ رَجُلًا قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا شَاءَ اللَّهُ وَشِئْتَ؟، فَقَالَ: «جَعَلْتَنِي لِلَّهِ عَدْلًا، بَلْ مَا شَاءَ اللَّهُ وَحْدَهُ» [مسند أحمد: حسن لغيره]

Bahwa seorang laki-laki berkata, "Wahai Rasulullah, MA SYA`ALLAHU WA SYI`TA (Sesuai dengan kehendak Allah dan kehendakmu)." Maka beliau bersabda, "Apakah engkau akan menjadikanku sekutu Allah -'azza wa Jalla-? Tetapi katakanlah: MASYA`ALLAH WAHDAH (Sesuai dengan kehendak Allah saja)." [Musnad Ahmad: Hasan ligairih]

Lihat: Hadits Utsman bin Hunaif; Tawassul dengan Nabi Muhammad setelah wafatnya

b)     Menjadikan kuburannya sebagai hari Raya dan tempat beribadah.

Dari Abu Hurairah -radhiyallahu 'anhu-; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«لَا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ قُبُورًا، وَلَا تَجْعَلُوا قَبْرِي عِيدًا، وَصَلُّوا عَلَيَّ فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ تَبْلُغُنِي حَيْثُ كُنْتُمْ»

"Janganlah kalian jadikan rumah-rumah kalian sebagai kuburan (tidak pernah dilaksanakan di dalamnya shalat dan tidak pernah dibacakan ayat-ayat Al-Quran, sehingga seperti kuburan), dan jangan kalian jadikan kuburanku sebagai 'id (hari raya, tempat yang selalu dikunjungi setiap waktu tertentu), bershalawatlah kepadaku, sesungguhnya shalawat kalian akan sampai kepadaku di manapun kalian berada." [Sunan Abi Dawud: Shahih]

Ø  Dalam riwayat lain; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«اللَّهُمَّ لَا تَجْعَلْ قَبْرِي وَثَنًا، لَعَنَ اللَّهُ قَوْمًا اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ» [مسند أحمد: إسناده قوي]

"Ya Allah, janganlah Engkau jadikan kuburku sebagai berhala, Allah melaknat suatu kaum yang menjadikan kuburan para nabi mereka sebagai masjid." [Musnad Ahmad: Sanadnya kuat]

Ø  Aisyah dan 'Abdullah bin 'Abbas -radhiyallahu 'anhum- keduanya berkata, "Ketika sakit Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam semakin parah (sebelum wafat), beliau memegang bajunya dan ditutupkan pada mukanya. Bila telah terasa sesak, beliau lepaskan dari mukanya. Ketika keadaannya seperti itu beliau bersabda:

«لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ»

'Semoga laknat Allah tertipa kepada orang-orang Yahudi dan Nashara, mereka menjadikan kuburan para Nabi mereka sebagai masjid.'

Beliau memberi peringatan (kepada kaum Muslimin) atas apa yang mereka lakukan." [Shahih Bukhari]

c)      Memakai hadits palsu atau yang sangat lemah dalam memuji beliau.

Seperti hadits-hadits berikut:

Ø  Hadits Nabi Muhammad adalah ciptaan Allah yang pertama

Ø  Hadits Wanita yang minum kencing Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

Ø  Hadits Alam semesta diciptakan demi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

Diantara tanda rendahnya cinta seseorang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:

1.      Lebih mencintai dunia dari pada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ} [التوبة: 24]

Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. [At-Taubah: 24]

2.      Menolak hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Dari Abu Rafi' radhiyallahu 'anhu; Nabi bersabda:

«لَا أُلْفِيَنَّ أَحَدَكُمْ مُتَّكِئًا عَلَى أَرِيكَتِهِ يَأْتِيهِ الْأَمْرُ مِنْ أَمْرِي مِمَّا أَمَرْتُ بِهِ أَوْ نَهَيْتُ عَنْهُ فَيَقُولُ لَا نَدْرِي مَا وَجَدْنَا فِي كِتَابِ اللَّهِ اتَّبَعْنَاهُ» [سنن أبي داود: صحيح]

"Sungguh, akan ada salah seorang dari kalian duduk di atas kursi santainya, lalu datang kepadanya perkara yang aku perintahkan atau aku larang kemudian ia berkata, "Aku tidak tahu! Apa yang kami dapatkan dalam kitabullah selalu kami ikuti." [Sunan Abi Daud: Shahih]

3.      Tidak mengamalkan sunnahnya.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«مَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي» [صحيح البخاري]

"Barangsiapa yang tidak suka sunnahku maka ia bukan dariku. [Shahih Bukhari]

Lihat: Jadikan As-Sunnah sebagai pedoman hidup

4.      Tidak berselawat kepadanya.

Dari Husain bin Ali bin Abi Thalib radiyallahu 'anhuma, Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda:

«البَخِيلُ الَّذِي مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ» [سنن الترمذي: حسن صحيح]

"Sesungguhnya orang kikir itu adalah orang yang jika disebutkan namaku di sisinya ia tidak bershalawat untukku. [Sunan Tirmidziy: Hasan Shahih]

Lihat: Keutamaan bershalawat

5.      Tidak mempelajari sejarahnya, sifat-sifat dan akhlaknya.

6.      Tidak mencintai keluarga beliau.

Dari Abu Sa’id Al-Khudriy  radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

"وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَا يُبْغِضُنَا أَهْلَ الْبَيْتِ رَجُلٌ إِلَّا أَدْخَلَهُ الله النار" [صحيح ابن حبان]

“Demi Yang jiwaku di tangan-Nya, tidak seorang pun yang membenci kami ahlul bait, kecuali Allah akan memasukkannya ke neraka”. [Sahih Ibnu Hibban]

Lihat: Keistimewaan ahlu bait Rasulullah

7.      Tidak mencintai sahabat dan umatnya.

Dari Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«احْفَظُونِي فِي أَصْحَابِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ» [سنن ابن ماجه: صحيح]

"Jagalah aku (dengan berlaku baik) pada sahabatku, kemudian pada generasi setelah mereka, kemudian pada generasi setelah mereka". [Sunan Ibnu Majah: Sahih]

Lihat: Keistimewaan Sahabat Rasulullah

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Hakikat sejarah Nabi - Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sebagai suri teladan terbaikKewajiban mengikuti cara beragama Sahabat Rasulullah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...