Minggu, 14 September 2025

Takwa dan Amanah Dakwah; Pondasi Etika Seorang Da'i

بسم الله الرحمن الرحيم

Apa yang Akan Kita Pelajari?

1.       Pengertian Takwa: Memahami Hakikat Takwa

2.       Pengertian Amanah: Memahami Makna Amanah Dakwah

3.       Keutamaan Dakwah.

4.       Hubungan Takwa & Amanah Dakwah: Dua Sisi Mata Uang yang Sama

5.       Bentuk-Bentuk Amanah Dakwah: Praktik Nyata dalam Aktivitas Dakwah

6.       Tantangan & Tips Menjaganya: Menjadi Dai yang Istikamah

Apa Itu Takwa?

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ} [آل عمران: 102]

Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya. [Ali 'Imran: 102]

Ø  Ibnu Mas’ud radhiyallahu 'anhu berkata:

"حَقُّ تُقَاتِهِ: أَنْ يُطَاعَ فَلَا يُعْصَى، وَأَنْ يُذْكَرَ فَلَا يُنْسَى، وَأَنْ يُشْكَرَ فَلَا يُكْفَرُ" [مصنف ابن أبي شيبة]

“Sebenar-benarnya takwa kepada Allah adalah dengan dita’ati dan tidak didurhakai, diingat dan tidak dilupakan, sertea disyukuri dan tidak diingkari nikmat-Nya”. [Mushannaf Ibnu Abi Syaibah]

Ø  Bakr bin Abdillah Al-Muzaniy rahiamhullah berkata:

"التَّقْوَى عَمَلٌ بِطَاعَةِ اللَّهِ، عَلَى نُورٍ مِنَ اللَّهِ، رَجَاءَ رَحْمَةِ اللَّهِ، وَالتَّقْوَى تَرْكُ مَعْصِيَةِ اللَّهِ عَلَى نُورٍ مِنَ اللَّهِ، خِيفَةَ عِقَابِ اللَّهِ" [الزهد والرقائق لابن المبارك (1/ 473)]

“Takwa adalah melakukan ketaatan kepada Allah di atas cahaya dari Allah, karena mengharap rahmat Allah. Dan takwa adalah meninggalkan maksiat kepada Allah di aas cahaya  dari Allah, karena takut hukuman Allah”. [Az-Zuhud karya Ibnu Al-Mubarak]

Definisi Takwa:

· Secara Bahasa: Menjaga, melindungi, dan waspada.

· Secara Istilah:

  · Menjalankan perintah Allah dengan sungguh-sungguh.

  · Menjauhi larangan-Nya dengan penuh kehati-hatian.

  · Menjaga diri dari segala yang mendatangkan dosa dan siksa.

Keutamaan takwa:

Takwa adalah bekal terbaik dan sumber kemuliaan.

{وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ ۚ وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ} [البقرة : 197]

Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal. [Al-Baqarah: 197]

{إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ} [الحجرات : 13]

Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. [Al-Hujurat: 13]

Lihat: Bertakwa di manapun berada

Apa Itu Amanah?

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَن يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنسَانُ ۖ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا} [الأحزاب : 72]

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh. [Al-Ahzab: 72]

Definisi Amanah:

· Secara Umum: Segala sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang untuk dijaga dan dilaksanakan dengan baik.

· Dalam Dakwah: Tanggung jawab besar untuk menyampaikan ajaran Islam secara benar, jujur, dan penuh integritas.

Seorang dai adalah penerus amanah kenabian dalam menyampaikan wahyu.

Dari Abu Ad-Dardaa' radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

"إنّ العلماءَ ورثة الأنبياء" [سنن أبى داود: صححه الألباني]

"Sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi,". [Sunan Abu Daud: Sahih]

Lihat: Keutamaan ilmu dan ulama

Keutamaan Berdakwah

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ} [فصلت: 33]

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?" [Fushilat: 33]

Ø  Dari Abu Mas'ud Al-Anshariy radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

"مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ" [صحيح مسلم]

"Barangsiapa yang menunjuki seseorang pada suatu kebaikan maka ia mendapatkan pahala seperti pahala yang melakukannya (atas petunjuknya)". [Sahih Muslim]

Ø  Rasulullah bersabda kepada Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu:

"فَوَاللَّهِ لَأَنْ يُهْدَى بِكَ رَجُلٌ وَاحِدٌ خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ" [صحيح البخاري ومسلم]

"Demi Allah, jika seorang diberi hidayah karena kamu maka itu lebih untukmu dari seekou unta merah". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Lihat: Keutamaan Amar ma’ruf Nahi mungkar

Hubungan Takwa & Amanah Dakwah

Takwa adalah MOTIVASI dan PENGENDALI internal.

· Motivasi dakwah adalah karena Allah, bukan ingin dipuji (riya').

· Takwa mengendalikan cara dakwah agar sesuai syariat, tidak asal-asalan.

Amanah adalah MANIFESTASI dan REALISASI eksternal dari takwa.

· Seberapa taat kita kepada Allah (takwa) terlihat dari seberapa serius kita memikul amanah dakwah ini.

Kesimpulan: Mustahil seorang dai bisa amanah tanpa memiliki ketakwaan dalam hatinya.

Bentuk-Bentuk Amanah Dakwah:

1)      Amanah Niat (Keikhlasan)

· Lillahi Ta'ala. Dakwah hanya untuk mencari ridha Allah, bukan popularitas, uang, atau pengakuan.

· Menjaga hati dari penyakit ujub, sombong, dan riya'.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ} [يوسف: 108]

Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". [Yusuf: 108]

2)      Amanah Ilmu (Keilmuan)

· Menyampaikan ilmu yang benar dan shahih, bukan hoax atau cerita tanpa sumber.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا} [الإسراء : 36]

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. [Al-Israa': 36]

{إِنَّ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ لَيُسَمُّونَ الْمَلَائِكَةَ تَسْمِيَةَ الْأُنثَىٰ (27) وَمَا لَهُم بِهِ مِنْ عِلْمٍ ۖ إِن يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ ۖ وَإِنَّ الظَّنَّ لَا يُغْنِي مِنَ الْحَقِّ شَيْئًا} [النجم : 27-28]

Sesungguhnya orang-orang yang tiada beriman kepada kehidupan akhirat, mereka benar-benar menamakan malaikat itu dengan nama perempuan. Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuanpun tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan sedang sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah sedikitpun terhadap kebenaran. [An-Najm: 27-28]

Lihat: Metode dalam berpikir ilmiyah dan Islami

· Berkata, "Saya tidak tahu," untuk hal yang belum dikuasai.

Ubaid bin Juraij rahimahullah berkata:

كُنْتُ أَجْلِسُ بِمَكَّةَ إِلَى ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، يَوْمًا، وَإِلَى ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يَوْمًا، فَمَا يَقُولُ ابْنُ عُمَرَ فِيمَا يُسْأَلُ: " لَا عِلْمَ لِي "، أَكْثَرُ مِمَّا يُفْتِي بِهِ [سنن الدارمي: إسناده حسن]

"Dahulu sewaktu di Makkah aku selalu duduk di (kajian ilmu) Ibnu Umar radhiallahu'anhu sehari dan di (kajian) Ibnu Abbas di hari lainnya. Dan Ibnu Umar ketika ditanya lebih banyak menjawab dengan jawaban: ' Aku tidak tahu' dibandingkan berfatwa dalam masalah tersebut". [Sunan Ad-Darimiy: Sanadnya hasan]

Lihat: Kitab I’tisham, bab (08): Ketika Nabi ﷺ ditanya tentang perkara yang belum turun wahyu maka beliau menjawab “Saya tidak tahu”

· Mengamalkan ilmu terlebih dahulu sebelum menyuruh orang lain.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ} [البقرة: 44]

Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al-Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir? [Al-Baqarah:44]

Ø  Dari Jundub bin Abdillah Al-Azdiy radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

"مَثَلُ الْعَالِمِ الَّذِي يُعَلِّمُ النَّاسَ الْخَيْرَ ويَنْسَى نَفْسَهُ كَمَثَلِ السِّرَاجِ يُضِيءُ لِلنَّاسِ ويَحْرِقُ نَفْسَهُ" [المعجم الكبير للطبراني: صححه الألباني]

"Perumpamaan orang berilmu yang mengajarkan kebaikan pada manusia dan melupakan dirinya, seperti lampu yang menerangi untuk orang lain tapi membakar dirinya sendiri". [Al-Mu'jam Al-Kabiir: Shahih]

Lihat: Mengamalkan ilmu yang dimiliki

3. Amanah Metode (Cara Berdakwah)

· Dakwah dengan hikmah (kebijaksanaan) dan mau'izhah hasanah (pelajaran yang baik).

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ} [النحل : 125]

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. [An-Nahl: 125]

· Lemah lembut, bukan kasar dan memaksa.

Dari Aisyah radhiyallahu 'anha; Rasulullah bersabda:

"إِنَّ الرِّفْقَ لَا يَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلَّا زَانَهُ، وَلَا يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا شَانَهُ" [صحيح مسلم]

"Sesungguhnya kelembutan tidak dibarengkan pada susuatu kecuali membuatnya indah, dan tidak hilang dari sesuatu kecuali membuatnya buruk". [Shahih Muslim]

· Menyesuaikan bahasa dan materi dengan kondisi mad'u (objek dakwah).

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu berkata:

"حَدِّثُوا النَّاسَ، بِمَا يَعْرِفُونَ أَتُحِبُّونَ أَنْ يُكَذَّبَ، اللَّهُ وَرَسُولُهُ" [صحيح البخاري]

 

“Sampaikanlah kepada orang-orang apa yang bisa ia pahami, sukakh kalian jika Allah dan rasul-Nya didustakan?” [Shahih Bukhari]

Ø  Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata:

"مَا أَنْتَ بِمُحَدِّثٍ قَوْمًا حَدِيثًا لَا تَبْلُغُهُ عُقُولُهُمْ، إِلَّا كَانَ لِبَعْضِهِمْ فِتْنَةً" [صحيح مسلم]

“Tidaklah kamu menyampaikan sesuatu kepada satu kaum yang belum bisa mereka pahami kecuali hal itu akan menjadi fitnah (cobaan dan masalah) bagi sebagian mereka”. [Shahih Muslim]

Lihat: Bersabar di jalan da’wah

4. Amanah Tujuan

· Fokus pada perbaikan (ishlah), bukan provokasi dan perpecahan.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَمَا أُرِيدُ أَنْ أُخَالِفَكُمْ إِلَىٰ مَا أَنْهَاكُمْ عَنْهُ ۚ إِنْ أُرِيدُ إِلَّا الْإِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُ ۚ وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللَّهِ ۚ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ} [هود : 88]

(Syu'aib berkata) "Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku larang. Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali. [Huud: 88]

· Bertujuan memudahkan, bukan mempersulit.

Dari Abu Musa Al-Asy'ariy radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengutus Mu'adz dan Abu Musa ke negeri Yaman dan Beliau berpesan:

"يَسِّرَا وَلاَ تُعَسِّرَا، وَبَشِّرَا وَلاَ تُنَفِّرَا، وَتَطَاوَعَا وَلاَ تَخْتَلِفَا"

"Mudahkanlah (urusan) dan jangan dipersulit. Berilah kabar gembira dan jangan membuat orang lari (tidak tertarik) dan bekerja-samalah kalian berdua dan jangan berselisih". [Shahih Bukhari dan Muslim]

Lihat: Kitab Iman bab 30; Agama itu mudah

· Menyampaikan, bukan memaksa untuk langsung terima.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ} [القصص : 56]

Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. [Al-Qashash: 56]

Lihat: Inilah jalan da'wahku!

Tantangan dalam Menjaga Takwa & Amanah Dakwah

1.      Riya' & Sum'ah: Ingin dilihat dan dipuji.

Jundab radhiyallahu 'anhu berkata: Nabi bersabda;

"مَنْ سَمَّعَ سَمَّعَ اللَّهُ بِهِ، وَمَنْ يُرَائِي يُرَائِي اللَّهُ بِهِ" [صحيح البخاري ومسلم]

"Barangsiapa yang memperdengarkan (beribadah untuk didengar), maka Allah akan memperdengarkan tentangnya, dan barangsiapa yang memperlihatkan (riya’), maka Allah akan memperlihatkan tentangnya." [Shahih Bukhari dan Muslim]

Lihat: Syarah Kitab Tauhid bab (36); Riya’

2.      Kelemahan Ilmu: Mudah menyebarkan informasi tanpa tabayyun (cek kebenaran).

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ} [الحجرات : 6]

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. [Al-Hujuraat: 6]

3.      Fanatik Golongan: Mengutamakan kelompok di atas kebenaran.

Jabir bin Abdillah radiyallahu'anhuma berkata: Saat kami berada dalam satu perjalanan perang, seorang dari kaum Muhajirin memukul pantat seorang dari kaum Anshar. Maka orang Anshar itu berkata: Wahai kaum Anshar!

Dan orang Muhajir itu berkata: Wahai kamum Muhajirin!

Ketika mendengarnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya:

"مَا بَالُ دَعْوَى الجَاهِلِيَّةِ"

“Ada apa dengan panggilan Jahiliyah ini?”

Mereka menjawab: Ya Rasulullah seorang dari kaum Muhajirin memukul pantat seorang dari kaum Anshar.

Maka Rasulullah bersabda:

"دَعُوهَا فَإِنَّهَا مُنْتِنَةٌ" [صحيح البخاري ومسلم]

“Tinggalkan panggilan seperti itu, karena itu sangat busuk”. [Shahih Bukhari dan Muslim]

4.      Kelelahan & Burnout: Lupa untuk mengisi ulang spiritual diri sendiri.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَلَقَدْ نَعْلَمُ أَنَّكَ يَضِيقُ صَدْرُكَ بِمَا يَقُولُونَ (97) فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَكُنْ مِنَ السَّاجِدِينَ (98) وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ} [الحجر: 94 - 99]

Dan sungguh, Kami mengetahui bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah engkau di antara orang yang bersujud (salat), dan sembahlah Tuhanmu sampai yakin (ajal) datang kepadamu. [Al-Hijr: 97-99]

5.      Dunia: Godaan materi, jabatan, dan popularitas.

Dari Abu Hurairah radiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

"مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ لَا يَتَعَلَّمُهُ إِلَّا لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا، لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ" [سنن أبى داود: صححه الألباني]

"Barangsiapa yang menuntu ilmu yang seharusnya diniatkan demi Allah namun ia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan kenikmatan dunia, maka ia tidak akan mencium bau surga di hari kiamat". [Sunan Abi Daud: Sahih]

Ø  Dari Ka'b bin Malik radiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

"مَنْ طَلَبَ العِلْمَ لِيُجَارِيَ بِهِ العُلَمَاءَ أَوْ لِيُمَارِيَ بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ يَصْرِفَ بِهِ وُجُوهَ النَّاسِ إِلَيْهِ أَدْخَلَهُ اللَّهُ النَّارَ" [سنن الترمذي: حسنه الألباني]

"Barangsiapa yang menuntut ilmu dengan niat untuk bersaing (berdebat) dengan para ulama atau membanggakannya (pamer) di hadapan orang-orang bodoh, atau untuk memalingkan wajah orang-orang kepadanya, maka Allah akan memasukkannya ke neraka". [Sunan Ibnu Majah: Hasan]

Lihat: Akhlak ulama dan penuntut ilmu

Tips Praktis Menjadi Dai yang Bertakwa & Amanah

1)      Perbaiki Diri Sendiri (Muhasabah): "Ajaklah orang lain kepada kebaikan, meski kamu sendiri belum sempurna."

2)      Tuntut Ilmu Secara Kontinu: Hadiri majelis ilmu, baca kitab, berguru pada ulama.

3)      Jaga Niat Setiap Saat: Ulangi selalu, "Ini semua karena-Mu, ya Allah."

4)      Bersikaplah Lemah Lembut: Sebagaimana Rasulullah .

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ} [آل عمران : 159]

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. [Ali 'Imran: 159]

5)      Berdoa: Memohon kepada Allah agar diberi keteguhan dan keikhlasan.

Lihat: Istiqamah dalam keta’atan

Kesimpulan

· Takwa adalah pondasi utama seorang dai.

· Amanah adalah kewajiban yang melekat pada setiap aktivitas dakwah.

· Dakwah yang bermanfaat dan diridhai Allah hanya bisa lahir dari sinergi antara takwa dan amanah.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا (70) يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا} [الأحزاب : 70-71]

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar. [Al-Ahzaab: 70-71]

Ø  Dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma; Rasulullah bersabda:

"بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً، ...وَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا، فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ" [صحيح البخاري]

“Sampaikanlah tentang aku sekalipun hanya satu ayat, ... dan barangsiapa yang berbohong atas aku dengan sengaja maka siapkanlah tempat duduknya dari api neraka”. [Sahih Bukhari]

Lihat: Hadits larangan berdusta atas nama Nabi

Wallahu a’lam!

Referensi: Kisi-kisi ini dibuat oleh AI Assistant (DeepSeek)

Lihat juga: Pola Pendampingan Peserta Didik Berdasarkan Tinjauan Syari'at - Hadits Abu Hurairah; Jika amanah sudah dilalaikan - Perumpamaan ilmu dari Allah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...