بسم الله الرحمن الرحيم
Kehendak
(masyi-ah), keinginan (iraadah), ketetapan (qadhaa), dan
perintah (awaamir) Allah subhanahu wa ta'aalaa ada dua macam: “Kauniyah”
dan “syar'iyah”.
Kehendak kauniyah adalah kehendak yang
mesti terjadi di alam semesta ini tapi tidak semua kehendak itu dicintai-Nya.
Dengan
kehendak ini Allah subhanahu wa ta'aalaa menciptakan yang baik dan yang buruk, tidak ada sesuatupun
yang terjadi di alam semesta kecuali atas kehendak Allah subhanahu wata'ala
Yang Maha mengetahui dan bertindak dengan penuh hikmah.
Dari
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Jibril bertanya kepada
Rasululah: Beri tahu kepadaku tentang Iman? Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam menjawab:
أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ، وَمَلَائِكَتِهِ،
وَكُتُبِهِ، وَرُسُلِهِ، وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ
[صحيح البخاري ومسلم]
“Engku
meyakini tentang Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab suci-Nya, para
Rasul-Nya, hari kiamat, dan meyakini adanya takdir yang baik dan yang buruk”.
[Sahih Bukhari dan Muslim]
Hidayah dan kesesatan
atas kehendak Allah
{وَلَا
يَنْفَعُكُمْ نُصْحِي إِنْ أَرَدْتُ أَنْ أَنْصَحَ لَكُمْ إِنْ كَانَ اللَّهُ
يُرِيدُ أَنْ يُغْوِيَكُمْ هُوَ رَبُّكُمْ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ} [هود: 34]
Dan tidaklah bermanfaat kepadamu nasehatku jika
Aku hendak memberi nasehat kepada kamu, sekiranya Allah hendak menyesatkan
kamu, dia adalah Tuhanmu, dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan. [Huud:34]
Lihat: Sebab kesesatan
Kebinasaan
dan kehancuran atas kehendak Allah
{وَإِذَا
أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا
فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا} [الإسراء: 16]
Dan jika Kami hendak
membinasakan suatu negeri, Maka kami perintahkan kepada orang-orang
yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan
kedurhakaan dalam negeri itu, Maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya
perkataan (ketentuan kami), Kemudian kami hancurkan negeri itu
sehancur-hancurnya. [Al-Israa':16]
Lihat: Sebab kebinasaan
Musibah
atas kehendak Allah
{فَإِنْ
تَوَلَّوْا فَاعْلَمْ أَنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُصِيبَهُمْ بِبَعْضِ
ذُنُوبِهِمْ وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ لَفَاسِقُونَ} [المائدة: 49]
Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah
diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan
menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka.
dan Sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. [Al-Maidah:49]
{مَا أَصَابَ مِنْ
مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ} [التغابن: 11]
Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang
kecuali dengan ijin Allah.
[At-Taqaabun:11]
Bentuk
fisik yang baik dan yang buruk adalah kehendak Allah
{هُوَ الَّذِي يُصَوِّرُكُمْ فِي
الْأَرْحَامِ كَيْفَ يَشَاءُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ} [آل عمران: 6]
Dialah
yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. tak ada Tuhan
(yang berhak disembah) melainkan Dia, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. [Ali
'Imran:6]
Maksiat
terjadi atas kehendak Allah
{وَلَوْ شَاءَ
اللَّهُ مَا اقْتَتَلُوا وَلَكِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ} [البقرة: 253]
Seandainya
Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan. akan tetapi Allah berbuat
apa yang dikehendaki-Nya. [Al-Baqarah:253]
{وَلَوْ
شَاءَ اللَّهُ مَا أَشْرَكُوا} [الأنعام:
107]
Dan kalau Allah menghendaki, niscaya mereka tidak
memperkutukan(Nya).
[Al-An’am:107]
{وَكَذَلِكَ
زَيَّنَ لِكَثِيرٍ مِنَ الْمُشْرِكِينَ قَتْلَ أَوْلَادِهِمْ شُرَكَاؤُهُمْ
لِيُرْدُوهُمْ وَلِيَلْبِسُوا عَلَيْهِمْ دِينَهُمْ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا
فَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ} [الأنعام: 137]
Dan demikianlah pemimpin-pemimpin mereka telah
menjadikan kebanyakan dari orang-orang musyrik itu memandang baik membunuh
anak-anak mereka untuk membinasakan mereka dan untuk mengaburkan bagi mereka
agama-Nya. Dan kalau Allah menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya,
maka tinggallah mereka dan apa yang mereka ada-adakan. [Al-An’am:137]
{وَقَضَيْنَا
إِلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ فِي الْكِتَابِ لَتُفْسِدُنَّ فِي الْأَرْضِ مَرَّتَيْنِ
وَلَتَعْلُنَّ عُلُوًّا كَبِيرًا} [الإسراء: 4]
Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam
Kitab itu: "Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi Ini dua
kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang
besar". [Al-Israa’:4]
{قَدِ
افْتَرَيْنَا عَلَى اللَّهِ كَذِبًا إِنْ عُدْنَا فِي مِلَّتِكُمْ بَعْدَ إِذْ
نَجَّانَا اللَّهُ مِنْهَا وَمَا يَكُونُ لَنَا أَنْ نَعُودَ فِيهَا إِلَّا أَنْ
يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّنَا} [الأعراف: 89]
Sungguh kami mengada-adakan kebohongan yang benar
terhadap Allah, jika kami kembali kepada agamamu, sesudah Allah melepaskan kami
dari padanya. Dan tidaklah patut kami kembali kepadanya, kecuali jika Allah,
Tuhan kami menghendaki(nya).
[Al-A’raaf:89]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
" لو أراد
اللهُ أنْ لا يعصى ما خَلَقَ إبليس " [السلسلة الصحيحة رقم 1642]
“Seandainya Allah menghendaki untuk tidak
didurhakai maka Ia tidak akan menciptakan Iblis”. [Silsilah Ash-Shahiha
no.1642]
Kehendak
syar'iyah adalah
kehendak Allah subhanahu wa ta'alaa kepada makhluk untuk melakukan kebaikan yang dicintai-Nya.
Dengan kehendak ini Allah mengutus para Nabi
dan Rasul untuk menegakkan syari'at-Nya di muka bumi ini.
{يُرِيدُ
اللَّهُ لِيُبَيِّنَ لَكُمْ وَيَهْدِيَكُمْ سُنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ
وَيَتُوبَ عَلَيْكُمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (26) وَاللَّهُ يُرِيدُ أَنْ
يَتُوبَ عَلَيْكُمْ وَيُرِيدُ الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الشَّهَوَاتِ أَنْ تَمِيلُوا
مَيْلًا عَظِيمًا (27) يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُخَفِّفَ عَنْكُمْ وَخُلِقَ
الْإِنْسَانُ ضَعِيفًا} [النساء:
26-28]
Allah hendak menerangkan (hukum
syari'at-Nya) kepadamu, dan menunjukimu kepada jalan-jalan orang yang sebelum
kamu (para nabi dan shalihin) dan (hendak) menerima taubatmu. Dan Allah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan Allah hendak menerima taubatmu,
sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling
sejauh-jauhnya (dari kebenaran). Allah hendak memberikan keringanan
kepadamu (dalam syari'at), dan manusia dijadikan bersifat lemah. [An-Nisaa': 26-28]
Allah
menghendaki kemudahan dan tidak menghendaki kesukaran
{يُرِيدُ
اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ} [البقرة: 185]
Allah menghendaki kemudahan bagimu (dengan
syari'at-Nya), dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. [Al-Baqarah:185]
{مَا يُرِيدُ
اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ وَلَكِنْ يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ
وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ} [المائدة: 6]
Allah tidak hendak menyulitkan kamu
(dengan syari'at-Nya), tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. [Al-Maaidah:6]
Allah
tidak menginginkan maksiat dan menginginkan kesucian dari dosa
{وَقَرْنَ
فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى
وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ
وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا} [الأحزاب: 33]
Dan hendaklah kamu (kaum wanita) tetap di
rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang
Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah
Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya (dengan syari'at ini) Allah bermaksud hendak
menghilangkan dosa dari kamu, Hai ahlul bait (keluarga rumah tangga Rasulullah)
dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. [Al-Ahzaab:33]
{وَقَضَى رَبُّكَ
أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا
يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا
أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا} [الإسراء: 23]
Dan Tuhanmu telah
memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah"
dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia.
[Al-Israa':23]
{إِنَّ
اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا
حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا
يَعِظُكُمْ بِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا} [النساء: 58]
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat. [An-Nisaa':58]
{إِنَّ
اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى
عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُونَ} [النحل: 90]
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu)
berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah
melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. [An-Nahl:90]
Perbedaan
antara kehendak kauniyah dan syar'iyah:
1. Kehendak "kauniyah" ada yang baik dan ada yang buruk, sedangkan kehendak syar'iyah
semuanya baik.
2. Kehendak
kauniyah mesti terjadi, sedangkan kehendak syar'iyah tidak mesti terlaksana.
3. Kehendak
kauniayah berkaitan dengan perbuatan dan tindakan Allah subhanahu wata'ala
kepada makhlukNya, oleh sebab itu kehendak ini mesti terjadi karena tidak ada
yang bisa menghalangi sesuatu yang dikehendaki-Nya.
Sedangkan kehendak syar'iyah berhubungan dengan perbuatan dan tindakan makhluk dalam
menjalankan syari'at Allah. Dan ini tidak akan terlaksana kecuali dengan
pertolongan dan rahmat Allah Yang Maha berkehendak.
4.
Setiap makhluk tidak ada
yang tahu apa kehendak kauniyah Allah pada dirinya. Sedangkan kehendak
syar'iyah Allah dapat diketahui melauli kitab Suci, Nabi
dan Rasul Allah subhanahu wata'ala.
Kehendak
syar’iah Allah tidak bisa terlaksana kecuali pada orang-orang yang mendapat
rahmat berupa pertolongan dan izin dari Allah
{وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ
أَنْ تُؤْمِنَ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَيَجْعَلُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لَا يَعْقِلُونَ}
[يونس: 100]
Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan
izin Allah; Dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak
mempergunakan akalnya.
[Yunus:100]
{إِنَّ
هَذِهِ تَذْكِرَةٌ فَمَنْ شَاءَ اتَّخَذَ إِلَى رَبِّهِ سَبِيلًا (29) وَمَا تَشَاءُونَ
إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا (30) يُدْخِلُ
مَنْ يَشَاءُ فِي رَحْمَتِهِ وَالظَّالِمِينَ أَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا} [الإنسان: 29 - 31]
Sesungguhnya (ayat-ayat) Ini adalah suatu peringatan, maka
barangsiapa menghendaki (kebaikan bagi dirinya) niscaya dia mengambil
jalan kepada Tuhannya. Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila
dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana. Dan memasukkan siapa yang dikehendakiNya ke dalam rahmat-Nya
(surga). Dan bagi orang-orang zalim disediakan-Nya azab yang pedih. [Al-Insaan: 29-31]
{وَلَوْ
أَنَّنَا نَزَّلْنَا إِلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةَ وَكَلَّمَهُمُ الْمَوْتَى
وَحَشَرْنَا عَلَيْهِمْ كُلَّ شَيْءٍ قُبُلًا مَا كَانُوا لِيُؤْمِنُوا إِلَّا
أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ يَجْهَلُونَ} [الأنعام: 111]
Kalau
sekiranya kami turunkan malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang telah mati
berbicara dengan mereka dan kami kumpulkan (pula) segala sesuatu ke hadapan
mereka, niscaya mereka tidak (juga) akan beriman, kecuali jika Allah
menghendaki, tetapi kebanyakan mereka tidak Mengetahui.
[Al-An’aam:111]
{ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا
فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ
بِإِذْنِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ} [فاطر: 32]
Kemudian Kitab itu kami wariskan kepada orang-orang
yang kami pilih di antara hamba-hamba kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya
diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara
mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah, yang
demikian itu adalah karunia yang amat besar.
[Faathir:32]
Mengapa
Allah memberi pertolongan dan izin bagi sebagian orang untuk melaksananan
kehendak syar’iyah-Nya dan tidak memberikannya pada yang lain?
{لَا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ
} [الأنبياء: 23]
Dia (Allah) tidak ditanya tentang apa yang
diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai. [Al-Anbiyaa':23]
{يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ
الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ
وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ} [إبراهيم: 27]
Allah
meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu
[tauhid] dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; Dan Allah menyesatkan
orang-orang yang zalim dan Allah memperbuat apa yang Dia kehendaki.
[Ibrahim:27]
{وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
وَمَا بَيْنَهُمَا يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ} [المائدة: 17]
Dan
kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya;
Dia menciptakan (melakukan) apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu. [Al-Maidah:17]
Mengapa Allah
menghendaki yang buruk secara “kauniyah”?
Semua
yang dilakukan oleh Allah subhanahu wa ta'aalaa adalah baik di sisi-Nya,
kerena dilakukan dengan kesempurnaan ilmu dan hikmah-Nya, sekalipun itu buruk
menurut pandangan makhluk.
{إِنَّ رَبِّي لَطِيفٌ لِمَا يَشَاءُ إِنَّهُ
هُوَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ} [يوسف: 100]
Sesungguhnya Tuhanku Maha
Lembut terhadap apa yang dia kehendaki. Sesungguhnya Dialah yang Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana. [Yusuf:100]
Oleh
sebab itu keburukan tidak dinisbatkan secara langsung kepada Allah subhanahu wa ta'aalaa,
akan tetapi keburukan dinisbatkan kepada makhluk karena mereka yang melakukannya
secara langsung.
Dari 'Ali bin Abi Thalib radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam apabila memulai
shalat beliau bertakbir kemudian mengucapkan (do’a iftitah):
" ... لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ
وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ، وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ ... " [صحيح مسلم]
" … Aku siap untuk menjalankan
perintah-Mu dan taat kepada-Mu. Semua kebaikan ada di tangan-Mu dan kejelekan
tidak kembali (disandarkan) kepada-Mu. ..." [Sahih Muslim]
Nabi Ibrahim 'alaihissalam menyandarkan segala kebaikan
kepada Allah, sedangkan keburukan pada dirinya:
{الَّذِي خَلَقَنِي
فَهُوَ يَهْدِينِ (78) وَالَّذِي هُوَ يُطْعِمُنِي وَيَسْقِينِ (79) وَإِذَا مَرِضْتُ
فَهُوَ يَشْفِينِ (80) وَالَّذِي يُمِيتُنِي ثُمَّ يُحْيِينِ} [الشعراء: 78 - 81]
Tuhan yang telah menciptakan aku, maka dialah yang
menunjuki aku. Dan Tuhanku, yang Dia memberi makan dan minum
kepadaku. Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku. Dan yang
akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali).
[Asy-Syu’araa’: 78-81]
Nabi
Ibrahim tidak mengatakan: “Apabila Dia membuatku sakit”, padahal seseorang sakit atas kehendak Allah.
Nabi Khidir 'alaihissalam menyandarkan segala kebaikan kepada
Allah, sedangkan keburukan pada dirinya:
{أَمَّا السَّفِينَةُ فَكَانَتْ لِمَسَاكِينَ يَعْمَلُونَ فِي الْبَحْرِ
فَأَرَدْتُ أَنْ أَعِيبَهَا وَكَانَ وَرَاءَهُمْ مَلِكٌ يَأْخُذُ كُلَّ سَفِينَةٍ غَصْبًا
(79) وَأَمَّا الْغُلَامُ فَكَانَ أَبَوَاهُ مُؤْمِنَيْنِ فَخَشِينَا أَنْ يُرْهِقَهُمَا
طُغْيَانًا وَكُفْرًا (80) فَأَرَدْنَا أَنْ يُبْدِلَهُمَا رَبُّهُمَا خَيْرًا مِنْهُ
زَكَاةً وَأَقْرَبَ رُحْمًا (81) وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ
فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ
رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ
وَمَا فَعَلْتُهُ عَنْ أَمْرِي ذَلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا}
[الكهف: 79 - 82]
Adapun
bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku
bertujuan merusakkan bahtera itu, Karena di hadapan mereka ada seorang raja
yang merampas tiap-tiap bahtera. Dan adapun anak muda itu, maka keduanya adalah
orang-orang mukmin, dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua
orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. Dan kami menghendaki, supaya
Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya
dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya). Adapun
dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di
bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah
seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai
kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari
Tuhanmu; Dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian
itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar
terhadapnya". [Al-Kahfi: 79-82]
Nabi
Khidir tidak mengatakan: “Allah bertujuan merusakkan bahtera itu”, padaha di
akhri ayat beliau mengatakan: “Bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku
sendiri”.
Bolekah melakukan
keburukan dengan alasan Allah telah menakdirkannya?
Tidak
boleh, karena Allah subhanahu wa ta'aalaa memerintahkan kita untuk malaksanakan
kehendak syar'iyah-Nya, sedangkan kehendak kauniyah-Nya kita tidak pernah
ketahui kecuali setelah terjadi.
Ketika seseorang terjerumus dalam maksiat atas kehendak kauniyah Allah, maka ia harus segera bertaubat sesuai kehendak syar'iah-Nya.
Ketika seseorang terjerumus dalam maksiat atas kehendak kauniyah Allah, maka ia harus segera bertaubat sesuai kehendak syar'iah-Nya.
Ali
radiyallahu 'anhu berkata: Suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam menghadiri jenazah, dan beliau mengambil sesuatu dan
mengkorek-korek tanah lalu bersabda:
«مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا وَقَدْ كُتِبَ
مَقْعَدُهُ مِنَ النَّارِ، وَمَقْعَدُهُ مِنَ الجَنَّةِ»
"Tidaklah
seseorang dari kalian kecuali telah ditentukan tempatnya di neraka atau di surga".
Sahabat
bertanya: Ya Rasulullah, bagaimana kalau kita pasrah saja dengan takdir kita
dan meninggalkan usaha?
Rasulullah
shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
«اعْمَلُوا فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ لِمَا خُلِقَ لَهُ،
أَمَّا مَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ السَّعَادَةِ فَيُيَسَّرُ لِعَمَلِ أَهْلِ السَّعَادَةِ،
وَأَمَّا مَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الشَّقَاءِ فَيُيَسَّرُ لِعَمَلِ أَهْلِ الشَّقَاوَةِ»، ثُمَّ قَرَأَ: {فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى وَصَدَّقَ بِالحُسْنَى} [الليل: 6] الآيَةَ [صحيح البخاري ومسلم]
Berusahalah,
karena segala sesuatunya akan berjalan mudah sesuai dengan takdirnya. Adapun
orang yang bahagia akan dimudahkan baginya jalan kebahagiaan, dan adapun orang
yang susah akan dimudahkan baginya jalan kesusahan" . Kemudian Rasulullah
membaca firman Allah : "Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan
Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga), maka
kami akan memudahkan baginya jalan kemudahan (kebaikan). Dan adapun orang-orang
yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala terbaik, maka
kami akan memudahkan baginya jalan kesusahan (keburukan). " [Al-Lail:
5-10] [Sahih Bukhari dan Musim]
Iblis
menjadikan takdir sebagai alasan untuk bermaksiat
{قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي
لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ } [الأعراف: 16]
Iblis
menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, maka saya
benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus.
[Al-A’raaf:16]
Orang musyrik dan kafir
menjadikan takdir sebagai alasan
{سَيَقُولُ الَّذِينَ
أَشْرَكُوا لَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا أَشْرَكْنَا وَلَا آبَاؤُنَا وَلَا حَرَّمْنَا
مِنْ شَيْءٍ كَذَلِكَ كَذَّبَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ حَتَّى ذَاقُوا بَأْسَنَا
قُلْ هَلْ عِنْدَكُمْ مِنْ عِلْمٍ فَتُخْرِجُوهُ لَنَا إِنْ تَتَّبِعُونَ إِلَّا
الظَّنَّ وَإِنْ أَنْتُمْ إِلَّا تَخْرُصُونَ (148) قُلْ فَلِلَّهِ الْحُجَّةُ
الْبَالِغَةُ فَلَوْ شَاءَ لَهَدَاكُمْ أَجْمَعِينَ} [الأنعام: 148، 149]
Orang-orang
yang mempersekutukan Tuhan, akan mengatakan: "Jika Allah menghendaki,
niscaya kami dan bapak-bapak kami tidak mempersekutukan-Nya dan tidak (pula)
kami mengharamkan barang sesuatu apapun." Demikian pulalah orang-orang
sebelum mereka telah mendustakan (para rasul) sampai mereka merasakan siksaan
Kami. Katakanlah: "Adakah kamu mempunyai sesuatu pengetahuan (akan
kehendak kauniyah Allah) sehingga dapat kamu mengemukakannya kepada Kami?"
Kamu tidak mengikuti kecuali persangkaan belaka, dan kamu tidak lain hanyalah
berdusta. Katakanlah: "Allah mempunyai hujjah yang jelas lagi kuat; maka
jika Dia menghendaki, pasti Dia memberi petunjuk kepada kamu semuanya".
[Al-An’am: 148-149]
{وَقَالَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا
لَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا عَبَدْنَا مِنْ دُونِهِ مِنْ شَيْءٍ نَحْنُ وَلَا
آبَاؤُنَا وَلَا حَرَّمْنَا مِنْ دُونِهِ مِنْ شَيْءٍ كَذَلِكَ فَعَلَ الَّذِينَ
مِنْ قَبْلِهِمْ فَهَلْ عَلَى الرُّسُلِ إِلَّا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ} [النحل: 35]
Dan
berkatalah orang-orang musyrik: "Jika Allah menghendaki, niscaya
kami tidak akan menyembah sesuatu apapun selain Dia, baik kami maupun
bapak-bapak kami, dan tidak pula kami mengharamkan sesuatupun tanpa
(izin)-Nya". Demikianlah yang diperbuat orang-orang sebelum mereka; Maka
tidak ada kewajiban atas para rasul, selain dari menyampaikan (amanat Allah)
dengan terang. [An-Nahl:35]
{وَقَالُوا لَوْ شَاءَ
الرَّحْمَنُ مَا عَبَدْنَاهُمْ مَا لَهُمْ بِذَلِكَ مِنْ عِلْمٍ إِنْ هُمْ إِلَّا
يَخْرُصُونَ} [الزخرف: 20]
Dan mereka berkata: "Jikalau Allah yang
Maha Pemurah menghendaki tentulah kami tidak menyembah mereka
(malaikat)". Mereka tidak mempunyai pengetahuan sedikitpun tentang itu
(kehendak kauniyah Allah), mereka tidak lain hanyalah menduga-duga belaka. [Az-Zukhruf:20]
{وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ
أَنْفِقُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ قَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلَّذِينَ
آمَنُوا أَنُطْعِمُ مَنْ لَوْ يَشَاءُ اللَّهُ أَطْعَمَهُ إِنْ أَنْتُمْ إِلَّا
فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ} [يس: 47]
Dan
apabila dikatakakan kepada mereka: "Nafkahkanlah sebahagian dari reski
yang diberikan Allah kepadamu!" Maka orang-orang yang kafir itu berkata
kepada orang-orang yang beriman: "Apakah kami akan memberi makan kepada
orang-orang yang jika Allah menghendaki tentulah Dia akan memberinya
makan, tiadalah kamu melainkan dalam kesesatan yang nyata".
[Yaasiin:47]
Syubhat
kisah perdebatan nabi Adam dengan nabi Musa
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
" احْتَجَّ
آدَمُ وَمُوسَى عَلَيْهِمَا السَّلَامُ عِنْدَ رَبِّهِمَا، فَحَجَّ آدَمُ مُوسَى، قَالَ
مُوسَى: أَنْتَ آدَمُ الَّذِي خَلَقَكَ اللهُ بِيَدِهِ وَنَفَخَ فِيكَ مِنْ رُوحِهِ،
وَأَسْجَدَ لَكَ مَلَائِكَتَهُ، وَأَسْكَنَكَ فِي جَنَّتِهِ، ثُمَّ أَهْبَطْتَ النَّاسَ
بِخَطِيئَتِكَ إِلَى الْأَرْضِ، فَقَالَ آدَمُ: أَنْتَ مُوسَى الَّذِي اصْطَفَاكَ اللهُ
بِرِسَالَتِهِ وَبِكَلَامِهِ وَأَعْطَاكَ الْأَلْوَاحَ فِيهَا تِبْيَانُ كُلِّ شَيْءٍ
وَقَرَّبَكَ نَجِيًّا، فَبِكَمْ وَجَدْتَ اللهَ كَتَبَ التَّوْرَاةَ قَبْلَ أَنْ أُخْلَقَ،
قَالَ مُوسَى: بِأَرْبَعِينَ عَامًا، قَالَ آدَمُ: فَهَلْ وَجَدْتَ فِيهَا وَعَصَى
آدَمُ رَبَّهُ فَغَوَى، قَالَ: نَعَمْ، قَالَ: أَفَتَلُومُنِي عَلَى أَنْ عَمِلْتُ
عَمَلًا كَتَبَهُ اللهُ عَلَيَّ أَنْ أَعْمَلَهُ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَنِي بِأَرْبَعِينَ
سَنَةً؟ "
"Adam dan Musa berdebat di sisi Tuhan
keduanya, maka Adam mengalahkan hujjah Musa" Musa berkata: "Kamu
adalah Adam yang diciptakan oleh Allah dengan tangan-Nya. Dia meniupkan ruh-Nya
padamu, dan Dia mengizinkanmu tinggal di surga-Nya. Kemudian gara-gara
kesalahanmu, kamu menjadikan manusia diturunkan ke bumi.
Adam menjawab: Kamu adalah Musa yang dipilih
oleh Allah dengan risalah dan Kalam-Nya. Dia memberimu “Lauh” yang berisi
penjelasan tentang segala sesuatu. Dia mendekatkanmu kepada-Nya sewaktu kamu
bermunajat kepada-Nya. Berapa lama kamu mendapatkan Allah telah menulis Taurat
sebelum aku di ciptakan ?'
Musa menjawab: 'Empat puluh tahun.'
Adam bertanya: "Apakah di sana tertulis, "Dan
durhakalah Adam kepada Allah dan sesatlah dia"?
Musa menjawab: Ya.
Adam berkata, "Apakah kamu menyalahkanku
karena aku melakukan sesuatu yang telah ditulis oleh Allah atasku empat puluh
tahum sebelum Dia menciptakanku ?"
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«فَحَجَّ آدَمُ
مُوسَى»
“Maka Adam mengungguli argumen Musa" [Sahih
Bukhari dan Muslim]
Hadits ini tidak menunjukkan bahwa nabi Adam
menjadikan takdir sebagai alasan untuk melakukan maksiat karena beliau
telah taubat darinya. Dan orang yang telah taubat dari suatu maksiat boleh menjadikan takdir sebagai alasan atas maksiat tersebut.
Ada juga yang berpendapat bahwa nabi Musa tidak
menyalahkan nabi Adam karena maksiatnya, akan tetapi menyalahkannya karena telah menjadi penyebab atas musibah yang menimpah umat manusia yang harus keluar dari
Surga.
Oleh sebab itu dalam riwayat lain Musa berkata
kepada Adam:
أَنْتَ الَّذِي
أَخْرَجْتَ النَّاسَ مِنَ الجَنَّةِ بِذَنْبِكَ وَأَشْقَيْتَهُمْ
“Engkau Adam yang
telah mengeluarkan umat manusia dari Surga dengan dosamu dan engkau membuat
mereka sengsara” [Sahih Bukhari dan Muslim]
Maka benarlah Adam
dalam hal ini, karena dibolehkan menjadikan takdir sebagai alasan suatu musibah
yang telah menimpa.
Dari Abu Hurairah
radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«الْمُؤْمِنُ
الْقَوِيُّ، خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ، وَفِي كُلٍّ
خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ، وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلَا تَعْجَزْ، وَإِنْ
أَصَابَكَ شَيْءٌ، فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا، وَلَكِنْ
قُلْ قَدَرُ اللهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ، فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ»
[صحيح مسلم]
“Mukmin yang
kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah, dan pada
keduanya ada kebaikan, semangatlah atas apa yang bermanfaat bagimu, dan
mintalah bantuan Allah dan jangan lemah, dan jika engkau ditimpa suatu musibah
maka janganlah mengatakan: “Seandainya aku melakukan ini maka akan seperti ini
dan itu”, akan tetapi katakanlah: “Allah telah menetapkannya, dan apa yang Ia
kehendai akan Ia lakukan”. Karena sesungguhnya kata “seandainya” membuka pintu
amalan syaitan”. [Sahih Muslim]
Syubhat
hadits Ali dan Fathimah yang ketiduran shalat malam
Dari Ali radhiyallahu
'anhu; Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
mendatanginya dan Fathimah binti Nabi ‘alaihissalam pada suatu malam,
dan berkata:
«أَلاَ تُصَلِّيَانِ؟»
“Tidakkah kalian
berdua shalat malam?”
Ali menjawab: “Ya
Rasulullah, jiwa kami di tangan Allah, maka jika Ia menghendaki kami bangun dari
tidur kami maka kami akan bangun”
Kemudian beliau
pergi ketika kami mengatakan hal itu dan beliau tidak mengatakan sesuatu
bantahan padaku. Kemudian aku mendengarnya saat beliau berpaling dengan memukul
pahanya, membaca:
{وَكَانَ الإِنْسَانُ
أَكْثَرَ شَيْءٍ جَدَلًا} [الكهف: 54]
Dan
dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.
[Al-Kahfi: 54] [Sahih Bukhari dan Muslim]
Hadits
ini tidak menunjukkan bahwa Ali menjadikan takdir sebagai alasan untuk melakukan
maksiat karena shalat malam hukumnya sunnah dan tidak wajib.
Hadits
ini menunjukkan bahwa bangunnya seseorang dari tidur adalah takdir yang
ditentukan oleh Allah subhanahu wa ta'aalaa. Oleh sebab itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam tidak membantah perkataan Ali radhiyallahu 'anhu sebagai
pembenaran.
Dari
Abu Qatadah radhiyallahu 'anhu; Ketika Nabi ketiduran dari shalat
subuh bersama sahabatnya, beliau bersabda:
«إِنَّ اللَّهَ قَبَضَ أَرْوَاحَكُمْ حَيْثُ شَاءَ وَرَدَّهَا حَيْثُ
شَاءَ قُمْ فَأَذِّنْ بِالصَّلَاةِ»
“Sesungguhnya Allah menggenggam ruh-ruh kita
sesuai kehendak-Nya, dan mengembalikannya sesuai kehendak-Nya, bangunlah dan kumandangkan azan untuk shalat”
Maka mereka semua bangun dan bersuci, sampai
ketika matahari terbit, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bangkit dan
shalat bersama sahabatnya sebagai imam. [Sunan Abu Daud: Sahih]
Wallahu a’lam!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...