بسم الله الرحمن الرحيم
Seruan puasa untuk orang yang beriman
Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ
الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ}
[البقرة: 183]
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. [Al-Baqarah: 183]
Iman bisa bertambah dan
berkurang
{هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ
الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ} [الفتح: 4]
Dia-lah
yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya
keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). [Al-Fath:4]
{وَمَا جَعَلْنَا أَصْحَابَ النَّارِ إِلَّا مَلَائِكَةً
وَمَا جَعَلْنَا عِدَّتَهُمْ إِلَّا فِتْنَةً لِلَّذِينَ كَفَرُوا لِيَسْتَيْقِنَ الَّذِينَ
أُوتُوا الْكِتَابَ وَيَزْدَادَ الَّذِينَ آمَنُوا إِيمَانًا} [المدثر: 31]
Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu
melainkan dari malaikat, dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu
melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang
diberi Al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya. [Al-Muddatsir:31]
{الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ
فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ} [آل عمران: 173]
Orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang
kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia
(orang Quraisy) telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu
takutlah kepada mereka!" Maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan
mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah
sebaik-baik Pelindung". [Ali Imran: 172-173]
{وَلَمَّا رَأَى الْمُؤْمِنُونَ الْأَحْزَابَ قَالُوا هَذَا مَا وَعَدَنَا اللَّهُ
وَرَسُولُهُ وَصَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَمَا زَادَهُمْ إِلَّا إِيمَانًا وَتَسْلِيمًا}
[الأحزاب: 22]
Dan tatkala orang-orang mukmin
melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata : "Inilah
yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya [kemenangan] kepada kita". Dan
benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada
mereka kecuali iman dan ketundukan. [Al-Ahzaab:22]
Iman adalah landasan ibadah
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah sallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ صَامَ رَمَضَانَ، إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا،
غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ» [صحيح البخاري
ومسلم]
“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan
dengan keimanan dan harapan, maka diampuni untuknya semua dosanya yang telah
lalu”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Dalam riwayat lain:
«مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا،
غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ» [صحيح البخاري
ومسلم]
“Barangsiapa yang mendirikan shalat malam
di bulan Ramadhan dengan keimanan dan harapan, maka diampuni untuknya semua
dosanya yang telah lalu”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Dalam riwayat lain:
«َمَنْ قَامَ لَيْلَةَ القَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا
غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ» [صحيح البخاري
ومسلم]
“Barangsiapa yang mendirikan shalat di
malam lailatul Qadr dengan keimanan dan harapan, maka diampuni untuknya semua
dosanya yang telah lalu”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Beberapa amalan untuk meningkatkan kualitas keimanan,
diantaranya:
1. Tauhid dan amal shalih
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ - أَوْ بِضْعٌ
وَسِتُّونَ - شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَأَدْنَاهَا
إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الْإِيمَانِ» [صحيح مسلم]
"Keimanan itu terdiri dari tujuhh
puluh lebih – atau enam puluh lebih - cabang. Yang paling afdal (tinggi
kedudukannya) adalah mengatakan "tiada Tuhan yang berhak disembah
selain Allah", dan yang paling rendah adalah menjauhkan duri/kotoran dari
jalan. Dan rasa malu adalah cabang dari keimanan”. [Sahih Muslim]
Zayd bin Khalid Al-Juhainiy radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam memimpin kami shalat Shubuh di Hudaibiyyah
pada suatu malam sehabis turun hujan. Selesai shalat beliau menghadapkan
wajahnya kepada orang banyak lalu bersabda:
«هَلْ تَدْرُونَ مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ؟»
"Tahukah kalian apa yang sudah difirmankan
oleh Rabb kalian?"
Orang-orang menjawab: "Allah dan rasul-Nya
lebih mengetahui."
Beliau lalu bersabda:
" أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِي مُؤْمِنٌ بِي وَكَافِرٌ،
فَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ، فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ
بِي كَافِرٌ بِالكَوْكَبِ، وَأَمَّا مَنْ قَالَ: بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا، فَذَلِكَ
كَافِرٌ بِي مُؤْمِنٌ بِالكَوْكَبِ " [صحيح البخاري ومسلم]
"Allah berfirman: 'Di pagi ini ada
hamba-hamba Ku yang menjadi Mukmin kepada-Ku dan ada pula yang kafir. Orang
yang berkata, 'Hujan turun kepada kita karena karunia Allah dan rahmat-Nya',
maka dia adalah yang beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang-bintang. Adapun
yang berkata, 'Hujan turun disebabkan bintang ini dan itu', maka dia telah
kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang-bintang'." [Sahih Bukhari dan
Muslim]
Lihat: Keutamaan TAUHID
2. Tunduk dan patuh pada hukum Allah
dan Rasul-Nya
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا
قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ
وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا} [الأحزاب: 36]
"Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan
tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya telah
menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang
urusan mereka. dan barangsiapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya maka sungguhlah
dia Telah sesat, sesat yang nyata". [Al-Ahzab:36]
{فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ
فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ
وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا} [النساء: 65]
"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak
beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka
perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan
terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan
sepenuhnya". [An-Nisaa:65]
3. Mengabaikan bisikan setan
Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu berkata: Beberapa orang dari sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam datang dan bertanya kepada beliau: Sesungguhnya kami mendapat dalam
diri kami sesuatu yang sangat berat bagi kami untuk mengucapkannya (kekufuran)!
Beliau bersabda:
«وَقَدْ وَجَدْتُمُوهُ؟»
“Apakah kalian telah merasakannya?”
Mereka menjawab: Iya!
Beliau bersabda:
«ذَاكَ صَرِيحُ الْإِيمَانِ» [صحيح مسلم]
“Itulah intinya keimanan (menolak bisikan setan)”[Sahih
Muslim]
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam ditanya tentang “waswasah” (bisikan setan akan kekafiran),
beliau menjawab:
«تِلْكَ مَحْضُ الْإِيمَانِ» [صحيح مسلم]
“Itulah intinya keimanan (menolak bisikan
setan)”[Sahih Muslim]
4. Rela Allah sebagai Tuhan, Islam
sebagai agama, dan Muhammad adalah rasul.
Dari Al-‘Abbas bin Abdul Muthalib radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
«ذَاقَ طَعْمَ الْإِيمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللهِ
رَبًّا، وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا، وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا» [صحيح مسلم]
“Telah merasakan nikmatnya iman, orang yang rela
Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai rasul”. [Sahih
Muslim]
5. Mencintai Allah dan Rasul-Nya,
mencintai karena Allah, dan membenci kekafiran
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
" ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ
الإِيمَانِ: أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا،
وَأَنْ يُحِبَّ المَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ
فِي الكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ " [صحيح البخاري ومسلم]
“Ada tiga hal yang barangsiapa memilikinya maka
ia akan mendapatkan nikmatnya iman: Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai
daripada selainnya, mencintai seseorang hanya karena Allah, dan tidak ingin
kembali pada kekafiran sebagaimana ia tidak ingin dilemparkan ke dalam neraka”.
[Sahih Bukhari dan Muslim]
6. Mencintai saudara seiman seperti
mencintai diri sendiri
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
" [صحيح البخاري]
“Tidak sempurna keimanan seseorang diantara kalian sampai ia mencintai
saudaranya seperti ia mencintai dirinya”. [Sahih Bukhariy]
7. Mendirikan shalat
{الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ
يُنْفِقُونَ (3) أُولَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَهُمْ دَرَجَاتٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ
وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ} [الأنفال: 3 - 4]
Orang-orang yang mendirikan shalat dan
yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah
orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh
beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat)
yang mulia. [Al-Anfaal: 3-4]
8. Mengeluarkan zakat
Dari Abdullah bin Mu'awiyah Al-Gadhiry radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda :
" ثَلَاثٌ مَنْ فَعَلَهُنَّ فَقَدْ طَعِمَ
طَعْمَ الْإِيمَانِ: مَنْ عَبَدَ اللَّهَ وَحْدَهُ وَأَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ،
وَأَعْطَى زَكَاةَ مَالِهِ طَيِّبَةً بِهَا نَفْسُهُ، رَافِدَةً عَلَيْهِ كُلَّ عَامٍ،
وَلَا يُعْطِي الْهَرِمَةَ، وَلَا الدَّرِنَةَ ، وَلَا الْمَرِيضَةَ، وَلَا الشَّرَطَ
اللَّئِيمَةَ، وَلَكِنْ مِنْ وَسَطِ أَمْوَالِكُمْ، فَإِنَّ اللَّهَ لَمْ يَسْأَلْكُمْ
خَيْرَهُ، وَلَمْ يَأْمُرْكُمْ بِشَرِّهِ " [سنن أبي داود: صححه الألباني]
"Ada tiga hal yang barang siapa yang
mengamalkannya berarti ia telah merasakan nikmatnya keimanan: Orang yang
menyembah Allah semata dan bahwasanya tiada Tuhan yang berhak disembah selain
Allah, dan mengeluarkan zakat hartanya dengan senang hati akan menambah
hartanya tiap tahun, dan tidak memberikan hewan yang sudah tua (sebagai zakat)
dan tidak pula yang cacat, dan tidak pula yang sakit, dan tidak pulan yang
paling jelek, akan tetapi keluarkanlah yang sederhana dari hartamu, karena
sesungguhnya Allah tidak meminta yang terbaik, dan tidak memerintahkan yang
terburuk." [Sunan Abu Daud: Sahih]
9. Memberi dan menahan pemberian
karena Allah
Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ أَحَبَّ لِلَّهِ، وَأَبْغَضَ لِلَّهِ، وَأَعْطَى
لِلَّهِ، وَمَنَعَ لِلَّهِ فَقَدِ اسْتَكْمَلَ الْإِيمَانَ» [سنن أبي داود:
صححه الألباني]
"Barangsiapa mencintai karena Allah, membenci karena Allah,
memberi karena Allah dan melarang (menahan) karena Allah, maka sempurnalah
imannya." [Sunan Abu Daud: Sahih]
10. Senantiasa dalam keadaan suci
Dari Abu Malik Al-Asy’ariy radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
الطُّهُورُ شَطْرُ الْإِيمَانِ [صحيح مسلم]
“Bersuci adalah sebagian dari iman” [Sahih
Muslim]
Dalam riwayat lain:
الوُضُوءُ شَطْرُ الإِيمَانِ [سنن الترمذي: صحيح]
"Berwudhu adalah sebagian dari keimanan".
[Sunan Tirmidziy: Sahih]
Dari Tsauban dan Abdullah bin 'Amr
radhiyallahu 'anhum; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
لَا يُحَافِظُ عَلَى الْوُضُوءِ إِلَّا مُؤْمِنٌ [سنن ابن ماجه: صححه الألباني]
"Tidak ada yang menjaga agar
senantiasa dalam keadaan wudhu kecuali seorang yang beriman". [Sunan Ibnu
Majah: Sahih]
Lihat: Keutamaan berwudhu
11. Membaca dan mendengarkan Al-Qur’an
{إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ
اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا
وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ} [الأنفال: 2]
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah
mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila
dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan Hanya kepada
Tuhanlah mereka bertawakkal. [Al-Anfaal:2]
{وَإِذَا مَا أُنْزِلَتْ سُورَةٌ فَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ أَيُّكُمْ زَادَتْهُ
هَذِهِ إِيمَانًا فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَزَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَهُمْ يَسْتَبْشِرُونَ
(124) وَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَى رِجْسِهِمْ
وَمَاتُوا وَهُمْ كَافِرُونَ} [التوبة: 124،
125]
Dan apabila diturunkan suatu surah, maka di
antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata: "Siapakah di antara
kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini?" Adapun
orang-orang yang beriman, maka surah ini menambah imannya, dan mereka merasa
gembira. Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka
dengan surah itu bertambah kekafiran mereka, disamping kekafirannya (yang telah
ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir. [At-Taubah: 124-125]
Lihat: Keutamaan membaca Al-Qur'an
12. Amar ma’ruf nahi mungkar
Dari Abu Sa'id radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ
بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ،
وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ» [صحيح مسلم]
“Barangsiapa dari kalian yang melihat
kemungkaran maka perbaikilah dengan tanganmu, kalau kamu tidak mampu maka
dengan lidahmu, kalau kamu tidak bisa maka dengan hatimu, dan itu adalah
selemah-lemahnya iman”. [Sahih Muslim]
13. Berakhlak mulia
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ
خُلُقًا» [سنن أبي داود:
صحيح]
“Orang beriman yang paling sempurna keimanannya
adalah yang paling mulia akhlaknya”. [Sunan Abi Daud: Sahih]
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ
الآخِرِ فَلاَ يُؤْذِ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ
الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ
الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhirat
maka janganlah ia menyakiti tetangganya, dan barangsiapa yang beriman kepada
Allah dan hari Akhirat maka hendaklah ia memuliakan tamunya, dan barangsiapa
yang beriman kepada Allah dan hari Akhirat maka hendaklah ia berkata baik atau
diam”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
14.
Menjaga amanah
Anas bin Malik radhiyallahu
'anhu berkata:
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menkhutbahi kami kecuali beliau
mengatakan:
" لَا إِيمَانَ لِمَنْ لَا أَمَانَةَ
لَهُ " [مسند
أحمد: حسن]
“Tidak sempurna imannya orang yang tidak menjaga amanahnya”.
[Musnad Ahmad: Hasan]
15.
Bersyukur atas nikmat dan bersabar atas musibah
Dari Shuhaib radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ
كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ
شَكَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ، صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا
لَهُ» [صحيح مسلم]
“Sangat menakjubkan urusan seorang Mukmin, semua urusannya
terasa baik, dan itu tidak terjadi pada siapapun kecuali pada seoran Mukmin,
jika ia mendapat kebaikan ia bersyukur, maka itu baik baginya, dan jika ditimpa
musibah ia bersabar, maka itu baik baginya”. [Sahih Muslim]
Lihat: Fungsi musibah
16. Gembira dengan kebaikannya dan
bersedih dengan keburukannya
Dari Umar bin Khathab radhiyallahu
'anhu;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
مَنْ سَرَّتْهُ حَسَنَتُهُ وَسَاءَتْهُ سَيِّئَتُهُ، فَهُوَ مُؤْمِنٌ [مسند أحمد: صحيح]
“Barangsiapa yang merasa gembira dengan
kebaikannya dan bersedih dengan keburukannya maka ia adalah seorang yang beriman”.
[Musnad Ahmad: Sahih]
17. Meninggalkan
dosa besar
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
«لاَ
يَزْنِي الزَّانِي حِينَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَلاَ يَشْرَبُ الخَمْرَ حِينَ يَشْرَبُ
وَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَلاَ يَسْرِقُ السَّارِقُ حِينَ يَسْرِقُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَلاَ
يَنْتَهِبُ نُهْبَةً، يَرْفَعُ النَّاسُ إِلَيْهِ فِيهَا أَبْصَارَهُمْ، وَهُوَ مُؤْمِنٌ»
[صحيح البخاري]
"Tidaklah berzina seorang pezina
ketika ia berzina dalam keadaan beriman (yang sempurnah), dan tidaklah ia
meminum khamr ketika meminumnya dan ia dalam keadaan beriman, dan tidaklah
mencuri seorang pencuri ketika ia mencuri dalam keadaan beriman, dan ia tidak
merampas sesuatu yang bukan miliknya sementara orang-orang memandang kepadanya
dengan mata mereka (terdzalimi) dan ia dalam keadaan beriman." [Sahih
Bukhari]
Dalam riwayat lain:
«وَلَا
يَغُلُّ أَحَدُكُمْ حِينَ يَغُلُّ وَهُوَ مُؤْمِنٌ، فَإِيَّاكُمْ إِيَّاكُمْ» [صحيح مسلم]
“Dan
tidaklah seseorang dari kalian mencuri harta rampasan perang ketika ia
mencurinya dan ia dalam keadaan beriman, maka waspadalah kalian .. waspadalah
kalian”. [Sahih Muslim]
Dari Ibnu Abbas radliallahu
'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«لاَ
يَزْنِي العَبْدُ حِينَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَلاَ يَسْرِقُ حِينَ يَسْرِقُ وَهُوَ
مُؤْمِنٌ، وَلاَ يَشْرَبُ حِينَ يَشْرَبُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَلاَ يَقْتُلُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ»
"Tidaklah berzina seorang
hamba yang berzina ketika ia berzina dalam keadaan beriman, dan tidaklah
mencuri ketika ia mencuri dalam keadaan beriman, tidaklah ia meminum khamr
ketika meminumnya dan ia dalam keadaan beriman, dan tidaklah dia membunuh
sedang dia dalam keadaan beriman."
Ikrimah berkata: Saya bertanya
kepada 'Ibnu 'Abbas; 'Bagaimana iman bisa dicabut padanya?'
Ibnu Abbas menjawab: 'Seperti ini',
sambil menjalinkan jari-jemarinya, kemudian ia keluarkan, 'maka jika ia
bertaubat, iman itu kembali kepadanya,' sambil ia menjalin jari jemarinya.
[Sahih Bukhari]
Wallahu a’lam!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...