Selasa, 15 Januari 2013

Azan dan iqamah di telinga bayi

بسم الله الرحمن الرحيم


Hadits tentang mengucapkan azan dan iqamah di telinga bayi saat lahir diriwayatkan dari beberapa sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Diantaranya:

A.     Hadits Abu Raafi' radhiyallahu 'anhu.
Diriwayatkan oleh Imam Abu Daud (2755H) dalam kitabnya "As-Sunan" 4/328 no.5105, begitu pula dengan Imam At-Tirmidziy (279H) 4/97 no.1514, dan Imam Ahmad (241H) dalam kitabnya "Al-Musnad" 39/297 no.23869:
عَنْ سُفْيَانَ، قَالَ: حَدَّثَنِي عَاصِمُ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي رَافِعٍ، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «أَذَّنَ فِي أُذُنِ الْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ حِينَ وَلَدَتْهُ فَاطِمَةُ بِالصَّلَاةِ»
Abu Raafi' berkata: Aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam membacakan azan di telinga Al-Hasan bin 'Ali ketika dilahirkan oleh Fatimah dengan lafadz azan untuk salat.

Sanad hadits ini lemah karena pada sanadnya ada rawy yang bernama 'Ashim bin Ubaidillah bin 'Ashim[1]; periwayatan haditsnya dilemahkan oleh Imam Malik, Yahya bin Ma'in, An-Nasa'iy, Ibnu Hajar dan yang lainnya.

Diriwayatkan juga oleh Ath-Thabaraniy (360H) dalam kitabnya "Al-Mu'jam Al-Kabiir" 1/313 no.926:
عن حماد بن شعيب عن عاصم بن عبيد الله عن علي بن الحسين عن أبي رافع : أن النبي صلى الله عليه وسلم أذن في أذن الحسن و الحسين رضي الله عنهما حين ولدا وأمر به
Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengumandangkan azan di telinga Al-Hasan dan Al-Husain radhiyallahu 'anhuma ketika keduanya dilahirkan dan Rasulullah memerintahkan hal itu.

Sanad hadits ini sangat lemah, selain karena 'Ashim bin Ubaidillah juga karena ada Hammad bin Syu'aib Al-Himmaniy[2] yang periwayatan haditsnya dilemahkan oleh Yahya bin Ma'in, Abu Hatim, Abu Zur'ah, An-Nasa'iy, dan yang lainnya.

Hadits ini dilemahkan oleh Ibnu Al-Qaththaan (628H) dalam kitabnya "Bayan Al-Wahm wa Al-iham" 4/593, Ibnu Al-Mulaqqin (804H) dalam kitabnya "Al-Badr Al-Muniir"  9/347, dan Ibnu Hajar dalam kitabnya "Talkhish Al-Habiir" 4/367.

B.      Hadits Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma.
Diriwayatkan oleh Al-Baehaqiy (458H) dalam kitabnya "Syu'ab Al-Iman" 11/106 no.8255:
عن مُحَمَّدُ بْنُ يُونُسَ، حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عُمَرَ بْنِ سَيْفٍ السَّدُوسِيُّ، حَدَّثَنَا الْقَاسِمُ بْنُ مُطَيَّبٍ، عَنْ مَنْصُورِ ابْنِ صَفِيَّةَ، عَنْ أَبِي مَعْبَدٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَذَّنَ فِي أُذُنِ الْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ يَوْمَ وُلِدَ، فَأَذَّنَ فِي أُذُنِهِ الْيُمْنَى، وَأَقَامَ فِي أُذُنِهِ الْيُسْرَى
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam azan di telinga Al-Hasan bin 'Ali pada hari dilahirkannya, maka beliau azan di telinga kanannya dan iqamah di telinga kirinya.

Sanad hadits ini sangat lemah, karena pada sanadnya ada beberapa rawiy yang periwayatan haditsnya sangat lemah:

a)      Muhammad bin Yunus Al-Kudaimiy[3] (286H); Al-Azdiy mengatakan: Haditsnya ditolak (matruuk). Ibnu 'Adiy mengatakan: Ia dituduh sebagai pemalsu hadits. Ibnu Hibban mengatakan: Ia memalsukan hadits dari orang-orang tsiqah dan sepertinya ia sudah memalsukan 1000 hadits lebih.
b)      Al-Hasan bin 'Amr bin Saif Al-Bashriy[4]; Ibnu Al-Madiniy mengklaimnya sebagai pembohong. Imam Bukhari mengatakan: Ia seorang pembohong.
Lihat: Silsilah Al-Ahaadiits Adh-Dha'ifah 13/271 no.6121.

C.      Hadits Husain bin 'Ali radhiyallahu 'anhuma.
Diriwayatkan oleh Abu Ya'laa (307H) dalam kitabnya "Al-Musnad" 12/150 no.6780, dan Al-Baehaqiy dalam kitabnya "Syu'ab Al-Iman" 11/106 no.8254:
عن يَحْيَى بْن الْعَلَاءِ، عَنْ مَرْوَانِ بْنِ سَالِمٍ، عَنْ طَلْحَةَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ، عَنْ حُسَيْنٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ وُلِدَ لَهُ فَأَذَّنَ فِي أُذُنِهِ الْيُمْنَى وَأَقَامَ فِي أُذُنِهِ الْيُسْرَى لَمْ تَضُرَّهُ أُمُّ الصِّبْيَانِ»
Barangsiapa dilahirkan untuknya seorang bayi kemudian ia membacakan azan di telinga kanannya dan iqamah di telinga kirinya maka bayi tersebut tidak akan digangu oleh jin.

Sanad hadits ini sangat lemah, karena pada sanadnya ada beberapa rawiy yang periwayatan haditsnya sangat lemah:

1.      Yahya bin Al-'Alaa' Ar-Raziy[5]; Imam An-Nasa'iy, Ad-Daruquthniy dan Al-Azdiy mengatakan: Haditsnya ditolak (matruuk). Imam Ahmad mengatakan: Ia seorang pembohong dan pemalsu hadits.
2.      Marwan bin Salim Al-Jazariy[6]; Imam Bukhari, Muslim (261H), dan Abu Hatim mengatakan: Riwayat haditsnya mungkar (sangat lemah). An-Nasa'iy mengatakan: Haditsnya ditolak (matruuk). Sedangkan Abu ‘Arubah Al-Harraniy (318H) mengatakan: Ia seorang pemalsu hadits. Dan As-Saajiy (307H) mengatakan: Ia seorang pembohong dan pemalsu hadits.
3.      Thalhah bin Ubaidillah Al-Uqailiy[7]; Ibnu Hajar mengatakan: Ia tidak diketahui (majhuul).
 Lihat: Silsilah Al-Ahaadiits Adh-Dha'ifah 1/491 no.321.

D.     Hadits Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma.
Diriwayatkan oleh Tammaam Ar-Raziy (414H) dalam kitabnya "Al-Fawaid", sebagaimana disebutkan dalam kitab "Ar-Raudh Al-Bassam" 3/447 no.1219:
عن القاسم بن حفص العمري ثنا عبد الله بن دينار عن ابن عمر أن النبي صلى الله عليه وسلم أذن في أذن الحسن والحسين رضي الله عنهما حين ولدا
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam azan di telinga Al-Hasan dan Al-Husain radhiyallahu 'anhuma pada ketika keduanya dilahirkannya.

Hadits ini sangat lemah karena pada sanadnya ada rawiy yang bernama Al-Qasim bin Hafs Al-Umariy[8], nama lengkapnya Al-Qasim bin Abdullah bin Umar bin Hafs; Abu Hatim, Abu Zur'ah, An-Nasa'iy dan Ibnu Hajar mengatakan: Haditsnya ditolak (matruuk). Imam Ahmad menuduhnya sebagai pembohong.

E.     Hadits Ummu Al-Fadhl bint Al-Harits radhiyallahu 'anha.

Diriwayatkan oleh Ath-Thabaraniy dalam kitabnya "Al-Mu'jam Al-Ausath" 9/101 no.9250:
عن أحمد بن رشد بن خثيم الهلالي حدثني عمي سعيد بن خثيم عن حنظلة بن أبي سليمان عن طاوس عن عبد الله بن عباس حدثتني أم الفضل بنت الحارث الهلالية قالت: مررت بالنبي صلى الله عليه و سلم وهو جالس بالحجر فقال: يا أم الفضل . قلت: لبيك يا رسول الله ! قال: إنك حامل بغلام . قلت: يا رسول الله وكيف وقد تحالفت قريش أن لا يأتوا النساء . قال: هو ما أقول لك فإذا وضعتيه فأتني به قالت فلما وضعته أتيت به النبي صلى الله عليه و سلم فأذن في أذنه اليمنى وأقام في أذنه اليسرى ... الخ
Ummu Al-Fadhl berkata: Aku melewati Rasulullah yang sedang duduk di atas batu dan berkata: Wahai Ummu Al-Fadhl!
Aku menjawab: Aku memenuhi panggilanmu Ya Rasulullah!
Rasulullah berkata: Engkau sedang mengandung seorang anak!
Aku menjawab: Ya Rasulullah, mau bagaimana lagi sedangkan kaum Quraisy telah berjanji kalau mereka tidak boleh mendatangi wanita.
Rasulullah berkata: Lakukan apa yang aku katakan kepadamu, jika engkau telah melahirkannya maka bawalah ia kepadaku.
Ummu Al-Fadhl berkata: Setelah aku melahirkannya aku membawanya kepada Rasulullah kemudian beliau membacakan azan di telinga kanannya dan iqamah di telinga kirinya ... (sampai akhir hadits).

Sanad hadits ini sangat lemah, karena pada sanadnya ada beberapa rawiy yang periwayatan haditsnya sangat lemah:

1)      Ahmad bin Rasyad bin Khutsaim Al-Hilaliy[9]; Adz-Dzahabiy mengatakan: Ia meriwayatkan dari Sa'id bin Khutsaim hadits yang bathil (sangat lemah).
Al-Haitsamiy mengatakan: Ia dituduh memalsukan hadits ini. [Majma' Az-Zawaid 5/187 no.8956]
2)      Handzalah bin Abi Sulaiman (namanya Ubaidillah), kuniahnya Abu Abdurrahim As-Sadusiy[10]; Periwayatan haditsnya dilemahkan oleh Yahya bin Ma'in, Abu Hatim, An-Nasa'iy dan Ibnu Hajar. Imam Ahmad mengatakan: Haditsnya mungkar (sangat lemah).
Lihat: Silsilah Al-Ahaadiits Adh-Dha'ifah 12/269 no.5625, dan 13/337 no.6145.

Catatan:

Sekalipun hadits ini lemah dan tidak bisa diamalkan, akan tetapi sebagian ulama menganjurkannya dengan niat agar kalimat yang pertama kali didengar oleh sang bayi adalah kalimat yang baik berupa pengagungan nama Allah, dua kalimat syahadat dan panggilan salat. Dan dengan demikian semoga hidupnya kelak mendapat berkah dan dijauhkan dari gangguan setan.
Lihat: "Fatawa Nurr Al-Ardab" oleh Syekh Ibnu Baz rahimahullah 18/241.




[1] Lihat biografi 'Ashim bin Ubaidillah dalam kitab: Adh-Dhu'afaa' Al-Kabiir karya Al-'Uqaily 3/333, Al-Majruhiin karya Ibnu Hibban 2/127, Al-Kamil karya Ibnu 'Adiy 5/225, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 2/70, Miizaan Al-I'tidaal karya Adz-Dzahabiy 4/8, Taqriib At-Tahdziib karya Ibnu Hajar hal.285.
[2] Lihat biografi Hammad bin Syu'aib Al-Himmaniy dalam kitab: Adh-Dhu'afaa' karya An-Nasa'i hal.167 , Adh-Dhu'afaa' Al-Kabiir 1/311, Al-Jarh wa At-Ta'diil karya Ibnu Abi Hatim 3/142, Al-Majruhiin 1/251, Al-Kamil 2/242, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 1/233, Miizaan Al-I'tidaal 2/366, Lisaan Al-Miizaan karya Ibnu Hajar 3/270.
[3] Lihat biografi Muhammad bin Yunus Al-Kudaimiy dalam kitab: Al-Jarh wa At-Ta'diil 8/122, Al-Majruhiin 2/312, Al-Kamil 6/292, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 3/109, Miizaan Al-I'tidaal 6/378, Taqriib At-Tahdziib hal.515.
[4] Lihat biografi Al-Hasan bin 'Amr bin Saif dalam kitab: Adh-Dhu'afaa' Al-Kabiir 1/236, Al-Jarh wa At-Ta'diil 3/26, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 1/208, Miizaan Al-I'tidaal 2/267, Taqriib At-Tahdziib hal.163.
[5] Lihat biografi Yahya bin Al-'Alaa' dalam kitab: Adh-Dhu'afaa' Ashagiir karya Al-Bukhariy hal.125 , Adh-Dhu'afaa' karya An-Nasa'i hal.248 , Adh-Dhu'afaa' Al-Kabiir 4/437, Al-Majruhiin 3/114, Al-Kamil  7/198, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 3/200, Miizaan Al-I'tidaal 7/205, Taqriib At-Tahdziib hal.595.
[6] Lihat biografi Marwan bin Salim dalam kitab: At-Tariik Al-Kabiir karya Imam Bukhari 7/373, Adh-Dhu'afaa' karya An-Nasa'i hal.236 , Adh-Dhu'afaa' Al-Kabiir 4/204, Al-Jarh wa at-ta’dil 8/274, Al-Majruhiin  3/13, Al-Kamil  6/384, Adh-Dhu'afaa' karya Abu Nu'aim hal.146 , Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 3/113, Tahdziib Al-Kamaal karya Al-Mizziy 27/392, Miizaan Al-I’tidaal 6/397, Taqriib At-Tahdziib hal.526.
[7] Lihat biografi Thalhah bin Ubaidillah Al-Uqailiy dalam kitab: Taqriib At-Tahdziib hal.283.
[8] Lihat biografi Al-Qasim bin Hafs Al-Umariy dalam kitab: Adh-Dhu'afaa' Al-Kabiir 3/472, Al-Jarh wa At-Ta'diil 7/111, Al-Majruhiin 2/212, Al-Kamil 6/34, Adh-Dhu'afaa' karya Abu Nu'aim hal.131 , Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 3/14, Miizaan Al-I'tidaal 5/451, Taqriib At-Tahdziib hal.450.
[9] Lihat biografi Ahmad bin Rasyad bin Khutsaim Al-Hilaliy dalam kitab: Miizaan Al-I'tidaal 1/233, Lisaan Al-Miizaan 1/459.
[10] Lihat biografi Handzalah bin Abi Sufyan dalam kitab: Adh-Dhu'afaa' Ash-Shagiir hal.38, Adh-Dhu'afaa' Al-Kabiir 1/289, Al-Jarh wa At-Ta'diil 3/240, Al-Majruhiin 1/266, Al-Kamil 2/421, , Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 1/241, Miizaan Al-I'tidaal 2/397, Taqriib At-Tahdziib hal.184.

6 komentar:

  1. hmmm bener banget harus azan di bayi pas lahir

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, semoga bayinya mendapat berkah dan dijauhkan dari gangguan setan! :)

      Hapus
  2. Ada sedikit isykal bagi saya Ustadz,ketika hadits ini lemah tak bisa dijadikan hujjah tapi di bolehkan melakukan azan,tentunya perlu ada landasannya.Apakah ada landasan yang memang bisa di pegang dalam hal ini ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. 1. Hadits ini diperselisihkan oleh ulama, yg menghukuminya sahih atau hasan akan mengamalkannya. Khususnya hadits azan di telinga kanan tidak terlalu lemah!

      2. Adapun yg menghukuminya lemah tp tetap mengamalkannya beralasan:
      a. Hadits ini termasuk fadhailul a'maal !?
      b. Keumuman ayat dan hadits keutamaan dzikir, dan lafzad tauhid. Sehingga yg pertama didengar oleh sang bayi ada ucapan yang baik.
      c. Setan kabur ketika mendengar azan:
      Dari Jabir; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
      «إِنَّ الشَّيْطَانَ إِذَا سَمِعَ النِّدَاءَ بِالصَّلَاةِ ذَهَبَ حَتَّى يَكُونَ مَكَانَ الرَّوْحَاءِ»
      "Sesungguhnya setan jika mendengar panggilan (azan) untuk shalat maka ia menjauh sampai ke tempat Ar-Rawhaa' (36 mil dari Medinah)". [Sahih Muslim]
      [Lihat: Tuhfatul Mauluud karya Ibnu Qayyim hal.31]

      Wallahu a'lam!

      Hapus

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...