Sabtu, 18 Oktober 2025

Kitab Adab; Bab 01, 02, 03 dan 04: Berbakti kepada kedua orang tua

"كتاب الأدب"

"Kitab Adab"

A.    Bab 01.

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

"باب: البر والصلة"

“Bak: Berbakti dan menyambung silaturahim”

Dalam bab ini dan beberapa bab berikutnya, imam Bukhari menjelaskan keutamaan berbakti kepada kedua orang tua dan menyambung silaturahim.

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

وقول اللَّهِ تَعَالَى: ﴿وَوَصَّيْنَا الإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا﴾ [العنكبوت: ٨]

Dan firman Allah ta'aalaa: {Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya} [Al-'Ankabut: 8]

Ø  Lengkap ayat ini:

{وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا ۖ وَإِن جَاهَدَاكَ لِتُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۚ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ} [العنكبوت : 8]

Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. [Al-'Ankabut: 8]

Ayat ini menunjukkan bahwa perintah berbuat baik kepada kedua orang tua setelah perintah tauhid

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا} [النساء: 36]

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun, dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak. [An-Nisaa’:36]

{قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ أَلَّا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا} [الأنعام: 151]

Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: Janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapak, …”. [Al-An’am:151]

{وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا} [الإسراء: 23]

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. [Al-Israa’:23]

Lihat: Berbakti pada kedua orang tua

Setelah menyebutkan ayat tentang berbakti kepada kedua orang tua, Imam Bukhari rahimahullah kemudian meriwayatkan hadits dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu.

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

٥٦٢٥ - حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ [هشام بن عبد الملك]: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ: الْوَلِيدُ بْنُ عَيْزَارٍ أَخْبَرَنِي قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا عَمْرٍو الشَّيْبَانِيَّ [سعد بن إياس] يَقُولُ: أَخْبَرَنَا صَاحِبُ هَذِهِ الدَّارِ، وَأَوْمَأَ بِيَدِهِ إِلَى دَارِ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ: سَأَلْتُ النَّبِيَّ ﷺ: أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ؟ قَالَ: «الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا». قَالَ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: «ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ». قَالَ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: «الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ». قَالَ: حَدَّثَنِي بِهِنَّ، وَلَوِ استزدته لزادني.

Telah menceritakan kepada kami Abu Al-Walid [Hisyam bin Abdil Malik], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Syu'bah, ia berkata: Al-Walid bin 'Aizar telah mengabarkan kepadaku, ia berkata: Aku mendengar Abu 'Amr Asy-Syaibaniy [Sa’d bin Iyas] berkata: Telah mengabarkan kepada kami pemilik rumah ini, sambil menunjuk rumah Abdullah, ia berkata: Aku pernah bertanya kepada Nabi : "Amalan apakah yang paling dicintai Allah? Beliau bersabda: "Shalat tepat pada waktunya." Ia bertanya lagi: "Kemudian apa?" Beliau menjawab: "Berbakti kepada kedua orang tua." Ia lanjut bertanya: "Kemudian apa lagi?" Beliau menjawab: "Berjihad di jalan Allah." Ia melanjutkan: Beliau telah memberitahukan kepadaku semuanya, sekiranya bila aku meminta tambahan, niscaya beliau pun akan menambahkan (amalan) lain kepadaku."

Penjelasan singkata hadits ini:

1.      Biografi Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

2.      Antusias sahabat menanyakan amalan yang paling dicintai oleh Allah ta’aalaa.

Lihat: Amalan terbaik dan paling dicintai Allah

3.      Berlomba-lomba meraih cinta Allah subhanahu wata'aalaa.

Lihat: Meraih cinta Allah

4.      Allah 'azza wajalla memiliki sifat mencintai dan dicintai.

5.      Keutamaan shalat pada waktunya.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا} [النساء: 103]

Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. [An-Nisaa’:103]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«لَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِي التَّهْجِيرِ لاَسْتَبَقُوا إِلَيْهِ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Seandainya mereka tahu keutamaan bergegas menuju salat maka pasti mereka akan berlomba-lomba". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dari Abu Qatadah bin Rib’iy radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah bersabda:

قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: «إِنِّي فَرَضْتُ عَلَى أُمَّتِكَ خَمْسَ صَلَوَاتٍ وَعَهِدْتُ عِنْدِي عَهْدًا أَنَّهُ مَنْ جَاءَ يُحَافِظُ عَلَيْهِنَّ لِوَقْتِهِنَّ أَدْخَلْتُهُ الْجَنَّةَ وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهِنَّ فَلَا عَهْدَ لَهُ عِنْدِي» [سنن أبي داود: حسنه الشيخ الألباني]

“Allah ta’aalaa berfirman: Sesungguhnya aku mewajibkan atas umatmu lima shalat, dan Aku berjanji pada diri-Ku suatu janji bahwasanya barangsiapa yang menjaganya (mendirikannya) tepat waktu maka aku akan memasukkannya surga, dan barangsiapa yang tidak menjaganya maka tidak ada janji untuknya pada-Ku”. [Sunan Abu Dawud: Hasan]

Lihat: Keutamaan shalat

6.      Keutamaan Berbakti kepada kedua orang tua.

Dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu 'anhuma; Nabi bersabda:

«رِضَى الرَّبِّ فِي رِضَى الوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ» [سنن الترمذي: صححه الألباني]

“Ridha Ar-Rabb (Allah) ada pada ridha orang tua, dan murka Ar-Rabb ada pada murka orang tua” [Sunan Tirmidziy: Sahih]

Ø  Dari Abu Ad-Darda’ radhiyallahu 'anhu; Bahwasanya seorang mendatanginya dan bertanya: Sesungguhnya saya mempunyai istri sedangkan ibuku menyuruhku untuk menceraikannya!

Abu Ad-Dardaa’ berkata: Aku telah mendengar Rasulullah bersabda:

«الوَالِدُ أَوْسَطُ أَبْوَابِ الجَنَّةِ، فَإِنْ شِئْتَ فَأَضِعْ ذَلِكَ البَابَ أَوْ احْفَظْهُ» [سنن الترمذي: صححه الألباني]

“Orang tua adalah pintu surga terbaik, maka jika engkau mau maka tinggalkanlah pintu itu atau jagalah”. [Sunan Tirmidziy: Sahih]

Ø  Mu'awiyah bin Jahimah As-Sulamiy radhiyallahu 'anhu berkata: Aku mendatangi Rasulullah dan bertanya: Ya Rasulullah sesungguhnya aku ingin berjihad di jalan Allah.

Rasulullah bertanya: Apakah ibumu masih hidup?

Aku menjawab: Iya!

Rasulullah bersabda:

«الْزَمْ رِجْلَيْهَا فَثَمَّ الْجَنَّةُ» [سنن ابن ماجه: صححه الألباني]

“Dekatlah selalu dari kedua kakinya (selalu berbuat baik kepadanya) karena di situlah surga”. [Sunan Ibnu Majah: Sahih]

Lihat: Bagaimana berbakti pada kedua orang tua

7.      Keutamaan jihad di jalan Allah subhanahu wata'aalaa.

Lihat: Kitab Iman, Bab (27): “Jihad bagian dari iman”

8.      Kasih sayang Rasulullah kepada sahabatnya.

9.      Memperhatikan kondisi guru saat bertanya.

Lihat: Adab penuntut ilmu terhadap gurunya

B.     Bab 02.

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

"باب: مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ الصُّحْبَةِ"

“Bab: Siapa yang paling berhak diperlakukan baik”

Dalam bab ini, imam Bukhari menjelasan tingkatan orang yang wajib diperlakukan baik, siapa yang lebih diutamakan dari selainnya.

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

٥٦٢٦ - حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ: حَدَّثَنَا جَرِيرٌ [بن عبد الحميد]، عَنْ عُمَارَةَ بْنِ الْقَعْقَاعِ بْنِ شُبْرُمَةَ، عَنْ أَبِي زُرْعَةَ [بن عمرو بن جرير]، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ: «أُمُّكَ». قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: «ثُمَّ أُمُّكَ». قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: «ثُمَّ أُمُّكَ». قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: «ثُمَّ أَبُوكَ».

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Jarir [bin Abdil Hamid], dari 'Umarah bin Al-Qa'qa' bin Syubrumah, dari Abu Zur'ah [bin ‘Amr bin Jarir], dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu, ia berkata: Pernah ada seseorang yang datang kepada Rasulullah seraya berkata: "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak kuberikan bakti kepadanya?" Beliau menjawab: "Ibumu." Ia bertanya lagi: "Kemudian siapa?" Beliau menjawab: "Ibumu." Ia bertanya lagi: "Kemudian siapa lagi?" Beliau menjawab: "Ibumu." Ia bertanya lagi: "Kemudian siapa?" Beliau menjawab: "Kemudian ayahmu."

وَقَالَ ابْنُ شُبْرُمَةَ وَيَحْيَى بن أيوب: حدثنا أبو زرعة: مثله.

Ibnu Syubrumah dan Yahya bin Ayyub berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu Zur'ah hadis yang serupa."

Penjelasan singkata hadits ini:

1)      Biografi Abi Hurairah radhiyallahu 'anhu.

Lihat: Abu Hurairah dan keistimewaannya

2)      Ibu lebih diutamakan dari bapak.

Dari Al-Miqdam bin Ma’dikarib radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«إِنَّ اللَّهَ يُوصِيكُمْ بِأُمَّهَاتِكُمْ ثَلَاثًا، إِنَّ اللَّهَ يُوصِيكُمْ بِآبَائِكُمْ، إِنَّ اللَّهَ يُوصِيكُمْ بِالْأَقْرَبِ فَالْأَقْرَبِ» [سنن ابن ماجه: صحيح]

“Sesungguhnya Allah mewasiatkan pada kalian untuk berbakti pada ibu kalian (tiga kali), sesungguhnya Allah mewasiatkan pada kalian untuk berbakti pada bapak kalian, sesungguhnya Allah mewasiatkan pada kalian untuk berbakti pada kerabat kalian yang terdekat lalu yang terdekat”. [Sunan Ibnu Majah: Sahih]

3)      Kenapa ibu yan paling utama diperlakukan baik dari pada bapak?

a.       Karena ibu yang paling menderita saat melahirkan dan menyusui anak.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا} [الأحقاف: 15]

Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan. [Al-Ahqaaf: 15]

{وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ} [لقمان: 14]

Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. [Luqman:14]

b.      Karena ibu yang paling lemah.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah berdo'a:

"اللهُمَّ إِنِّي أُحَرِّجُ حَقَّ الضَّعِيفَيْنِ: الْيَتِيمِ وَالْمَرْأَةِ" [سنن ابن ماجه: حسنه الألباني]

“Ya Allah, sesungguhnya aku menekankan (dosa bagi orang yang menzalimi) hak dua kaum yang lemah: Anak yatim dan perempuan”. [Sunan Ibnu Majah: Hasan]

4)      Berbakti kepada kedua orang tua didahulukan daripada ibadah sunnah.

Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

" كَانَ رَجُلٌ فِي بَنِي إِسْرَائِيلَ يُقَالُ لَهُ جُرَيْجٌ يُصَلِّي، فَجَاءَتْهُ أُمُّهُ، فَدَعَتْهُ، فَأَبَى أَنْ يُجِيبَهَا، فَقَالَ: أُجِيبُهَا أَوْ أُصَلِّي، ثُمَّ أَتَتْهُ فَقَالَتْ: اللَّهُمَّ لاَ تُمِتْهُ حَتَّى تُرِيَهُ وُجُوهَ المُومِسَاتِ، وَكَانَ جُرَيْجٌ فِي صَوْمَعَتِهِ، فَقَالَتِ امْرَأَةٌ: لَأَفْتِنَنَّ جُرَيْجًا، فَتَعَرَّضَتْ لَهُ، فَكَلَّمَتْهُ فَأَبَى، فَأَتَتْ رَاعِيًا، فَأَمْكَنَتْهُ مِنْ نَفْسِهَا، فَوَلَدَتْ غُلاَمًا فَقَالَتْ: هُوَ مِنْ جُرَيْجٍ، فَأَتَوْهُ، وَكَسَرُوا صَوْمَعَتَهُ، فَأَنْزَلُوهُ وَسَبُّوهُ، فَتَوَضَّأَ وَصَلَّى ثُمَّ أَتَى الغُلاَمَ، فَقَالَ: مَنْ أَبُوكَ يَا غُلاَمُ؟ قَالَ: الرَّاعِي، قَالُوا: نَبْنِي صَوْمَعَتَكَ مِنْ ذَهَبٍ، قَالَ: لاَ، إِلَّا مِنْ طِينٍ " [صحيح البخاري ومسلم]

"Ada seorang laki-laki Bani Isra'il, yang dipanggil dengan nama Juraij, sedang melaksanakan shalat lalu ibunya datang memanggilnya, namun laki-laki itu enggan menjawabnya. Dia berkata: "Apakah aku penuhi panggilannya atau aku teruskan shalat?" Akhirnya ibunya itu mendekatinya seraya berkata: "Ya Allah, janganlah Engkau matikan dia kecuali setelah dia memperoleh ujian". Suatu hari Juraij sedang berada di biaranya lalu ada seorang wanita berkata: "Aku akan goda si Juraij". Lalu wanita ini menawarkan dirinya tapi Juraij menolakmya. Kemudian wanita ini mendatangi seorang pengembala lalu wanita ini tinggal bersamanya hingga melahirkan seorang bayi. Lalu wanita itu berkata: "Ini anaknya Juraij". Maka orang-orang mendatangi Juraij dan menghancurkan biaranya dan memaksanya keluar lalu memaki-makinya. Juraij berwudhu' lalu shalat. Kemudian dia mendatangi bayi lalu bertanya: "Siapakah bapakmu wahai anak?". Bayi itu menjawab: "Seorang pengembala". Orang-orang berkata: "Kami akan bangun biaramu terbuat dari emas". Juraij berkata: "Tidak, dari tanah saja". [Sahih Bukhari dan Muslim]

C.     Bab 03.

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

"باب: لَا يُجَاهِدُ إِلَّا بِإِذْنِ الْأَبَوَيْنِ"

“Bab: Tidak berjihad kecuali seiring kedua orang tua”

Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan bahwa keutamaan berbakti kepada kedua orang tua lebih tinggi dari pada jihad, sehingga izin keduanya menjadi persyaratan untuk ikut berjihad.

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

٥٦٢٧ - حَدَّثَنَا مسدَّد: حَدَّثَنَا يَحْيَى [بن سعيد بن فروخ]، عَنْ سُفْيَانَ [بن سعيد الثوري] وَشُعْبَةَ قَالَا: حدثنا حبيب [بن أبي ثابت] (ح). قال: وحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيرٍ: أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ، عَنْ حَبِيبٍ، عَنْ أَبِي الْعَبَّاسِ [السائب بن فروخ]، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: قَالَ رَجُلٌ لِلنَّبِيِّ ﷺ: أُجَاهِدُ؟ قَالَ: «لَكَ أَبَوَانِ؟». قال: نعم، قال: «ففيهما فجاهد».

Telah menceritakan kepada kami Musaddad, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Yahya [bin Sa’id bin Farrukh], dari Sufyan [bin Sa’id Ats-Tsauriy] dan Syu'bah, keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami Habib [bin Abi Tsabit]. dia berkata: (Hadits). Dan diriwayatkan dari jalur lain, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Katsir, ia berkata: Telah mengabarkan kepada kami Sufyan, dari Habib, dari Abu Al-'Abbas [As-Saib bin Farrukh], dari Abdullah bin 'Amru dia berkata, seorang laki-laki berkata kepada Nabi , "Saya hendak ikut berjihad." Beliau lalu bersabda, "Apakah kamu masih memiliki kedua orang tua?" dia menjawab, "Ya, masih." Beliau bersabda, "Kepada keduanya lah kamu berjihad."

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

2.      Jihad terbagi dua:

a)      Jihad Ath-thalab; adalah jihad memerangi suatu negri untuk menyebarkan Islam.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّىٰ لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ لِلَّهِ ۖ فَإِنِ انتَهَوْا فَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِينَ} [البقرة : 193]

Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim. [Al-Baqarah: 193]

{وَمَا لَكُمْ لَا تُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ وَالْوِلْدَانِ الَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَخْرِجْنَا مِنْ هَٰذِهِ الْقَرْيَةِ الظَّالِمِ أَهْلُهَا وَاجْعَل لَّنَا مِن لَّدُنكَ وَلِيًّا وَاجْعَل لَّنَا مِن لَّدُنكَ نَصِيرًا} [النساء : 75]

Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!". [An-Nisaa: 75]

Ø  Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah telah bersabda:

«أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، وَيُقِيمُوا الصَّلاَةَ، وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ، فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلَّا بِحَقِّ الإِسْلاَمِ، وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللَّهِ»

"Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi; tidak ada ilah (yang berhak disembah) kecuali Allah semata dan bahwa sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat. Jika mereka lakukan yang demikian maka mereka telah memelihara darah dan harta mereka dariku kecuali dengan haq Islam dan perhitungan mereka ada pada Allah" [Shahih Bukhari]

Lihat: Syarah Arba’in hadits (8) Ibnu Umar; Perintah memerangi manusia

b)      Jihad Ad-Daf'; adalah jihad membela negri yang diserang oleh musuh.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ} [البقرة : 190]

Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. [Al-Baqarah: 190]

Ø  Contoh di masa Nabi ketika perang Ahzab atau Khandaq pada tahun 5 hijriyah.

Ketika Bani An-Nadhir dari Yahudi menghasut Quraisy dan Gathafan untuk memerangi Nabi , meraka datang dengan 10 ribu pasukan. Allah -subhanahu wata'ala- berfirman:

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ جَاءَتْكُمْ جُنُودٌ فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيحًا وَجُنُودًا لَمْ تَرَوْهَا وَكَانَ اللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرًا (9) إِذْ جَاءُوكُمْ مِنْ فَوْقِكُمْ وَمِنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَإِذْ زَاغَتِ الْأَبْصَارُ وَبَلَغَتِ الْقُلُوبُ الْحَنَاجِرَ وَتَظُنُّونَ بِاللَّهِ الظُّنُونَا (10) هُنَالِكَ ابْتُلِيَ الْمُؤْمِنُونَ وَزُلْزِلُوا زِلْزَالًا شَدِيدًا} [الأحزاب: 9 - 11]

Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikaruniakan) kepadamu ketika bala tentara datang kepadamu, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan bala tentara yang tidak dapat terlihat olehmu. Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika penglihatan(mu) terpana dan hatimu menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu berprasangka yang bukan-bukan terhadap Allah. Di situlah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang dahsyat. [Al-Ahzab: 9-11]

Lihat: Kitab Ar-Riqaq, bab 01; Tidak ada kehidupan kecuali kehidupan akhirat

3.      Berbakti kepada kedua orang tua didahulukan dari pada jihad thalab.

Dari Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu; Bahwasanya seorang lelaki hijrah kepada Rasulullah dari Yaman, maka beliau bertanya:

«هَلْ لَكَ أَحَدٌ بِالْيَمَنِ؟»

“Apakah engkau punya keluarga di Yaman?”

Ia menjawab: Kedua orang tua saya!

Beliau bertanya lagi:

«أَذِنَا لَكَ؟»

“Apakah keduanya mengizinkamu?”

Ia menjawab: Tidak!

Rasulullah bersabda:

«ارْجِعْ إِلَيْهِمَا فَاسْتَأْذِنْهُمَا، فَإِنْ أَذِنَا لَكَ فَجَاهِدْ، وَإِلَّا فَبِرَّهُمَا» [سنن أبي داود: صحيح]

“Kembalilah kepada keduaya dan mintalah izinnya, maka jika keduanya mengizinkanmu maka berjihadlah, jika tidak, maka berbaktilah kepada keduanya”. [Sunan Abi Daud: Sahih]

4.      Adapun jihad Ad-Daf' maka wajib tanpa seizin orang tua.

5.      Jihad harus bersama dengan pemerintah dan atas seizinnya.

D.    Bab 04.

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

"باب: لَا يَسُبُّ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ"

“Bab: Seseorang tidak boleh mencela kedua orang tuanya”

Dalam bab ini, imam Bukhari menjelasakan larangan menyakiti orang tua sekalipun tidak secara langsung.

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

٥٦٢٨ - حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ: حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ [بن إبراهيم بن عبد الرحمن]، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ حُمَيد بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رضي الله عنهما قال: قال رسول الله ﷺ: «إِنَّ مِنْ أَكْبَرِ الْكَبَائِرِ أَنْ يَلْعَنَ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ». قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَكَيْفَ يَلْعَنُ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ؟ قَالَ: «يَسُبُّ الرَّجُلُ أَبَا الرَّجُلِ، فَيَسُبُّ أَبَاهُ، وَيَسُبُّ أُمَّهُ فيسب أمه».

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Sa'ad [bin Ibrahim bin Abdirrahman], dari Ayahnya, dari Humaid bin Abdurrahman, dari Abdullah bin 'Amr radhiallahu'anhuma, ia berkata: Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya di antara dosa-dosa yang paling besar adalah seseorang yang melaknat kedua orang tuanya sendiri." Beliau ditanya: "Bagaimana seseorang dapat melaknat kedua orang tuanya?" Beliau menjawab: "Seseorang yang mencela ayah orang lain, kemudian orang tersebut membalas kembali mencela ayah dan ibu orang yang pertama."

Penjelasan singkata hadits ini:

1)      Haram menyakiti kedua orang tua.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا} [الإسراء: 23]

Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. [Al-Israa’:23]

Mengucapkan kata “ah” kepada orang tua tidak dlbolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu.

Ø  Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

"لَعَنَ اللهُ مَنْ لَعَنَ وَالِدَيْهِ" [صحيح مسلم]

“Allah melaknat orang yang melaknat kedua orang tuanya”. [Sahih Muslim]

2)      Penyebab suatu keburukan dianggap sebagai pelakunya.

Wallahu a'lam!

Lihat juga: Daftar judul bab kitab Al-I’tisham bi Al-Kitab wa As-Sunnah dalam Shahih Bukhari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...