بسم الله الرحمن الرحيم
Abdullah bin ‘Abbas bin Abdul
Muthalib Al-Qurasyiy Al-Haasyimiy, Abu Al-‘Abbas Al-Madaniy radhiyallahu
‘anhuma.
Beliau adalah anak paman Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Lahir di Mekah tiga tahun sebelum hijrah Nabi.
Ia digelari “Al-Bahr” dan “Al-Habr”
karena keluasan ilmunya. Salah seroang sahabat yang paling banyak meriwayatkan
hadits, dan salah seorang “Al-‘Abaadilah” yang ahli fiqhi dari kalangan
sahabat.
Beliau berumur tiga belas atau lima belas tahun ketika
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat, dan ia sendiri wafat
pada tahun 68 hijriyah di Thaif dalam usianya yang ke 71 atau 72 tahun.
Diantara keistimewan yang
dimilikinya:
Mendapatkan do’a Rasulullah
Ibnu 'Abbas radhiallahu 'anhuma berkata "Nabi shallallahu
'alaihi wasallam memelukku ke dada beliau seraya berdo'a:
«اللَّهُمَّ عَلِّمْهُ الحِكْمَةَ»
"Ya Allah, ajarkanlah anak ini hikmah".
Dalam riwayat lain; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam berdo'a:
«اللَّهُمَّ
عَلِّمْهُ الكِتَابَ» [صحيح البخاري]
" Ya Allah, ajarkanlah dia Al Kitab (al-Qur'an) ".
[Sahih Bukhari]
Ibnu 'Abbas berkata: Pernah
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam masuk ke dalam tempat buang hajat, lalu aku letakkan
bejana berisi air.
Beliau lantas bertanya:
مَنْ وَضَعَ هَذَا ؟
"Siapa yang meletakkan
ini?"
Aku lalu memberitahukannya, maka
beliau pun bersabda:
اللَّهُمَّ فَقِّهْهُ فِي الدِّينِ [صحيح البخاري]
"Ya Allah pandaikanlah
dia dalam agama." [Sahih
Bukhari]
Ibnu Abbas berkata:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam meletakkan tangannya di atas bahuku
atau di atas pundaku, kemudian beliau berdoa;
«اللَّهُمَّ فَقِّهْهُ فِي الدِّينِ، وَعَلِّمْهُ
التَّأْوِيلَ» [مسند أحمد: صحيح]
Ya Allah fahamkanlah ia terhadap
agama dan ajarilah ia ta`wil (penafsiran)." [Musnad Ahmad: Sahih]
Ibnu Abbas berkata:
«دَعَا لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَنْ يُؤْتِيَنِي اللَّهُ الحِكْمَةَ مَرَّتَيْنِ» [سنن الترمذي:
صحيح]
"Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam mendo'akanku agar Allah memberiku Al Hikmah hingga dua kali."
[Sunan Tirmidziy: Sahih]
Ibnu Abbas berkata: Aku
mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pada akhir malam, lalu aku
shalat di belakang beliau, kemudian beliau meraih tanganku hingga menempatkanku
sejajar dengan beliau. Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
kembali pada shalatnya, aku mundur, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
melanjutkan shalatnya. Selesai shalat beliau bertanya kepadaku:
" مَا شَأْنِي أَجْعَلُكَ حِذَائِي فَتَخْنِسُ؟
"
"Aku telah menempatkanmu sejajar
denganku, namun mengapa engkau mundur?
Aku menjawab; Wahai Rasulullah,
apakah pantas bagi seseorang shalat sejajar dengan engkau, padahal engkau
adalah Rasulullah yang telah Allah anugerahkan kepadamu?
Rupanya Beliau kagum kepadaku karena
ucapanku, lalu beliau berdoa untukku agar Allah menambahkan ilmu dan
pemahaman kepadaku.
Ia Ibnu Abbas berkata; Kemudian aku
melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidur hingga aku
mendengar dari beliau tarikan suara nafasnya, kemudian Bilal datang dan
berkata; Wahai Rasulullah, ayo dirikan shalat!
Maka beliau berdiri lalu shalat
tanpa mengulangi wudlu. [Musnad Ahmad: Sahih]
Semangat dalam menuntut ilmu
Ibnu Abbas radliallahu
'anhu ia berkata: Ketika Rasulullah sallallahu 'alaihi wa sallam
wafat, aku mengatakan kepada seorang kabilah Anshar:
يَا فُلَانُ هَلُمَّ فَلْنَسْأَلْ أَصْحَابَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، فَإِنَّهُمُ الْيَوْمَ كَثِيرٌ
'Wahai fulan, kemarilah, mari kita
bertanya kepada para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, jumlah mereka
sekarang banyak.'
Ia berkomentar:
واعجبًا لَكَ يَا ابْنَ عَبَّاسٍ، أَتَرَى النَّاسَ يَحْتَاجُونَ إِلَيْكَ،
وَفِي النَّاسِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ تَرَى؟
'Aneh sekali kamu ini hai Ibnu
Abbas, apakah kamu melihat orang-orang membutuhkan
kamu, sementara dalam orang-orang ada para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi
wa sallam yang kamu lihat? ',
Maka orang itu mengabaikan ajakanku,
dan aku menuju apa yang aku cari. Jika aku peroleh informasi suatu hadits pada
seseorang, segera aku temui, dan ia sementara tidur siang. Maka aku (menunggunya)
menjadikan selendangku untuk bantal di depan pintu rumahnya, namun angin
berhembus sampai debu mengenai wajahku, kemudian ia keluar dan melihatku', ia
berkata:
يَا ابْنَ عَمِّ رَسُولِ اللَّهِ مَا جَاءَ بِكَ؟ أَلَا أَرْسَلْتَ إِلَيَّ
فَآتِيَكَ؟
'Wahai anak paman Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam, apa yang membuatmu datang (ke sini)? Mengapa
tidak kamu utus seseorang dan aku saja yang menemuimu? '
Aku menjawab:
لَا، أَنَا أَحَقُّ أَنْ آتِيَكَ
“Tidak, aku lebih layak untuk
menemuimu!”, lalu aku menanyakannya suatu hadits.
Ibnu Abbas berkata: 'Orang yang aku
ajak masih hidup hingga ia melihatku dikunjungi orang banyak (utuk menggali
ilmu) ', kemudian orang tersebut berkata: 'Pemuda ini memang lebih cerdas
dibandingkan aku' ". [Sunan Ad-Darimiy: Sahih]
Dimuliakan oleh Umar bin
Khathab
Ibnu Abbas radhiallahu
'anhuma berkata: Umar pernah mengajakku dalam sebuah majlis orang dewasa,
sehingga sebagian sahabat bertanya:
لِمَ تُدْخِلُ هَذَا الفَتَى مَعَنَا وَلَنَا أَبْنَاءٌ مِثْلُهُ؟
"Mengapa si anak kecil ini kau
ikut sertakan, kami juga punya anak-anak kecil seperti dia?"
Umar menjawab:
«إِنَّهُ مِمَّنْ قَدْ عَلِمْتُمْ»
"Sesungguhnya ia seperti yang
telah kalian ketahui"
Maka suatu hari Umar mengundang
mereka dan mengajakku bersama mereka. Seingatku, Umar tidak mengajakku saat itu
selain untuk mempertontonkan kepada mereka kualitas keilmuanku. Lantas Umar
bertanya;
مَا تَقُولُونَ فِي إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالفَتْحُ، وَرَأَيْتَ النَّاسَ
يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا حَتَّى خَتَمَ السُّورَةَ
Bagaimana komentar kalian tentang
ayat "Jika pertolongan Allah dan kemenangan datang, dan kau lihat
manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, -hingga ahkir surat (An-Nashr
1-3)-”.
Sebagian sahabat berkomentar: "Kita
diperintahkan agar memuji Allah dan meminta ampunan kepada-Nya, tepatnya ketika
kita diberi pertolongan dan diberi kemenangan."
Sebagian lagi berkomentar;
"kalau kami nggak tahu." Atau bahkan tidak berkomentar sama sekali.
Lantas Umar bertanya kepadaku;
"Wahai Ibnu Abbas, beginikah kamu berkomentar mengenai ayat tadi?
Aku menjawab: Tidak!
Umar bertanya: Lalu komentarmu?
Ibnu Abbas menjawab;
هُوَ أَجَلُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَعْلَمَهُ اللَّهُ
لَهُ: إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالفَتْحُ فَتْحُ مَكَّةَ، فَذَاكَ عَلاَمَةُ أَجَلِكَ:
فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا
"Surat tersebut adalah pertanda
wafat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sudah dekat, Allah
memberitahunya dengan ayatnya: "Jika telah datang pertolongan Allah dan
kemenangan", itu
berarti penaklukan Makkah dan itulah tanda ajalmu (Muhammad), karenanya
"Bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampunan, sesungguhnya Dia
Maha Menerima taubat".
Umar berkata:
«مَا أَعْلَمُ مِنْهَا إِلَّا مَا تَعْلَمُ»
"Aku tidak tahu penafsiran ayat
tersebut selain seperti yang kamu (Ibnu Abbas) ketahui." [Sahih Bukhari]
Sebaik-baik penafsir Al-Qur’an
Abdullah bin Mas’ud radhiallahu
'anhu berkata:
«نِعْمَ تُرْجُمَانُ الْقُرْآنِ ابْنُ عَبَّاسٍ»
[مصنف ابن أبي شيبة: صحيح]
“Sebaik-baik penafsir
Al-Qur’an adalah Ibnu ‘Abbas”. [Mushannaf Ibnu Abi Syaibah: Sahih]
Wallahu a’lam!
Referensi:
الصحيح المسند
من فضائل الصحابة للشيخ مصطفى العدوي
Lihat juga: Keutamaan sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam - Keistimewaan Mu’adz bin Jabal radhiyallahu 'anhu - Hadits pernikahan Aisyah dengan Rasulullah
Jazakallah.....sangat bermanfaat.
BalasHapusWa jazakallahu mitslah, baarakallahu fiik
Hapus