بسم الله الرحمن الرحيم
Hadits Abu Sa’id Al-Khudriy - radhiyallahu ‘anhu – yang menyebutkan keutamaan membaca surah Al-Kahfi, diriwayatkan dari Abu Hasyim Ar-Rummaaniy[1]; dari Abu Mijlaz[2], dari Qais bin ‘Ubaad[3], dari Abu Sa’id melalui tiga jalur:
1. Jalur Husyaim.
Nama lengkapnya: Husyaim bin Basyiir, Abu Mu’awiyah As-Salamiy (w.183H)[4].
Ia sangat tsiqah, akan tetapi banyak melakukan tadliis (menjatuhkan gurunya dalam sanad).
Ibnu Sa’ad (w.230H) berkata:
كان ثقة، كثير الحديث، ثبتاً، يُدَلِّس كثيراً، فما قال في حديثه: «أخبرنا» فهو حجة، وما لم يقل: «أخبرنا» فليس بشيء.
“Ia tsiqah, punya banyak hadits, tsabt, dan banyak melakukan tadliis. Maka apa yang ia katakan dalam haditsnya ‘telah memberitakan kepada kami’, maka ia hujjah, dan apa yang yang tidak ia katakan ‘telah memberitakan kepada kami’ maka ia bukan apa-apa”.
Adz-Dzahabiy (w.748H) mengatakan: حافظ بغداد ، إمام ثقة ، مدلس “Ia hafidz dari Bagdad, imam, tsiqah, mudallis”.
Ibnu Hajar (w.852H) mengatakan: ثقة ثبت كثير التدليس والإرسال الخفي “Ia tsiqah, tsabt, banyak melakukan tadliis dan irsal khafiy”.
Dan Al-Hafidz Ibnu Hajar mengkategorikannya pada tingkatan ketiga dari perawi-perawi mudallis. [Thabaqaat Al-Mudallisiin hal.47]
2. Jalur Syu’bah.
Nama lengkapnya: Syu’bah bin Al-Hajjaaj, Abu Bisthaam Al-Wasithiy (w.160H) [5].
Adz-Dzahabiy mengatakan: أمير المؤمنين فى الحديث ، ثبت حجة و يخطىء فى الأسماء قليلا “Ia pemimpin orang beriman dalam masalah hadits, tsabt, hujjah, dan sedikit melakukan kesalahan dalam penyebutan nama beberapa rawi”.
Ibnu Hajar mengatakan: ثقة حافظ متقن ، كان الثورى يقول : هو أمير المؤمنين فى الحديث “Ia tsiqah, hafidz, mutqin, Ats-Tsauriy mengatakan: Ia pemimpin orang beriman dalam masalah hadits”.
3. Jalur Ats-Tsauriy.
Nama lengkapnya: Sufyan bin Sa’id Ats-Tasuriy, Abu Abdillah Al-Kufiy (w.161H) [6].
Adz-Dzahabiy mengatakan: الإمام ، أحد الأعلام علما وزهدا “Ia seorang imam, sosok yang berilmu dan berpilaku zuhud”.
Ibnu Hajar mengatakan: ثقة حافظ فقيه عابد إمام حجة ، وكان ربما دلس “Ia tsiqah, hafidz, faqiih, ahli ibadah, hujjah, dan terkadang melakukan tadliis”.
1. Jalur Husyaim.
Diriwayatkan dengan dua versi:
A) Versi Marfuu’.
B) Versi Mauquuf.
Yang meriwayatkan secara Marfuu’:
Ibnu Ma’in (w.233H) dan Al-‘Ijliy (w.261H) mengatakan: Ia tsiqah.
Abu Hatim (w.277H) mengatakan: محله الصدق .
An-Nasaiy (w.303H) mengatakan: Ia dha’if (lemah).
Adz-Dzahabiy mengatakan: أحد الائمة الاعلام على لين في حديثه “Ia salah seorang imam tersohor sekalipun ada sedikit kelemahan dalam haditsnya”.
Ibnu Hajar mengatakan: صدوق يخطىء كثيرا “Ia shaduuq, banyak melakukan kesalahan”.
Abu Zur’ah Ar-Raziy (w.264H) berkata: منكر الحديث “periwayatan haditsnya mungkar”.
Hadits Nu’aim bin Hammaad:
Diriwayatkan oleh Al-Hakim (w.405H) dalam kitabnya “Al-Mustadrak” 2/399 no.3392, dan Al-Baihaqiy (w.458H) dalam kitabnya “As-Sunan Al-Kubraa” 3/353 no.5996:
عن نُعَيْم بْن حَمَّادٍ، ثنا هُشَيْمٌ، أَنْبَأَ أَبُو هَاشِمٍ، عَنْ أَبِي مِجْلَزٍ، عَنْ قَيْسِ بْنِ عباد، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِنَّ مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ مَا بَيْنَ الْجُمُعَتَيْنِ»
Dari Nu’aim bin Hammad, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami, Husyaim; ia berkata: Telah memberitakan kepada kami, Abu Hasyim; dari Abu Mijlaz, dari Qais bin ‘Ubaad, dari Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu; Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya siapa yang membaca surah Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan diterangi untuknya dari cahaya antara dua Jum’at”.
Al-Hakim mengatakan: Hadits ini sanadnya sahih dan tidak diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
Sedangkan Adz-Dzahabiy membantah dan mengatakan: Nu’aim, meriwayatkan hadits-hadits mungkar (ذو مناكير ).
Hadits Yaziid bin Makhlad:
Diriwayatkan oleh Al-Baihaqiy dalam kitabnya “Syu’ab Al-Imaan” 2/475 no.2445 dan 3/112 no.3039 (cet. Daar Al-Kutub):
عن يَزِيدُ بْنُ مخلد بْنِ يَزِيدَ، حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ، عَنْ أَبِي هَاشِمٍ الرُّمَّانِيِّ، عَنْ أَبِي مِجْلَزٍ، عَنْ قَيْسِ بْنِ عباد، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ في يَوْمَ جُمُعَةٍ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيقِ "
Dari Yaziid bin Makhlad bin Yaziid, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami, Husyaim; dari Abu Hasyim Ar-Rummaaniy; dari Abu Mijlaz, dari Qais bin ‘Ubaad, dari Abu Sa’id Al-Khudriy; Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Siapa yang membaca surah Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan diterangi untuknya antara ia dan Baitul ‘atiiq (ka’bah)”.
Yang meriwayatkan secara Mauquuf:
b. Ahmad bin Khalf Al-Bagdadiy.
Ibnu Hajar mengatakan: حديثه مستقيم “hadits yang diriwayatkannya baik”. [Lisaan Al-Mizaan 1/452]
Ad-Daraquthniy mengatakan: تغير بآخرة ، وما ظهر له بعد اختلاطه حديث منكر ، وهو ثقة “hafalannya berubah diakhir hidupnya, dan apa yang nampak darinya setelah ia ikhtilath adalah hadits yang mungkar, dan ia sebelumnya tsiqah”
Adz-Dzahabiy mengatakan: الحافظ ، تغير قبل موته “Ia seorang hafidz, hafalannya berubah sebelum wafatnya.
Ibnu Hajar mengatakan: ثقة ثبت تغير في آخر عمره “Ia tsiqah, tsabt, hafalannya berubah pada akhir umurnya”.
Hadits Sa’id bin Manshur:
Diriwayatkan oleh Al-Baihaqiy dalam kitabnya “Syu’ab Al-Imaan” 4/86 no.2220:
عن سَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ، حدثنا هُشَيْمٌ، حدثنا أَبُو هَاشِمٍ، عَنْ أَبِي مِجْلَزٍ، عَنْ قَيْسِ بْنِ عبادٍ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، قَالَ: " مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيقِ "
Dari Sa’iid bin Manshuur, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami, Husyaim; ia berkata: Telah menceritakan kepada kami, Abu Hasyim; dari Abu Mijlaz, dari Qais bin ‘Ubaad, dari Abu Sa’id Al-Khudriy; ia berkata: “Siapa yang membaca surah Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan diterangi untuknya antara ia dan Baitul ‘atiiq (ka’bah)”.
Al-Baihaqiy mengatakan: وهَذَا هُوَ الْمَحْفُوظُ مَوْقُوفٌ “inilah riwayat yang kuat, secara mauquf”.
Hadits Ahmad bin Khalf Al-Bagdadiy:
Diriwayatkan oleh Ibnu Adh-Dhurais (w.294H) dalam kitabnya “Fadhail Al-Qur’an” no.211:
قال: أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ خَلَفٍ الْبَغْدَادِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ، عَنْ أَبِي هَاشِمٍ، عَنْ أَبِي مِجْلَزٍ، عَنْ قَيْسِ بْنِ عباد، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ، قَالَ: «مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيقِ»
Diriwayatkan juga oleh Al-Khathiib (w.463H) dalam kitabnya “Taariikh Bagdaad” 5/221 no.1370:
عن مُحَمَّد بْن أَيُّوبَ الرَّازِيّ، قَالَ: أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ خَلَفٍ الْبَغْدَادِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ، عَنْ أَبِي هَاشِمٍ، عَنْ أَبِي مِجْلَزٍ، عَنْ قَيْسِ بْنِ عباد، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ، قَالَ: " مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيقِ "
Hadits Abu ‘Ubaid Al-Qaasim bin Sallaam:
Diriwayatkan oleh Abu ‘Ubaid Al-Qaasim bin Sallam dalam kitabnya “Fadhail Al-Qur’an” hal.244:
قال: حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ، قَالَ: أَخْبَرَنَا أَبُو هَاشِمٍ، عَنْ أَبِي مِجْلَزٍ، عَنْ قَيْسِ بْنِ عباد، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، قَالَ: «مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ، أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيقِ»
Hadits Abu An-Nu’maan Muhammad bin Al-Fadhl As-Sadusiy:
Diriwayatkan oleh Ad-Darimiy (w.281H) dalam kitabnya “As-Sunan” 4/2143 no.3450:
قال: حَدَّثَنَا أَبُو النُّعْمَانِ، حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ، حَدَّثَنَا أَبُو هَاشِمٍ، عَنْ أَبِي مِجْلَزٍ، عَنْ قَيْسِ بْنِ عُبَادٍ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، قَالَ: «مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ، أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ فِيمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيقِ»
Ad-Darimiy berkata: Telah menceritakan kepada kami, Abu An-Nu’maan, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami, Husyaim; ia berkata: Telah menceritakan kepada kami, Abu Hasyim; dari Abu Mijlaz, dari Qais bin ‘Ubaad, dari Abu Sa’id Al-Khudriy; ia berkata: “Siapa yang membaca surah Al-Kahfi pada malam Jum’at, maka akan diterangi untuknya antara ia dan Baitul ‘atiiq (ka’bah)”.
Tarjiih:
Setelah melihat pemaparan sanad kedua versi (marfuu’ dan mauquuf) dan memperhatikan derajat para perawinya, maka versi yang lebih kuat adalah versi mauquuf karena perawinya lebih banyak dan derajat mereka lebih kuat dari pada perawi versi marfuu’. Wallahu a’lam!
2. Jalur Syu’bah.
Diriwayatkan dengan dua versi:
A) Versi Marfuu’.
B) Versi Mauquuf.
Yang meriwayatkan secara Marfuu’:
Abu Hatim mengatakan: صالح الحديث “Haditsnya baik”.
An-Nasa’iy mengatakan: ليس به بأس “Periwayatannya tidak mengapa”.
Sedangkan Adz-Dzahabiy dan Ibnu Hajar mengatakan: Ia tsiqah.
Ibnu Qani’ mengatakan: ثقة يخطئ “Ia tsiqah, tapi terkadang melakukan kekeliruan”.
Abu Hatim mengatakan: صدوق ، صالح الحديث “Ia shaduuq, haditnya baik”.
Adz-Dzahabiy mengatakan: الحافظ ، حجة “Ia seorang hafidz, hujjah”.
Ibnu Hajar mengatakan: صدوق ، ثبت في شعبة “Ia shaduuq, periwayatannya kuat pada Syu’bah”.
Hadits Yahya bin Katsir:
Diriwayatkan oleh An-Nasa’iy dalam kitabnya “As-Sunan Al-Kubraa” 9/348 no.10722:
قال: أَخْبَرَنَا يَحْيَى بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ السَّكَنِ الْبَصْرِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ كَثِيرٍ أَبُو غَسَّانَ، قَالَ: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو هَاشِمٍ، عَنْ أَبِي مِجْلَزٍ، عَنْ قَيْسِ بْنِ عبَادٍ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، أَنَّ نَبِيَّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ كَمَا أُنْزِلَتْ كَانَتْ لَهُ نُورًا مِنْ مَقَامِهِ إِلَى مَكَّةَ، وَمَنْ قَرَأَ بِعَشْرِ آيَاتٍ مِنْ آخِرِهَا فَخَرَجَ الدَّجَّالُ لَمْ يُسَلَّطْ عَلَيْهِ»
An-Nasa’iy berkata: Telah memberitakan kepada kami, Yahya bin Muhammad bin As-Sakan Al-Bashriy; Ia berkata: Telah menceritakan kepada kami, Yahya bin Katsiir Abu Gassaan; Ia berkata: Telah menceritakan kepada kami, Syu’bah; Ia berkata: Telah menceritakan kepada kami, Abu Hasyim, dari Abu Mijlaz, dari Qais bin ‘Abaad, dari Abu Sa’id Al-Khudriy; Bahwasanya Nabi Allah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang membaca surah Al-Kahfi sebagaimana ia diturunkan, maka untuknya cahanya dari tempat berdirinya sampai ke Mekah. Dan barangsiapa yang membaca sepuluh ayat dari akhirnya, kemudian keluar Dajjal maka ia tidak akan mengganggunya”
Diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam kitabnya “Al-Mustadrak” 1/752 no.2072:
عن أَبي قِلَابَةَ عَبْد الْمَلِكِ بْن مُحَمَّدٍ، ثنا يَحْيَى بْنُ كَثِيرٍ، ثنا شُعْبَةُ، عَنْ أَبِي هَاشِمٍ، عَنْ قَيْسِ بْنِ عباد، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ كَمَا أُنْزِلَتْ، كَانَتْ لَهُ نُورًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ مَقَامِهِ إِلَى مَكَّةَ، وَمَنْ قَرَأَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ آخِرِهَا ثُمَّ خَرَجَ الدَّجَّالُ لَمْ يُسَلَّطْ عَلَيْهِ "
Al-Hakim mengatakan: هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ عَلَى شَرْطِ مُسْلِمٍ وَلَمْ يُخَرِّجَاهُ
“Hadits ini sahih sesuai dengan syarat imam Muslim dan Asy-Syaikhani tidak meriwayatkannya”.
Diriwayatkan juga oleh Al-Baihaqiy dalam kitabnya “Syu’ab Al-Imaan” 4/86 no.2221:
عن أَبي قُدَامَةَ، حدثنا يَحْيَى بْنُ كَثِيرٍ، حدثنا شُعْبَةُ، عَنْ أَبِي هَاشِمٍ، عَنْ أَبِي مِجْلَزٍ، عَنْ قَيْسِ بْنِ عباد، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ كَمَا أُنْزِلَتْ كَانَتْ لَهُ نُورًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ "
Dan Ath-Thabaraniy (w.360H) dalam kitabnya “Al-Mu’jam Al-Ausath” 2/123 no.1455:
عن يَحْيَى بْن مُحَمَّدِ بْنِ السَّكَنِ قَالَ: نا يَحْيَى بْنُ كَثِيرٍ الْعَنْبَرِيُّ قَالَ: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ أَبِي هَاشِمٍ الرُّمَّانِيِّ، عَنْ أَبِي مِجْلَزٍ، عَنْ قَيْسِ بْنِ عُبَادٍ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ كَانَتْ لَهُ نُورًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ مَقَامِهِ إِلَى مَكَّةَ، وَمَنْ قَرَأَ بِعَشْرِ آيَاتٍ مِنْ آخِرِهَا، ثُمَّ خَرَجَ الدَّجَّالُ لَمْ يَضُرَّهُ»
Hadits Abdushamad:
Diriwayatkan oleh Al-Baihaqiy dalam kitabnya “Syu’ab Al-Iman” 4/268 no.2499:
عن عَبْد الرَّحْمَنِ بْن أَبِي الْبَخْتَرِيِّ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ أَبِي هَاشِمٍ الرُّمَّانِيِّ، عَنْ أَبِي مِجْلَزٍ، عَنْ قَيْسِ بْنِ عباد، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ كَمَا أُنْزِلَتْ كَانَتْ لَهُ نُورًا مِنْ حَيْثُ قَرَأَهَا إِلَى مَكَّةَ "
Yang meriwayatkan secara Mauquuf:
a. Muhammad bin Ja’far, Gundar (w.293H); Ia seorang yang tsiqah, apalagi jika meriwayatkan dari Syu’bah[14].
Adz-Dzahabiy mengatakan: ثقة ، فيه بعض الشيء “Ia tsiqah, pada riwayatnya ada beberapa kesalahan”.
Ibnu Hajar mengatakan: ثقة فاضل ، له أوهام “Ia tsiqah, mulia, punya beberapa kekeliruan”.
Hadits Muhammad bin Ja’far:
Diriwayatkan oleh An-Nasa’iy dalam kitabnya “As-Sunan Al-Kubraa” 9/348 no.10723:
قال: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدٌ، قَالَ: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ أَبِي هَاشِمِ، قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا مِجْلَزٍ يُحَدِّثُ عَنْ قَيْسِ بْنِ عُبَادٍ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، نَحْوَهُ وَلَمْ يَرْفَعْهُ، وَقَالَ: «مِنْ حَيْثُ يَقْرَؤُهُ إِلَى مَكَّةَ» وَقَالَ: «مَنْ قَرَأَ آخِرَ الْكَهْفِ»
Hadits Mu’adz bin Mu’adz:
Disebutkan oleh Al-Baihaqiy dalam kitabnya “Syu’ab Al-Iman” 4/269.
قال: وَرَوَاهُ مُعَاذُ بْنُ مُعَاذٍ، عَنْ شُعْبَةَ مَوْقُوفًا
Al-Baihaqiy berkata: “Dan diriwayatkan juga oleh Mu’adz bin Mu’adz, dari Syu’bah, secara mauquuf”.
Hadits ‘Amr bin Marzuuq:
Diriwayatkan oleh Ath-Thabaraniy dalam kitabnya “Ad-Du’aa’” no.391:
قال: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مُحَمَّدِ التَّمَّارُ، ثنا عَمْرُو بْنُ مَرْزُوقٍ، ثنا شُعْبَةُ عَنْ أَبِي هَاشِمٍ الرُّمَّانِيِّ، عَنْ أَبِي مِجْلَزٍ، عَنْ قَيْسِ بْنِ عباد، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، مِثْلَهُ مَوْقُوفًا .
Tarjiih:
Setelah melihat pemaparan sanad kedua versi di atas (marfuu’ dan mauquuf) dan memperhatikan derajat para perawinya, maka versi yang lebih kuat adalah versi mauquuf karena perawinya lebih banyak dan derajat mereka lebih kuat dari pada perawi versi marfuu’. Wallahu a’lam!
3. Jalur Ats-Tsauriy.
Diriwayatkan dengan dua versi:
A) Versi Marfuu’
B) Versi Mauquuf.
Yang meriwayatkan secara Marfuu’:
Hanya Yusuf bin Asbaath, Abu Muhammad Asy-Syaibaniy (w.195H)[17].
Ibnu Ma’in mengatakan: “Ia tsiqah”.
Abu Hatim mengatakan: لا يحتج به “tidak bisa dijadikan hujjah”.
Imam Bukhari mengatakan: كان قد دفن كتبه فكان لا يجيء بحديثه كما ينبغي .
“Ia telah mengubur kitabnya, maka setelah itu ia tidak menyampaikan hadits yang ia riwayatkany sebagaimana mestinya”.
Haditsnya diriwayatkan oleh Ibnu As-Sunniy (w.364H) dalam kitabnya “Amalul Yaum wal Lailah” no.30, secara ringkas tidak menyebutkan lafadz keutamaan surah Al-Kahfi:
قال: أَخْبَرَنِي أَبُو عَرُوبَةَ، حَدَّثَنَا الْمُسَيِّبُ بْنُ وَاضِحٍ، ثنا يُوسُفُ بْنُ أَسْبَاطٍ، عَنْ سُفْيَانَ، عَنْ أَبِي هَاشِمٍ، عَنْ أَبِي مِجْلَزٍ، عَنْ قَيْسِ بْنِ عباد، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ... (مختصرا) .
Dan Al-Baihaqiy dalam kitabnya “Ad-Da’awaat Al-Kabiir” 1/118 no.59, secara ringkas tidak menyebutkan lafadz keutamaan surah Al-Kahfi:
عن الْحَسَن بْن سُفْيَانَ الشَّيْبَانِيّ، حَدَّثَنَا الْمُسَيَّبُ بْنُ وَاضِحٍ، حَدَّثَنَا يُوسُفُ بْنُ أَسْبَاطِ، عَنْ سُفْيَانَ، عَنْ أَبِي هَاشِمٍ، عَنْ أَبِي مِجْلَزٍ، عَنْ قَيْسِ بْنِ عباد، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ... (مختصرا) .
Yang meriwayatkan secara mauquuf:
d. Abdullah bin Mubarak, Abu Abdirrahman Al-Marwaziy (w.181H); Ia seroang yang tsiqah, tsabt, faqiih, dan ‘alim[21].
Ibnu Ma’in mengatakan: ثقة إلا في حديث الثوري ليس بذلك القوى “Ia tsiqah, kecuali pada hadits Ats-Tsauriy maka ia tidak begitu kuat”.
Adz-Dzahabiy mengatakan: صدوق .
Ibnu Hajar mengatakan: صدوق ، ربما خالف “Ia shaduuq, terkadang menyelisihi”.
Hadits Abdurrazaaq:
Diriwayatkan oleh Abdurrazaaq dalam kitabnya “Al-Mushannaf” 1/186 no.730:
عَنِ الثَّوْرِيِّ، عَنْ أَبِي هَاشِمٍ الْوَاسِطِيِّ، عَنْ أَبِي مِجْلَزٍ، عَنْ قَيْسِ بْنِ عباد، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ: " مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ كَمَا أُنْزِلَتْ، ثُمَّ أَدْرَكَ الدَّجَّالَ لَمْ يُسَلَّطْ عَلَيْهِ ، وَلَمْ يَكُنْ لَهُ عَلَيْهِ سَبِيلٌ ، وَرُفِعَ لَهُ نُورٌ مِنْ حَيْثُ يَقْرَأُهَا إِلَى مَكَّةَ "
Dari Ats-Tsauriy, dari Abu Hasyim Al-Wasithiy, dari Abu Mijlaz, dari Qais bin ‘Ubaad, dari Abu Sa’id Al-Khudriy, ia berkata: “Barangsiapa yang membaca surah Al-Kahfi sebagaimana ia diturunkan, kemudian mendapati Dajjal maka ia tidak akan mengganggunya, dan tidak ada jalan baginya untuk menyakitinya, dan ditinggikan untuknya cahaya yang menerangi dari tempat ia membacanya sampai ke Mekah”.
Dan dengan sanad yang sama, pada 3/378 no.6023:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيُّ قَالَ: " مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ كَمَا أُنْزِلَتْ ثُمَّ أَدْرَكَ الدَّجَّالَ لَمْ يُسَلَّطْ عَلَيْهِ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ عَلَيْهِ سَبِيلٌ، وَمَنْ قَرَأَ خَاتِمَةَ سُورَةِ الْكَهْفِ أَضَاءَ نُورُهُ مِنْ حَيْثُ قَرَأَهَا مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ مَكَّةَ "
Dari Abu Sa’id Al-Khudriy, ia berkata: “Barangsiapa yang membaca surah Al-Kahfi sebagaimana ia diturunkan, kemudian mendapati Dajjal maka ia tidak akan mengganggunya, dan tidak ada jalan baginya untuk menyakitinya. Dan barangsiapa yang membaca akhir surah Al-Kahfi maka cahayanya akan meneranginya dari tempat ia membacanya sampai ke Mekah”.
Hadits Abdurrahman bin Mahdiiy:
Diriwayatkan oleh An-Nasa’iy dalam kitabnya “As-Sunan Al-Kubraa” 9/348 no.10724:
قال: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ، قَالَ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ أَبِي هَاشِمٍ، عَنْ أَبِي مِجْلَزٍ، عَنْ قَيْسِ بْنِ عُبَادٍ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، قَالَ: «مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ كَمَا أُنْزِلَتْ، ثُمَّ أَدْرَكَ الدَّجَّالَ لَمْ يُسَلَّطْ عَلَيْهِ، أَوْ لَمْ يَكُنْ لَهُ عَلَيْهِ سَبِيلٌ، وَمَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ كَانَ لَهُ نُورًا مِنْ حَيْثُ قَرَأَهَا مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ مَكَّةَ»
Diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam kitabnya “Al-Mustadrak” 1/753 no.2073:
عن أَحْمَد بْنِ حَنْبَلٍ و مُوسَى، قَالَا: ثنا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ، ثنا سُفْيَانُ، عَنْ أَبِي هَاشِمٍ، عَنْ أَبِي مِجْلَزٍ، عَنْ قَيْسِ بْنِ عباد، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ - فَذَكَرَهُ بِنَحْوِهِ –
Hadits Waqii’:
Diriwayatkan oleh Nu’aim bin Hammad (w.228H) dalam kitabnya “Al-Fitan” 2/563 no.1579:
قال: حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، عَنْ سُفْيَانَ، عَنْ أَبِي هَاشِمٍ، عَنْ أَبِي مِجْلَزٍ، عَنْ قَيْسِ بْنِ عُبَادٍ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: «مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ كَمَا أُنْزِلَتْ أَضَاءَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ مَكَّةَ، وَمَنْ قَرَأَ آخِرَهَا ثُمَّ أَدْرَكَ الدَّجَّالَ لَمْ يُسَلَّطْ عَلَيْهِ»
Hadits Abdullah bin Mubarak:
Diriwayatkan oleh An-Nasa’iy dalam kitabnya “As-Sunan Al-Kubraa” 9/37 no.9831, secara ringkas tidak menyebutkan lafadz keutamaan surah Al-Kahfi:
قال: أَخْبَرَنَا سُوَيْدُ بْنُ نَصْرٍ قَالَ: أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللهِ، عَنْ سُفْيَانَ، عَنْ أَبِي هَاشِمٍ، عَنْ أَبِي مِجْلَزٍ، عَنْ قَيْسِ بْنِ عُبَادٍ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ: ... (مختصرا) .
Hadits Qabiishah:
Diriwayatkan oleh Al-Baihaqiy dalam kitabnya “Syu’ab Al-Imaan” 4/436 no.2776:
عن عَلِيّ بْن عَبْدِ اللهِ بْنِ الْمَدِينِيّ، حَدَّثَنَا قَبِيصَةُ بْنُ عُقْبَةَ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ أَبِي هَاشِمٍ، عَنْ أَبِي مِجْلَزٍ، عَنْ قَيْسِ بْنِ عباد، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، قَالَ: " مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَأَدْرَكَ الدَّجَّالَ لَمْ يُسَلَّطْ عَلَيْهِ، - أَوْ قَالَ: لَمْ يَضُرُّهُ - وَمَنْ قَرَأَ خَاتِمَةَ سُورَةِ الْكَهْفِ أَضَاءَ لَهُ نُورًا مِنْ حَيْثُ كَانَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ مَكَّةَ "
Tarjiih:
Setelah melihat pemaparan sanad kedua versi di atas (marfuu’ dan mauquuf) dan memperhatikan derajat para perawinya, maka versi yang lebih kuat adalah versi mauquuf karena perawinya lebih banyak dan derajat mereka lebih kuat dari pada perawi versi marfuu’. Wallahu a’lam!
Kesimpulan:
Setelah melihat pemaparan tiga jalur periwayatan hadits Abu Sa’id Al-Khudriy, dapat disimpulan bahwa versi yang lebih kuat adalah versi mauquuf. [Lihat: Al-‘Ilal karya Ad-Daraquthniy 11/307 no.2301]
Akan tetapi sekalipun dihukumi mauquuf dari segi sanad, akan tetapi matannya dihukumi marfuu’ oleh ulama. Karena kandungan matannya berkaitan dengan masalah gaib yang pastinya didengar oleh Abu Sa’id dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan bukan berkaitan dengan masalah ijtihad. Dan Abu Sa’id tidak dikenal dikalangan ulama meriwayatkan berita-berita israiliyat. Wallahu a’lam!
Adapun lafadznya, maka:
1. Lafadz “ يوم الجمعة “ (hari Jum’at).
Sebagian ulama menghukuminya syadz (lemah) karena menyalahi riwayat yang lebih kuat.
Lafadz tersebut hanya diriwayatkan dari jalur Husyaim. Sedangkan jalur Syu’bah dan Ats-Tsauriy, tidak menyebutkan lafadz tersebut.
Kecuali pada jalur Ats-Tsauriy dari hadits Qabiishah menyebutkan lafadz “ ليلة الجمعة “ (malam Jum’at), akan tetapi riwayat itupun syadz karena menyalahi yang lebih kuat.
Namun beberapa ulama tidak menganggapnya syadz, karena lafadz tersebut tidak bertentangan dengan kandungan makna riwayat yang tidak menyebutnya. Lafadz tersebut dianggap sebagai “ziyadah tsiqah”, tambahan dari seorang tsiqah yang saling melengkapi.
Lihat: Irwaa’ Al-Galiil karya syekh Albaniy 3/93 no.626.
2. Lafadz “ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ مَا بَيْنَ الْجُمُعَتَيْنِ “.
Juga dihukumi syadz, karena tidak ada yang menyebutkannya dari jalur Husyaim kecuali Nu’aim bin Hammad. Dan tidak pula disebutkan dari jalur Syu’bah dan Ats-Tsauriy.
3. Lafadz “وَمَنْ قَرَأَ بِعَشْرِ آيَاتٍ مِنْ آخِرِهَا “.
Juga dihukumi syadz oleh sebagian ulama, karena hanya diriwayatkan dari jalur Syu’bah.
Akan tetapi beberapa ulama men-sahih-kannya, karena menganggap ini adalah bagian dari “ziyadah tsiqah” dan bukan “syadz”.
Lihat: Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah karya syekh Albaniy 6/312 no.2651.
4. Lafadz “ وَمَنْ قَرَأَ خَاتِمَةَ سُورَةِ الْكَهْفِ “.
Tidak disebutkan kecuali pada riwayat Abdurrazaq dan Qabiishah dari Ats-Tsauriy.
Wallahu a’lam!
Referensi:
الأحاديث الواردةفي فضل قراءة سورة الكهف أو بعض آياتها جمعاً وتخريجاً تأليف: د. سعيد بن صالح الرقيب
Lihat juga: Keistimewaan hari Jum'at - Keutamaan membaca Al-Qur'an - Hadits Abu Bakr; Keutamaan mandi Jum'at
[1] Abu Hasyim: Disepakati namanya adalah Yahya, akan tetapi nama bapanya diperselisihkan. Ulama juga sepakat bahwa ia tsiqah (w.122H). Lihat biografinya dalam kitab: Tahdziib Al-Kamaal karya Al-Mizziy 34/362, Taqriib At-Tahdziib karya Ibnu Hajar hal.680.
[2] Abu Mijlaz: Namanya Laahiq bin Humaid Al-Bashriy. Ia seorang yang tsiqah (w.106H). Lihat biografinya dalam kitab Tahdziib Al-Kamaal 31/176, Al-Kaasyif karya Adz-Dzahabiy 2/359, Taqriib At-Tahdziib hal.586.
[3] Qais bin ‘Ubaad, Abu ‘Abdillah Al-Bashriy; Ia seorang yang tsiqah (w. setelah 80H). Lihat biografinya dalam kitab Tahdziib Al-Kamaal 24/64, Taqriib At-Tahdziib hal.457.
[4] Lihat biografi “Husyaim” dalam kitab: Tahdziib Al-Kamaal 30/272, Al-Kaasyif 2/338, Taqriib At-Tahdziib hal.574.
[5] Lihat biografi “Syu’bah” dalam kitab: Tahdziib Al-Kamaal 12/479, Al-Kaasyif 1/485, Taqriib At-Tahdziib hal.266.
[6] Lihat biografi “Ats-Tsauriy” dalam kitab: Tahdziib Al-Kamaal 11/154, Al-Kaasyif 1/449, Taqriib At-Tahdziib hal.244.
[7] Lihat biografi "Nu’aim bin Hammaad" dalam kitab: Ats-Tsiqaat karya Al-‘Ijliy 2/316, Al-Jarh wa At-Ta'diil karya Ibnu Abi Hatim 8/463, Al-Kaamil karya Ibnu 'Adiy 8/251, Tahdziib Al-Kamaal 29/466, Miizaan Al-I'tidaal karya Adz-Dzahabiy 4/267, Taqriib At-Tahdziib hal.564.
[8] Lihat biografi “Yaziid bin Makhlad” dalam kitab: Adh-Dhu’afaa’ karya Abu Zur’ah Ar-Raziy 2/760, Al-Jarh wa At-Ta’diil 9/291, Tarikh Al-Islam karya Adz-Dzahabiy 5/975.
[9] Lihat biografi “Sa’id bin Manshur” dalam kitab: Tahdziib Al-Kamaal 11/77, Al-Kaasyif 1/445, Taqriib At-Tahdziib hal.241.
[10] Lihat biografi “Abu ‘Ubaid” dalam kitab: Tahdziib Al-Kamaal 23/354, Al-Kaasyif 2/128, Taqriib At-Tahdziib hal.450.
[11] Lihat biografi "Abu An-Nu’maan" dalam kitab: Ats-Tsiqaat karya Al-‘Ijliy 2/250, Adh-Dhu'afaa' Al-Kabiir karya Al-'Uqaily 4/121, Al-Jarh wa At-Ta'diil 8/59, Al-Majruhiin karya Ibnu Hibban 2/294, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 3/91, Tahdziib Al-Kamaal 26/287, Al-Kaasyif 2/210, Taqriib At-Tahdziib hal.502.
[12] Lihat biografi “Yahya bin Katsiir” dalam kitab: Al-Jarh wa At-Ta’diil 9/183, Tahdziib Al-Kamaal 31/499, Al-Kaasyif 2/373, Taqriib At-Tahdziib hal.595.
[13] Lihat biografi “Abdushamad bin Abdul Warits” dalam kitab: Tahdziib Al-Kamaal 18/99, Al-Kaasyif 1/653, Tahdziib At-Tahdziib karya Ibnu Hajar 6/327, Taqriib At-Tahdziib hal.356.
[14] Lihat biografi “Muhammad bin Ja’far” dalam kitab: Tahdziib Al-Kamaal 25/5, Al-Kaasyif 2/162, Taqriib At-Tahdziib hal.472.
[15] Lihat biografi “Mu’adz bin Mu’adz” dalam kitab: Tahdziib Al-Kamaal 28/132, Al-Kaasyif 2/273, Taqriib At-Tahdziib hal.536.
[16] Lihat biografi “’Amr bin Marzuuq” dalam kitab: Tahdziib Al-Kamaal 22/224, Al-Kaasyif 2/88, Taqriib At-Tahdziib hal.426.
[17] Lihat biografi "Yusuf bin Asbath" dalam kitab: Ats-Tsiqaat karya Al-‘Ijliy 2/374, Adh-Dhu'afaa' Al-Kabiir 4/454, Al-Jarh wa At-Ta'diil 9/218, Al-Kaamil karya Ibnu 'Adiy 8/486, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 3/219, Miizaan Al-I'tidaal 4/462, Lisaan Al-Miizaan karya Ibnu Hajar 8/548.
[18] Lihat biografi “Abdurrazzaaq” dalam kitab: Tahdziib Al-Kamaal 18/52, Al-Kaasyif 1/651, Taqriib At-Tahdziib hal.354.
[19] Lihat biografi “Abdurrahman bin Mahdiy” dalam kitab: Tahdziib Al-Kamaal 17/430, Al-Kaasyif 1/645, Taqriib At-Tahdziib hal.351.
[20] Lihat biografi “Wakii’” dalam kitab: Tahdziib Al-Kamaal 30/462, Al-Kaasyif 2/350, Taqriib At-Tahdziib hal.581.
[21] Lihat biografi “Abdullah bin Al-Mubarak” dalam kitab: Tahdziib Al-Kamaal 16/5, Al-Kaasyif 1/591, Taqriib At-Tahdziib hal.320.
[22] Lihat biografi "Qabiishah" dalam kitab: Ats-Tsiqaat karya Al-‘Ijliy 2/214, Al-Jarh wa At-Ta'diil 7/126, Tahdziib Al-Kamaal 23/481, Miizaan Al-I'tidaal 3/383, Taqriib At-Tahdziib hal.453.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...