بسم الله الرحمن الرحيم
Pemaparan singkat tentang biografi Ummul mu’minin Aisyah radhiyallahu
‘anha dan beberapa keistimewaannya:
Nama:
Aisyah binti Abi Bakr Abdullah
bin Utsman Al-Qurasyiyah.
Kuniahnya:
Ummu Abdillah, sebagaimana diberikan oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam.
Aisyah radhiyallahu 'anha berkata: Wahai
Rasulullah, semua istrimu memiliki kuniah kecuali aku?
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«اكْتَنِي أَنْتِ أُمَّ عَبْدِ اللَّهِ» فَكَانَ يُقَالُ لَهَا: أُمُّ عَبْدِ
اللَّهِ حَتَّى مَاتَتْ، وَلَمْ تَلِدْ قَطُّ [مسند أحمد: صحيح]
“Berkuniahlah kamu dengan Ummu Abdillah”
Maka ia dipanggil dengan Ummu Abdillah sampai
wafat, dan ia tidak melahirkan sama sekali. [Musnad Ahmad: Sahih]
Ayahnya:
Abu Bark Ash-Shiddiq Abdullah bin Abi Quhafah
Utsaman bin Amir Al-Qurasyiy radhiyallahu ‘anhu, khalifah pertama Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ibunya:
Ummu Rumman binti ‘Amir bin
‘Uwaimir Al-Kinaniyah radhiyallahu ‘anha.
Lahir:
Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah
berkata: Ia lahir setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus
selama 4 atau 5 tahun. [Al-Ishabah fii tamyiiz Ash-Shahabah 8/231]
Syekh Sulaiman An-Nadawiy (w.1373H)
rahimahullah berpendapat bahwa Aisyah lahir di bulan Syawal tahun 9
sebelum hijrah bertepatan dengan bulan Juli tahun 614 Masehi, akhir tahun
kelima setelah Rasulullah diutus. [Sirah As-Sayyidah Aisyah hal.40]
Waktu pernikahaanya dengan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam.
Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata: Sebagaimana
dalam Ash-Shahih (Bukhari dan Muslim) bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam menikahinya saat ia berumur 6 tahun, ada yang mengatakan 7 tahun,
dan untuk menyatukan kedua pendapat tersebut bahwahwasanya ia telah mencukupi
tahun keenam dan memasuki tahun ketujuh, dan Rasulullah serumah dengannya di
bulan Syawal pada tahun pertama hijriyah. Ada yang mengatakan tahun kedua
hijriyah.
Az-Zubair bin Bakkar mengatakan:
Rasulullah menikahinya tiga tahun sebelum hijrah. [Al-Ishabah 8/231]
Ada yang mengatakan: Satu tahun
setengah sebelum hijrah, dan Rasulullah serumah dengannya 18 bulan setelah
hijrah. . [Tahdziib Al-Kamal 36/227]
Syekh Sulaiman An-Nadawiy
berpendapat bahwa Aisyah menikah dengan Rasulullah di bulan Syawal tahun 3
sebelum hijrah atau bulan Mei tahun 620 Masehi. [Sirah As-Sayyidah Aisyah
hal.49]
Jumlah hadits yang diriwayatkannya dari Rasulullah:
Beliau urutan keempat dari sahabat yang terbanyak meriwayatkan hadits
dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallm.
Hadits yang diriwayatkan darinya berjumlah 2210, dalam sahih Bukhari dan
Muslim 316, diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim 194 hadits, Bukhari saja 54,
Muslim saja 68. [As-Sunnah qabl
At-Tadwiin karya Muhammad ‘ijaaj Al-Khathiib hal.425]
Wafat:
Beliau wafat tahun 58 hijriyah
pada malam selasa 17 Ramadhan, menurut kabanyakan ulama. Ada yang mengatakan
tahun 57, dishalati oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dan dimakamkan
di pekuburan Baqi’.
Lihat: Usdul Gaabah karya Ibnu
Al-Atsiir 7/186.
Keistimewaannya:
1.
Istri Rasulullah di
dunia adan di surga
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha;
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya:
"
أُرِيتُكِ فِي المَنَامِ مَرَّتَيْنِ، إِذَا رَجُلٌ يَحْمِلُكِ فِي سَرَقَةِ حَرِيرٍ،
فَيَقُولُ: هَذِهِ امْرَأَتُكَ، فَأَكْشِفُهَا فَإِذَا هِيَ أَنْتِ، فَأَقُولُ: إِنْ
يَكُنْ هَذَا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ يُمْضِهِ " [صحيح البخاري]
"Engkau telah
diperlihatkan padaku di dalam mimpi sebanyak dua kali. Seorang laki-laki
membawamu dalam balutan kain sutera seraya berkata, 'Ini adalah isterimu.' Maka
aku pun menyingkap kain itu, dan ternyata di dalamnya adalah kamu.' Maka aku
pun berkata, 'Jika ini dari Allah, niscaya Dia akan menjadikannya
kenyataan.'" [Sahih Bukhari]
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha; Bahwasanya Jibril datang dengan gambar Aisyah dalam
kain sutra hijau kepada Nabi shallallahu ‘laaihi wa sallam, dan berkata:
«هَذِهِ زَوْجَتُكَ
فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ» [سنن الترمذي: صححه الألباني]
“Ini istrimu di dunia
dan di Akhirat”. [Sunan Tirmidziy: Sahih]
2.
Tidak ada istri
Rasulullah yang dinikahi saat masih perawan kecuali Aisyah
Aisyah radhiyallahu 'anha berkata: Wahai Rasulullah,
bagaimana murutmu jika seandainya engkau singgah di suatu tempat yang ada
tanaman yang sudah pernah dimakan, dan engkau mendapati pula tanaman yang belum
pernah dimakan, di tanaman manakah engkau akan memberi makan tungganganmu?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam menjawab:
«فِي
الَّذِي لَمْ يُرْتَعْ مِنْهَا»
“Pada tanaman yang belum pernah dimakan darinya”.
Maksud Aisyah bahwasanya Rasulullah tidak menikahi seorang perawan
selainnya. [Sahih Bukhari]
3.
Ibu orang yang beriman
Allah subhanahu wa ta’aalaa
berfirman:
{النَّبِيُّ
أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنْفُسِهِمْ وَأَزْوَاجُهُ أُمَّهَاتُهُمْ} [الأحزاب: 6]
Nabi itu (hendaknya) lebih
utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan isteri-isterinya
adalah ibu-ibu mereka. [Al-Ahzaab:6]
4.
Orang yang paling
dicintai Rasulullah
Amru bin Al Ash radhiyallahu
‘anhuma berkata; Aku menemui Rasulullah seraya bertanya; Ya Rasulullah,
siapakah orang yang paling engkau cintai?
Rasulullah menjawab; 'Aisyah.'
Lalu saya tanyakan lagi; Kalau dari kaum laki-laki, siapakah orang yang
paling engkau cintai?
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: 'Ayah Aisyah
(Abu Bakr).'
Saya bertanya lagi; Lalu siapa?
Rasulullah menjawab: 'Umar bin Khaththab.'
Kemudian beliau menyebutkan beberapa orang sahabat lainnya. Setelah itu
aku pun diam karena aku takut termasuk orang yang paling terakhir.' [Sahih
Bukhari dan Muslim]
5.
Keistimewaan Aisyah
dari seluruh wanita
Dari Abu Musa Al-Asy’ariy radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
كَمَلَ مِنَ الرِّجَالِ
كَثِيرٌ، وَلَمْ يَكْمُلْ مِنَ النِّسَاءِ: إِلَّا آسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ، وَمَرْيَمُ
بِنْتُ عِمْرَانَ، وَإِنَّ فَضْلَ عَائِشَةَ عَلَى النِّسَاءِ كَفَضْلِ الثَّرِيدِ
عَلَى سَائِرِ الطَّعَامِ " [صحيح البخاري
ومسلم]
"Manusia yang sempurna dari kalangan laki-laki sekian banyak, namun
tidak ada manusia sempurna dari kalangan wanita melainkan Asiyah, istrinya Fir'aun, dan Maryam binti
'Imran. Dan keutamaan 'Aisyah terhadap wanita-waita lain bagaikan keutamaan
makanan tsarid dibandingkan seluruh makanan lain". [Sahih Bukhari dan Muslim]
Tsarid adalah sejenis makanan yang terbuat dari daging dan roti yang
dibuat bubur dan berkuah, makanan terbaik orang Arab kala itu.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
«فَضْلُ عَائِشَةَ
عَلَى النِّسَاءِ، كَفَضْلِ الثَّرِيدِ عَلَى سَائِرِ الطَّعَامِ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Keutamaan 'Aisyah terhadap wanita-waita lain bagaikan keutamaan makanan
tsarid dibandingkan seluruh makanan lain”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
6.
Menyakiti
Aisyah berarti menyakit Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam,
perintah mencintai Aisyah, dan wahyu turun saat Rasulullah berada di sisinya.
Isteri-isteri Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam terbagi
menjadi dua kubu, pada kubu pertama ada 'Aisyah, Hafshah, Shafiyyah, dan
Sawdah. Sedangkan kubu kedua ada Ummu Salamah dan isri-isteri Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam yang lain. Saat itu Kaum Muslimun mengetahui kalau
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sangat mencintai 'Aisyah. Apabila
salah seorang dari mereka memiliki hadiah yang akan dihadiahkan untuk
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dia menangguhkannya. Ketika
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sudah berada di rumah 'Aisyah,
barulah pemilik hadiah mengirim hadiahnya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam di rumah 'Aisyah radhiallahu 'anha. Kebiasaan ini menbuat
kelompok 'Ummu Salamah memperbincangkannya. Mereka berkata, kepada Ummu
Salamah; "Coba kamu bicara kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam agar beliau menyampaikan kepada orang banyak bahwa siapa yang
hendak memberi hadiah kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
hendaklah hadiah itu diberikan kepada beliau dimana saja saat beliau berada di
rumah-rumah isteri beliau".
Maka Ummu Salamah radhiallahu 'anha menyampaikan apa yang
dikatakan oleh mereka kepada beliau namun beliau tidak berkomentar sepatah
katapun kepadanya. Kemudian kami tanyakan kepadanya, maka dia berkata,;
"Beliau tidak berkata, sepatah kata pun kepadaku". Lalu mereka
kembali berkata,; "Coba berbicaralah kembali dengan beliau". Maka
Ummu Salamah kembali mengajak beliau berbicara saat giliran beliau di rumahnya
namun beliau tetap tidak berkata sepatah katapun kepadanya. Kemudian kami
tanyakan kepadanya, maka dia berkata,; "Beliau tidak berbicara sepatah
kata pun kepadaku". Lalu mereka kembali berkata,; "Berbicaralah
dengan beliau hingga beliau mau berbicara denganmu?". Kemudian ketika
giliran beliau di rumahnya, Ummu Salamah mengajak bicara beliau, maka beliau shallallahu
'alaihi wasallam berkata kepadanya:
«لاَ
تُؤْذِينِي فِي عَائِشَةَ فَإِنَّ الوَحْيَ لَمْ يَأْتِنِي وَأَنَا فِي ثَوْبِ امْرَأَةٍ،
إِلَّا عَائِشَةَ»
"Jangan kamu sakiti aku dalam masalah 'Aisyah, karena tidak satu
wahyu pun yang turun kepadaku saat aku berada dalam pakaian seorang isteri
kecuali 'Aisyah".
Maka Ummu Salamah berkata; Aku bertobat kepada Allah karena telah
menyakitimu wahai Rasulullah?".
Kemudian isteri-isteri Beliau memanggil Fathimah radhiallahu 'anha,
putri Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk mengutusnya menemui
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan mereka berpesan;
"Katakanlah kepada beliau, sesungguhnya isteri-isteri ayahanda mencari
keadilan Allah kepada ayahanda dalam perkara putri Abu Bakar".
Maka Fathimah menyampaikannya. Lalu beliau berkata:
«يَا
بُنَيَّةُ أَلاَ تُحِبِّينَ مَا أُحِبُّ؟»
"Wahai ananda, apakah kamu menyukai sesuatu yang aku sukai?".
Fathimah menjawab; "Ya tentu". Maka Fathimah menemui mereka
seraya mengabarkan kepada mereka. Maka mereka berkata; 'Kembalilah menemui
beliau". Namun Fathimah enggan untuk kembali. Akhirnya mereka mengutus
Zainab binti Jahsyi. Maka Zainab menemui beliau dengan perkataan yang keras,
katanya: "Sesungguhnya isteri-isteri anda mencari keadilan Allah kepada
anda dalam perkara putri Ibnu Abi Quhafah". Dia mengeraskan suaranya
hingga sampai kepada 'Aisyah yang saat itu dia sedang duduk lalu dia mencelanya
hingga Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memandang 'Aisyah apakah
'Aisyah akan membalasnya. Maka 'Aisyah membalas apa yang ducapkan Zainab hingga
membuatnya berhenti. Dia (Fathimah) berkata; "Maka Nabi shallallahu
'alaihi wasallam memandang kepada 'Aisyah dan berkata:
«إِنَّهَا
بِنْتُ أَبِي بَكْرٍ»
"Dia ini adalah putri dari Abu Bakar". [Sahih Bukhari dan
Muslim]
7.
Wahyu
turun untuk membantah kedustaan orang munafiq
Aisyah radhiyallahu 'anha berkata ketika orang-orang yang menuduhnya mengatakan apa yang
mereka katakan:
فَاضْطَجَعْتُ عَلَى
فِرَاشِي وَأَنَا حِينَئِذٍ أَعْلَمُ أَنِّي بَرِيئَةٌ، وَأَنَّ اللَّهَ يُبَرِّئُنِي،
وَلَكِنِّي وَاللَّهِ مَا كُنْتُ أَظُنُّ أَنَّ اللَّهَ يُنْزِلُ فِي شَأْنِي وَحْيًا
يُتْلَى، وَلَشَأْنِي فِي نَفْسِي كَانَ أَحْقَرَ مِنْ أَنْ يَتَكَلَّمَ اللَّهُ فِيَّ
بِأَمْرٍ يُتْلَى، وَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: {إِنَّ الَّذِينَ جَاءُوا بِالإِفْكِ
عُصْبَةٌ مِنْكُمْ} العَشْرَ الآيَاتِ كُلَّهَا [صحيح البخاري ومسلم]
Kemudian aku berbaring di atas ranjangku dan aku
saat itu lebih tahu bahwa aku bebas dari tuduhan itu dan sesungguhnya Allah
akan membebaskan tuduhan itu terhadapku, akan tetapi demi Allah, aku tidak
menyangka bahwasanya Allah akan menurunkan dalam urusanku ini satu wahyu yang
dibaca (ayat Al-Qur’an), dan sungguh urusanku ini menurut diriku sendiri lebih
rendah daripada Allah berfirman tentang aku dalam satu urusan yang akan dibaca
(dalam Al-Qur’an). Dan Allah menurunkan ayat: {Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong
itu adalah dari golongan kamu juga. janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu
buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. tiap-tiap seseorang dari
mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. dan siapa di antara
mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu
baginya azab yang besar} Sepuluh
ayat seterusnya (dari surah An-Nuur 11-20. [Sahih Bukhari dan Muslim]
8. Jibril
mengirim salam untuknya
Aisyah radhiyallahu 'anha berkata:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«يَا
عَائِشَ، هَذَا جِبْرِيلُ يُقْرِئُكِ السَّلاَمَ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Wahai Aisy, ini Jibril mengirimkan salam untukmu”
Aku menjawab: Dan untuknya Salam dan rahmat Allah dan berkah-Nya, engkau
melihat apa yang tidak aku lihat. (Maksudnya Rasulullah shallallahu’alaihi
wa sallam). [Sahih Bukhari dan Muslim]
9. Do’a Rasulullah untuk Aisyah
Aisyah radhiyallahu 'anha berkata:
Ketika aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam baik perasaanya,
aku berkata: Wahai Rasulullah, berdo’alah kepada Allah untukku?
Maka beliau berdo’a:
«اللَّهُمَّ
اغْفِرْ لِعَائِشَةَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنَبِهَا وَمَا تَأَخَّرَ، مَا أَسَرَّتْ
وَمَا أَعْلَنَتْ»
“Ya Allah ampunilah untuk Aisyah dosanya yang telah lalu dan yang akan
datang, yang ia rahasiakan dan yang ia tampakkan”
Maka Aisyah tertawa sampai kepalanya jatuh di pangkuannya karena
tertawa. Rasulullah bertanya kepadanya:
«أَيَسُرُّكِ
دُعَائِي؟ »
“Apakah do’aku membuatmu senang?”
Aisyah menjawab: Bagaimana mungkin aku tidak senang dengan do’amu?
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«وَاللَّهِ
إِنَّهَا لَدُعَائِي لِأُمَّتِي فِي كُلِّ صَلَاةٍ» [صحيح ابن حبان]
“Demi Allah itu adalah do’aku untuk umatku dalam setiap shalat”. [Sahih
Ibnu Hibban]
10.
Menghina
Aisyah berarti menghina Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
Allah subhanahu wa ta’aalaa berfirman:
{الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ
وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ
أُولَئِكَ مُبَرَّءُونَ مِمَّا يَقُولُونَ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ} [النور: 26]
Wanita-wanita yang keji
adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat
wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk
laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang
baik (pula). Mereka (yang dituduh yaitu: Aisyah dan Shafwan) itu bersih dari
apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki
yang mulia. [An-Nuur:26].
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling
baik maka pastilah wanita yang baik pula yang menjadi istri beliau.
Allah subhanahu wa
ta’aalaa menjanjikan ampunan dan rezki yang mulia untuk Aisyah dan Shafwan radhiyallahu
‘anhuma.
11. Ayat tayammum turun karenanya
'Aisyah isteri Nabi shallallahu
'alaihi wasallam berkata: "Kami keluar bersama Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam dalam salah satu perjalanan yang dilakukannya. Hingga
ketika kami sampai di Baida', atau tempat peristirahatan pasukan, aku
kehilangan kalungku. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan para sahabatnya
mencarinya sementara mereka tidak berada dekat air.
Orang-orang lalu datang
kepada Abu Bakar Ash Shidiq radhiyallahu 'anhu seraya berkata: 'Tidakkah kamu perhatikan apa yang
telah diperbuat oleh 'Aisyah? Dia telah membuat Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam dan orang-orang tertahan (dari melanjutkan perjalanan)
padahal mereka tidak sedang berada dekat air dan mereka juga tidak memiliki
air! '
Lalu Abu Bakar datang
sedangkan saat itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam meletakkan
kepalanya di pahaku. Abu Bakar lalu memarahiku dan mengatakan sebagaimana yang
dikehendaki Allah untuk (Abu Bakar) mengatakannya. Ia menusuk lambungku, dan
tidak ada yang menghalangiku untuk bergerak (karena rasa sakit) kecuali karena
keberadaan Rasulullah yang di pahaku.
Kemudian Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bangun di waktu subuh dalam keadaan tidak memiliki air.
Allah ta'ala kemudian menurunkan ayat tayamum, maka orang-orang pun
bertayamum.
Usaid bin Al Hudhair radhiyallahu 'anhu lalu
berkata:
مَا هِيَ بِأَوَّلِ بَرَكَتِكُمْ يَا آلَ أَبِي بَكْرٍ
"Ini bukanlah awal
dari keberkahan kalian wahai keluarga Abu Bakar!"
'Aisyah berkata:
"Kemudian unta yang aku tunggangi berdiri yang ternyata kami temukan
kalungku berada dibawahnya." [Sahih Bukhari dan Muslim]
12. Rasulullah wafat di rumah Aisyah dan di pangkuannya.
Aisyah radhiyallahu 'anha berkata: Sesungguhnya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa salam meminta saat beliau sakit yang
mana beliau wafat karenanya:
«أَيْنَ أَنَا غَدًا؟ أَيْنَ أَنَا غَدًا؟»
“Dimana saya besok? Di mana
saya besok (tinggal di rumah istrinya)?”
Beliau menginginka hari
tinggalnya di rumah Aisyah, maka istri-istrinya mengizinkannya untuk tinggal di
mana saja beliau suka, maka beliau tinggal di rumah Aisyah sampai beliau wafat.
Aisyah berkata: Maka
Rasulullah wafat pada hari giliranku, di rumahku. Kemudian Allah mencabut
ruhnya dan sungguh kepala beliau berada di antara leher dan daguku, dan liurnya
bercampur dengan liurku. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Wallahu ta’aalaa a’lam!
Lihat juga: Buku tentang Aisyah radhiyallahu ‘anha - Hadits pernikahan Aisyah dengan Rasulullah - Syubhat pernikahan Aisyah dengan Rasulullah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...