Minggu, 03 Juni 2018

Malam "Lailatul Qadr"

بسم الله الرحمن الرحيم


Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (4) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ} [القدر: 1 - 5]
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan (lailatul qadr). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. [Al-Qadr: 1-5]

Kenapa dinamai “lailatul qadr”?

1. “Qadr” artinya mulia dan agung, “lailatul qadr” malam yang mulia dan agung.
2. “Qadr” artinya sempit, “lailatul qadr” malam yang sempit karena bumi pada waktu itu dipadati oleh malaikat.
3. “Qadr” artinya hukum dan ketetapan, “lailatul qadr” malam penetapan hukum, di malam itu takdir untuk tahun itu ditetapkan.
4. Pada malam itu diturunkan kitab yang mulia (Al-Qur’an) dan malaikat yang mulia.

Makna “lebih baik dari seribu bulan”:

Imam Ath-Thabariyrahimahullah- berkata:
وَأَشْبَهُ الْأَقْوَالِ فِي ذَلِكَ بِظَاهِرِ التَّنْزِيلِ قَوْلُ مَنْ قَالَ: عَمَلٌ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ عَمَلِ أَلْفِ شَهْرٍ، لَيْسَ فِيهَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ. وَأَمَّا الْأَقْوَالُ الْأَخَرُ، فَدَعَاوَى مَعَانٍ بَاطِلَةٍ، لَا دَلَالَةَ عَلَيْهَا مِنْ خَبَرٍ وَلَا عَقْلٍ، وَلَا هِيَ مَوْجُودَةٌ فِي التَّنْزِيلِ [تفسير الطبري = جامع البيان]
“Pendapat yang terkuat tentang hal ini sebagaimana dzahirnya Al-Qur’an adalah pendapat yang mengatakan bahwa amalan di malam lailatul qaddr lebih baik dari amalan seribu bulan yang tidak ada lailatul qadri-nya. Adapun pendapat yang lain, maka hanya anggapan yang mengandung makna bathil, tidak ada dalilnya dari hadits maupun akal, dan tidak pula disebutkan dalam Al-Qur’an”. [Tafsir Ath-Thabariy]

Berapa jumlah malaikat yang turun ke bumi di malam “lailatul qadr”?

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang lailatul qadr:
«إِنَّهَا لَيْلَةُ سَابِعَةٍ - أَوْ تَاسِعَةٍ - وَعِشْرِينَ، إِنَّ الْمَلَائِكَةَ تِلْكَ اللَّيْلَةَ فِي الْأَرْضِ أَكْثَرُ مِنْ عَدَدِ الْحَصَى» [مسند أحمد: حسن]
"Sesungguhnya itu adalah malam ke duapuluh tujuh, atau dua puluh sembilan, dan sesungguhnya pada malam itu jumlah malaikat (yang turun) di bumi lebih banyak dari jumlah pasir." [Musnad Ahmad: Hasan ligairih]

Hadits sebab adanya “lailatul qadr”:

Diriwayatkan oleh Imam Malikrahimahullah- bahwa ia mendengar suatu hadits dari seorang ulama yang terpercaya:
«إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُرِيَ أَعْمَارَ النَّاسِ قَبْلَهُ. أَوْ مَا شَاءَ اللَّهُ مِنْ ذَلِكَ. فَكَأَنَّهُ تَقَاصَرَ أَعْمَارَ أُمَّتِهِ أَنْ لَا يَبْلُغُوا مِنَ الْعَمَلِ، مِثْلَ الَّذِي بَلَغَ غَيْرُهُمْ فِي طُولِ الْعُمْرِ، فَأَعْطَاهُ اللَّهُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ، خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ» [الموطأ]
“Suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diperlihatkan umur-umur umat sebelumnya, atau diperlihatkan apa saja yang Allah kehendaki tentang umat terdahulu, dan beliau seakan-akan merasa umur umatnya begitu singkat sehinggat tidak mampu untuk beramal seperti umat terdahulu, karena umur mereka yang begitu panjang, maka Allah memberikan kepada beliau lailatul qadr yang lebih baik dari seribu bulan”.

Hadits ini dihukumi lemah oleh Muhammad ‘Amr bin Abdullathif (w.1429H) –rahimahullah- dalam kitabnya “تكميل النفع بما لم يثبت به وقف ولا رفع “ hadits keempat hal.22.

Di malam "lailatul qadr" Allah menentukan apa yang akan terjadi pada tahun itu.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ (3) فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ (4) أَمْرًا مِنْ عِنْدِنَا} [الدخان: 3 - 5]
Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Qur’an) pada suatu malam yang diberkahi (lailatul qadr) dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan* yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi kami. [Ad-Dukhaan: 3-5]

* Yang dimaksud dengan urusan-urusan di sini ialah segala perkara yang berhubungan dengan kehidupan makhluk seperti: hidup, mati, rezki, untung baik, untung buruk dan sebagainya.

Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata:
يَكْتُبُ مِنْ أُمِّ الْكِتَابِ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ مَا هُوَ كَائِنٌ فِي السَّنَةِ مِنَ الْخَيْرِ، وَالشَّرِّ، وَالْأَرْزَاقِ، وَالْآجَالِ، حَتَّى الْحُجَّاجِ، يُقَالُ: يَحُجُّ فُلَانٌ، وَيَحُجُّ فُلَانٌ [تفسير البغوي]
“Dicatat pada "lauhul mahfudz" di malam "lailatul qadr" apa yang akan terjadi dalam setahun tentang kebaikan, keburukan, rezki, dan ajal, sampai orang-orang yang akan menunaikan haji. Dikatakan: "Si fulan dan si fulan akan menunaikan haji tahun ini".” [Tafsir Al-Bagawiy]

Al-Hasan Al-Bashriy, Mujahid, dan Qatadah rahimahumullah berkata:
يُبْرَمُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ كُلُّ أَجَلٍ، وَعَمَلٍ، وَخَلْقٍ، وَرِزْقٍ، وَمَا يَكُونُ فِي تِلْكَ السَّنَةِ [تفسير البغوي]
“Ditetapkan pada malam "lailatul qadr" di bulan Ramadhan semua ajal, amalan, ciptaan, rezki, dan semua yang akan terjadi pada tahun itu”. [Tafsir Al-Bagawiy]

Lailatul qadr” terjadi di bulan Ramadhan

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ، تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ، وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ، وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ، لِلَّهِ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ» [سنن النسائي: صحيح]
“Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan penuh berkah (mubarak), Allah 'azza wajalla mewajibkan atas kalian untuk berpuasa pada bulan itu, dibuka pintu-pintu langit, ditutup pintu-pintu neraka, dan setan yang jahat dibelenggu. Pada bulan itu Allah memiliki satu malam yang lebih baik d ari seribu bulan, barangsiapa yang terhalang dari kebaikannya berarti ia telah terhalang dari segala kebaikan”. [Sunan An-Nasa'i: Sahih]

Al-Qur’an turun di bulan Ramadhan pada malam “lailatul qadr

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ} [البقرة: 185]
Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya (permulaan) diturunkan Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). [Al-Baqarah:185]

Dari Watsilah bin Al-Asqa' radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" أُنْزِلَتْ صُحُفُ إِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ فِي أَوَّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ، وَأُنْزِلَتِ التَّوْرَاةُ لِسِتٍّ مَضَيْنَ مِنْ رَمَضَانَ، وَالْإِنْجِيلُ لِثَلَاثَ عَشْرَةَ خَلَتْ مِنْ رَمَضَانَ، وَأُنْزِلَ الْفُرْقَانُ لِأَرْبَعٍ وَعِشْرِينَ خَلَتْ مِنْ رَمَضَانَ " [مسند أحمد: حسنه الألباني]
“Suhuf Ibrahim 'alaihissalam diturunkan pada awal malam bulan Ramadhan, dan Taurat diturunkan pada enam hari lewat bulan Ramadhan, dan Injil pada tigabelas hari lewat Ramadhan, dan Al-Qur'an turun pada hari duapuluh empat lewat Ramadhan”. [Musnad Ahmad: Hasan]

Yang tidak memanfaatkan “lailatul qadr” dengan ibadah berarti terhalang dari segala kebaikan

Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata: Ketika Ramadhan tiba, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّ هَذَا الشَّهْرَ قَدْ حَضَرَكُمْ، وَفِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، مَنْ حُرِمَهَا فَقَدْ حُرِمَ الْخَيْرَ كُلَّهُ، وَلَا يُحْرَمُ خَيْرَهَا إِلَّا مَحْرُومٌ» [سنن ابن ماجه: حسن صحيح]
"Sesungguhnya bulan ini telah hadir kepada kalian. Di bulan ini ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa diharamkan darinya, maka dia telah diharamkan kebaikan semuanya. Dan tidak diharamkan kebaikannya kecuali bagi yang terhalang dari kebaikan. " [Sunan Ibnu Majah: Hasan shahih]

Rasulullah lupa ketetapan waktu turunnya “lailatul qadr

Ubadah bin Ash-Shamit radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam keluar untuk menyampaikan waktu turunnya lailatul qadr, lalu dua orang muslim saling berselisih. Maka Rasulullah bersabda:
إِنِّي خَرَجْتُ لِأُخْبِرَكُمْ بِلَيْلَةِ القَدْرِ، وَإِنَّهُ تَلاَحَى فُلاَنٌ وَفُلاَنٌ، فَرُفِعَتْ [صحيح البخاري]
“Sesungguhnya aku keluar untuk memberitahukan kepada kalian tentang lailatul qadr akan tetapi si Fulan dan si Fulan saling berselisih maka pengetahuan itu diangkat”. [Sahih Bukhari]

* Hikmah penentuan lailatul qadr diangkat, agar kita senantiasa berusaha mendapatkan keutamaannya di setiap malam.

Ulama berselisih pendapat tentang kemungkinan waktu terjadinya "lailatul qadr":

Pendapat yang paling kuat adalah sepuluh malam terakhir Ramadhan khususnya pada malam-malam ganjil.

Dari Aisyah radhiyallahu 'anha; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«تَحَرَّوْا لَيْلَةَ القَدْرِ فِي الوِتْرِ، مِنَ العَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Berusahalah mendapatkan lailatul qadr pada malam-malam ganjil di sepuluh terakhir dari bulan Ramadhan". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Dari Abu Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
فَابْتَغُوهَا فِي العَشْرِ الأَوَاخِرِ، وَابْتَغُوهَا فِي كُلِّ وِتْرٍ [صحيح البخاري ومسلم]
"Maka carilah lalitul qadr pada sepuluh akhir Ramadhan, dan carilah ia pada setiap malam ganjil". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«أَرَى رُؤْيَاكُمْ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ، فَاطْلُبُوهَا فِي الْوِتْرِ مِنْهَا» [صحيح مسلم]
"Aku melihat mimpi kalian (tentang lailatul qadr) terjadi pada sepulu terakhir (Ramadhan), maka carilah ia pada malam-malam ganjilnya". [Sahih Muslim]

Mencari “lailatu qadr” dengan memperbanyak ibadah

Aisyah -radhiallahu 'anha- berkata;
«كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ، مَا لَا يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ» [صحيح مسلم]
"Pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lebih giat beribadah melebihi hari-hari selainnya." [Shahih Muslim]

Aisyah -radhiallahu 'anha- berkata;
«كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ، أَحْيَا اللَّيْلَ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ، وَجَدَّ وَشَدَّ الْمِئْزَرَ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memasuki sepuluh terakhir (Ramadhan), maka beliau menghidupkan malam-malamnya (dengan qiyamullail) dan membangunkan keluarganya serta menambah ibadahnya dan mengencangkan ikatan kainnya (menjauhi isterinya untuk lebih konsentrasi beribadah)." [Shahih Bukhari dan Muslim]

I’tikaf untuk mendapatkan “lailatul qadr

Dari 'Aisyah -radhiallahu 'anha- isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam:
«أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَانَ يَعْتَكِفُ العَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beri'tikaf (tinggal di mesjid) pada sepuluh hari yang akhir dari Ramadhan hingga wafatnya kemudian isteri-isteri Beliau beri'tikaf setelah kepergian Beliau”. [Shahih Bukhari dan Muslim]

Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata:
«كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْتَكِفُ فِي كُلِّ رَمَضَانٍ عَشَرَةَ أَيَّامٍ، فَلَمَّا كَانَ العَامُ الَّذِي قُبِضَ فِيهِ اعْتَكَفَ عِشْرِينَ يَوْمًا» [صحيح البخاري]
“Nabi shallallahu 'alaihi wasallam selalu beri'tikaf pada bulan Ramadhan selama sepuluh hari. Namun pada tahun wafatnya, Beliau beri'tikaf selama dua puluh hari". [Shahih Bukhari]

Ampunan bagi yang shalat di malam “lailatul qadr

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ قَامَ لَيْلَةَ القَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ » [صحيح البخاري ومسلم]
"Barangsiapa yang mendirikan shalat malam di bulan Ramadhan dengan keimanan dan harapan, maka diampuni untuknya semua dosanya yang telah lalu, dan barangsiapa yang mendirikan shalat di malam lailatul Qadr dengan keimanan dan harapan, maka diampuni untuknya semua dosanya yang telah lalu". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Do’a “lailatul qadr

Aisyah radhiyallahu 'anha bertanya: Ya Rasulullah, menurutmu jika aku tahu saatnya malam lailatul qadr, apa yang seharusnya aku katakan pada waktu itu?
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: Ucapkan ...
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عُفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّيْ
"Ya Allah .. sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf dan Pemurah suka memaafkan, maka maafkanlah kesalahanku." [Sunan Tirmidzi: Sahih]

Hadits palsu "shalat sunnah MALAM LAILATUL QADAR"

Disebutkan dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma; Bahwasannya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
" من صلّى ركعتين في ليلة القدر، فيقرأ في كل ركعة فاتحة الكتاب مرة، و{قل هو الله أحد} سبع مرات، فإذا فرغ يستغفر سبعين مرة؛ فما دام لا يقوم من مقامه حتى يغفر الله له ولأبويه، وبعث الله ملائكة يكتبون له الحسنات إلى سنة أخرى، وبعث الله ملائكة إلى الجنان يغرسون له الأشجار، ويبنون له القصور، ويجرون له الأنهار، ولا يخرج من الدنيا حتى يرى ذلك كله "
“Barangsiapa yang menjalankan shalat pada malam Lailatul Qadr sebanyak 2 (dua) raka'at, di dalam setiap raka'atnya setelah membaca Al-Fatihah (1) satu kali , kemudian membaca surat Al-Ikhlas 7 (tujuh) kali dan setelah salam membaca “Astaghfirullahal azhiim wa atubu ilaih” 70 (tujuh puluh) kali, maka selama dia mendirikannya Allah akan mengampuni dirinya dan kedua orang tuanya dan Allah Ta'ala akan mengutus Malaikat untuk menanam (untuknya) pepohonan di Surga, membangun gedung-gedung, dan mengalirkan sungai-sungai di dalamnya, dan dia (orang yang menjalankan sholat Lailatul Qadr) tidak akan keluar dari dunia (wafat) sehingga dia pernah melihat itu seluruhnya".

Hadits ini hukumnya palsu, karena tidak didapati sumber dan sanadnya. Baca penjelasannya di sini: Takhriij hadits “Shalat MALAM LAILATUL QADAR”.

Tanda “lailatul qadr” telah turun

Telah dikatakan kepada Ubay bin Ka'ab bahwa Abdullah bin Mas'ud -radhiyallahu ‘anhuma- berkata: "Siapa yang melakukan shalat malam sepanjang tahun, niscaya ia akan menemui malam Lailatul Qadr."
Maka Ubay -radhiyallahu ‘anhu- berkata:
«وَاللهِ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ، إِنَّهَا لَفِي رَمَضَانَ، يَحْلِفُ مَا يَسْتَثْنِي، وَوَاللهِ إِنِّي لَأَعْلَمُ أَيُّ لَيْلَةٍ هِيَ، هِيَ اللَّيْلَةُ الَّتِي أَمَرَنَا بِهَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقِيَامِهَا، هِيَ لَيْلَةُ صَبِيحَةِ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ، وَأَمَارَتُهَا أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فِي صَبِيحَةِ يَوْمِهَا بَيْضَاءَ لَا شُعَاعَ لَهَا» [صحيح مسلم]
"Demi Allah yang tidak ada ilah yang berhak disembah selain Allah, sesungguhnya malam itu (lailatul qadr) terdapat dalam bulan Ramadlan. –Ubay bersumpah tanpa rugu- Dan demi Allah, sesungguhnya aku tahu malam apakah itu. Lailatul Qadr itu adalah malam, dimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan kami untuk menegakkan shalat di dalamnya, malam itu adalah malam yang cerah yaitu malam ke dua puluh tujuh (dari bulan Ramadlan). Dan tanda-tandanya ialah, pada pagi harinya matahari terbit berwarna putih tanpa sinar yang menyorot." [Shahih Muslim]

Wallahu a’lam!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...