بسم الله الرحمن الرحيم
A.
Bab
50.
Imam
Bukhari -rahimahullah- berkata:
بَابُ الحَيَاءِ فِي العِلْمِ
“Bab: Malu dalam ilmu”
Dalam
bab ini, imam Bukhari menjelaskan bahwa sikap malu yang menghalangi seseorang
dari kebaikan bukanlah sifat malu yang terpuji, akan tetapi itu adalah sifat
lemah, seperti malu untuk menuntut ilmu. Sebagaiman ditunjukkan pada ucapan Mujahid,
dan Aisyah yang diriwayatkan secara mu’allaq (sanad terputus).
Dan sikap Ummi Salamah, dan Umar bin Khathab dalam hadits Ibnu
Umar radhiyallahu ‘anhum yang diriwayatkan secara muttasil
(sanad bersambung).
Pertama: Atsar Mujahid
bin Jabr, Abu Al-Hajjaj Al-Makkiy (w.101 H) rahimahullah.
Imam Bukhari -rahimahullah-
berkata:
وَقَالَ مُجَاهِدٌ: «لاَ يَتَعَلَّمُ العِلْمَ مُسْتَحْيٍ وَلاَ
مُسْتَكْبِرٌ»
“Dan
Mujahid berkata: Tidak akan
menuntut ilmu orang yang pemalu dan tidak juga orang yang sombong”.
Takhrij atsar Mujahid.
Diriwayatkan
oleh Abu Nu’aim –rahimahullah-
dalam kitabnya “Hilyatul
Auliyaa’” (3/287) dengan sanad yang shahih menutut Al-Hafidz Ibnu Hajar
(Fathul Bari 1/277), dengan lafadz:
«إِنَّ هَذَا الْعِلْمَ
لَا يَتَعَلَّمُهُ مُسْتَحٍ وَلَا مُتَكَبِّرٌ»
“Sesungguhnya ilmu ini tidak akan dipelajari
oleh orang yang pemalu dan sombong”.
Diriwayatkan juga oleh Al-Baihaqiy –rahimahullah- dalam kitab “Al-Madkhal”
no.410, dengna lafadz yang mirip dengan lafadz imam Bukhari.
Penjelasan singkat atsar ini:
1.
Malu dalam menuntut ilmu bukan sifat yang terpuji.
Dari 'Imran bin Hushain
radiyallahu
'anhu; Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«الحَيَاءُ لاَ
يَأْتِي إِلَّا بِخَيْرٍ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Sifat malu tidak mendatangkan
sesuatu kecuali kebaikan”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Lihat: Keutamaan sifat pemalu
2.
Sifat sombong akan menghalangi seseorang dari menuntut
ilmu.
Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu ‘anhu; Nabi -shallallahu
'alaihi wasallam- bersabda:
«لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ
مِنْ كِبْرٍ» قَالَ رَجُلٌ: إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ
حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً؟ قَالَ: «إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ، الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ
وَغَمْطُ النَّاسِ»
"Tidak akan masuk surga orang
yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi dari kesombongan."
Seorang laki-laki bertanya, "Sesungguhnya laki-laki menyukai baju dan
sandalnya bagus (apakah ini termasuk kesombongan)?" Beliau menjawab:
"Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Kesombongan itu
adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia." [Shahih Muslim]
Ø Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma berkata;
Rasulullah shallallau 'alaihi wasallam bersabda:
" ثلاثٌ مُهْلِكاتٌ، ... : فشحٌّ مطاعٌ، وهوى مُتَّبَعٌ،
وإعْجابُ المَرْءِ بِنَفْسِهِ " [صحيح الترغيب: حسن لغيره]
"Tiga yang membinasakan: ...
sifat kikir yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan kekaguman seseorang terhadap
dirinya". [Shahih At-Targiib: Hasan ligairih]
Lihat: Akhlak ulama dan penuntut ilmu
Kedua: Atsar Aisyah radhiyallahu
‘anha.
Imam
Bukhari -rahimahullah- berkata:
وَقَالَتْ عَائِشَةُ: «نِعْمَ النِّسَاءُ نِسَاءُ الأَنْصَارِ لَمْ
يَمْنَعْهُنَّ الحَيَاءُ أَنْ يَتَفَقَّهْنَ فِي الدِّينِ»
Dan Aisyah
berkata: "Sebaik-baik wanita adalah wanita kaum Al-Anshar, rasa malu tidak
mencegah mereka untuk memahami urusan agama".
Takhrij atsar Aisyah.
Diriwayatkan
oleh Imam Muslim dalam “Ash-Shahih” (1/261) no.332; Aisyah
radhiyallahu 'anha berkata:
أَنَّ أَسْمَاءَ سَأَلَتِ النَّبِيَّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ غُسْلِ الْمَحِيضِ؟ فَقَالَ: «تَأْخُذُ
إِحْدَاكُنَّ مَاءَهَا وَسِدْرَتَهَا، فَتَطَهَّرُ فَتُحْسِنُ الطُّهُورَ، ثُمَّ
تَصُبُّ عَلَى رَأْسِهَا فَتَدْلُكُهُ دَلْكًا شَدِيدًا حَتَّى تَبْلُغَ شُؤُونَ
رَأْسِهَا، ثُمَّ تَصُبُّ عَلَيْهَا الْمَاءَ، ثُمَّ تَأْخُذُ فِرْصَةً
مُمَسَّكَةً فَتَطَهَّرُ بِهَا» فَقَالَتْ أَسْمَاءُ: وَكَيْفَ تَطَهَّرُ بِهَا؟
فَقَالَ: «سُبْحَانَ اللهِ، تَطَهَّرِينَ بِهَا» فَقَالَتْ عَائِشَةُ: كَأَنَّهَا
تُخْفِي ذَلِكَ تَتَبَّعِينَ أَثَرَ الدَّمِ، وَسَأَلَتْهُ عَنْ غُسْلِ
الْجَنَابَةِ؟ فَقَالَ: «تَأْخُذُ مَاءً فَتَطَهَّرُ فَتُحْسِنُ الطُّهُورَ أَوْ
تُبْلِغُ الطُّهُورَ، ثُمَّ تَصُبُّ عَلَى رَأْسِهَا فَتَدْلُكُهُ حَتَّى تَبْلُغَ
شُؤُونَ رَأْسِهَا، ثُمَّ تُفِيضُ عَلَيْهَا الْمَاءَ» فَقَالَتْ عَائِشَةُ:
" نِعْمَ النِّسَاءُ نِسَاءُ الْأَنْصَارِ لَمْ يَكُنْ يَمْنَعُهُنَّ
الْحَيَاءُ أَنْ يَتَفَقَّهْنَ فِي الدِّينِ.
Asma' radhiyallahu 'anha bertanya kepada
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tentang mandinya orang yang haid.
Beliau bersabda:" Salah
seorang dari kalian mengambil air dan daun bidara. Maka bersucilah dia dan
sempurnakanlah dalam bersucinya. Kemudia tuangkanlah air di kepalanya sambil
memijat-mijatnya dengan kuat hingga meresap pada akar rambutnya, kemudian
tuangkan air ke sekujur tubuhnya, setelah itu ambillah sepotong kapas yang
sudah diberi minyak wangi yang di gunakan untuk membersihkannya."
Asma' berkata; Bagaimana cara
membersihkannya?
Beliau bersabda; "Subhanallah,
bersihkanlah dengannya."
Lalu Aisyah berkata dengan melirihkan
suaranya; 'Kamu besihkan sisa-sisa darah tersebut dengan kapas.'
Dan dia bertanya kepada beliau tentang
mandi junub, beliau bersabda: "Hendaklah ia mengambil air, kemudian
bersuci dan memperbagus bersucinya atau menyempurnakan bersucinya. Kemudian
menuangkan air di kepalanya sambil memijat-mijat hingga meresap pada akar
kepalanya, setelah itu menuangkan air ke seluruh tubuhnya."
Aisyah berkata; 'Sebaik-baik wanita adalah
wanita Anshar, rasa malu tidak menjadi penghalang mereka untuk mendalami
masalah agamanya.' [Shahih Muslim]
Lihat: Kitab Ilmu bab 35; Perlukah menetapkan hari khusus untuk mengajarkan ilmu kepada kaumwanita?
Ketiga: Hadits Ummu
Salamah radhiyallahu ‘anha.
Imam
Bukhari -rahimahullah- berkata:
130 - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَلاَمٍ، قَالَ: أَخْبَرَنَا أَبُو
مُعَاوِيَةَ [محمد
بن خازم الضرير]، قَالَ: حَدَّثَنَا
هِشَامُ بْنُ عُرْوَةَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ زَيْنَبَ ابْنَةِ أُمِّ سَلَمَةَ، عَنْ
أُمِّ سَلَمَةَ، قَالَتْ: جَاءَتْ أُمُّ سُلَيْمٍ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لاَ
يَسْتَحْيِي مِنَ الحَقِّ، فَهَلْ عَلَى المَرْأَةِ مِنْ غُسْلٍ إِذَا
احْتَلَمَتْ؟ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِذَا رَأَتِ
المَاءَ» فَغَطَّتْ أُمُّ سَلَمَةَ، تَعْنِي وَجْهَهَا، وَقَالَتْ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ أَوَتَحْتَلِمُ المَرْأَةُ؟ قَالَ: «نَعَمْ، تَرِبَتْ يَمِينُكِ، فَبِمَ
يُشْبِهُهَا وَلَدُهَا»
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin
Salam, ia berkata: Telah mengabarkan kepada kami Abu Mu'awiyah [Muhammad bin
Khazim Adh-Dharir], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin
'Urwah, dari Bapaknya, dari Zainab putri Ummu Salamah, dari Ummu Salamah
ia berkata, "Ummu Sulaim datang menemui Rasulullah ﷺ dan berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak
malu dalam perkara yang hak. Apakah bagi wanita wajib mandi jika ia
bermimpi?" Nabi ﷺ menjawab, "Ya,
jika dia melihat air." Ummu Salamah lalu menutupi wajahnya seraya
bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah seorang wanita itu bermimpi?"
Beliau menjawab, "Ya. Celaka kamu. (jika tidak) Lantas dari mana datangnya
kemiripan seorang anak itu?"
Penjelasan singkat hadits ini:
1. Biografi
Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha.
Lihat: Keistimewaan Ummu Salamah
2. Biografi
Ummu Sulaim radhiyallahu ‘anha.
Lihat: Keistimewaan Ummu Sulaim radhiyallahu ‘anha
3. Sifat
malu pada Allah ‘azza wajallah.
Dari Salman radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
« إِنَّ رَبَّكُمْ
تَبَارَكَ وَتَعَالَى حَيِىٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحْيِى مِنْ عَبْدِهِ إِذَا رَفَعَ يَدَيْهِ
إِلَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا » [سنن أبى داود: صححه
الألباني]
“Sesungguhnya Tuhan kalian tabaraka
wata'ala Maha Pemalu dan Pemurah, malu terhadap hamba-Nya jika mengangkat
kedua tangannya berdo'a kepada-Nya dibalas dengan hampa”. [Sunan Abi Daud:
Sahih]
Ø Dari Abu Waqid Al-Laitsiy radhiyallahu 'anhu; Suatu hari Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam duduk di mesjid
bersama para sahabat, kemudian lewat tiga orang. Yang pertama duduk di tempat
yang kosong, yang kedua duduk di belakang, dan yang ketiga pergi meninggalkan
majlis. Kemudian Rasulullah bersabda:
«أَلاَ أُخْبِرُكُمْ
عَنِ النَّفَرِ الثَّلاَثَةِ؟ أَمَّا أَحَدُهُمْ فَأَوَى إِلَى اللَّهِ فَآوَاهُ اللَّهُ،
وَأَمَّا الآخَرُ فَاسْتَحْيَا فَاسْتَحْيَا اللَّهُ مِنْهُ، وَأَمَّا الآخَرُ فَأَعْرَضَ
فَأَعْرَضَ اللَّهُ عَنْهُ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Maukah kalian kuberitahukan
tentang tiga orang tadi? Adapun yang pertama ia mendekat kepada Allah maka
Allah mendekat kepada-Nya, adapun yang kedua ia malu maka Allah pun malu
kepadanya, sedangkan yang ketiga ia berpaling maka Allah berpaling darinya”.
[Sahih Bukhari dan Muslim]
Lihat: Kaedah memahami Nama dan Sifat Allah ‘azza wajalla
4. Allah
‘azza wajallah tidak malu untuk suatu kebenaran.
Allah
subhanahu wata'ala berfirman:
{يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتَ النَّبِيِّ إِلَّا أَنْ يُؤْذَنَ لَكُمْ
إِلَى طَعَامٍ غَيْرَ نَاظِرِينَ إِنَاهُ وَلَكِنْ إِذَا دُعِيتُمْ فَادْخُلُوا فَإِذَا
طَعِمْتُمْ فَانْتَشِرُوا وَلَا مُسْتَأْنِسِينَ لِحَدِيثٍ إِنَّ ذَلِكُمْ كَانَ يُؤْذِي
النَّبِيَّ فَيَسْتَحْيِي مِنْكُمْ وَاللَّهُ لَا يَسْتَحْيِي مِنَ الْحَقِّ} [الأحزاب: 53]
Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu memasuki rumah-rumah nabi kecuali bila kamu diizinkan
untuk makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika
kamu diundang Maka masuklah dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa
asyik memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu
nabi lalu nabi malu kepadamu (untuk menyuruh kamu keluar), dan Allah tidak malu
(menerangkan) yang benar. [Al-Ahzaab: 53]
5. Mimpi
basah wajib mandi jika melihat ada air mani yang keluar.
Dari Abu Sa'id al-Khudriy radhiallahu'anhu;
Nabi ﷺ bersabda:
«إِنَّمَا الْمَاءُ مِنَ الْمَاءِ» [صحيح
مسلم]
"Air (mandi wajib ketika mimpi) itu disebabkan karena
(keluarnya) air mani.” [Shahih Muslim]
6. Bagaimana
anak menyerupai ibu dan bapaknya?
Anas radhiallahu'anhu berkata; 'Abdullah bin
Salam telah mendengar berita kedatangan Rasulullah ﷺ ke
Madinah maka dia menemui beliau dan berkata, "Aku akan bertanya tiga
perkata yang tidak akan dapat diketahui kecuali oleh seorang Nabi. Dia
bertanya, "Apakah tanda-tanda pertama hari kiamat, dan apakah makanan
pertama penghuni surga, dan bagaimana seorang anak bisa mirip dengan ayahnya
dan bagaimana bisa mirip dengan ibunya?
Maka Rasulullah ﷺ menjawab, "Baru saja Jibril 'alaihissalam
memberitahu aku".
Dia berkata; Maka 'Abdullah bin Salam berkata,
"Dia (Jibril) adalah malaikat yang sangat dimusuhi orang Yahudi".
Rasulullah ﷺ bersabda:
" أَمَّا أَوَّلُ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ
فَنَارٌ تَحْشُرُ النَّاسَ مِنَ المَشْرِقِ إِلَى المَغْرِبِ، وَأَمَّا أَوَّلُ
طَعَامٍ يَأْكُلُهُ أَهْلُ الجَنَّةِ فَزِيَادَةُ كَبِدِ حُوتٍ، وَأَمَّا
الشَّبَهُ فِي الوَلَدِ: فَإِنَّ الرَّجُلَ إِذَا غَشِيَ المَرْأَةَ فَسَبَقَهَا
مَاؤُهُ كَانَ الشَّبَهُ لَهُ، وَإِذَا سَبَقَ مَاؤُهَا كَانَ الشَّبَهُ لَهَا
"
"Adapun tanda pertama hari kiamat adalah api yang muncul
dan akan menggiring manusia dari timur menuju barat. Dan adapun makanan pertama
penduduk surga adalah hati ikan hiu, sedangkan kemiripan seorang anak dengan
bapaknya adalah apabila sang suami mendatangi istrinya, apabila air mani suami
mendahului air mani istrinya berarti akan lahir anak yang mirip dengan
bapaknya, sebaliknya apabila air mani istrinya mendahului air mani suaminya
maka akan lahir anak yang mirip dengan ibunya".
Maka 'Abdullah bin Salam berkata, "Aku
bersaksi bahwa baginda adalah Rasulullah". [Shahih Bukhari]
Ø Ibnu
Abbas radhiyallahu
'anhuma berkata; Orang-orang Yahudi datang kepada Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam lalu bertanya; "Wahai Abul Qasim, kami akan
menanyakan kepadamu tentang lima hal, bila engkau memberitahu kami tentang itu,
maka kami tahu bahwa engkau adalah seorang Nabi dan kami akan
mengikutimu."
Mereka berkata; "Beritahu kami, bagaimana
(proses bayi) menjadi perempuan dan bagaimana menjadi laki-laki?"
Beliau menjawab:
«يَلْتَقِي الْمَاءَانِ فَإِذَا عَلَا مَاءُ
الرَّجُلِ مَاءَ الْمَرْأَةِ أَذْكَرَتْ وَإِذَا عَلَا مَاءُ الْمَرْأَةِ آنَثَتْ»
"Saat bertemunya dua air (yakni sperma laki-laki dan
sel telur perempuan), bila sperma laki-laki lebih dominan (banyak) terhadap sel
telur perempuan, maka (anaknya) menjadi laki-laki, dan bila sel telur perempuan
lebih dominan terhadap sperma laki-laki maka (anaknya) menjadi perempuan." [Musnad
Ahmad: Hasan]
7. Boleh
seorang wanita bertanya kepada ulama laki-laki tentang masalah kewanitaan jika
amanan dari fitnah dan kerusakan.
Allah
subhanahu wata'ala berfirman:
{وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الْفَسَادَ} [البقرة:
205]
Dan Allah tidak menyukai kebinasaan. [Al-Baqarah:205]
Ø Dari
Abu Sa'id Al-Khudry radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ،
فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِى إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِى النِّسَاءِ»
“Maka hati-hatilah dengan dunia, dan hati-hatilah dengan wanita,
karena sesungguhnya cobaan pertama yang menimpa kaum Bani Israil adalah cobaan
wanita." [Sahih Muslim]
Keempat: Hadits Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu
‘anhuma.
Imam
Bukhari -rahimahullah- berkata:
131 - حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ [ابن أبي
أويس]، قَالَ: حَدَّثَنِي مَالِكٌ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ، عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: «إِنَّ مِنَ الشَّجَرِ شَجَرَةً لاَ يَسْقُطُ وَرَقُهَا، وَهِيَ
مَثَلُ المُسْلِمِ، حَدِّثُونِي مَا هِيَ؟» فَوَقَعَ النَّاسُ فِي شَجَرِ
البَادِيَةِ، وَوَقَعَ فِي نَفْسِي أَنَّهَا النَّخْلَةُ، قَالَ عَبْدُ اللَّهِ:
فَاسْتَحْيَيْتُ، فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَخْبِرْنَا بِهَا؟ فَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «هِيَ النَّخْلَةُ» قَالَ
عَبْدُ اللَّهِ: فَحَدَّثْتُ أَبِي بِمَا وَقَعَ فِي نَفْسِي، فَقَالَ: «لَأَنْ
تَكُونَ قُلْتَهَا أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ يَكُونَ لِي كَذَا وَكَذَا»
Telah
menceritakan kepada kami Isma'il [bin Abi Uwais], ia berkata: Telah
menceritakan kepadaku Malik, dari 'Abdullah bin Dinar, dari 'Abdullah bin
'Umar, bahwa Rasulullah ﷺ
bersabda, "Sesungguhnya di antara pohon-pohon ada satu pohon yang tidak
jatuh daunnya, dan itu adalah perumpamaan bagi seorang muslim. Ceritakan
kepadaku pohon apakah itu?" Maka orang-orang menganggapnya sebagai
pohon-pohon yang ada di lembah, sedangkan menurut perkiraanku bahwa itu adalah
pohon kurma." 'Abdullah berkata, "Tetapi aku malu (untuk
mengungkapkannya). Lalu orang-orang berkata, "Wahai Rasulullah,
beritahukan kami pohon apakah itu?" Maka Rasulullah ﷺ pun menjawab, "Dia adalah pohon
kurma." 'Abdullah berkata, "Kemudian aku ceritakan hal itu kepada
bapakku, Maka bapakku berkata, "Aku lebih suka bila engkau ungkapkan saat
itu daripada aku memiliki begini dan begini."
Nb: Hadits ini sudah dijelaskan pada Bab 4 dan 5; Hadits Ibnu ‘Umar dan Bab 14; Pemahaman dalam
ilmu
B.
Bab
51.
Imam Bukhari -rahimahullah-
berkata:
بَابُ مَنِ
اسْتَحْيَا فَأَمَرَ غَيْرَهُ بِالسُّؤَالِ
“Bab:
Orang yang malu bertanya lalu menyuruh orang lain untuk bertanya”.
Dalam
bab ini, imam Bukhari menjelaskan bahwa jika suatu kondisi membuat seseorang malu
untuk menuntut ilmu atau bertanya maka hendaknya dia meminta orang lain untuk
bertanya agar tidak kehilangan ilmu, sebagaimana yang dilakukan oleh Ali bin
Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.
Imam
Bukhari -rahimahullah- berkata:
132
- حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ دَاوُدَ، عَنِ
الأَعْمَشِ، عَنْ مُنْذِرٍ الثَّوْرِيِّ، عَنْ مُحَمَّدِ [بن عليّ] ابْنِ
الحَنَفِيَّةِ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ، قَالَ: كُنْتُ رَجُلًا مَذَّاءً
فَأَمَرْتُ المِقْدَادَ بْنَ الأَسْوَدِ أَنْ يَسْأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَأَلَهُ، فَقَالَ: «فِيهِ الوُضُوءُ»
Telah
menceritakan kepada kami Musaddad, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami
'Abdullah bin Daud, dari Al-A'masy, dari Mundzir Ats-Tsauriy, dari Muhammad
[bin ‘Ali] Ibnu Al-Hanafiyah, dari 'Ali bin Abu Thalib berkata,
"Aku adalah seorang laki-laki yang mudah mengeluarkan madzi, lalu suruh
Miqdad bin Al-Aswad untuk menanyakan hal itu kepada Nabi ﷺ. Lalu ia pun menanyakannya kepada beliau,
dan beliau menjawab, "Padanya ada kewajiban wudhu."
Penjelasan singkat
hadits ini:
1) Biografi Ali
bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.
Lihat: Keistimewaan Ali bin Abi Thalib
2) Sebab Ali
malu menyanyakan langsung kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Ali radhiyallahu ‘anhu berkata;
كُنْتُ
رَجُلًا مَذَّاءً وَكُنْتُ أَسْتَحْيِي أَنْ أَسْأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَكَانِ ابْنَتِهِ فَأَمَرْتُ الْمِقْدَادَ بْنَ الْأَسْوَدِ
فَسَأَلَهُ فَقَالَ: «يَغْسِلُ ذَكَرَهُ وَيَتَوَضَّأُ» [صحيح مسلم]
‘Aku
adalah lelaki yang sering keluar madzi dan aku malu bertanya kepada Nabi ﷺ karena posisi putri beliau. Lalu aku
menyuruh Miqdad bin Aswad. Miqdad pun menanyakan hal itu kepada beliau. Beliau
bersabda, “Hendaknya ia mencuci kemaluannya lalu berwudhu." [Shahih
Muslim]
3) Madzi adalah
cairan tipis yang keluar dikarenakan syahwat dan tidak melemahkannya, dan
terkadang keluar tanpa terasa.
4) Madzi adalah
najis, membatalkan wudhu dan tidak wajib mandi.
Sahl
bin Hunaif radhiyallahu
‘anhu berkata;
كُنْتُ
أَلْقَى مِنَ المَذْيِ شِدَّةً، وَكُنْتُ أُكْثِرُ مِنَ الِاغْتِسَالِ، فَسَأَلْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ ذَلِكَ، فَقَالَ: «إِنَّمَا
يُجْزِيكَ مِنْ ذَلِكَ الْوُضُوءُ»، قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَكَيْفَ بِمَا
يُصِيبُ ثَوْبِي مِنْهُ؟ قَالَ: «يَكْفِيكَ بِأَنْ تَأْخُذَ كَفًّا مِنْ مَاءٍ،
فَتَنْضَحَ بِهَا مِنْ ثَوْبِكَ، حَيْثُ تَرَى أَنَّهُ أَصَابَهُ» [سنن أبي داود: حسن]
Saya
selalu mengeluarkan madzi, karena itu saya selalu mandi. Maka saya bertanya
kepada Rasulullah ﷺ tentang hal tersebut. Beliau menjawab,
"Sesungguhnya cukup bagimu berwudhu dari hal tersebut." Aku bertanya
kembali; Wahai Rasulullah, lalu bagaimana dengan madzi yang mengenai pakaianku?
Beliau menjawab, "Cukuplah kamu ambil air sepenuh telapak tanganmu, lalu
percikkan pada bagian pakaian yang kamu ketahui terkena madzi." [Sunan Abi
Daud: Hasan]
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Kitab Ilmu bab 48 dan 49; Memilih ilmu yang akan diamalkan dan disampaikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...