بسم الله الرحمن الرحيم
A.
Bab:
23
Imam
Bukhari -rahimahullah- berkata:
بَابُ الفُتْيَا وَهُوَ وَاقِفٌ عَلَى
الدَّابَّةِ وَغَيْرِهَا
“Bab; Memberikan fatwa ketika sedang
menunggang kendaraan dan selainnya”
Dalam
bab ini, imam Bukhari menjelaskan tentang hukum berfatwa di atas hewan
kendaraan dengan meriwayatkan hadits Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu
‘anhuma.
Imam
Bukhari -rahimahullah- berkata:
83 - حَدَّثَنَا
إِسْمَاعِيلُ [بن أبي أويس]، قَالَ: حَدَّثَنِي مَالِكٌ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ
عِيسَى بْنِ طَلْحَةَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو
بْنِ العَاصِ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَفَ فِي
حَجَّةِ الوَدَاعِ بِمِنًى لِلنَّاسِ يَسْأَلُونَهُ، فَجَاءهُ رَجُلٌ فَقَالَ:
لَمْ أَشْعُرْ فَحَلَقْتُ قَبْلَ أَنْ أَذْبَحَ؟ فَقَالَ: «اذْبَحْ وَلاَ حَرَجَ»
فَجَاءَ آخَرُ فَقَالَ: لَمْ أَشْعُرْ فَنَحَرْتُ قَبْلَ أَنْ أَرْمِيَ؟ قَالَ:
«ارْمِ وَلاَ حَرَجَ» فَمَا سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ
شَيْءٍ قُدِّمَ وَلاَ أُخِّرَ إِلَّا قَالَ: «افْعَلْ وَلاَ حَرَجَ»
Telah menceritakan kepada kami Isma'il [bin
Abi Uwais], ia berkata: Telah menceritakan kepadaku Malik dari Ibnu Syihab dari
'Isa bin Thalhah bin Ubaidillah dari Abdullah bin 'Amru bin Al-'Ash;
bahwa Rasulullah ﷺ berdiri di Mina pada
haji wada' memberi kesempatan kepada manusia untuk bertanya kepada beliau. Lalu
datanglah seseorang dan berkata, "Aku tidak menyadari, ternyata saat aku
mencukur rambut aku belum menyembelih." Maka Nabi ﷺ bersabda, "Sembelihlah, tidak apa-apa" Kemudian
datang orang lain dan berkata, "Aku tidak menyadari, ternyata ketika
berkurban aku belum melempar (jumrah) ". Nabi ﷺ
bersabda, "Lemparlah dan tidak apa-apa". Dan tidaklah Nabi ﷺ ditanya tentang sesuatu perkara sebelum
dan sesudahnya kecuali beliau menjawab, "Lakukanlah dan tidak
apa-apa".
Nb: Hadits
ini akan diriwayatkan ulang dalam kitab "Ilmu" pada bab (46).
Penjelasan singkat
hadits ini:
1. Biografi
Abdullah bin 'Amru bin Al 'Ash radhiyallahu ‘anhuma.
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
2. Hukum
berfatwa di atas hewan kendaraan.
Hadits Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu 'anhuma menunjukkan bolehnya berfatwa di atas
hewan kendaraan, sebagaimana dalam riwayat lain dijelaskan:
Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu 'anhuma berkata:
وَقَفَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى نَاقَتِهِ، ... [صحيح
البخاري]
“Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam wuquf di atas ontanya” [Shahih Bukhari]
Ø Al-Hirmas bin Ziyad
Al-Bahiliy radhiyallahu 'anhu berkata:
«رَأَيْتُ النَّبِيَّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ النَّاسَ عَلَى نَاقَتِهِ الْعَضْبَاءِ
يَوْمَ الْأَضْحَى بِمِنًى» [سنن أبي داود: حسن]
“Aku
melihat Nabi ﷺ berkhutbah kepada Nabi ﷺ di atas untanya yaitu Al-'Adhba` pada ‘Idul
Adha di Mina.” [Sunan Abi Daud: Hasan]
Ø ‘Amr bin Kharijah radhiyallahu 'anhu berkata:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطَبَ عَلَى نَاقَتِهِ وَأَنَا تَحْتَ جِرَانِهَا وَهِيَ
تَقْصَعُ بِجِرَّتِهَا، وَإِنَّ لُعَابَهَا يَسِيلُ بَيْنَ كَتِفَيَّ فَسَمِعْتُهُ
يَقُولُ: «إِنَّ اللَّهَ أَعْطَى كُلَّ ذِي حَقٍّ حَقَّهُ، وَلَا وَصِيَّةَ
لِوَارِثٍ، وَالوَلَدُ لِلْفِرَاشِ، وَلِلْعَاهِرِ الحَجَرُ، وَمَنْ ادَّعَى إِلَى
غَيْرِ أَبِيهِ أَوْ انْتَمَى إِلَى غَيْرِ مَوَالِيهِ رَغْبَةً عَنْهُمْ
فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ، لَا يَقْبَلُ اللَّهُ مِنْهُ صَرْفًا وَلَا عَدْلًا»
[سنن الترمذي: صحيح]
bahwasanya
Nabi ﷺ pernah menyampaikan khutbah di atas Unta miliknya, sementara
aku tetap berada di bawah leher Untanya yang sedang mengalirkan busa liurnya
dan bertetesan di atantara kedua pundakku. Maka aku pun mendengar beliau
bersabda, "Sesungguhnya Allah telah memberikan kepada semua yang berhak
apa yang menjadi haknya. Karena itu, tidak ada lagi wasiat bagi ahli waris.
Nasab seorang anak adalah milik bapaknya. Untuk seorang pezina, maka baginya
adalah batu (dirajam). Barangsiapa yang bernasab kepada selain bapaknya atau
berwali kepada selain walinya karena benci terhadap mereka, maka laknat Allah
akan tertimpa atasnya dan Allah tidak akan menerima darinya, baik itu amalan
sunnah atau pun amalan wajib." [Sunan Tirmidziy: Shahih]
Ø Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu 'anhuma berkata:
رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي حَجَّتِهِ يَوْمَ عَرَفَةَ وَهُوَ عَلَى نَاقَتِهِ
القَصْوَاءِ يَخْطُبُ، فَسَمِعْتُهُ يَقُولُ: " يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي
تَرَكْتُ فِيكُمْ مَا إِنْ أَخَذْتُمْ بِهِ لَنْ تَضِلُّوا: كِتَابَ اللَّهِ،
وَعِتْرَتِي أَهْلَ بَيْتِي " [سنن الترمذي: صحيح]
Saya
melihat Rasulullah ﷺ dalam hajinya ketika di 'Arafah, sementara beliau berkhutbah di
atas untanya -Al-Qashwa`- dan saya mendengar beliau bersabda, "Wahai
sekalian manusia, sesungguhnya aku telah meninggalkan di tengah-tengah kalian
sesuatu yang jika kalian berpegang kepadanya, maka kalian tidak akan pernah
sesat, yaitu; kitabullah dan sanak saudara ahli baitku." [Sunan Tirmidziy:
Shahih]
Ø Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu 'anhu berkata:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ عَلَى نَاقَتِهِ الْمُخَضْرَمَةِ بِعَرَفَاتٍ فَقَالَ:
«أَتَدْرُونَ أَيُّ يَوْمٍ هَذَا، وَأَيُّ شَهْرٍ هَذَا، وَأَيُّ بَلَدٍ هَذَا؟»
قَالُوا: هَذَا بَلَدٌ حَرَامٌ، وَشَهْرٌ حَرَامٌ، وَيَوْمٌ حَرَامٌ قَالَ: "
أَلَا وَإِنَّ أَمْوَالَكُمْ، وَدِمَاءَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ، كَحُرْمَةِ
شَهْرِكُمْ هَذَا، فِي بَلَدِكُمْ هَذَا، فِي يَوْمِكُمْ هَذَا، أَلَا وَإِنِّي
فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ، وَأُكَاثِرُ بِكُمُ الْأُمَمَ، فَلَا تُسَوِّدُوا
وَجْهِي، أَلَا وَإِنِّي مُسْتَنْقِذٌ أُنَاسًا، وَمُسْتَنْقَذٌ مِنِّي أُنَاسٌ،
فَأَقُولُ: يَا رَبِّ أُصَيْحَابِي؟ فَيَقُولُ: إِنَّكَ لَا تَدْرِي مَا
أَحْدَثُوا بَعْدَكَ " [سنن ابن ماجه: صحيح]
"Rasulullah
bersabda saat di Arafah ketika berada di atas untanya yang terpotong ujung
telinganya: 'Tahukah kalian hari apakah ini? Bulan apakah ini? Dan negeri
apakah ini? ' Mereka menjawab; 'Ini adalah negeri haram, bulan haram, dan hari
haram.' Beliau bersabda, 'Ingatlah! Sesungguhnya harta dan darah kalian
diharamkan atas kalian, seperti keharaman bulan kalian ini, di negeri kalian
ini, dan pada hari kalian ini. Ingatlah! Sesungguhnya aku orang yang mendahului
kalian di telaga surga, dan aku akan memperbanyak umat dengan kalian, maka
janganlah kalian mencoreng wajahku. Ingatlah! Sesungguhnya aku adalah orang
yang menyelamatkan manusia, dan mereka akan meminta bantuan keselamatan
dariku.' Aku berkata kepada tuhanku: 'Wahai Tuhan, bagaimana dengan para
sahabatku? ' Allah menjawab, 'Sesungguhnya kamu tidak tahu apa yang mereka
perbuat (ada-adakan) setelah kamu tiada'." [Sunan Ibnu Majah: Shahih]
3. Berfatwa
di atas hewan kendaraan atau selainnya agar bisa didengar dan dilihat oleh
orang banyak.
4. Memberikan
jawaban yang paling ringan selama bukan dosa.
Allah subhanahu wa ta'aalaa
berfirman:
{يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ} [البقرة:
185]
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan
tidak menghendaki kesukaran bagimu. [Al-Baqarah:185]
Ø Aisyah radhiyallahu 'anha berkata:
«مَا خُيِّرَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ
أَمْرَيْنِ، أَحَدُهُمَا أَيْسَرُ مِنَ الْآخَرِ، إِلَّا اخْتَارَ أَيْسَرَهُمَا،
مَا لَمْ يَكُنْ إِثْمًا، فَإِنْ كَانَ إِثْمًا، كَانَ أَبْعَدَ النَّاسِ مِنْهُ» [صحيح
البخاري ومسلم]
"Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam tidak disuruh memilih antara dua hal, salah satunya lebih mudah
dari yang lainnya, kecuali beliau memilih yang paling mudah dari keduanya,
selama itu bukan dosa, tapi kalau yang lebih mudah itu dosa maka beliau adalah
orang yang paling penjauhinya". [Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengutus Mu'adz
dan Abu Musa ke Yaman, Beliau berpesan:
«يَسِّرَا وَلاَ تُعَسِّرَا، وَبَشِّرَا وَلاَ تُنَفِّرَا،
وَتَطَاوَعَا وَلاَ تَخْتَلِفَا»
"Mudahkanlah (urusan) dan
jangan dipersulit. Berilah kabar gembira dan jangan membuat orang lari (tidak
tertarik) dan bekerja samalah kalian berdua dan jangan berselisih".
[Shahih Bukhari dan Muslim]
5. Larangan
menjadikan hewan sebagai tempat duduk tanpa keperluan.
Dari Mu’ad bin Anas radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
«ارْكَبُوا هَذِهِ
الدَّوَابَّ سَالِمَةً، وَايْتَدِعُوهَا سَالِمَةً، وَلَا تَتَّخِذُوهَا
كَرَاسِيَّ» [مسند أحمد: صحيح]
"Tunggangilah hewan ini saat ia dalam
keadaan sehat, dan lepaskan pula dalam keadaan sehat. Dan janganlah kalian
menjadikannya sebagai kursi (penyangga)." [Musnad Ahmad: Shahih]
B.
Bab
24.
Imam
Bukhari -rahimahullah- berkata:
بَابُ مَنْ أَجَابَ الفُتْيَا
بِإِشَارَةِ اليَدِ وَالرَّأْسِ
“Bab: Orang yang menjawab fatwa dengan
isyarat tangan atau kepada”
Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan
bahwa boleh seseorang menjawab fatwa dengan hanya memberi isyarat gerakan tubuh
yang bisa dipahami oleh si penanya, dengan menyebutkan 3 hadits dari Ibnu ‘Abbas,
Abu Hurairah, dan Asma’ radhiyallahu ‘anhum.
Pertama: Hadits Ibnu ‘Abbas.
Imam
Bukhari -rahimahullah- berkata:
84 - حَدَّثَنَا مُوسَى
بْنُ إِسْمَاعِيلَ، قَالَ: حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ [بن خالد]، قَالَ: حَدَّثَنَا
أَيُّوبُ [السِّخْتِيَانِيُّ]، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ فِي حَجَّتِهِ فَقَالَ:
ذَبَحْتُ قَبْلَ أَنْ أَرْمِيَ؟ فَأَوْمَأَ بِيَدِهِ، قَالَ: «وَلاَ حَرَجَ»
قَالَ: حَلَقْتُ قَبْلَ أَنْ أَذْبَحَ؟ فَأَوْمَأَ بِيَدِهِ: «وَلاَ حَرَجَ»
Telah menceritakan kepada kami Musa bin
Isma'il, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Wuhaib [bin Khalid], ia
berkata: Telah menceritakan kepada kami Ayyub [As-Sikhtiyaniy], dari 'Ikrimah,
dari Ibnu 'Abbas; bahwa Nabi ﷺ
ditanya seseorang tentang haji yang dilakukannya, orang itu bertanya, "Aku
menyembelih hewan sebelum aku melempar jumrah". Beliau memberi isyarat
dengan tangannya, yang maksudnya "Tidak apa-apa"."Dan aku
mencukur sebelum menyembelih". Beliau memberi isyarat dengan tangannya
yang maksudnya "Tidak apa-apa".
Penjelasan singkat
hadits ini:
1. Biografi
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma.
Lihat: Keistimewaan Abdullah bin 'Abbas
2. Boleh memberi jawaban dengan isyarat yang bisa
dipahami.
3. Kemudahan
dalam syari’at Islam.
Allah subhanahu wa ta'aalaa
berfirman:
{مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُم
مِّنْ حَرَجٍ وَلَٰكِن يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ}
Allah tidak hendak menyulitkan kamu
(dengan syari'at-Nya), tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan
nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. [Al-Maidah: 6]
{وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ
حَرَجٍ}
Dan Dia (Allah) sekali-kali tidak
menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. [Al-Hajj: 78]
Lihat: Keringanan
syari'at Islam dalam puasa
Kedua: Hadits Abu Hurairah
Imam
Bukhari -rahimahullah- berkata:
85 - حَدَّثَنَا
المَكِّيُّ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، قَالَ: أَخْبَرَنَا حَنْظَلَةُ بْنُ أَبِي
سُفْيَانَ، عَنْ سَالِمٍ [بن عبد الله بن عمر]، قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ
عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «يُقْبَضُ العِلْمُ،
وَيَظْهَرُ الجَهْلُ وَالفِتَنُ، وَيَكْثُرُ الهَرْجُ»، قِيلَ يَا رَسُولَ
اللَّهِ، وَمَا الهَرْجُ؟ فَقَالَ: «هَكَذَا بِيَدِهِ فَحَرَّفَهَا، كَأَنَّهُ
يُرِيدُ القَتْلَ»
Telah menceritakan kepada kami Al-Makki bin
Ibrahim, ia berkata: Telah mengabarkan kepada kami Hanzhalah bin Abu Sufyan,
dari Salim [bin ‘Abdillah bin Umar] berkata; aku mendengar Abu Hurairah
dari Nabi ﷺ, beliau bersabda,
"Ilmu akan diangkat dan akan tersebar kebodohan dan fitnah merajalela serta
banyak timbul kekacauan". Ditanyakan kepada beliau ﷺ, "Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan
kekacauan?" Maka Rasul ﷺ menjawab,
"Begini". Nabi ﷺ memberi isyarat
dengan tangannya lalu memiringkannya. Seakan yang dimaksudnya adalah
pembunuhan.
Penjelasan singkat
hadits ini:
1. Biografi
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
Lihat: Abu Hurairah dan keistimewaannya
2. Diatara
tanda dekatnya hari kiamat dalam hadits ini:
a)
Diangkatnya ilmu dan nampaknya kebodohan.
Nb: Sudah dijelaskan pada bab sebelumnya (21); Diangkatnya ilmu dan nampaknya kebodohan
b)
Timbulnya berbagai finah.
Dari
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
«بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ
فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ، يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا،
أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا، يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا» [صحيح مسلم]
“Segeralah beramal sebelum datangnya fitnah
seperti malam yang gelap gulita. Di pagi hari seorang laki-laki dalam keadaan
mukmin, lalu kafir di sore harinya. Di sore hari seorang laki-laki dalam
keadaan mukmin, lalu kafir dipagi harinya. Dia menjual agamanya dengan
kenikmatan dunia." [Shahih Muslim]
Ø
Dari Hudzaifah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
«تُعْرَضُ
الْفِتَنُ عَلَى الْقُلُوبِ كَالْحَصِيرِ عُودًا عُودًا، فَأَيُّ قَلْبٍ أُشْرِبَهَا،
نُكِتَ فِيهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ، وَأَيُّ قَلْبٍ أَنْكَرَهَا، نُكِتَ فِيهِ نُكْتَةٌ
بَيْضَاءُ، حَتَّى تَصِيرَ عَلَى قَلْبَيْنِ، عَلَى أَبْيَضَ مِثْلِ الصَّفَا فَلَا
تَضُرُّهُ فِتْنَةٌ مَا دَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ، وَالْآخَرُ أَسْوَدُ مُرْبَادًّا
كَالْكُوزِ مُجَخِّيًا لَا يَعْرِفُ مَعْرُوفًا، وَلَا يُنْكِرُ مُنْكَرًا، إِلَّا
مَا أُشْرِبَ مِنْ هَوَاهُ» [صحيح مسلم]
"Fitnah
akan dipaparkan pada hati manusia bagai tikar yang dipaparkan perutas (secara
tegak menyilang antara satu sama lain). Mana pun hati yang dihinggapi oleh
fitnah, niscaya akan terlekat padanya bintik-bintik hitam. Begitu juga mana pun
hati yang tidak dihinggapinya, maka akan terlekat padanya bintik-bintik putih
sehingga hati tersebut terbagi dua: sebagian menjadi putih bagaikan batu licin
yang tidak lagi terkena bahaya fitnah, selama langit dan bumi masih ada.
Sedangkan sebagian yang lain menjadi hitam keabu-abuan seperti cangkir yang
terbalik, tidak menyuruh kebaikan dan tidak pula melarang kemungkaran kecuali
sesuatu yang diserap oleh hawa nafsunya." [Shahih Muslim]
c)
Banyak pembunuhan
Abu
Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata,
Rasulullah ﷺ bersabda:
«وَالَّذِي نَفْسِي
بِيَدِهِ لَا تَذْهَبُ الدُّنْيَا، حَتَّى يَأْتِيَ عَلَى النَّاسِ يَوْمٌ لَا
يَدْرِي الْقَاتِلُ فِيمَ قَتَلَ، وَلَا الْمَقْتُولُ فِيمَ قُتِلَ» فَقِيلَ:
كَيْفَ يَكُونُ ذَلِكَ؟ قَالَ: «الْهَرْجُ، الْقَاتِلُ وَالْمَقْتُولُ فِي
النَّارِ» [صحيح مسلم]
"Demi
Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, dunia tidak akan lenyap hingga suatu
masa mendatangi manusia dimana orang yang membunuh tidak mengerti karena alasan
apa ia membunuh dan orang yang terbunuh juga tidak mengerti atas dasar apa ia
dibunuh." Dikatakan: Bagaimana itu terjadi? Beliau menjawab,
"Pembunuhan, orang yang membunuh dan yang dibunuh ada di neraka."
[Shahih Muslim]
Ø Abu Musa radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah ﷺ
bersabda:
«إِنَّ بَيْنَ يَدَيِ
السَّاعَةِ لَهَرْجًا» ، قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا الْهَرْجُ؟
قَالَ: «الْقَتْلُ» ، فَقَالَ بَعْضُ الْمُسْلِمِينَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّا
نَقْتُلُ الْآنَ فِي الْعَامِ الْوَاحِدِ مِنَ الْمُشْرِكِينَ كَذَا وَكَذَا،
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَيْسَ بِقَتْلِ
الْمُشْرِكِينَ، وَلَكِنْ يَقْتُلُ بَعْضُكُمْ بَعْضًا، حَتَّى يَقْتُلَ الرَّجُلُ
جَارَهُ، وَابْنَ عَمِّهِ وَذَا قَرَابَتِهِ» ، فَقَالَ بَعْضُ الْقَوْمِ: يَا
رَسُولَ اللَّهِ، وَمَعَنَا عُقُولُنَا ذَلِكَ الْيَوْمَ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَا، تُنْزَعُ عُقُولُ أَكْثَرِ ذَلِكَ
الزَّمَانِ، وَيَخْلُفُ لَهُ هَبَاءٌ مِنَ النَّاسِ لَا عُقُولَ لَهُمْ» ثُمَّ
قَالَ الْأَشْعَرِيُّ: «وَايْمُ اللَّهِ، إِنِّي لَأَظُنُّهَا مُدْرِكَتِي
وَإِيَّاكُمْ، وَايْمُ اللَّهِ، مَا لِي وَلَكُمْ مِنْهَا مَخْرَجٌ، إِنْ
أَدْرَكَتْنَا فِيمَا عَهِدَ إِلَيْنَا نَبِيُّنَا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، إِلَّا أَنْ نَخْرُجَ كَمَا دَخَلْنَا فِيهَا» [سنن ابن ماجه: صحيح]
"Sesungguhnya
di antara (tanda-tanda) hari kiamat adalah terjadinya kekacauan." Abu Musa
berkata, "Saya bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang di maksudkan
kekacauan?" beliau menjawab, "Pembunuhan." Sebagian kaum
muslimin lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, dalam satu tahun ini kami telah
membunuh kaum musyrikin begini dan begini." Maka Rasulullah ﷺ
bersabda, "Bukannya membunuh kaum musyrikin, akan tetapi kalianlah yang
akan saling bunuh sesama kalian, sehingga seseorang membunuh tetangganya, anak
pamannya, dan kerabat dekatnya sendiri." Sebagian yang lain lalu bertanya,
"Wahai Rasulullah, mekipun saat itu para ulama masih bersama kami?!
Rasulullah ﷺ menjawab, "Tidak, para ulama akan dimatikan lalu diganti
dengan orang-orang hina dan bodoh." Kemudian Abu Musa Al Asy'ari berkata,
"Demi Allah, sesungguhnya aku memastikan bahwa perkara itu akan menimpa
kita dan kalian. Demi Allah, tidak ada jalan keluar bagiku dan kalian, jika apa
yang telah di janjikan Rasulullah ﷺ itu menimpa kita, kecuali jika kita keluar
sebagaimana kita masuk ke dalamnya." [Sunan Ibnu Majah: Shahih]
Ketiga: Hadits Asma’ binti Abi Bakr.
Imam
Bukhari -rahimahullah- berkata:
86 - حَدَّثَنَا مُوسَى
بْنُ إِسْمَاعِيلَ، قَالَ: حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ [بن خالد]، قَالَ: حَدَّثَنَا
هِشَامٌ [بن عروة]، عَنْ فَاطِمَةَ [بنت المنذر زوجة هشام]، عَنْ أَسْمَاءَ [بنت
أبي بكر]، قَالَتْ: أَتَيْتُ عَائِشَةَ وَهِيَ تُصَلِّي فَقُلْتُ: مَا شَأْنُ
النَّاسِ؟ فَأَشَارَتْ إِلَى السَّمَاءِ، فَإِذَا النَّاسُ قِيَامٌ، فَقَالَتْ:
سُبْحَانَ اللَّهِ، قُلْتُ: آيَةٌ؟ فَأَشَارَتْ بِرَأْسِهَا: أَيْ نَعَمْ،
فَقُمْتُ حَتَّى تَجَلَّانِي الغَشْيُ، فَجَعَلْتُ أَصُبُّ عَلَى رَأْسِي المَاءَ،
فَحَمِدَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَأَثْنَى عَلَيْهِ، ثُمَّ قَالَ: " مَا مِنْ شَيْءٍ لَمْ أَكُنْ أُرِيتُهُ
إِلَّا رَأَيْتُهُ فِي مَقَامِي، حَتَّى الجَنَّةُ وَالنَّارُ، فَأُوحِيَ إِلَيَّ:
أَنَّكُمْ تُفْتَنُونَ فِي قُبُورِكُمْ - مِثْلَ أَوْ - قَرِيبَ - لاَ أَدْرِي
أَيَّ ذَلِكَ قَالَتْ أَسْمَاءُ - مِنْ فِتْنَةِ المَسِيحِ الدَّجَّالِ، يُقَالُ
مَا عِلْمُكَ بِهَذَا الرَّجُلِ؟ فَأَمَّا المُؤْمِنُ أَوِ المُوقِنُ - لاَ
أَدْرِي بِأَيِّهِمَا قَالَتْ أَسْمَاءُ - فَيَقُولُ: هُوَ مُحَمَّدٌ رَسُولُ
اللَّهِ، جَاءَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَالهُدَى، فَأَجَبْنَا وَاتَّبَعْنَا، هُوَ
مُحَمَّدٌ ثَلاَثًا، فَيُقَالُ: نَمْ صَالِحًا قَدْ عَلِمْنَا إِنْ كُنْتَ
لَمُوقِنًا بِهِ. وَأَمَّا المُنَافِقُ أَوِ المُرْتَابُ - لاَ أَدْرِي أَيَّ
ذَلِكَ قَالَتْ أَسْمَاءُ - فَيَقُولُ: لاَ أَدْرِي، سَمِعْتُ النَّاسَ يَقُولُونَ
شَيْئًا فَقُلْتُهُ "
Telah menceritakan kepada kami Musa bin
Isma'il, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Wuhaib [bin Khalid], ia
berkata: Telah menceritakan kepada kami Hisyam [bin ‘Urwah], dari Fatimah
[binti Al-Mundzir, istri Hisyam], dari Asma' [binti Abi Bakr] berkata:
Aku menemui Aisyah saat dia sedang shalat. Setelah itu aku tanyakan kepadanya,
"Apa yang sedang dilakukan orang-orang?" Aisyah memberi isyarat ke
langit. Ternyata orang-orang sedang melaksanakan shalat (gerhana matahari).
Maka Aisyah berkata, "Mahasuci Allah". Aku tanyakan lagi, "Satu
tanda saja?" Lalu dia memberi isyarat dengan kepalanya, maksudnya
mengangguk tanda mengiyakan. Maka akupun ikut shalat namun timbul perasaan yang
membingungkanku, hingga aku siram kepalaku dengan air. Dalam khutbahnya, Nabi ﷺ memuji Allah dan mensucikan-Nya, lalu
bersabda, "Tidak ada sesuatu yang belum diperlihatkan kepadaku, kecuali
aku sudah melihatnya dari tempatku ini hingga surga dan neraka, lalu diwahyukan
kepadaku: bahwa kalian akan terkena fitnah dalam kubur kalian seperti -atau
hampir berupa- fitnah -yang aku sendiri tidak tahu apa yang diucapkan Asma'
diantaranya adalah fitnah Al Masihud Dajjal-; "Akan ditanyakan kepada
seseorang (di dalam kuburnya); "Apa yang kamu ketahui tentang laki-laki
ini?" Adapun orang beriman atau orang yang yakin, -Asma' kurang pasti mana
yang dimaksud diantara keduanya- akan menjawab, 'Dia adalah Muhammad Rasulullah
telah datang kepada kami membawa penjelasan dan petunjuk. Maka kami sambut dan
kami ikuti. Dia adalah Muhammad, ' diucapkannya tiga kali. Maka kepada orang
itu dikatakan: 'Tidurlah dengan tenang, sungguh kami telah mengetahui bahwa
kamu adalah orang yang yakin'. Adapun orang Munafik atau orang yang ragu,
-Asma' kurang pasti mana yang dimaksud diantara keduanya-, akan menjawab,
"Aku tidak tahu siapa dia, aku mendengar manusia membicarakan sesuatu maka
akupun mengatakannya".
Penjelasan singkat
hadits ini:
1. Biografi
Asma’ binti Abi Bakr radhiyallahu ‘anhuma.
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
2. Anjuran
shalat gerhana dan berkhutbah setelahnya.
'Aisyah radhiyallahu 'anha
berkata:
خَسَفَتِ الشَّمْسُ فِي عَهْدِ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَصَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالنَّاسِ، فَقَامَ، فَأَطَالَ القِيَامَ، ثُمَّ رَكَعَ،
فَأَطَالَ الرُّكُوعَ، ثُمَّ قَامَ فَأَطَالَ القِيَامَ وَهُوَ دُونَ القِيَامِ
الأَوَّلِ، ثُمَّ رَكَعَ فَأَطَالَ الرُّكُوعَ وَهُوَ دُونَ الرُّكُوعِ الأَوَّلِ،
ثُمَّ سَجَدَ فَأَطَالَ السُّجُودَ، ثُمَّ فَعَلَ فِي الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ
مِثْلَ مَا فَعَلَ فِي الأُولَى، ثُمَّ انْصَرَفَ وَقَدْ انْجَلَتِ الشَّمْسُ،
فَخَطَبَ النَّاسَ، فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ، ثُمَّ قَالَ: «إِنَّ
الشَّمْسَ وَالقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ، لاَ يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ
أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ، فَادْعُوا اللَّهَ،
وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا» [صحيح البخاري ومسلم]
"Pernah terjadi gerhana matahari pada
zaman Rasulullah ﷺ. Rasulullah ﷺ lalu mendirikan shalat bersama orang
banyak. Beliau berdiri dalam shalatnya dengan memanjangkan lama berdirinya,
kemudian rukuk dengan memanjangkan rukuknya, kemudian berdiri dengan
memanjangkan lama berdirinya, namun tidak selama yang pertama. Kemudian beliau
rukuk dan memanjangkan lama rukuknya, namun tidak selama rukuknya yang pertama.
Kemudian beliau sujud dengan memanjangkan lama sujudnya, beliau kemudian
mengerjakan rakaat kedua seperti pada rakaat yang pertama. Saat beliau selesai
melaksanakan shalat, matahari telah nampak kembali. Kemudian beliau
menyampaikan khutbah kepada orang banyak, beliau memulai khutbahnya dengan
memuji Allah dan mengangungkan-Nya, lalu bersabda, "Sesungguhnya matahari
dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah, dan tidak akan
mengalami gerhana disebabkan karena mati atau hidupnya seseorang. Jika kalian
melihat gerhana, maka banyaklah berdoa kepada Allah, bertakbirlah, dirikan
shalat dan bersedekahlah." [Shahih Bukhari dan Muslim]
3. Adanya
fitnah dalam kubur.
Lihat: Hadits Al-Baraa’; Ketika ajal menjemput dan pertanyaan alam kubur
4. Adanya
fitnah Dajjal.
Ibnu
Umar radhiyallahu 'anhuma
berkata:
قَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي النَّاسِ فَأَثْنَى عَلَى اللَّهِ بِمَا هُوَ أَهْلُهُ
ثُمَّ ذَكَرَ الدَّجَّالَ فَقَالَ: " إِنِّي لَأُنْذِرُكُمُوهُ، وَمَا مِنْ
نَبِيٍّ إِلَّا أَنْذَرَهُ قَوْمَهُ، لَقَدْ أَنْذَرَ نُوحٌ قَوْمَهُ، وَلَكِنِّي
أَقُولُ لَكُمْ فِيهِ قَوْلًا لَمْ يَقُلْهُ نَبِيٌّ لِقَوْمِهِ: تَعْلَمُونَ
أَنَّهُ أَعْوَرُ، وَأَنَّ اللَّهَ لَيْسَ بِأَعْوَرَ " [صحيح البخاري ومسلم]
Rasulullah ﷺ
berdiri di hadapan manusia lalu memuji Allah karena memang Dialah satu-satunya
yang berhak atas pujian kemudian beliau menceritakan Dajjal, sabda beliau,
"Aku akan menceritakannya kepada kalain dan tidak ada seorang Nabipun
melainkan telah menceritakan tentang ad-Dajjal kepada kaumnya. Sungguh Nabi Nuh
'alaihissalam telah mengingatkan kaumnya akan tetapi aku katakan kepada kalian
tentangnya yang tidak pernah dikatakan oleh seorang Nabi pun kepada kaumnya,
yaitu Dajjal itu buta sebelah matanya sedang bahwa Allah tidaklah buta".
[Shahih Bukhari dan Muslim]
5. Keutamaan
orang beriman.
Lihat: 10 Buah Keimanan
6. Keburukan
sifat nifaq.
Lihat: Surah Al-Munaafiquun, sifat orang munafiq - Hadits tentang sifat munafiq
7. Pentingnya
ilmu.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«خَصْلَتَانِ
لَا تَجْتَمِعَانِ فِي مُنَافِقٍ، حُسْنُ سَمْتٍ، وَلَا فِقْهٌ فِي الدِّينِ» [سنن الترمذي: صححه الألباني]
"Dua sifat yang tidak terkumpul pada seorang munafiq: Penampilan yang
baik dan pemahaman (yang benar) dalam agama". [Sunan At-Tirmidzi: Sahih]
Lihat: Keutamaan ilmu
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Kitab Ilmu bab 22; Kelebihan ilmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...