Kamis, 18 Februari 2021

Kitab Ilmu bab 23 dan 24; Tentang adab berfatwa

 بسم الله الرحمن الرحيم

A.    Bab: 23

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

بَابُ الفُتْيَا وَهُوَ وَاقِفٌ عَلَى الدَّابَّةِ وَغَيْرِهَا

“Bab; Memberikan fatwa ketika sedang menunggang kendaraan dan selainnya

Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan tentang hukum berfatwa di atas hewan kendaraan dengan meriwayatkan hadits Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

83 - حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ [بن أبي أويس]، قَالَ: حَدَّثَنِي مَالِكٌ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ عِيسَى بْنِ طَلْحَةَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ العَاصِ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَفَ فِي حَجَّةِ الوَدَاعِ بِمِنًى لِلنَّاسِ يَسْأَلُونَهُ، فَجَاءهُ رَجُلٌ فَقَالَ: لَمْ أَشْعُرْ فَحَلَقْتُ قَبْلَ أَنْ أَذْبَحَ؟ فَقَالَ: «اذْبَحْ وَلاَ حَرَجَ» فَجَاءَ آخَرُ فَقَالَ: لَمْ أَشْعُرْ فَنَحَرْتُ قَبْلَ أَنْ أَرْمِيَ؟ قَالَ: «ارْمِ وَلاَ حَرَجَ» فَمَا سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ شَيْءٍ قُدِّمَ وَلاَ أُخِّرَ إِلَّا قَالَ: «افْعَلْ وَلاَ حَرَجَ»

Telah menceritakan kepada kami Isma'il [bin Abi Uwais], ia berkata: Telah menceritakan kepadaku Malik dari Ibnu Syihab dari 'Isa bin Thalhah bin Ubaidillah dari Abdullah bin 'Amru bin Al-'Ash; bahwa Rasulullah berdiri di Mina pada haji wada' memberi kesempatan kepada manusia untuk bertanya kepada beliau. Lalu datanglah seseorang dan berkata, "Aku tidak menyadari, ternyata saat aku mencukur rambut aku belum menyembelih." Maka Nabi bersabda, "Sembelihlah, tidak apa-apa" Kemudian datang orang lain dan berkata, "Aku tidak menyadari, ternyata ketika berkurban aku belum melempar (jumrah) ". Nabi bersabda, "Lemparlah dan tidak apa-apa". Dan tidaklah Nabi ditanya tentang sesuatu perkara sebelum dan sesudahnya kecuali beliau menjawab, "Lakukanlah dan tidak apa-apa".

Nb: Hadits ini akan diriwayatkan ulang dalam kitab "Ilmu" pada bab (46).

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi Abdullah bin 'Amru bin Al 'Ash radhiyallahu ‘anhuma.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

2.      Hukum berfatwa di atas hewan kendaraan.

Hadits Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu 'anhuma menunjukkan bolehnya berfatwa di atas hewan kendaraan, sebagaimana dalam riwayat lain dijelaskan:

Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu 'anhuma berkata:

وَقَفَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى نَاقَتِهِ، ... [صحيح البخاري]

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wuquf di atas ontanya” [Shahih Bukhari]

Ø  Al-Hirmas bin Ziyad Al-Bahiliy radhiyallahu 'anhu berkata:

«رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ النَّاسَ عَلَى نَاقَتِهِ الْعَضْبَاءِ يَوْمَ الْأَضْحَى بِمِنًى» [سنن أبي داود: حسن]

“Aku melihat Nabi berkhutbah kepada Nabi di atas untanya yaitu Al-'Adhba` pada ‘Idul Adha di Mina.” [Sunan Abi Daud: Hasan]

Ø  ‘Amr bin Kharijah radhiyallahu 'anhu berkata:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطَبَ عَلَى نَاقَتِهِ وَأَنَا تَحْتَ جِرَانِهَا وَهِيَ تَقْصَعُ بِجِرَّتِهَا، وَإِنَّ لُعَابَهَا يَسِيلُ بَيْنَ كَتِفَيَّ فَسَمِعْتُهُ يَقُولُ: «إِنَّ اللَّهَ أَعْطَى كُلَّ ذِي حَقٍّ حَقَّهُ، وَلَا وَصِيَّةَ لِوَارِثٍ، وَالوَلَدُ لِلْفِرَاشِ، وَلِلْعَاهِرِ الحَجَرُ، وَمَنْ ادَّعَى إِلَى غَيْرِ أَبِيهِ أَوْ انْتَمَى إِلَى غَيْرِ مَوَالِيهِ رَغْبَةً عَنْهُمْ فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ، لَا يَقْبَلُ اللَّهُ مِنْهُ صَرْفًا وَلَا عَدْلًا» [سنن الترمذي: صحيح]

bahwasanya Nabi pernah menyampaikan khutbah di atas Unta miliknya, sementara aku tetap berada di bawah leher Untanya yang sedang mengalirkan busa liurnya dan bertetesan di atantara kedua pundakku. Maka aku pun mendengar beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah telah memberikan kepada semua yang berhak apa yang menjadi haknya. Karena itu, tidak ada lagi wasiat bagi ahli waris. Nasab seorang anak adalah milik bapaknya. Untuk seorang pezina, maka baginya adalah batu (dirajam). Barangsiapa yang bernasab kepada selain bapaknya atau berwali kepada selain walinya karena benci terhadap mereka, maka laknat Allah akan tertimpa atasnya dan Allah tidak akan menerima darinya, baik itu amalan sunnah atau pun amalan wajib." [Sunan Tirmidziy: Shahih]

Ø  Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu 'anhuma berkata:

رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي حَجَّتِهِ يَوْمَ عَرَفَةَ وَهُوَ عَلَى نَاقَتِهِ القَصْوَاءِ يَخْطُبُ، فَسَمِعْتُهُ يَقُولُ: " يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي تَرَكْتُ فِيكُمْ مَا إِنْ أَخَذْتُمْ بِهِ لَنْ تَضِلُّوا: كِتَابَ اللَّهِ، وَعِتْرَتِي أَهْلَ بَيْتِي " [سنن الترمذي: صحيح]

Saya melihat Rasulullah dalam hajinya ketika di 'Arafah, sementara beliau berkhutbah di atas untanya -Al-Qashwa`- dan saya mendengar beliau bersabda, "Wahai sekalian manusia, sesungguhnya aku telah meninggalkan di tengah-tengah kalian sesuatu yang jika kalian berpegang kepadanya, maka kalian tidak akan pernah sesat, yaitu; kitabullah dan sanak saudara ahli baitku." [Sunan Tirmidziy: Shahih]

Ø  Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu 'anhu berkata:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ عَلَى نَاقَتِهِ الْمُخَضْرَمَةِ بِعَرَفَاتٍ فَقَالَ: «أَتَدْرُونَ أَيُّ يَوْمٍ هَذَا، وَأَيُّ شَهْرٍ هَذَا، وَأَيُّ بَلَدٍ هَذَا؟» قَالُوا: هَذَا بَلَدٌ حَرَامٌ، وَشَهْرٌ حَرَامٌ، وَيَوْمٌ حَرَامٌ قَالَ: " أَلَا وَإِنَّ أَمْوَالَكُمْ، وَدِمَاءَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ، كَحُرْمَةِ شَهْرِكُمْ هَذَا، فِي بَلَدِكُمْ هَذَا، فِي يَوْمِكُمْ هَذَا، أَلَا وَإِنِّي فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ، وَأُكَاثِرُ بِكُمُ الْأُمَمَ، فَلَا تُسَوِّدُوا وَجْهِي، أَلَا وَإِنِّي مُسْتَنْقِذٌ أُنَاسًا، وَمُسْتَنْقَذٌ مِنِّي أُنَاسٌ، فَأَقُولُ: يَا رَبِّ أُصَيْحَابِي؟ فَيَقُولُ: إِنَّكَ لَا تَدْرِي مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ " [سنن ابن ماجه: صحيح]

"Rasulullah bersabda saat di Arafah ketika berada di atas untanya yang terpotong ujung telinganya: 'Tahukah kalian hari apakah ini? Bulan apakah ini? Dan negeri apakah ini? ' Mereka menjawab; 'Ini adalah negeri haram, bulan haram, dan hari haram.' Beliau bersabda, 'Ingatlah! Sesungguhnya harta dan darah kalian diharamkan atas kalian, seperti keharaman bulan kalian ini, di negeri kalian ini, dan pada hari kalian ini. Ingatlah! Sesungguhnya aku orang yang mendahului kalian di telaga surga, dan aku akan memperbanyak umat dengan kalian, maka janganlah kalian mencoreng wajahku. Ingatlah! Sesungguhnya aku adalah orang yang menyelamatkan manusia, dan mereka akan meminta bantuan keselamatan dariku.' Aku berkata kepada tuhanku: 'Wahai Tuhan, bagaimana dengan para sahabatku? ' Allah menjawab, 'Sesungguhnya kamu tidak tahu apa yang mereka perbuat (ada-adakan) setelah kamu tiada'." [Sunan Ibnu Majah: Shahih]

Lihat: Bab 9; Bisa jadi orang yang hanya mendapat penyampaian lebih paham dibanding orang yang mendengarlangsung

3.      Berfatwa di atas hewan kendaraan atau selainnya agar bisa didengar dan dilihat oleh orang banyak.

4.      Memberikan jawaban yang paling ringan selama bukan dosa.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ} [البقرة: 185]

Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. [Al-Baqarah:185]

Ø  Aisyah radhiyallahu 'anha berkata:

«مَا خُيِّرَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ أَمْرَيْنِ، أَحَدُهُمَا أَيْسَرُ مِنَ الْآخَرِ، إِلَّا اخْتَارَ أَيْسَرَهُمَا، مَا لَمْ يَكُنْ إِثْمًا، فَإِنْ كَانَ إِثْمًا، كَانَ أَبْعَدَ النَّاسِ مِنْهُ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak disuruh memilih antara dua hal, salah satunya lebih mudah dari yang lainnya, kecuali beliau memilih yang paling mudah dari keduanya, selama itu bukan dosa, tapi kalau yang lebih mudah itu dosa maka beliau adalah orang yang paling penjauhinya". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengutus Mu'adz dan Abu Musa ke Yaman, Beliau berpesan:

«يَسِّرَا وَلاَ تُعَسِّرَا، وَبَشِّرَا وَلاَ تُنَفِّرَا، وَتَطَاوَعَا وَلاَ تَخْتَلِفَا»

"Mudahkanlah (urusan) dan jangan dipersulit. Berilah kabar gembira dan jangan membuat orang lari (tidak tertarik) dan bekerja samalah kalian berdua dan jangan berselisih". [Shahih Bukhari dan Muslim]

5.      Larangan menjadikan hewan sebagai tempat duduk tanpa keperluan.

Dari Mu’ad bin Anas radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

«ارْكَبُوا هَذِهِ الدَّوَابَّ سَالِمَةً، وَايْتَدِعُوهَا سَالِمَةً، وَلَا تَتَّخِذُوهَا كَرَاسِيَّ» [مسند أحمد: صحيح]

"Tunggangilah hewan ini saat ia dalam keadaan sehat, dan lepaskan pula dalam keadaan sehat. Dan janganlah kalian menjadikannya sebagai kursi (penyangga)." [Musnad Ahmad: Shahih]

B.     Bab 24.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

بَابُ مَنْ أَجَابَ الفُتْيَا بِإِشَارَةِ اليَدِ وَالرَّأْسِ

“Bab: Orang yang menjawab fatwa dengan isyarat tangan atau kepada”

Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan bahwa boleh seseorang menjawab fatwa dengan hanya memberi isyarat gerakan tubuh yang bisa dipahami oleh si penanya, dengan menyebutkan 3 hadits dari Ibnu ‘Abbas, Abu Hurairah, dan Asma’ radhiyallahu ‘anhum.

Pertama: Hadits Ibnu ‘Abbas.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

84 - حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ، قَالَ: حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ [بن خالد]، قَالَ: حَدَّثَنَا أَيُّوبُ [السِّخْتِيَانِيُّ]، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ فِي حَجَّتِهِ فَقَالَ: ذَبَحْتُ قَبْلَ أَنْ أَرْمِيَ؟ فَأَوْمَأَ بِيَدِهِ، قَالَ: «وَلاَ حَرَجَ» قَالَ: حَلَقْتُ قَبْلَ أَنْ أَذْبَحَ؟ فَأَوْمَأَ بِيَدِهِ: «وَلاَ حَرَجَ»

Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma'il, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Wuhaib [bin Khalid], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Ayyub [As-Sikhtiyaniy], dari 'Ikrimah, dari Ibnu 'Abbas; bahwa Nabi ditanya seseorang tentang haji yang dilakukannya, orang itu bertanya, "Aku menyembelih hewan sebelum aku melempar jumrah". Beliau memberi isyarat dengan tangannya, yang maksudnya "Tidak apa-apa"."Dan aku mencukur sebelum menyembelih". Beliau memberi isyarat dengan tangannya yang maksudnya "Tidak apa-apa".

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma.

Lihat: Keistimewaan Abdullah bin 'Abbas

2.      Boleh memberi jawaban dengan isyarat yang bisa dipahami.

3.      Kemudahan dalam syari’at Islam.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُم مِّنْ حَرَجٍ وَلَٰكِن يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ}

Allah tidak hendak menyulitkan kamu (dengan syari'at-Nya), tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. [Al-Maidah: 6]

{وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ}

Dan Dia (Allah) sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. [Al-Hajj: 78]

Lihat: Keringanan syari'at Islam dalam puasa

Kedua: Hadits Abu Hurairah

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

85 - حَدَّثَنَا المَكِّيُّ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، قَالَ: أَخْبَرَنَا حَنْظَلَةُ بْنُ أَبِي سُفْيَانَ، عَنْ سَالِمٍ [بن عبد الله بن عمر]، قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «يُقْبَضُ العِلْمُ، وَيَظْهَرُ الجَهْلُ وَالفِتَنُ، وَيَكْثُرُ الهَرْجُ»، قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا الهَرْجُ؟ فَقَالَ: «هَكَذَا بِيَدِهِ فَحَرَّفَهَا، كَأَنَّهُ يُرِيدُ القَتْلَ»

Telah menceritakan kepada kami Al-Makki bin Ibrahim, ia berkata: Telah mengabarkan kepada kami Hanzhalah bin Abu Sufyan, dari Salim [bin ‘Abdillah bin Umar] berkata; aku mendengar Abu Hurairah dari Nabi , beliau bersabda, "Ilmu akan diangkat dan akan tersebar kebodohan dan fitnah merajalela serta banyak timbul kekacauan". Ditanyakan kepada beliau , "Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan kekacauan?" Maka Rasul menjawab, "Begini". Nabi memberi isyarat dengan tangannya lalu memiringkannya. Seakan yang dimaksudnya adalah pembunuhan.

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

Lihat: Abu Hurairah dan keistimewaannya

2.      Diatara tanda dekatnya hari kiamat dalam hadits ini:

a)      Diangkatnya ilmu dan nampaknya kebodohan.

Nb: Sudah dijelaskan pada bab sebelumnya (21); Diangkatnya ilmu dan nampaknya kebodohan

b)      Timbulnya berbagai finah.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

«بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ، يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا، أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا، يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا» [صحيح مسلم]

“Segeralah beramal sebelum datangnya fitnah seperti malam yang gelap gulita. Di pagi hari seorang laki-laki dalam keadaan mukmin, lalu kafir di sore harinya. Di sore hari seorang laki-laki dalam keadaan mukmin, lalu kafir dipagi harinya. Dia menjual agamanya dengan kenikmatan dunia." [Shahih Muslim]

Ø  Dari Hudzaifah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

«تُعْرَضُ الْفِتَنُ عَلَى الْقُلُوبِ كَالْحَصِيرِ عُودًا عُودًا، فَأَيُّ قَلْبٍ أُشْرِبَهَا، نُكِتَ فِيهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ، وَأَيُّ قَلْبٍ أَنْكَرَهَا، نُكِتَ فِيهِ نُكْتَةٌ بَيْضَاءُ، حَتَّى تَصِيرَ عَلَى قَلْبَيْنِ، عَلَى أَبْيَضَ مِثْلِ الصَّفَا فَلَا تَضُرُّهُ فِتْنَةٌ مَا دَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ، وَالْآخَرُ أَسْوَدُ مُرْبَادًّا كَالْكُوزِ مُجَخِّيًا لَا يَعْرِفُ مَعْرُوفًا، وَلَا يُنْكِرُ مُنْكَرًا، إِلَّا مَا أُشْرِبَ مِنْ هَوَاهُ» [صحيح مسلم]

"Fitnah akan dipaparkan pada hati manusia bagai tikar yang dipaparkan perutas (secara tegak menyilang antara satu sama lain). Mana pun hati yang dihinggapi oleh fitnah, niscaya akan terlekat padanya bintik-bintik hitam. Begitu juga mana pun hati yang tidak dihinggapinya, maka akan terlekat padanya bintik-bintik putih sehingga hati tersebut terbagi dua: sebagian menjadi putih bagaikan batu licin yang tidak lagi terkena bahaya fitnah, selama langit dan bumi masih ada. Sedangkan sebagian yang lain menjadi hitam keabu-abuan seperti cangkir yang terbalik, tidak menyuruh kebaikan dan tidak pula melarang kemungkaran kecuali sesuatu yang diserap oleh hawa nafsunya." [Shahih Muslim]

c)       Banyak pembunuhan

Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah bersabda:

«وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا تَذْهَبُ الدُّنْيَا، حَتَّى يَأْتِيَ عَلَى النَّاسِ يَوْمٌ لَا يَدْرِي الْقَاتِلُ فِيمَ قَتَلَ، وَلَا الْمَقْتُولُ فِيمَ قُتِلَ» فَقِيلَ: كَيْفَ يَكُونُ ذَلِكَ؟ قَالَ: «الْهَرْجُ، الْقَاتِلُ وَالْمَقْتُولُ فِي النَّارِ» [صحيح مسلم]

"Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, dunia tidak akan lenyap hingga suatu masa mendatangi manusia dimana orang yang membunuh tidak mengerti karena alasan apa ia membunuh dan orang yang terbunuh juga tidak mengerti atas dasar apa ia dibunuh." Dikatakan: Bagaimana itu terjadi? Beliau menjawab, "Pembunuhan, orang yang membunuh dan yang dibunuh ada di neraka." [Shahih Muslim]

Ø  Abu Musa radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah bersabda:

«إِنَّ بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ لَهَرْجًا» ، قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا الْهَرْجُ؟ قَالَ: «الْقَتْلُ» ، فَقَالَ بَعْضُ الْمُسْلِمِينَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّا نَقْتُلُ الْآنَ فِي الْعَامِ الْوَاحِدِ مِنَ الْمُشْرِكِينَ كَذَا وَكَذَا، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَيْسَ بِقَتْلِ الْمُشْرِكِينَ، وَلَكِنْ يَقْتُلُ بَعْضُكُمْ بَعْضًا، حَتَّى يَقْتُلَ الرَّجُلُ جَارَهُ، وَابْنَ عَمِّهِ وَذَا قَرَابَتِهِ» ، فَقَالَ بَعْضُ الْقَوْمِ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَعَنَا عُقُولُنَا ذَلِكَ الْيَوْمَ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَا، تُنْزَعُ عُقُولُ أَكْثَرِ ذَلِكَ الزَّمَانِ، وَيَخْلُفُ لَهُ هَبَاءٌ مِنَ النَّاسِ لَا عُقُولَ لَهُمْ» ثُمَّ قَالَ الْأَشْعَرِيُّ: «وَايْمُ اللَّهِ، إِنِّي لَأَظُنُّهَا مُدْرِكَتِي وَإِيَّاكُمْ، وَايْمُ اللَّهِ، مَا لِي وَلَكُمْ مِنْهَا مَخْرَجٌ، إِنْ أَدْرَكَتْنَا فِيمَا عَهِدَ إِلَيْنَا نَبِيُّنَا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إِلَّا أَنْ نَخْرُجَ كَمَا دَخَلْنَا فِيهَا» [سنن ابن ماجه: صحيح]

"Sesungguhnya di antara (tanda-tanda) hari kiamat adalah terjadinya kekacauan." Abu Musa berkata, "Saya bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang di maksudkan kekacauan?" beliau menjawab, "Pembunuhan." Sebagian kaum muslimin lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, dalam satu tahun ini kami telah membunuh kaum musyrikin begini dan begini." Maka Rasulullah bersabda, "Bukannya membunuh kaum musyrikin, akan tetapi kalianlah yang akan saling bunuh sesama kalian, sehingga seseorang membunuh tetangganya, anak pamannya, dan kerabat dekatnya sendiri." Sebagian yang lain lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, mekipun saat itu para ulama masih bersama kami?! Rasulullah menjawab, "Tidak, para ulama akan dimatikan lalu diganti dengan orang-orang hina dan bodoh." Kemudian Abu Musa Al Asy'ari berkata, "Demi Allah, sesungguhnya aku memastikan bahwa perkara itu akan menimpa kita dan kalian. Demi Allah, tidak ada jalan keluar bagiku dan kalian, jika apa yang telah di janjikan Rasulullah itu menimpa kita, kecuali jika kita keluar sebagaimana kita masuk ke dalamnya." [Sunan Ibnu Majah: Shahih]

Ketiga: Hadits Asma’ binti Abi Bakr.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

86 - حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ، قَالَ: حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ [بن خالد]، قَالَ: حَدَّثَنَا هِشَامٌ [بن عروة]، عَنْ فَاطِمَةَ [بنت المنذر زوجة هشام]، عَنْ أَسْمَاءَ [بنت أبي بكر]، قَالَتْ: أَتَيْتُ عَائِشَةَ وَهِيَ تُصَلِّي فَقُلْتُ: مَا شَأْنُ النَّاسِ؟ فَأَشَارَتْ إِلَى السَّمَاءِ، فَإِذَا النَّاسُ قِيَامٌ، فَقَالَتْ: سُبْحَانَ اللَّهِ، قُلْتُ: آيَةٌ؟ فَأَشَارَتْ بِرَأْسِهَا: أَيْ نَعَمْ، فَقُمْتُ حَتَّى تَجَلَّانِي الغَشْيُ، فَجَعَلْتُ أَصُبُّ عَلَى رَأْسِي المَاءَ، فَحَمِدَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ، ثُمَّ قَالَ: " مَا مِنْ شَيْءٍ لَمْ أَكُنْ أُرِيتُهُ إِلَّا رَأَيْتُهُ فِي مَقَامِي، حَتَّى الجَنَّةُ وَالنَّارُ، فَأُوحِيَ إِلَيَّ: أَنَّكُمْ تُفْتَنُونَ فِي قُبُورِكُمْ - مِثْلَ أَوْ - قَرِيبَ - لاَ أَدْرِي أَيَّ ذَلِكَ قَالَتْ أَسْمَاءُ - مِنْ فِتْنَةِ المَسِيحِ الدَّجَّالِ، يُقَالُ مَا عِلْمُكَ بِهَذَا الرَّجُلِ؟ فَأَمَّا المُؤْمِنُ أَوِ المُوقِنُ - لاَ أَدْرِي بِأَيِّهِمَا قَالَتْ أَسْمَاءُ - فَيَقُولُ: هُوَ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ، جَاءَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَالهُدَى، فَأَجَبْنَا وَاتَّبَعْنَا، هُوَ مُحَمَّدٌ ثَلاَثًا، فَيُقَالُ: نَمْ صَالِحًا قَدْ عَلِمْنَا إِنْ كُنْتَ لَمُوقِنًا بِهِ. وَأَمَّا المُنَافِقُ أَوِ المُرْتَابُ - لاَ أَدْرِي أَيَّ ذَلِكَ قَالَتْ أَسْمَاءُ - فَيَقُولُ: لاَ أَدْرِي، سَمِعْتُ النَّاسَ يَقُولُونَ شَيْئًا فَقُلْتُهُ "

Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma'il, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Wuhaib [bin Khalid], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Hisyam [bin ‘Urwah], dari Fatimah [binti Al-Mundzir, istri Hisyam], dari Asma' [binti Abi Bakr] berkata: Aku menemui Aisyah saat dia sedang shalat. Setelah itu aku tanyakan kepadanya, "Apa yang sedang dilakukan orang-orang?" Aisyah memberi isyarat ke langit. Ternyata orang-orang sedang melaksanakan shalat (gerhana matahari). Maka Aisyah berkata, "Mahasuci Allah". Aku tanyakan lagi, "Satu tanda saja?" Lalu dia memberi isyarat dengan kepalanya, maksudnya mengangguk tanda mengiyakan. Maka akupun ikut shalat namun timbul perasaan yang membingungkanku, hingga aku siram kepalaku dengan air. Dalam khutbahnya, Nabi memuji Allah dan mensucikan-Nya, lalu bersabda, "Tidak ada sesuatu yang belum diperlihatkan kepadaku, kecuali aku sudah melihatnya dari tempatku ini hingga surga dan neraka, lalu diwahyukan kepadaku: bahwa kalian akan terkena fitnah dalam kubur kalian seperti -atau hampir berupa- fitnah -yang aku sendiri tidak tahu apa yang diucapkan Asma' diantaranya adalah fitnah Al Masihud Dajjal-; "Akan ditanyakan kepada seseorang (di dalam kuburnya); "Apa yang kamu ketahui tentang laki-laki ini?" Adapun orang beriman atau orang yang yakin, -Asma' kurang pasti mana yang dimaksud diantara keduanya- akan menjawab, 'Dia adalah Muhammad Rasulullah telah datang kepada kami membawa penjelasan dan petunjuk. Maka kami sambut dan kami ikuti. Dia adalah Muhammad, ' diucapkannya tiga kali. Maka kepada orang itu dikatakan: 'Tidurlah dengan tenang, sungguh kami telah mengetahui bahwa kamu adalah orang yang yakin'. Adapun orang Munafik atau orang yang ragu, -Asma' kurang pasti mana yang dimaksud diantara keduanya-, akan menjawab, "Aku tidak tahu siapa dia, aku mendengar manusia membicarakan sesuatu maka akupun mengatakannya".

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi Asma’ binti Abi Bakr radhiyallahu ‘anhuma.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

2.      Anjuran shalat gerhana dan berkhutbah setelahnya.

'Aisyah radhiyallahu 'anha berkata:

خَسَفَتِ الشَّمْسُ فِي عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَصَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالنَّاسِ، فَقَامَ، فَأَطَالَ القِيَامَ، ثُمَّ رَكَعَ، فَأَطَالَ الرُّكُوعَ، ثُمَّ قَامَ فَأَطَالَ القِيَامَ وَهُوَ دُونَ القِيَامِ الأَوَّلِ، ثُمَّ رَكَعَ فَأَطَالَ الرُّكُوعَ وَهُوَ دُونَ الرُّكُوعِ الأَوَّلِ، ثُمَّ سَجَدَ فَأَطَالَ السُّجُودَ، ثُمَّ فَعَلَ فِي الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ مِثْلَ مَا فَعَلَ فِي الأُولَى، ثُمَّ انْصَرَفَ وَقَدْ انْجَلَتِ الشَّمْسُ، فَخَطَبَ النَّاسَ، فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ، ثُمَّ قَالَ: «إِنَّ الشَّمْسَ وَالقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ، لاَ يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ، فَادْعُوا اللَّهَ، وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا» [صحيح البخاري ومسلم]

"Pernah terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah . Rasulullah lalu mendirikan shalat bersama orang banyak. Beliau berdiri dalam shalatnya dengan memanjangkan lama berdirinya, kemudian rukuk dengan memanjangkan rukuknya, kemudian berdiri dengan memanjangkan lama berdirinya, namun tidak selama yang pertama. Kemudian beliau rukuk dan memanjangkan lama rukuknya, namun tidak selama rukuknya yang pertama. Kemudian beliau sujud dengan memanjangkan lama sujudnya, beliau kemudian mengerjakan rakaat kedua seperti pada rakaat yang pertama. Saat beliau selesai melaksanakan shalat, matahari telah nampak kembali. Kemudian beliau menyampaikan khutbah kepada orang banyak, beliau memulai khutbahnya dengan memuji Allah dan mengangungkan-Nya, lalu bersabda, "Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah, dan tidak akan mengalami gerhana disebabkan karena mati atau hidupnya seseorang. Jika kalian melihat gerhana, maka banyaklah berdoa kepada Allah, bertakbirlah, dirikan shalat dan bersedekahlah." [Shahih Bukhari dan Muslim]

3.      Adanya fitnah dalam kubur.

Lihat: Hadits Al-Baraa’; Ketika ajal menjemput dan pertanyaan alam kubur

4.      Adanya fitnah Dajjal.

Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma berkata:

قَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي النَّاسِ فَأَثْنَى عَلَى اللَّهِ بِمَا هُوَ أَهْلُهُ ثُمَّ ذَكَرَ الدَّجَّالَ فَقَالَ: " إِنِّي لَأُنْذِرُكُمُوهُ، وَمَا مِنْ نَبِيٍّ إِلَّا أَنْذَرَهُ قَوْمَهُ، لَقَدْ أَنْذَرَ نُوحٌ قَوْمَهُ، وَلَكِنِّي أَقُولُ لَكُمْ فِيهِ قَوْلًا لَمْ يَقُلْهُ نَبِيٌّ لِقَوْمِهِ: تَعْلَمُونَ أَنَّهُ أَعْوَرُ، وَأَنَّ اللَّهَ لَيْسَ بِأَعْوَرَ " [صحيح البخاري ومسلم]

Rasulullah berdiri di hadapan manusia lalu memuji Allah karena memang Dialah satu-satunya yang berhak atas pujian kemudian beliau menceritakan Dajjal, sabda beliau, "Aku akan menceritakannya kepada kalain dan tidak ada seorang Nabipun melainkan telah menceritakan tentang ad-Dajjal kepada kaumnya. Sungguh Nabi Nuh 'alaihissalam telah mengingatkan kaumnya akan tetapi aku katakan kepada kalian tentangnya yang tidak pernah dikatakan oleh seorang Nabi pun kepada kaumnya, yaitu Dajjal itu buta sebelah matanya sedang bahwa Allah tidaklah buta". [Shahih Bukhari dan Muslim]

5.      Keutamaan orang beriman.

Lihat: 10 Buah Keimanan

6.      Keburukan sifat nifaq.

Lihat: Surah Al-Munaafiquun, sifat orang munafiq - Hadits tentang sifat munafiq

7.      Pentingnya ilmu.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«خَصْلَتَانِ لَا تَجْتَمِعَانِ فِي مُنَافِقٍ، حُسْنُ سَمْتٍ، وَلَا فِقْهٌ فِي الدِّينِ» [سنن الترمذي: صححه الألباني]

"Dua sifat yang tidak terkumpul pada seorang munafiq: Penampilan yang baik dan pemahaman (yang benar) dalam agama". [Sunan At-Tirmidzi: Sahih]

Lihat: Keutamaan ilmu

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Kitab Ilmu bab 22; Kelebihan ilmu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...