Selasa, 05 Juli 2022

Syarah Kitab Tauhid bab (43); Orang yang tidak rela terhadap sumpah yang menggunakan nama Allah

بسم الله الرحمن الرحيم

Dalam bab ini, syekh Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah menyebutkan 1 hadits yang menunjukkan wajibnya seseorang rela terhadap sumpah yang menggunakan nama Allah ‘azza wajalla.

Diriwayatkan dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma;

سَمِعَ النَّبِيُّ رَجُلًا يَحْلِفُ بِأَبِيهِ، فَقَالَ: «لَا تَحْلِفُوا بِآبَائِكُمْ، مَنْ حَلَفَ بِاللَّهِ فَلْيَصْدُقْ، وَمَنْ حُلِفَ لَهُ بِاللَّهِ فَلْيَرْضَ، وَمَنْ لَمْ يَرْضَ بِاللَّهِ، فَلَيْسَ مِنَ اللَّهِ» [سنن ابن ماجه: صحيح]

"Nabi mendengar seorang laki-laki bersumpah dengan bapaknya, maka beliau bersabda, "Janganlah kalian bersumpah dengan bapak-bapak kalian. Barangsiapa bersumpah dengan Allah maka jujurlah, dan barangsiapa disumpai dengan nama Allah hendaklah ia ridha, maka barangsiapa tidak ridha dengan Allah dia bukan dari golongan kami." [Sunan Ibnu Majah: Shahih]

Dari hadits di atas, syekh –rahimahullah- menyebutkan 3 poin penting:

1.      Larangan bersumpah dengan menyebut nama nenek moyang.

Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«لَا تَحْلِفُوا بِآبَائِكُمْ، وَلَا بِأُمَّهَاتِكُمْ، وَلَا بِالْأَنْدَادِ، وَلَا تَحْلِفُوا إِلَّا بِاللَّهِ، وَلَا تَحْلِفُوا بِاللَّهِ إِلَّا وَأَنْتُمْ صَادِقُونَ» [سنن أبي داود: صحيح]

“Janganlah kalian bersumpah dengan nama bapak-bapak kalian, dan jangan pula dengan nama ibu-ibu kalian, serta dengan sekutu-sekutu! Dan janganlah kalian bersumpah kecuali dengan nama Allah, dan janganlah bersumpah dengan nama Allah kecuali kalian dalam keadaan benar." [Sunan Abi Daud: Shahih]

Ø  Abdurrahman bin samurah radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah bersabda:

«لَا تَحْلِفُوا بِالطَّوَاغِي، وَلَا بِآبَائِكُمْ» [صحيح مسلم]

"Janganlah kalian bersumpah dengan menyebut nama-nama berhala (thaghut) atau dengan menyebut bapak-bapak kalian." [Shahih Muslim]

Syubhat:

Dalam shahih Muslim disebutkan pada dua riwayat bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersumpah demi bapak.

Dari Thalhah bin Ubaidullah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«أَفْلَحَ، وَأَبِيهِ إِنْ صَدَقَ، أَوْ دَخَلَ الْجَنَّةَ وَأَبِيهِ إِنْ صَدَقَ» [صحيح مسلم]

"Dia akan bahagia, -demi bapaknya- jika dia benar', atau dia akan masuk surga, -demi bapaknya- jika dia benar'." [Shahih Muslim]

Ø  Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata;

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَيُّ الصَّدَقَةِ أَعْظَمُ أَجْرًا؟ فَقَالَ: " أَمَا وَأَبِيكَ لَتُنَبَّأَنَّهُ أَنْ تَصَدَّقَ وَأَنْتَ صَحِيحٌ شَحِيحٌ، تَخْشَى الْفَقْرَ، وَتَأْمُلُ الْبَقَاءَ، وَلَا تُمْهِلَ حَتَّى إِذَا بَلَغَتْ الْحُلْقُومَ، قُلْتَ: لِفُلَانٍ كَذَا، وَلِفُلَانٍ كَذَا، وَقَدْ كَانَ لِفُلَانٍ " [صحيح مسلم]

Seorang laki-laki menemui Nabi dan bertanya, "Wahai Rasulullah, sedekah yang bagaimanakah yang paling besar pahalanya?" Maka beliau menjawab, "Demi bapakmu, kamu benar-benar akan diberitahu. Yaitu, kamu bersedekah pada saat kamu sehat, kikir, khawatir akan miskin dan kamu berangan-angan harta tersebut akan kekal bersamamu. Dan janganlah kamu lalai hingga nyawamu sampai di tenggorokan dan barulah kamu bagi-bagikan sedekahmu, ini untuk si Fulan dan ini untuk Fulan. Dan ingatlah, bahwa harta itu, memang untuk si Fulan." [Shahih Muslim]

Ada beberapa jawaban yang diberikan ulama terhadap riwayat ini:

a)       Riwayat ini lemah dengan tambahan sumpah tersebut, karena dalam riwayat lain tidak disebutkan.

b)      Kalaupun riwayat itu shahih maka ada beberapa kemungkinan:

ü  Kalimat ini merupakan ucapan yang sering diucapakan tanpa maksud sebagai sumpah. Jawaban ini diterima oleh Al-Baihaqiy dan An-Nawawiy rahimahumallah.

ü  Hanya sebagai penegas ucapan bukan sebagai sumpah.

ü  Sumpah seperti ini dibolehkan sebelum ada larangan.

Apa yang harus dilakukan oleh orang yang telah bersumpah dengan selain Allah?

Pertama: Mengucapkan “Laailaahi illallah”.

Abu Hurairah radhiallahu'anhu berkata; Rasulullah  bersabda:

" مَنْ حَلَفَ فَقَالَ فِي حَلِفِهِ: وَاللَّاتِ وَالعُزَّى، فَلْيَقُلْ: لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ " [صحيح البخاري ومسلم]

“Barangsiapa yang bersumpah dan berkata, "Demi Laata dan 'Uzza maka hendaknya ia mengatakan; Laa Ilaaha Illallaah”. [Shahih Bukhari dan Muslim]

Kedua: Meludah (tanpa mengeluarga liur) ke samping kiri dan berta’awwudz (meminta perlindungan kepada Allah) kemudian tidak mengulangi sumpah seperti itu lagi.

Sa'd bin Abi Waqqash radhiallahu'anhu berkata; Aku pernah bersumpah demi Lata dan Uzza, maka para sahabatku berkata, "Kamu telah berkata buruk." Lantas saya menemui Nabi dan berkata kepadanya, "Aku baru masuk Islam, lalu aku bersumpah dengan nama Lata dan Uzza?"

Maka Rasulullah menjawab:

" قُلْ: لَا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَحْدَهُ، ثَلاثًا، ثُمَّ انْفُثْ عَنْ يَسَارِكَ ثَلاثًا، وَتَعَوَّذْ وَلا تَعُدْ " [مسند أحمد]

"Bacalah: 'LA ILAHA ILLA ALLAHU WAHDAHU (Tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Allah) ' tiga kali, kemudian tiuplah ke sebelah kirimu tiga kali sambil berlindung dan jangan kamu ulangi!" [Musnad Ahmad: Dishahihkan oleh Syu’aib Al-Arnauth]

2.      Diperintahkan kepada orang yang diberi sumpah dengan menyebut nama Allah untuk rela menerimanya.

Dalam hal ini ada dua kondisi yang mesti diperhatikan:

Pertama: Jika yang bersumpah adalah orang yang jujur, atau tidak nampak kedustaan darinya, maka wajib kita menerima sumpahnya ketika menyebut nama Allah.

Dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu; Nabi bersabda:

" رَأَى عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَجُلًا يَسْرِقُ، فَقَالَ لَهُ: أَسَرَقْتَ؟ قَالَ: كَلَّا وَاللَّهِ الَّذِي لاَ إِلَهَ إِلَّا هُوَ، فَقَالَ عِيسَى: آمَنْتُ بِاللَّهِ، وَكَذَّبْتُ عَيْنِي " [صحيح البخاري ومسلم]

"Nabi 'Isa bin Maryam -'alaihimassalam- melihat ada seorang sedang mencuri lalu dia bertanya kepadanya, "Apakah kamu mencuri?". Orang itu menjawab, "Tidak, demi Allah, yang tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia". Maka 'Isa berkata, "Aku beriman kepada Allah dan aku dustakan (penglihatan) mataku". [Shahih Bukhari dan Muslim]

Kedua: Jika yang bersumpah tidak jujur, maka boleh kita tidak menerima sumpahnya sekalipun menyebut nama Allah.

Sahal bin Abi Hatsmah radhiyallahu 'anhu berkata;

انْطَلَقَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سَهْلٍ، وَمُحَيِّصَةُ بْنُ مَسْعُودِ بْنِ زَيْدٍ، إِلَى خَيْبَرَ وَهِيَ يَوْمَئِذٍ صُلْحٌ، فَتَفَرَّقَا فَأَتَى مُحَيِّصَةُ إِلَى عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَهْلٍ وَهُوَ يَتَشَمَّطُ فِي دَمِهِ قَتِيلًا، فَدَفَنَهُ ثُمَّ قَدِمَ المَدِينَةَ، فَانْطَلَقَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ سَهْلٍ، وَمُحَيِّصَةُ، وَحُوَيِّصَةُ ابْنَا مَسْعُودٍ إِلَى النَّبِيِّ ، فَذَهَبَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ يَتَكَلَّمُ، فَقَالَ: «كَبِّرْ كَبِّرْ» وَهُوَ أَحْدَثُ القَوْمِ، فَسَكَتَ فَتَكَلَّمَا، فَقَالَ: «تَحْلِفُونَ وَتَسْتَحِقُّونَ قَاتِلَكُمْ، أَوْ صَاحِبَكُمْ»، قَالُوا: وَكَيْفَ نَحْلِفُ وَلَمْ نَشْهَدْ وَلَمْ نَرَ؟ قَالَ: «فَتُبْرِيكُمْ يَهُودُ بِخَمْسِينَ»، فَقَالُوا: كَيْفَ نَأْخُذُ أَيْمَانَ قَوْمٍ كُفَّارٍ، فَعَقَلَهُ النَّبِيُّ مِنْ عِنْدِهِ [صحيح البخاري ومسلم]

Abdullah bin Sahal dan Muhayyishah bin Mas'ud bin Zaid berangkat menuju Khaibar yang saat itu Khaibar terikat dengan perjanjian damai lalu keduanya terpisah. Kemudian Muhayyishah mendapatkan 'Abdullah bin Sahl dalam keadaan gugur bersimbah darah lalu dia menguburkannya. Kemudian dia kembali ke Madinah. Lalu 'Abdur Rahman bin Sahl, Muhayyishah dan Huwayyishah, keduanya anak Mas'ud, menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. 'Abdur Rahman bin Sahl memulai berbicara Namun Beliau shallallahu 'alaihi wasallam berkata; "Tolong yang bicara yang lebih tua, tolong yang bicara yang lebih tua".

Dia ('Abdur Rahman) memang yang paling muda usia diantara kaum yang hadir, lalu dia pun diam. Maka keduanya (anak Mas'ud) berbicara". Beliau shallallahu 'alaihi wasallam bertanya; "Hendaknya kalian bersumpah sehingga bisa menuntut pembunuhnya atau kalian tuntut darah saudara kalian".

Mereka berkata; "Bagaimana kami dapat bersumpah padahal kami tidak menyaksikan dan tidak melihat kejadiannya".

Beliau berkata: "Kalau begitu kaum Yahudi bisa menyatakan ketidakterlibatannya dengan lima puluh sumpah".

Mereka bertanya; "Bagaimana mungkin kami terima sumpah kaum kafir?".

Akhirnya Nabi membayar diyatnya dari harta Beliau sendiri". [Shahih Bukhari dan Muslim]

Lihat: Syarah Arba'in Nawawiy, hadits Ibnu 'Abbas (33) Menuduh harus ada bukti

3.      Ancaman bagi orang-orang yang tidak rela menerimanya.

Diantara keutamaan ridha terhadap Allah:

a)      Merasakan nikmatnya iman.

Dari Al-'Abbas bin Abdul Muthalib radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«ذَاقَ طَعْمَ الْإِيمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللهِ رَبًّا، وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا، وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا»

"Merasakan nikmatnya iman, orang yang rela Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai rasul". [Sahih Muslim]

b)      Mendapatkan ridha Allah.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«إِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ» [سنن الترمذي: حسن]

"Sesungguhnya besar suatu pahala tergantung besarnya cobaan, dan sesungguhnya Allah jika mencintai suatu kaum akan ditimpakan bencana, maka barangsiapa yang ridha maka untuknya keridhaan Allah, dan barangsiapa yang murka maka untuknya pula murka Allah". [Sunan Tirmidziy: Sahih]

c)       Wajib masuk surga.

Dari Abu Sa'id Al Khudriy -radhiyallahu 'anhu-, bahwa Rasulullah pernah bersabda kepadanya:

«يَا أَبَا سَعِيدٍ، مَنْ رَضِيَ بِاللهِ رَبًّا، وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا، وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا، وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ»

"Wahai Abu Sa'id, barangsiapa yang ridha Allah sebagai Rabbnya, Islam sebagai agamanya dan Muhammad sebagai Nabi-Nya, maka ia pasti masuk surga." [Shahih Muslim]

Larangan suka bersumpah:

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَلَا تُطِعْ كُلَّ حَلَّافٍ مَهِينٍ} [القلم: 10]

Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina. [Al-Qalam: 10]

Ø  Dari Abu Dzar radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

«ثَلَاثَةٌ يَشْنَؤُهُمُ اللَّهُ: التَّاجِرُ الْحَلَّافُ، أَوْ قَالَ: الْبَائِعُ الْحَلَّافُ، وَالْبَخِيلُ الْمَنَّانُ، وَالْفَقِيرُ الْمُخْتَالُ» [مسند أحمد: صحيح]

'Ada tiga orang yang dibenci oleh Allah 'Azza wa Jalla: "Penjual yang banyak mengobral sumpah, orang yang bakhil yang suka menyebut-nyebut pemberian, dan orang fakir yang sombong." [Musnad Ahmad: Shahih]

Anjuran memenuhi sumpah seseorang jika ia bersumpah agar kita melakukan sesuatu.

Al-Barra` bin 'Azib radhiallahu'anhuma berkata:

«أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ بِسَبْعٍ: بِعِيَادَةِ المَرِيضِ، وَاتِّبَاعِ الجَنَائِزِ، وَتَشْمِيتِ العَاطِسِ، وَنَصْرِ الضَّعِيفِ، وَعَوْنِ المَظْلُومِ، وَإِفْشَاءِ السَّلاَمِ، وَإِبْرَارِ المُقْسِمِ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kami tujuh perkara yaitu; menjenguk orang yang sakit, mengiringi jenazah, mendoakan orang yang bersin, menolong yang lemah, menolong orang yang terzalimi, menebarkan salam dan menunaikan sumpah (orang yang bersumpah kepadanya)". [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Al-Mughirah bin Syu'bah radhiallahu'anhu berkata:

أَكَلْتُ ثُومًا فَأَتَيْتُ مُصَلَّى النَّبِيِّ ﷺ وَقَدْ سُبِقْتُ بِرَكْعَةٍ، فَلَمَّا دَخَلْتُ الْمَسْجِدَ وَجَدَ النَّبِيُّ ﷺ رِيحَ الثُّومِ، فَلَمَّا قَضَى رَسُولُ اللَّهِ ﷺ صَلَاتَهُ قَالَ: «مَنْ أَكَلَ مِنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ فَلَا يَقْرَبَنَّا حَتَّى يَذْهَبَ رِيحُهَا» أَوْ «رِيحُهُ» فَلَمَّا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ جِئْتُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ ، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَاللَّهِ لَتُعْطِيَنِّي يَدَكَ، قَالَ: فَأَدْخَلْتُ يَدَهُ فِي كُمِّ قَمِيصِي إِلَى صَدْرِي فَإِذَا أَنَا مَعْصُوبُ الصَّدْرِ، قَالَ: «إِنَّ لَكَ عُذْرًا» [سنن أبي داود: صحيح]

"Aku pernah makan bawang putih kemudian mendatangi mushalla Nabi , dan aku telah ketinggalan satu rakaat. Saat aku masuk masjid Nabi mencium bau bawang putih, selesai shalat Rasulullah pun bersabda, "Barangsiapa makan sebagian dari pohon ini maka janganlah ia mendekati kami, hingga hilang baunya." Selesai shalat aku datang menemui Rasulullah dan aku katakan, "Wahai Rasulullah, demi Allah! Berikanlah tanganmu kepadaku." Aku lalu memasukkan tangan beliau ke dalam lubang pergelangan bajuku hingga menyentuh dadaku. Sementara aku telah mengikat perut bagian dada dengan kain (karena lapar), maka beliau pun bersabda, "Sesungguhnya engkau memiliki udzur." [Sunan Abi Daud: Shahih]

Namun jika permintaanya itu adalah suatu yang terlarang atau kita berat memenuhinya maka boleh tidak dipenuhi.

Ibnu Abbas radhiallahu'anhuma menceritakan;

أَنَّ رَجُلًا أَتَى رَسُولَ اللَّهِ ﷺ فَقَالَ: إِنِّي رَأَيْتُ اللَّيْلَةَ فِي المَنَامِ ظُلَّةً تَنْطُفُ السَّمْنَ وَالعَسَلَ، فَأَرَى النَّاسَ يَتَكَفَّفُونَ مِنْهَا، فَالْمُسْتَكْثِرُ وَالمُسْتَقِلُّ، وَإِذَا سَبَبٌ وَاصِلٌ مِنَ الأَرْضِ إِلَى السَّمَاءِ، فَأَرَاكَ أَخَذْتَ بِهِ فَعَلَوْتَ، ثُمَّ أَخَذَ بِهِ رَجُلٌ آخَرُ فَعَلاَ بِهِ، ثُمَّ أَخَذَ بِهِ رَجُلٌ آخَرُ فَعَلاَ بِهِ، ثُمَّ أَخَذَ بِهِ رَجُلٌ آخَرُ فَانْقَطَعَ ثُمَّ وُصِلَ. فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، بِأَبِي أَنْتَ، وَاللَّهِ لَتَدَعَنِّي فَأَعْبُرَهَا، فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: «اعْبُرْهَا» قَالَ: أَمَّا الظُّلَّةُ فَالإِسْلاَمُ، وَأَمَّا الَّذِي يَنْطُفُ مِنَ العَسَلِ وَالسَّمْنِ فَالقُرْآنُ، حَلاَوَتُهُ تَنْطُفُ، فَالْمُسْتَكْثِرُ مِنَ القُرْآنِ وَالمُسْتَقِلُّ، وَأَمَّا السَّبَبُ الوَاصِلُ مِنَ السَّمَاءِ إِلَى الأَرْضِ فَالحَقُّ الَّذِي أَنْتَ عَلَيْهِ، تَأْخُذُ بِهِ فَيُعْلِيكَ اللَّهُ، ثُمَّ يَأْخُذُ بِهِ رَجُلٌ مِنْ بَعْدِكَ فَيَعْلُو بِهِ، ثُمَّ يَأْخُذُ بِهِ رَجُلٌ آخَرُ فَيَعْلُو بِهِ، ثُمَّ يَأْخُذُهُ رَجُلٌ آخَرُ فَيَنْقَطِعُ بِهِ، ثُمَّ يُوَصَّلُ لَهُ فَيَعْلُو بِهِ، فَأَخْبِرْنِي يَا رَسُولَ اللَّهِ، بِأَبِي أَنْتَ، أَصَبْتُ أَمْ أَخْطَأْتُ؟ قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: «أَصَبْتَ بَعْضًا وَأَخْطَأْتَ بَعْضًا» قَالَ: فَوَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَتُحَدِّثَنِّي بِالَّذِي أَخْطَأْتُ، قَالَ: «لاَ تُقْسِمْ» [صحيح البخاري ومسلم]

Ada seorang laki-laki mendatangi Rasulullah mengatakan; 'Tadi malam aku bermimpi melihat segumpal awan yang meneteskan minyak samin dan madu, lantas kulihat orang banyak memintanya, ada yang meminta banyak dan ada yang meminta sedikit, tiba-tiba ada tali yang menghubungkan antara langit dan bumi, kulihat engkau memegangnya kemudian engkau naik, kemudian ada orang lain memegangnya dan ia pergunakan untuk naik, kemudian ada orang yag mengambilnya dan dipergunakannya untuk naik namun tali terputus, kemudian tali tersambung.' Spontan Abu Bakar berujar; 'Wahai Rasulullah, ayah dan ibuku untuk tebusanmu, demi Allah, biarkan aku untuk mentakwilkannya! ' "Takwilkanlah" Kata Rasulullah . Abu Bakar mengatakan; 'Adapun awan, itulah Islam, adapun madu dan minyak samin yang menetes, itulah Al-Qur'an, karena Al-Qur'an manisnya menetes, maka silakan ada yang memperbanyak atau mempersedikit, adapun tali yang menghubungkan langit dan bumi adalah kebenaran yang engkau pegang teguh sekarang ini, yang karenanya Allah meninggikan kedudukanmu, kemudian ada seseorang sepeninggalmu mengambilnya dan ia pun menjadi tinggi kedudukannya, lantas ada orang lain yang mengambilnya dan terputus, kemudian tali itu tersambung kembali sehingga ia menjadi tinggi kedudukannya karenanya, maka beritahulah aku ya Rasulullah, ayah dan ibuku sebagai tebusanmu, saya benar ataukah salah? ' Nabi menjawab, "Engkau benar sebagian dan salah sebagian!" Abu Bakar mengatakan; 'Demi Allah ya Rasulullah, tolong beritahukanlah kepadaku takwilku yang salah! ' Nabi menjawab, "Janganlah engkau bersumpah!" [Shahih Bukhari dan Muslim]

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Syarah Kitab Tauhid bab (42); Larangan menjadikan sekutu bagi Allah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...