Rabu, 22 Juni 2022

Syarah Kitab Tauhid bab (42); Larangan menjadikan sekutu bagi Allah

بسم الله الرحمن الرحيم

Dalam bab ini, syekh Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah menyebutkan 1 ayat, 2 hadits, dan 2 atsar yang menunjukkan larangan menjadikan sekutu bagi Allah ‘azza wajalla.

Firman Allah ta’aalaa:

{يَاأَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (21) الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ} [البقرة: 21-22]

Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa. (Dialah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia hasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Karena itu janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahui. [Al-Baqarah: 21-22]

a)       Ibnu Abbas radhiyallahu'anhuma dalam menafsirkan ayat tersebut mengatakan:

«الأَنْدَادُ هُوَ الشِّرْكُ أَخْفَى مِنْ دَبِيبِ النَّمْلِ عَلَى صَفَاةٍ سَوْدَاءَ، فِي ظُلْمَةِ اللَّيْلِ. وَهُوَ أَنْ يَقُولَ: "وَاللَّهِ، وَحَيَاتِكَ يَا فُلانَةُ، وَحَيَاتِي!". وَيَقُولُ: "لَوْلا كَلْبُهُ هَذَا لأَتَانَا اللُّصُوصُ، وَلَوْلا الْبَطُّ فِي الدَّارِ لأَتَى اللُّصُوصُ". وَقَوْلُ الرَّجُلِ لِصَاحِبِهِ: "مَا شَاءَ اللَّهُ وَشِئْتَ"، وَقَوْلُ الرَّجُلِ: "لَوْلا اللَّهُ وَفُلَانٌ". لَا تَجْعَلْ فِيهَا فلان، فَإِنَّ هَذَا كُلَّهُ بِهِ شِرْكٌ»

Membuat sekutu untuk Allah adalah perbuatan syirik, suatu perbuatan dosa yang lebih sulit untuk dikenali dari pada semut kecil yang merayap di atas batu hitam, pada malam hari yang gelap gulita. Yaitu seperti ucapan anda: ‘demi Allah dan demi hidupmu wahai fulan, juga demi hidupku’, Atau seperti ucapan: ‘kalau bukan karena anjing ini, tentu kita didatangi pencuri-pencuri itu’, atau seperti ucapan: ‘kalau bukan karena angsa yang dirumah ini, tentu kita didatangi pencuri-pencuri tersebut’, atau seperti ucapan seseorang kepada kawan-kawannya: ‘ini terjadi karena kehendak Allah dan kehendakmu’, atau seperti ucapan seseorang: ‘kalaulah bukan karena Allah dan fulan’. Oleh karena itu, janganlah anda menyertakan “si Fulan” dalam ucapan-ucapan di atas, karena bisa menjatuhkan anda kedalam kemusyrikan.” [Tafsir Ibnu Abi Hatim: Hasan]

b)      Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar bin Khaththab radhiyallahu'anhuma, ia mendengar seorang laki-laki mengucapkan, "Tidak, demi Ka'bah." Ibnu Umar lalu berkata, "Tidak boleh bersumpah dengan selain Allah. Aku mendengar Rasulullah bersabda:

«مَنْ حَلَفَ بِغَيْرِ اللَّهِ فَقَدْ كَفَرَ أَوْ أَشْرَكَ» [سنن الترمذي: صحيح]

"Barangsiapa bersumpah dengan selain Allah maka ia telah kafir atau berbuat syirik." [Sunan Tirmidziy: Shahih]

c)       Dan Ibnu Mas’ud radhiyallahu'anhu berkata:

«لأَنْ أَحْلِفَ بِاللهِ كَاذِبًا أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَحْلِفَ بِغَيْرِهِ صَادِقًا»

“Sungguh bersumpah bohong dengan menyebut nama Allah, lebih Aku sukai daripada bersumpah jujur tetapi dengan menyebut nama selain-Nya.” [Mushannaf Ibnu Abi Syaibah: Shahih]

d)      Diriwayatkan dari Hudzaifah radhiyallahu'anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

«لاَ تَقُوْلُوْا مَا شَاءَ اللهُ وَشَاءَ فُلاَنٌ، وَلَكِنْ قُوْلُوْا مَا شَاءَ اللهُ ثُمَّ شَاءَ فُلاَنٌ»

“Janganlah kalian mengatakan: ‘Atas kehendak Allah dan kehendak si Fulan’, tapi katakanlah: ‘Atas kehendak Allah kemudian atas kehendak si Fulan.” [Sunan Abu Daud: Shahih]

e)      Diriwayatkan dari Ibrahim An-Nakha’iyrahimahullah-bahwa ia melarang  ucapan: “Aku berlindung kepada Allah dan kepadamu”, tetapi ia memperbolehkan ucapan: “Aku berlindung kepada Allah, kemudian kepadamu”, serta ucapan: ‘kalau bukan karena Allah kemudian karena si fulan’, dan ia tidak memperbolehkan ucapan: ‘kalau bukan karena Allah dan karena fulan’.

Dari ayat, hadits dan atsar di atas, syekh –rahimahullah- menyebutkan 5 poin penting:

1)      Penjelasan tentang maksud “membuat sekutu untuk Allah”.

Allah -subhanahu wata'ala- berfirman:

{وَمِنَ النَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ اللَّهِ أَندَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِّلَّهِ} [البقرة: 165]

Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. [Al-Baqarah: 165]

{وَإِذَا مَسَّ الْإِنْسَانَ ضُرٌّ دَعَا رَبَّهُ مُنِيبًا إِلَيْهِ ثُمَّ إِذَا خَوَّلَهُ نِعْمَةً مِنْهُ نَسِيَ مَا كَانَ يَدْعُو إِلَيْهِ مِنْ قَبْلُ وَجَعَلَ لِلَّهِ أَنْدَادًا لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِهِ قُلْ تَمَتَّعْ بِكُفْرِكَ قَلِيلًا إِنَّكَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ} [الزمر: 8]

Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya; Kemudian apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan kemudharatan yang pernah dia berdoa (kepada Allah) untuk (menghilangkannya) sebelum itu, dan dia mengada-adakan sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah: "Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu sementara waktu; Sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka". [Az-Zumar:8]

{قُلْ أَئِنَّكُمْ لَتَكْفُرُونَ بِالَّذِي خَلَقَ الْأَرْضَ فِي يَوْمَيْنِ وَتَجْعَلُونَ لَهُ أَنْدَادًا ذَلِكَ رَبُّ الْعَالَمِينَ} [فصلت: 9]

Katakanlah: "Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagiNya? (yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam". [Fushilat: 9]

Ø  Ma'qil bin Yasar radhiyallahu 'anhu berkata: Aku berangkat bersama Abu Bakr menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam beliau bersabda:

«يَا أَبَا بَكْرٍ، لَلشِّرْكُ فِيكُمْ أَخْفَى مِنْ دَبِيبِ النَّمْلِ»، فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: وَهَلِ الشِّرْكُ إِلَّا مَنْ جَعَلَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ؟ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَلشِّرْكُ أَخْفَى مِنْ دَبِيبِ النَّمْلِ، أَلَا أَدُلُّكَ عَلَى شَيْءٍ إِذَا قُلْتَهُ ذَهَبَ عَنْكَ قَلِيلُهُ وَكَثِيرُهُ؟» " قُلِ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لَا أَعْلَمُ "

"Wahai Abu Bakr, syirik pada kalian lebih halus dari langkah semut." Abu Bakr berkata: Bukankah syirik itu hanya bagi orang-orang yang menjadikan Tuhan selain Allah? Rasulullah menjawab: "Demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya, syirik itu lebih halus dari langkah semut, maukah engkau kutunjuki sesuatu yang jika engkau membacanya, syirik akan jauh darimu sedikit ataupun banyak? Katakan: "Ya Allah .. Aku berlindung kepada-Mu dari menyekutukan-Mu sementara aku mengetahuinya, dan aku meminta ampun dengan apa yang tidak aku ketahui". [Al-Adab Al-Mufrad: Sahih]

2)      Penjelasan para sahabat bahwa ayat-ayat yang diturunkan oleh Allah yang berkaitan dengan syirik akbar itu mencakup juga tentang syirik ashghar (kecil).

Bersumpah dengan selain Allah adalah syirik kecil. Abu Hurairah radhiallahu'anhu berkata; Rasulullah bersabda:

" مَنْ حَلَفَ فَقَالَ فِي حَلِفِهِ: وَاللَّاتِ وَالعُزَّى، فَلْيَقُلْ: لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ " [صحيح البخاري ومسلم]

"Barangsiapa yang bersumpah dan berkata, "Demi Laata dan ‘Uzza maka hendaknya ia mengatakan; Laa Ilaaha Illallaah. [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dari Mahmud bin Labid radhiyallahu 'anhu; Bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda:

«إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ» قَالُوا: وَمَا الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: " الرِّيَاءُ، يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: إِذَا جُزِيَ النَّاسُ بِأَعْمَالِهِمْ: اذْهَبُوا إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تُرَاءُونَ فِي الدُّنْيَا فَانْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ جَزَاءً "

Sesungguhnya di antara yang paling aku takutkan terjadi pada kalian adalah syirik kecil". Sahabat bertanya: Apa itu syirik kecil? Rasulullah menjawab: Ia adalah Riya, Allah berkata kepada mereka pada hari kiamat di saat manusia mendapat balasan dari amalannya: "Pergilah kalian pada orang-orang yang kau lakukan ibadah deminya di dunia, lihatlah apakah mereka bisa memberimu imbalan?!". [Musnad Ahmad: Hasan]

3)      Bersumpah dengan menyebut nama selain Allah adalah syirik.

Ibnu Umar berkata: Umar bersumpah dengan mengatakan: “Tidak, demi bapakku!” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

«لَا تَحْلِفُوا بِآبَائِكُمْ، مَنْ حَلَفَ بِشَيْءٍ دُونَ اللَّهِ فَقَدْ أَشْرَكَ» [المستدرك على الصحيحين للحاكم: صحيح]

“Jangan kalian bersumpah demi bapak kalian, siapa yang bersumpah dengan sesuatu selain Allah maka ia telah melakukan syirik”. [Mustadrak Al-Hakim: Shahih]

4)      Bersumpah menggunakan nama selain Allah walaupun dalam kebenaran, itu lebih besar dosanya daripada sumpah palsu dengan menggunakan nama Allah.

Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata; Rasulullah  shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«لَا تَحْلِفُوا بِآبَائِكُمْ، وَلَا بِأُمَّهَاتِكُمْ، وَلَا بِالْأَنْدَادِ، وَلَا تَحْلِفُوا إِلَّا بِاللَّهِ، وَلَا تَحْلِفُوا بِاللَّهِ إِلَّا وَأَنْتُمْ صَادِقُونَ» [سنن أبي داود: صحيح]

“Janganlah kalian bersumpah dengan nama bapak-bapak kalian, dan jangan pula dengan nama ibu-ibu kalian, serta dengan sekutu-sekutu! Dan janganlah kalian bersumpah kecuali dengan nama Allah, dan janganlah bersumpah dengan nama Allah kecuali kalian dalam keadaan benar." [Sunan Abi Daud: Shahih]

Ø  Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma;

أَنَّ رَجُلَيْنِ اخْتَصَمَا إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَأَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الطَّالِبَ الْبَيِّنَةَ فَلَمْ تَكُنْ لَهُ بَيِّنَةٌ فَاسْتَحْلَفَ الْمَطْلُوبَ، فَحَلَفَ بِاللَّهِ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «بَلَى، قَدْ فَعَلْتَ وَلَكِنْ قَدْ غُفِرَ لَكَ بِإِخْلَاصِ قَوْلِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ» [سنن أبي داود: صحيح]

Bahwa dua orang laki-laki mempermasalahkan kepada Nabi , kemudian Nabi meminta penuntut agar mendatangkan bukti, dan ia tidak memiliki bukti. Kemudian beliau meminta agar orang yang dituntut untuk bersumpah, lalu ia bersumpah dengan nama Allah yang tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Dia. Kemudian Rasulullah bersabda, "Ya, sungguh engkau telah melakukan, akan tetapi engkau telah mendapat ampunan karena keikhlasan ucapanmu LAA ILAAHA ILLALLAAH." [Sunan Abi Daud: Shahih]

5)      Ada perbedaan yang jelas sekali antara ( وَ ) yang berarti “dan” dengan ( ثُمَّ ) yang berarti “kemudian”.

Hudzaifah bin Al-Yaman -radhiallahu 'anhuma- berkata:

أَنَّ رَجُلًا مِنَ الْمُسْلِمِينَ رَأَى فِي النَّوْمِ أَنَّهُ لَقِيَ رَجُلًا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ، فَقَالَ: نِعْمَ الْقَوْمُ أَنْتُمْ لَوْلَا أَنَّكُمْ تُشْرِكُونَ، تَقُولُونَ: مَا شَاءَ اللَّهُ وَشَاءَ مُحَمَّدٌ، وَذَكَرَ ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: " أَمَا وَاللَّهِ، إِنْ كُنْتُ لَأَعْرِفُهَا لَكُمْ، قُولُوا: مَا شَاءَ اللَّهُ، ثُمَّ شَاءَ مُحَمَّدٌ "

"Seorang laki-laki muslim bermimpi dalam tidurnya bertemu dengan seorang ahli kitab, ia berkata: "Sebaik-baik kaum adalah kalian, jika kalian tidak berbuat syirik. Kalian mengatakan 'Apa yang dikehendaki Allah dan yang dikehendaki Muhammad'."

Lalu hal itu ia ceritakan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau pun bersabda: "Demi Allah, sungguh aku sudah tahu itu pada kalian, maka ucapkanlah: 'Apa yang dikehendaki Allah kemudian Muhammad'." [Sunan Ibnu Majah: Shahih]

Ø  Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma;

أَنَّ رَجُلًا قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا شَاءَ اللَّهُ وَشِئْتَ؟، فَقَالَ: «جَعَلْتَنِي لِلَّهِ عَدْلًا، بَلْ مَا شَاءَ اللَّهُ وَحْدَهُ» [مسند أحمد: حسن لغيره]

Bahwa seorang laki-laki berkata, "Wahai Rasulullah, MA SYA`ALLAHU WA SYI`TA (Sesuai dengan kehendak Allah dan kehendakmu)." Maka beliau bersabda, "Apakah engkau akan menjadikanku sekutu Allah -'azza wa Jalla-? Tetapi katakanlah: MASYA`ALLAH WAHDAH (Sesuai dengan kehendak Allah saja)." [Musnad Ahmad: Hasan ligairih]

Lihat: Kisah si Kudisan, si Botak, dan si Buta yang diuji

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Syarah Kitab Tauhid bab (41); Ingkar terhadap nikmat Allah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...