Kamis, 28 Juli 2022

Kitab Iman bab 33; Pelaksanaan agama yang paling dicintai oleh Allah adalah yang konsisten

بسم الله الرحمن الرحيم

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

بَابٌ: أَحَبُّ الدِّينِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهُ

“Bab: Pelaksanaan agama yang paling dicintai oleh Allah adalah yang konsisten”

Imam Bukhari ingin menegaskan dalam bab ini bahwa kata iman terkadang dimaksudkan adalah amalan, karena agama yang dimaksud dalam hadits ini adalah amalan, dan agama sesungguhnya adalah Islam, dan Islam yang hakiki semakna dengan Iman.

Bab ini juga menjelaskan bab sebelumnya bahwa kebaikan Islam seseorang diraih dengan banyak beribadah tapi jangan sampai berlebihan.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

43 - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ المُثَنَّى، حَدَّثَنَا يَحْيَى [بن سعيد القطان]، عَنْ هِشَامٍ [بن عروة بن الزبير]، قَالَ: أَخْبَرَنِي أَبِي، عَنْ عَائِشَةَ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ عَلَيْهَا وَعِنْدَهَا امْرَأَةٌ، قَالَ: «مَنْ هَذِهِ؟» قَالَتْ: فُلاَنَةُ، تَذْكُرُ مِنْ صَلاَتِهَا، قَالَ: «مَهْ، عَلَيْكُمْ بِمَا تُطِيقُونَ، فَوَاللَّهِ لاَ يَمَلُّ اللَّهُ حَتَّى تَمَلُّوا» وَكَانَ أَحَبَّ الدِّينِ إِلَيْهِ مَا دَامَ عَلَيْهِ صَاحِبُهُ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al-Mutsanna, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Yahya [bin Sa'id Al-Qathan], dari Hisyam [bin 'Urwah bin Az-Zubair], ia berkata: Telah mengabarkan bapakku kepadaku, dari Aisyah bahwa Nabi mendatanginya dan bersamanya ada seorang wanita lain, lalu Nabi bertanya, "Siapa ini?" Aisyah menjawab, "Si fulanah", Lalu diceritakan tentang shalatnya. Maka Nabi bersabda, "Tinggalkanlah apa yang tidak kalian sanggupi, demi Allah, Allah tidak akan bosan hingga kalian sendiri yang menjadi bosan, dan agama yang paling dicintai-Nya adalah apa yang senantiasa dikerjakan secara rutin dan kontinyu".

Nb: Hadits ini sudah dijelaskan pada “kitab Ash-Shaum dari Sahih Bukhari; Bab (51) Puasa Sya'ban

1.      Wanita yang dimaksud dalam hadits ini adalah Al-Haula`a binti Tuwait bin Habib bin Asad bin Abdul 'Uzza Al-Quraisyiyah radhiyallahu ‘anha.

Ia membaiat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam setelah hijrah, dan termasuk sahabat Nabi yang banyak beribadah.

Suatu hari Al-Haula`a binti Tuwait bin Habib bin Asad bin Abdul 'Uzza melewati Aisyah radhiyallahu 'anha, sementara di sisinya ada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Aisyah pun berkata; "Wanita ini adalah Al-Haula` binti Tuwait, orang-orang bercerita bahwa ia tidak pernah tidur malam (karena shalat)."

Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«لَا تَنَامُ اللَّيْلَ!؟ خُذُوا مِنَ الْعَمَلِ مَا تُطِيقُونَ، فَوَاللهِ لَا يَسْأَمُ اللهُ حَتَّى تَسْأَمُوا» [صحيح مسلم]

"Ia tidak tidur malam?! Hendaklah kalian beramal sesuai dengan kemampuan kalian, karena demi Allah, Allah tidak akan bosan hingga kalian sendiri yang bosan." [Shahih Muslim]

2.      Melakukan ibadah sesuai kemampuan.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«إِيَّاكُمْ وَالْوِصَالَ» قَالُوا: فَإِنَّكَ تُوَاصِلُ، يَا رَسُولَ اللهِ، قَالَ: «إِنَّكُمْ لَسْتُمْ فِي ذَلِكَ مِثْلِي، إِنِّي أَبِيتُ يُطْعِمُنِي رَبِّي وَيَسْقِينِي، فَاكْلَفُوا مِنَ الْأَعْمَالِ مَا تُطِيقُونَ»

"Janganlah kalian menyambungkan puasa". Sahabat bertanya: Tapi engkau menyambung puasa, Ya Rasulullah? Rasulullah menjawab: "Kalian tidak sama sepertiku, sesungguhnya aku bermalam dan Tuhanku memberiku makan dan minum, lakukanlah ibadah yang engkau mampu". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata:

دَخَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِذَا حَبْلٌ مَمْدُودٌ بَيْنَ السَّارِيَتَيْنِ فَقَال: "مَا هَذَا الْحَبْل؟ "، قَالُوا: هَذَا حَبْلٌ لِزَيْنَبَ، فَإِذَا فَتَرَتْ تَعَلَّقَتْ. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَا، حُلُّوهُ، لِيُصَلِّ أَحَدُكُمْ نَشَاطَه، ُ فَإِذَا فَتَرَ فَلْيَقْعُدْ"

"Pada suatu hari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam masuk (ke masjid), kemudian Beliau mendapati tali yang diikatkan dua tiang. Kemudian Beliau berkata: "Apa ini?" Orang-orang menjawab: "Tali ini milik Zainab, bila dia shalat dengan berdiri lalu merasa letih, dia berpegangan pada tali tersebut". Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jangan ia lakukan sedemikian itu. Hendaklah seseorang dari kalian tekun dalam ibadah shalatnya dan apabila dia merasa letih, shalatlah sambil duduk". [Shahih Bukhari dan Muslim]

3.      Keutamaan beribadah secara konsisten sekalipun sedikit.

Diantaranya:

a)      Menunjukkan pengagungan terhadap suatu amalan.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ} [الحج: 32]

Dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati. [Al-Hajj:32]

b)      Amalan yang paling dicintai oleh Allah ‘azza wajalla.

Aisyah radhiyallahu 'anha berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«يَا أَيُّهَا النَّاسُ، خُذُوا مِنَ الأَعْمَالِ مَا تُطِيقُونَ، فَإِنَّ اللَّهَ لاَ يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوا، وَإِنَّ أَحَبَّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ مَا دَامَ وَإِنْ قَلَّ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Wahai sekalian manusia, lakukanlah ibadah sesuai kemampuan kalian, karena sesungguhnya Allah tidak merasa bosan sampai kalian bosan, dan sesungguhnya amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang konsisten sekalipun sedikit". [Sahih Bukhari dan Muslim]

c)       Amalan yang paling dicintai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaih wasallam.

Aisyah radhiyallahu 'anha berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«خُذُوا مِنَ العَمَلِ مَا تُطِيقُونَ، فَإِنَّ اللَّهَ لاَ يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوا، وَأَحَبُّ الصَّلاَةِ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا دُووِمَ عَلَيْهِ وَإِنْ قَلَّتْ، وَكَانَ إِذَا صَلَّى صَلاَةً دَاوَمَ عَلَيْهَا»

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Lakukanlah amal-amal yang kalian sanggup melaksanakannya, karena Allah tidak akan bosan (dalam memberikan pahala) sampai kalian yang lebih dahulu bosan (dari mengerjakan amal) ". Dan shalat yang paling Nabi shallallahu 'alaihi wasallam cintai adalah shalat yang dijaga kesinambungannya sekalipun sedikit. Dan Beliau bila sudah biasa melaksanakan shalat (sunnat) beliau menjaga kesinambungannya". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dalam riwayat lain:

«كَانَ أَحَبُّ العَمَلِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الَّذِي يَدُومُ عَلَيْهِ صَاحِبُهُ»

"Amalan yang paling dicintai oleh Rasulullah adalah yang dikerjakan secara terus menerus oleh pelakunya." [Shahih Bukhari]

d)      Pahala tetap dicatat saat berhalangan.

Dari Abu Musa radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«إِذَا مَرِضَ العَبْدُ، أَوْ سَافَرَ، كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا» [صحيح البخاري]

"Jika seorang hamba sakit atau bepergian (dan tidak bisa melaksanakan ibadah rutinnya), maka ditulis baginya pahala seperti ketika dia beramal saat muqim dan dalam keadaan sehat". [Sahih Bukhari]

e)      Tidak cepat bosan.

Abu Wail rahimahullah berkata: Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu memberi nasehat kepada orang-orang setiap hari kamis, lalu seseorang bertanya: Wahai Abu Abdurrahman, aku mendambakan engkau menasehati kami setiap hari!

Ibnu Mas'ud menjawab:

«أَمَا إِنَّهُ يَمْنَعُنِي مِنْ ذَلِكَ أَنِّي أَكْرَهُ أَنْ أُمِلَّكُمْ، وَإِنِّي أَتَخَوَّلُكُمْ بِالْمَوْعِظَةِ، كَمَا كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَخَوَّلُنَا بِهَا، مَخَافَةَ السَّآمَةِ عَلَيْنَا» [صحيح البخاري ومسلم]

“Sesungguhnya yang menghalangiku melakukan itu adalah aku tidak ingin membuat kalian bosan, dan aku memilih waktu untuk memberi nasehat sebagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memilih waktu untuk kami karena khawati kami bosan”. [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu berkata:

«حَدِّثِ النَّاسَ كُلَّ جُمُعَةٍ مَرَّةً، فَإِنْ أَبَيْتَ فَمَرَّتَيْنِ، فَإِنْ أَكْثَرْتَ فَثَلاَثَ مِرَارٍ، وَلاَ تُمِلَّ النَّاسَ هَذَا القُرْآنَ، وَلاَ أُلْفِيَنَّكَ تَأْتِي القَوْمَ وَهُمْ فِي حَدِيثٍ مِنْ حَدِيثِهِمْ، فَتَقُصُّ عَلَيْهِمْ، فَتَقْطَعُ عَلَيْهِمْ حَدِيثَهُمْ فَتُمِلُّهُمْ، وَلَكِنْ أَنْصِتْ، فَإِذَا أَمَرُوكَ فَحَدِّثْهُمْ وَهُمْ يَشْتَهُونَهُ» [صحيح البخاري]

"Berbicaralah (menyampaikan ilmu) kepada orang-orang setiap Jumat sekali, jika kamu enggan, maka dua kali, dan apabila kamu ingin lebih banyak lagi, hendaknya hanya tiga kali (setiap Jumat). Janganlah membuat orang-orang bosan dengan Al-Qur'an ini. Jangan sekali-kali aku dapatkan kamu mendatangi sebuah kaum ketika mereka berbincang-bincang, tiba-tiba kamu menyampaikan ilmu dan memotong pembicaraan mereka hingga mereka bosan. Akan tetapi diamlah terlebih dahulu. Jika mereka telah mempersilakanmu, silakan kamu bicara, sehingga mereka antusias (semangat) mendengarkan tutur bicaramu." [Shahih Bukhari]

Lihat: Kitab Ilmu bab 11 dan 12; Memilih waktu untuk menyampaikan dan menimba ilmu

f)        Tidak termasuk orang yang dicela.

Dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepadanya:

«يَا عَبْدَ اللَّهِ، لاَ تَكُنْ مِثْلَ فُلاَنٍ كَانَ يَقُومُ اللَّيْلَ، فَتَرَكَ قِيَامَ اللَّيْلِ» [صحيح البخاري]

“Wahai Abdullah, jangan engkau seperti si fulan yang dulunya sering salat malam kemudian ia tinggalkan”. [Sahih Bukhari]

Lihat: Syarah Arba’in (21) Hadits Sufyan bin Abdillah; Istiqamah

4.      Amalan dinilai bukan dari banyaknya tapi keikhlasan dan kesesuaiannya dengan sunnah Nabi shallallahu ‘alaih wasallam.

Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata:

جَاءَ ثَلاَثَةُ رَهْطٍ إِلَى بُيُوتِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَسْأَلُونَ عَنْ عِبَادَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَلَمَّا أُخْبِرُوا كَأَنَّهُمْ تَقَالُّوهَا، فَقَالُوا: وَأَيْنَ نَحْنُ مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ قَدْ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ، قَالَ أَحَدُهُمْ: أَمَّا أَنَا فَإِنِّي أُصَلِّي اللَّيْلَ أَبَدًا، وَقَالَ آخَرُ: أَنَا أَصُومُ الدَّهْرَ وَلاَ أُفْطِرُ، وَقَالَ آخَرُ: أَنَا أَعْتَزِلُ النِّسَاءَ فَلاَ أَتَزَوَّجُ أَبَدًا، فَجَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَيْهِمْ، فَقَالَ: «أَنْتُمُ الَّذِينَ قُلْتُمْ كَذَا وَكَذَا، أَمَا وَاللَّهِ إِنِّي لَأَخْشَاكُمْ لِلَّهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ، لَكِنِّي أَصُومُ وَأُفْطِرُ، وَأُصَلِّي وَأَرْقُدُ، وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ، فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي»

Tiga orang datang ke rumah istri-istri Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, mereka menanyakan tentang ibadah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Setelah mereka diberi tahu, seakan-akan mereka menganggapnya sedikit. Mereka mengatakan: Apalah kita dibandingkan dengan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam? Beliau sudah diampuni dosanya yang telah lalu dan yang akan datang.

Seorang dari mereka berkata: Adapun saya, akan shalat malam selamanya. Yang lain berkata: Aku akan puasa seumur hidup dan tidak berbuka. Dan yang lain berkata: Aku akan meninggalkan wanita dan tidak menikah selamanya.

Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mendatangi mereka dan bersabda: "Kaliankah yang mengatakan ini dan itu? Ketahuilah demi Allah, sesungguhnya aku adalah yang paling takut kepada Allah dari kalian dan yang paling bertaqwa kepada-Nya, akan tetapi aku berpuasa dan berbuka, salat malam dan tidur, dan aku menikahi wanita, maka barangsiapa yang tidak suka dengan sunnahku maka ia bukan dari golonganku". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Ibnu Mas’ud radhiyallahu 'anhu berkata:

«الْقَصْدُ فِي السُّنَّةِ خَيْرٌ مِنَ الِاجْتِهَادِ فِي الْبِدْعَةِ» [سنن الدارمي]

“Sederhana (beribadah) di atas sunnah lebih baik dari semangat (banyak beribadah) di atas bid’ah”. [Sunan Ad-Darimiy]

Ø  Abu Ad-Darda’ radhiyallahu 'anhu berkata:

«اقْتِصَادٌ فِي السُّنَّةِ خَيْرٌ مِنَ اجْتِهَادٍ فِي بِدْعَةٍ» [شرح أصول اعتقاد أهل السنة والجماعة]

“Sederhana (beribadah) di atas sunnah lebih baik dari semangat (banyak beribadah) di atas bid’ah”. [Syar Ushul I’tiqad Ahli Sunnah]

5.      Apakah Allah subhanahu wata’aalaa merasakan sifat “bosan”?

Ulama berbeda pendapat dalam menyikapi masalah ini:

Pendapat pertama: Hadits ini tidak menunjukkan adanya sifat bosan bagi Allah.

Adapun maksud hadits ini adalah “Allah tidak pernah bosan ketika kalian bosan”.

Pendapat kedua: Makna bosan pada Allah dalam hadits ini adalah tidak berhenti memberi pahala.

Pendapat ketiga: Allah memiliki sifat bosan tapi tidak seperti dengan sifat bosannya manusia.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ} [الشورى: 11]

Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat. [Asy-Syuraa: 11]

Pendapat keempat: Sifat bosa bagi Allah ditetapkan jika dilawankan dengan sifat bosan manusia (sebagai balasan). Sama halnya sifat “makar” dan “istihzaa’”:

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ} [آل عمران: 54]

Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya. [Ali ‘Imran: 54]

{وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ . اللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ} [البقرة: 14 - 15]

Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman". Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka (pemimpin-pemimpin mereka), mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok." Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka. [Al-Baqarah: 14-15]

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Kitab Iman bab 32; Baiknya Islam seseorang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...