بسم الله الرحمن الرحيم
Allah subhanahu
wa ta’aalaa berfirman:
{إِنَّمَا
وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ
وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ (55) وَمَنْ يَتَوَلَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
وَالَّذِينَ آمَنُوا فَإِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْغَالِبُونَ} [المائدة: 55-56]
Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan
orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya
mereka ruku’ (tunduk kepada Allah). Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya
dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut
(agama) Allah itulah yang pasti menang. [Al-Maidah: 55-56]
Ayat ini dijadikan dalil oleh kelompok Syi’ah bahwa Ali bin
Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu adalah yang lebih berhak menjadi khalifah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Mereka mengatakan bahwa kata “waliy” dalam firman Allah { إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ } berarti “yang paling berhak menjadi khalifah”.
Dan yang dimaksud dengan { وَالَّذِينَ آمَنُوا } adalah Ali bin Abi Thalib.
Dan yang dimaksud dengan { الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ
الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ }
adalah Ali yang sedang salat kemudian memberi zakat saat ia sedang ruku’.
Kisah tersebut diriwayatkan dari beberapa orang sahabat
Rasulullah, akan tetapi semua sanadnya sangat lemah.
Syekh Islam Ibnu Taimiyah (728H) rahimahullah berkata: Ulama hadits sepakat bahwa kisah yang diriwayatkan tentang hal
itu adalah suatu kebohongan dan palsu. [Minhaj As-Sunnah An-Nabawiyah
7/4]
Ibnu Katsir (774H) rahimahullah berkata: Tidak satupun
riwayat tersebut yang sahih secara mutlak, karena sanad-sanadnya lemah dan beberapa
perawinya tidak dikatahui (majhuul). [Lihat: Tafsiir Ibnu Katsiir 3/139]
A. Hadits Abi
Dzar radhiyallahu
‘anhu.
Diriwayatkan
oleh Ats-Tsa’labiy (427H) rahimahullah dalam kitab tafsirnya “Al-Kasyf
wal Bayaan” 4/80:
قال: أبو الحسن محمد بن القاسم بن أحمد ، أبو محمد عبد اللّه
بن أحمد الشعراني ، أبو علي أحمد بن علي بن زرين ، المظفر بن الحسن الأنصاري ، السدي بن علي العزاق ، يحيى بن عبد
الحميد الحماني عن قيس بن الربيع عن الأعمش
عن عبادة بن الربعي ، عن عبد اللّه بن عباس ...
قال : جُندب بن جنادة البدري أبو ذر الغفاري : ... أما إني صليت مع رسول اللّه يوماً
من الأيام صلاة الظهر فدخل سائل في المسجد فلم يعطه أحد ، فرفع السائل يده إلى السماء
وقال : اللهم اشهد إني سألت في مسجد رسول اللّه فلم يعطني أحد شيئاً ! وكان علي راكعاً
فأومى إليه بخنصره اليمنى وكان يتختم فيها ، فأقبل السائل حتى أخذ الخاتم من خنصره
، وذلك بعين النبي صلى الله عليه وسلم ، فلما فرغ النبيّ صلى الله عليه وسلم من الصلاة
فرفع رأسه إلى السماء وقال : ( اللهم إن أخي موسى سألك ، فقال : { رَبِّ اشْرَحْ لِي
صَدْرِي ، وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي ، ... وَاجْعَلْ لِي وَزِيرًا مِنْ أَهْلِي ، هَارُونَ
أَخِي ، اشْدُدْ بِهِ أَزْرِي } الآية ، فأنزلت عليه قرآناً ناطقاً { سَنَشُدُّ عَضُدَكَ
بِأَخِيكَ وَنَجْعَلُ لَكُمَا سُلْطَانًا } اللهم وأنا محمد نبيّك وصفيّك ، اللهم فاشرح
لي صدري ، ويسر لي أمري ، واجعل لي وزيراً من أهلي علياً ، أُشدد به ظهري ) .
قال أبو ذر : فواللّه ما استتم رسول اللّه الكلمة حتى أنزل
عليه جبرئيل من عند اللّه ، فقال : يا محمد إقرأ ، فقال : وما أقرأ ؟ قال : إقرأ {
إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ } ، إلى { رَاكِعُونَ } .
Abu Dzar berkata: Suatu hari aku salat dzuhur bersama Rasulullah,
kemudian seorang peminta masuk mesjid dan tidak ada seorang pun yang
memberinya. Maka si peminta mengangkat tangannya ke langit dan berdo'a: “Ya
Allah aku bersaksi bahwa sesungguhnya aku meminta dalam mesjid Rasulullah dan tidak
ada seorangpun yang memberiku sesuatu”.
Pada saa itu Ali sedang ruku', lalu ia mengulurkan kepadanya jari
kelingking tangan kanannya dimana ia memasang cincinnya. Maka si peminta datang
dan mengambil cincin tersebut dari kelingking Ali.
Kejadian tersebut disaksikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, maka setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selesai
dari salatnya, beliau mengangkat kepalanya ke langit dan berdo'a: “Ya
Allah sesungguhnya saudarku Musa meminta: {Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku
dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, ... dan jadikanlah untukku seorang
pembantu dari keluargaku, (yaitu) Harun, saudaraku, teguhkanlah dengan dia
kekuatanku}.
Maka diturunkan kepadanya ayat: {Kami akan membantumu dengan saudaramu,
dan kami berikan kepadamu berdua kekuasaan yang besar}.
Ya Allah, dan aku Muhammad, nabi-Mu dan pilihan-Mu. Ya Allah, maka
lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, ... dan
jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, (yaitu) Ali, teguhkanlah
dengan dia kekuatanku".
Abu Dzar berkata: Maka demi Allah, Rasulullah belum menyempurnakan
do'anya sampai turun kepadanya Jibril dari sisi Allah kemudian berkata: “Wahai
Muhammad, bacalah!”
Rasulullah berkata: “Apa yang aku baca?”
Jibril berkata: Bacalah “Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, ..” sampai “ .. mereka ruku’”.
Syekh Islam Ibnu Taimiyah berkata: Sanadnya lemah,
di dalamnya ada beberapa rawiy yang tertuduh sebagai pemalsu hadits (muttaham).
[Minhaj As-Sunnah An-Nabawiyah 7/6]
Ibnu Hajar Al-‘Asqalaniy (852H) rahimahullah berkata: Sanadnya “saaqith”
(sangat lemah). [Lihat: Al-Kaafiy Asy-Syaafiy
fii takhriij ahadiits Al-Kasysyaaf hal.56-57]
Syekh Albaniy rahimahullah mengatakan: Hadits ini palsu. [Lihat: Silsilah al-ahadits adh-dha’ifah
10/671 no.4958]
Sanad ini memiliki beberapa cacat, diantaranya:
1. As-Suddiy bin ‘Ali
Al-‘Azzaaq; Saya tidak mendapatkan biografinya.
2. Yahya bin Abdul Hamid
Al-Himmaniy[1] (228H); Adz-Dzahabiy mengatakan: Ia bermazhab syi’ah
yang sangat dibenci. Ia seorang haafidz (banyak menghafal hadits),
tapi haditsnya mungkar (sangat lemah). Ibnu Hajar berkata: Ia seorang haafidz,
akan tetapi ahli hadits menuduhnya sebagai pencuri hadits.
3. Qais bin Ar-Rabii’[2]
(167H); An-Nasa’iy mengatakan:
Periwayatan haditsnya ditolak (matruuk). Imam Ahmad ditanya: Kenapa
orang-orang meninggalkan haditsnya? Imam Ahmad menjawab: Ia bermazhab syi’ah,
banyak melakukan kesalahan, dan meriwayatkan
beberapa hadits mungkar. Ibnu Hajar berkata: Periwayatan
haditsnya cukup bagus (shaduuq), akan tetapi hafalannya memburuk di masa
tuanya, dan anaknya memasukkan dalam kitabnya beberapa hadits yang bukan
miliknya kemudian ia meriwayatkannya.
4. ‘Ubadah bin Ar-Rib’iy[3]; Ibnu Sa’ad berkata: Haditsnya sedikit. Abu Hatim
berkata: Ia seorang syekh (periwayatan haditsnya lumayan bagus). Dan
Adz-Dzahabiy mengatakan: Ia sangat berlebihan dalam bermazhab syi’ah.
B. Hadits Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.
Diriwayatkan oleh Al-Hakim (405H) rahimahullah dalam kitabnya “Ma’rifah Uluum Al-Hadiits” hal.157, dan Ibnu
‘Asaakir (571H) rahimahullah dalam kitabnya “Taarikh Dimasyq” 42/356 dan 45/303:
عن عيسى بن عبد الله بن عبيد الله
بن عمر بن علي بن أبي طالب قال: ثنا عن أبيه عن جده عن علي قال : نزلت هذه الآية
على رسول الله صلى الله عليه وسلم { إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ
آمَنُوا الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ
} فخرج رسول الله صلى الله عليه وسلم ودخل المسجد والناس يصلون بين راكع وقائم ، فصلى
فإذا سائل قال : يا سائل أعطاك أحد شيئا ؟ فقال : لا ، إلا هذا الراكع – لعلي - أعطاني
خاتما .
Ali berkata: Ayat ini turun kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam “Sesungguhnya
penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang
mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka ruku’”.
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar dan masuk
mesjid sementara orang-orang sedang salat, ada yang sedang ruku’ dan ada yang
sedang berdiri, kemudian Rasulullah salat.
Tiba-tiba datang seorang peminta, Rasulullah bertanya
kepadanya: “Wahai peminta, apakah ada seseorang yang memberimu sesuatu?”
Maka ia menjawab: Tidak ada, kecuali yang sedang ruku’ itu –
menunjuk kepada Ali -, ia memberiku sebuah cincin.
Sanad hadits ini sangat lemah karena ada
rawiy yang bernama Isa bin Abdullah bin ‘Ubaidillah (yang
betul: Muhammad) bin
Umar bin Ali bin Abi Thalib[4];
Ibnu Hibban berkata: Ia meriwayatkan dari bapak dan kakeknya hadits-hadits
palsu. Ad-Daraquthniy mengatakan: Haditsnya ditolak (matruuk).
Syekh Albaniy mengatakan: Hadits ini mungkar (sangat lemah).
[Lihat: Silsilah al-ahadits adh-dha’ifah 10/580 no.4921]
C. Hadits ‘Ammar bin Yasir radhiyallahu ‘anhu.
Diriwayatkan oleh Ath-Thabaraniy (360H) rahimahullah dalam kitabnya “Al-Mu’jam Al-Ausath” 6/218 no.6232:
قال: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيٍّ الصَّائِغُ قَالَ:
نا خَالِدُ بْنُ يَزِيدَ الْعُمَرِيُّ قَالَ: نا إِسْحَاقُ
بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَلِيِّ بْنِ حُسَيْنٍ، عَنِ الْحَسَنِ بْنِ
زَيْدٍ، عَنْ أَبِيهِ، زَيْدِ بْنِ الْحَسَنِ، عَنْ جَدِّهِ قَالَ: سَمِعْتُ عَمَّارَ
بْنَ يَاسِرٍ، يَقُولُ: وَقَفَ عَلَى عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ سَائِلٌ، وَهُوَ رَاكِعٌ
فِي تَطَوُّعٍ فَنَزَعَ خَاتَمَهُ، فَأَعْطَاهُ السَّائِلَ، فَأَتَى رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَعْلَمَهُ ذَلِكَ، فَنَزَلَتْ عَلَى النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَذِهِ الْآيَةَ: {إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ
وَالَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ
رَاكِعُونَ} [المائدة: 55] ، فَقَرَأَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
ثُمَّ قَالَ: «مَنْ كُنْتُ مَوْلَاهُ فَعَلِيٌّ مَوْلَاهُ، اللَّهُمَّ وَالِ مَنْ وَالَاهُ،
وَعَادِ مَنْ عَادَاهُ»
‘Ammar bin Yasir berkata: Seorang peminta berdiri di hadapan Ali bin Abi
Thalib saat ia sedang ruku’ dalam salat sunnah, maka ia melepaskan cincinnya
kemudian memberikannya kepada si peminta. Kemudian ia mendatangi Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dan memberitahukan hal tersebut, maka turunlah kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ayat ini:
“Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan
orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya
mereka ruku’”.
[Al-Maidah:55]
Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membacanya
kemudian bersabda: “Barangsiapa yang menganggapku sebagai walinya maka
Ali juga adalah walinya. Ya Allah jadilah sebagai wali bagi orang-orang yang
menjadikannya (Ali) wali, dan musuhilah orang yang memusuhinya”.
Sanad hadits ini sangat lemah, Al-Haitsamiy
(807H) rahimahullah mengatakan: Dalam sanadnya ada beberapa rawiy yang
tidak aku ketahui. [Majma’ Az-Zawaid 7/17 no.10978]
Dan ada rawiy yang bernama Khalid bin Yaziid
Al-‘Umariy[5];
Ibnu Hajar Al-‘Asqalaniy berkata: periwayatan haditsnya ditolak (matruuk).
[Lihat: Al-Kaafiy Asy-Syaafiy fii takhriij ahadiits Al-Kasysyaaf hal.56]
D. Hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma.
a. Diriwayatkan oleh Ibnu
Al-Magaaziliy (483H) rahimahullah dalam kitabnya “Manaaqib ‘Ali”
no.357:
قال: أخبرنا أحمد بن محمد بن طاوان، أخبرنا أبو أحمد عمر
بن عبد الله بن شوذب، حدثنا محمد بن أحمد العسكري الدقاق، حدثنا محمد بن عثمان بن أبي
شيبة، حدثنا عبادة، حدثنا عمر بن ثابت عن محمد بن السائب
عن أبيه عن أبي صالح عن ابن عباس قال: كان علي راكعاً فجاءه مسكين فأعطاه خاتمه، فقال
رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((من أعطاك هذا؟)) فقال: أعطاني هذا الراكع، فأنزلت
هذه الآية { إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ
آمَنُوا }، إلى آخر الآية.
Ibnu Abbas berkata: Suatu hari ‘Ali sedang ruku’ kemudian ia didatangi
oleh seorang peminta-minta maka ia memberikan cincinnya. Kemudian Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bertanya kepada si peminta: Siapa yang memberikanmu
ini?
Si peminta menjawab: Aku diberi oleh orang yang sedang ruku’ itu.
Maka turunlah ayat ini: “Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan
orang-orang yang beriman, ..” sampai akhir ayat.
Sanad hadits ini sangat lemah karena ada
rawiy yang bernama Muhammad bin As-Saib Al-Kalbiy[6];
Ibnu Hajar berkata: Ia tertuduh sebagai pembohong dan bermazhab rafidah
(syi’ah).
b. Diriwayatkan oleh Ibnu
Al-Magaaziliy dalam kitabnya “Manaaqib ‘Ali” no.356:
قال: أخبرنا أحمد بن محمد بن طاوان إذناً أن أبا أحمد عمر
بن عبد الله بن شوذب حدثهم قال: حدثنا أبي، حدثنا إبراهيم
بن عبد السلام، حدثنا محمد بن عمر بن بشير العسقلاني،
حدثنا مطلب بن زياد عن السدي
عن أبي عيسى عن ابن عباس قال: مر سائل بالنبي صلى الله
عليه وسلم وفي يده خاتم فقال: ((من أعطاك هذا الخاتم؟)) قال: ذاك الراكع! وكان علي
يصلي، فقال النبي صلى الله عليه وسلم: ((الحمد لله الذي جعلها فيَّ وفي أهل بيتي))
{ إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ }،
الآية .
Ibnu Abbas berkata: Seorang peminta melewati Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dan di tangannya sebuah cincin, maka Rasulullah bertanya:
Siapa yang memberimu cincin ini?
Ia menjawab: Orang yang ruku’ itu! Menunjuk kepada Ali yang sedang
salat.
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Segala
puji bagi Allah yang menjadikannya padaku dan pada keluargaku. “Sesungguhnya penolong kamu hanyalah
Allah, Rasul-Nya, ..” sampai akhir ayat.
Hadits ini sangat lemah, karena cacat
pada beberapa rawiynya:
1. Ibrahim bin Abdissalam
Al-Makhzumiy[7]; Periwayatan haditsnya lemah dan dituduh sebagai
pencuri hadits.
2. Saya tidak mendapatkan biografi Muhammad bin Umar bin Basyir Al-‘Asqalaniy, akan
tetapi Ibnu Hajar dalam kitabnya “Lisan Al-Miizaan” 7/416 menyebutkan
seorang rawiy yang bernama Muhammad bin ‘Imran bin Basyir; Ia meriwayatkan
hadits dari Az-Zuhriy (125H), dan yang meriwayatkan darinya Wahb bin Utsman.
Abu Hatim berkata: Aku tidak mengetahuinya.
3. Muthalib bin Ziyad[8]
(185H); Periwayatan haditsnya
cukup bagus (shaduuq) akan tetapi terkadang ia melakukan kekeliruan.
4. As-Suddiy adalah Ismail bin Abdurrahman[9]
(127H); Periwayatan haditsnya cukup bagus, akan tetapi sering melakukan
kekeliruan dan dituduh bermazhab syi’ah.
5. Abu Isa; Saya tidak mengetahui siapa orangnya.
Diriwayatkan juga oleh Al-Khathiib Al-Bagdadiy (463H) rahimahullah
dalam kitabnya “Al-Muttafiq wa Al-Muftariq” 2/39:
قال: أخبرني أبو الحسن محمد بن محمد بن علي الشروطي قال:
حدثنا المظفر بن نظيف بن عبدالله مولى بني هاشم قال:
حدثنا محمد بن مخلد قال: حدثنا أبو إسحاق إبراهيم بن أبي يحيى
قال: حدثنا محمد بن عمر يعني ابن بشير قال: حدثنا مطلب ابن زياد عن السدي عن
أبي عيسى عن ابن عباس رضي الله عنهما قال: تصدق علي
بخاتمه وهو راكع ، فقال النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم للسائل: " من أعطاك
هذا الخاتم ؟ " فقال: ذاك الراكع ! فأنزل الله تعالى فيه: { إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ
اللَّهُ وَرَسُولُهُ... } الآية : قال: وكان في خاتمه مكتوبا " سبحان فخرني بأني
عبده " ثم كتب في خاتمه بعد الله الملك .
Sanad ini sangat lemah, karena beberapa
cacat pada rawinya:
1) Muhammad bin Muhammad
bin Ali Asy-Syuruthiy[10]
(454H); Al-Khathiib berkata: Ia
mengaku mendengar hadits dari Abu Umar bin Hayawaih tapi tidak terbukti, dan ia
bermazhab rafidhah (syi’ah).
2) Al-Mudzaffar bin Nadziif
bin Abdillah -maula bani Hasyim-[11]
(398H); Al-Azhariy mengatakan: Ia
seorang pembohong.
c. Diriwayatkan oleh Ibnu
Mardawaih (410H) rahimahullah, sebagaimana disebutkan oleh Ibnu
Katsiir dalam kitab tafsirnya 3/138:
من طريق سفيان الثوري، عن أبي سِنان،
عن الضحاك، عن ابن عباس قال: كان علي بن أبي طالب قائمًا
يصلي، فمر سائل وهو راكع، فأعطاه خاتمه، فنزلت: { إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ
} الآية.
Ibnu Abbas berkata: Suatu hari Ali bin Abi Thalib mendirikan salat
kemudian lewat seorang peminta saat ia sedang ruku’, maka ia memberikannya
cincinnya, kemudian turunlah ayat: “Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, ..” sampai akhir ayat.
Sanad hadits ini lemah karena
terputus, Adh-Dhahhaq bin Muzahim[13]
tidak pernah bertemu dengan Ibnu Abbas.
Selain dari segi sanadnya yang sangat lemah,
matannya pun lemah dengan beberapa alasan:
1. Riwayat yang kuat menunjukkan
bahwa ayat ini turun pada ‘Ubadah bin Ash-Shamit radhiyallahu ‘anhu ketika
memutuskan perjanjiannya dengan Yahudi Bani Qainuqaa’, sebagaimana diriwayatkan
oleh Ath-Thabariy (310H) rahimahullah dalam kitab tafsirnya 10/424
no.12207-12208 .
Syekh Albaniy mengatakan: Salah satu sanadnya “hasan”.
2. Kalimat { وَالَّذِينَ آمَنُوا } adalah bentuk jamak yang menunjukkan pada semua orang yang
beriman, bukan pada satu orang. Oleh sebab itu, ketika dikatakan pada Abu
Ja’far Muhammad bin ‘Ali Al-Baaqir (114H) bahwa ayat ini turun pada Ali bin Abi
Thalib, beliau menjawab: Ali bagian dari orang-orang yang beriman.
Diriwayatkan oleh Ath-Thabariy
dalam kitab tafsirnya 10/425 no.12211-12212, dengan sanad yang sahih.
3. Kalimat { وَيُؤْتُونَ
الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ }
bukan berarti “mereka menunaikan zakat ketika sedang ruku’ dalam salat”, akan
tetapi berarti “mereka senantiasa khusyu’ (tunduk dan takut kepada
Allah)”. Berbeda dengan sifat orang munafik, Allah subhanahu wa ta’aalaa
berfirman:
{أَنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَبِرَسُولِهِ
وَلَا يَأْتُونَ الصَّلَاةَ إِلَّا وَهُمْ كُسَالَى وَلَا يُنْفِقُونَ إِلَّا وَهُمْ
كَارِهُونَ} [التوبة: 54]
“Dan mereka (orang-orang munafiq) tidak mengerjakan salat melainkan
dengan malas (tidak khusyu’) dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka,
melainkan dengan rasa enggan”. [At-Taubah:54]
Seandainya kalimat tersebut berarti ruku’ dalam salat, maka itu akan
menunjukkan bahwa membayar zakat atau bersedekah ketika sedang ruku’ adalah
lebih baik. Akan tetapi tidak satu ulama’ pun yang berpendapat demikian.
[Lihat: Tafsiir Al-Bahr Al-Muhiith karya Abu Hayyan 3/525, Tafsir Ibnu Katsir
3/138]
4. Kalimat { إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ } bukan berarti khalifah atau
pemimpin, akan tetapi berarti penolong dan pembela. Allah subhanahu wa
ta’aalaa berfirman:
{وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ
أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ} [التوبة: 71]
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian
mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain”. [At-Taubah:71]
Dan jika kata “waliy” diartikan
sebagai khalifah maka tidak akan ada yang berhak menjadi khalifah kecuali Ali,
karena hanya ia yang bersedekah saat ruku’ dalam salat.
5. Kalau hadits ini dijadikan dalil bahwa Ali lebih berhak menjadi khalifah
karena bersedekah saat ruku’ maka Abu Bakr, Umar, dan Ustman radhiyallahu ‘anhum
lebih berhak lagi. Karena Abu Bark
telah bersedekah dengan seluruh hartanya, Umar bersedekah dengan separuh
hartanya, dan Ustman menafkahi prajurit perang.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
«مَا نَفَعَنِي مَالٌ قَطُّ، مَا نَفَعَنِي مَالُ
أَبِي بَكْرٍ»
“Tidak ada satupun harta yang sangat bermanfaat bagiku seperti harta Abu
Bakr”.
Abu Hurairah berkata: Maka Abu Bakr menangis dan berkata: Ya Rasulullah,
tiadalah aku dan hartaku kecuali untukmu, Ya Rasulullah! [Sunan Ibnu Majah:
Sahih]
Umar bin Khattab radhiyallahu
‘anhu berkata: Suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan
kami bersedekah dan itu bertepatan saat aku sedang punya harta, maka aku
berkata: Hari ini aku akan mendahului Abu Bakr jika memang aku akan
mendahuluinya walau sehari. Kemudian aku datang membawa seperdua hartaku, maka
Rasulullah bertanya:
«مَا أَبْقَيْتَ لِأَهْلِكَ؟»
Apa yang engkau sisakan untuk keluargamu?
Aku menjawab: Seperti itu!
Dan Abu Bakr datang dengan semua harta yang ia miliki, maka Rasulullah
bertanya pada Abu Bakr:
«مَا أَبْقَيْتَ لِأَهْلِكَ؟»
Apa yang engkau sisakan untuk keluargamu?
Abu Bakr menjawab: Aku menyisakan untuk mereka Allah dan Rasul-Nya!
Maka aku berkata pada Abu Bakr: Aku tidak akan mungkin mendahuluimu pada
sesuatu selamanya. [Sunan Abu Daud: Hasan]
Abdurrahman bin Samurah radhiyallahu ‘anhu berkata: Utsman datang kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dengan seribu dinar ketika sedang membekali prajurit
perang Al-‘Usrah kemudian meletakkannya di pangkuannya.
Abdurrahman berkata: Maka aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam membolak-balikkannya di pangkuannya dan berkata:
مَا ضَرَّ عُثْمَانَ مَا عَمِلَ بَعْدَ اليَوْمِ
مَرَّتَيْنِ
“Apapun yang dilakukan Ustman tidak akan membahayakannya setelah hari
ini”, Rasulullah mengucapkannya dua kali. [Sunan Tirmidziy: Hasan]
Dan masih banyak lagi kejanggalan dalam hadits tersebut yang disebutkan
syekh Islam Ibnu Taimiyah dalam kitabnya “Minhaj As-Sunnah An-Nabawiyah”
7/1.
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Benarkah Mu’awiyah mencaci Ali? - Keutamaan Sahabat Rasulullah - Bahaya bid'ah
[1]
Lihat biografi Yahya bin Abdul Hamid Al-Himmaniy
dalam kitab: Adh-Dhu'afaa' Ash-Shagiir karya Al-Bukhariy hal.124, Al-Kaamil
karya Ibnu 'Adiy 7/237, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 3/197, Miizaan
Al-I'tidaal karya Adz-Dzahabiy 7/198, Al-Mugniy fi Adh-Dhu’afaa’ karya
Adz-Dzahabiy 2/739, Taqriib At-Tahdziib karya Ibnu Hajar hal.593.
[2]
Lihat biografi Qais bin Ar-Rabii’ dalam kitab:
Adh-Dhu'afaa' karya An-Nasa'i hal.228, Al-Majruhiin karya Ibnu Hibban 2/216,
Al-Kaamil 6/39, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 3/19,
Miizaan Al-I'tidaal 5/477, Taqriib At-Tahdziib hal.457.
[3]
Lihat biografi ‘Ubadah bin Ar-Rib’iy dalam kitab:
Ath-Thabaqaat karya Ibnu Sa’ad 6/127, At-Taarikh Al-Kabiir karya Al-Bukhariy
7/72, Adh-Dhu'afaa' Al-Kabiir karya Al-'Uqaily 3/415, Al-Jarh wa At-Ta'diil
karya Ibnu Abi Hatim 7/29, Miizaan Al-I'tidaal 4/55.
[4]
Lihat biografi Isa bin Abdullah dalam kitab:
Al-Majruhiin 2/121, Al-Kaamil 5/242,
Adh-Dhu'afaa' karya Abu Nu'aim hal.122 , Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy
2/240, Miizaan Al-I'tidaal 5/380, Lisaan Al-Miizaan karya
Ibnu Hajar 6/269.
[5]
Lihat biografi Khalid bin Yaziid Al-‘Umariy dalam
kitab: Al-Majruhiin 1/284, Al-Kaamil 3/17,
Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 1/252, Miizaan Al-I'tidaal 2/431, Lisaan Al-Miizaan 3/345.
[6]
Lihat biografi Muhammad bin As-Saib dalam kitab:
Adh-Dhu'afaa' Ash-Shagiir hal.105 , Adh-Dhu'afaa' karya
An-Nasa'i hal.231 , Al-Majruhiin 2/253, Al-Kaamil 6/114, Adh-Dhu'afaa' karya Abu Nu'aim hal.138 , Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu
Al-Jauziy 3/62, Miizaan Al-I'tidaal 6/159, Taqriib
At-Tahdziib hal.479.
[7]
Lihat biografi Ibrahim bin Abdissalam dalam kitab:
Al-Kaamil 1/259, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 1/38,
Miizaan Al-I'tidaal 1/167, Taqriib At-Tahdziib hal.91.
[8]
Lihat biografi Muthalib bin Ziyad dalam kitab:
Al-Kaamil 6/464, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 3/125,
Miizaan Al-I'tidaal 6/446, Taqriib At-Tahdziib hal.534.
[9]
Lihat biografi As-Suddiy dalam kitab: Al-Kaamil 1/276, Miizaan Al-I'tidaal 1/395, Taqriib
At-Tahdziib hal.108.
[10]
Lihat biografi Muhammad bin Muhammad bin Ali Asy-Syuruthiy dalam kitab:
Taarikh Bagdaad karya Al-Khatiib 4/388, Taarikh Al-Islam karya Adz-Dzahabiy
30/371, Lisaan Al-Miizaan 7/490.
[11]
Lihat biografi Al-Mudzaffar bin Nadziif dalam kitab:
Taarikh Bagdad 15/163, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy
3/126, Miizaan Al-I'tidaal 6/452, Lisaan Al-Miizaan 8/93.
[12]
Lihat biografi Abu Ishaq Ibrahim bin Abi Yahya dalam
kitab: Adh-Dhu'afaa' Ash-Shagiir hal.17 , Adh-Dhu'afaa' karya
An-Nasa'i hal.146 , Al-Majruhiin 1/105, Al-Kaamil 1/217, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 1/51, Miizaan Al-I'tidaal 1/182, Taqriib At-Tahdziib hal.93.
[13]
Lihat biografi Adh-Dhahhaq bin Muzahim dalam
kitab: Adh-Dhu'afaa' karya Abu Zur'ah Ar-Raziy 2/683, Al-Maraasiil karya Ibnu
Abi Hatim hal.94, Al-Kaamil 4/95, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu
Al-Jauziy 2/60, Jaami’ At-Tahshiil karya Al-'Alaaiy hal.199, Miizaan Al-I'tidaal 3/446, Tuhfah At-Tahshiil karya Abu Zur'ah Al-'Iraqiy hal.155, Taqriib At-Tahdziib hal.280.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...