Rabu, 07 Agustus 2013

Koreksi do'a azan dan iqamah

بسم الله الرحمن الرحيم

Dari An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ [سنن أبي داود: صحيح]
“Do’a adalah ibadah”. [Sunan Abi Dawud: Sahih]  

Selain harus dengan niat yang ikhlas, do'a juga harus sesuai dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Sebelumnya telah disebutkan beberapa do’a yang dibaca ketika mendengar azan dan iqamah (Lihat: Do’a azan dan iqamah).

Berikut beberapa koreksi pada do’a azan dan iqamah yang tidak mempunyai landasan dari sunnah atau karena haditsnya lemah.

A.      Beberapa tambahan yang sering disebut dalam do'a azan dan iqamah, diantaranya:
1.      Diawali dengan lafadz: " اللهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِحَقِّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ ", dan diakhiri dengan lafadz: " إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيعَادَ " .
Diriwayatkan oleh Imam Al-Baehaqiy (458H) rahimahullah dalam kitabnya "as-sunan al-kubraa" 1/306 no.1193, namun lafadz tersebut tidak disebutkan pada riwayat-riwayat lainnya yang lebih kuat maka hukumnya syadz dan sangat lemah.

2.      Lafadz: " سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا " .
Diriwayatkan oleh Ath-Thahawiy (321H) rahimahullah dalam kitabnya "syarh ma'aniy al-aatsaar" 1/146 no.895, dan sangat jelas kalau lafadz ini juga syadz tidak disebutkan pada riwayat-riwayat lainnya yang lebih kuat.

3.      Lafadz: " الدَّرَجَةُ الرَّفِيعَةُ " .
Lafadz ini disebutkan oleh Ibnu As-Sunniy (364H) rahimahullah dalam kitabnya "amal al-yaum wa al-lailah" no.95 melalui jalur Imam An-Nasaiy (303H) rahimahullah. Akan tetapi dalam riwayat Imam An-Nasa'iy sendiri di kitab sunan-nya hadits no.680 tidak menyebutkan lafadz tersebut.

Al-Hafidz Ibnu Hajar (852H) rahimahullah mengatakan: Lafadz ini tidak disebutkan pada setiap sanadnya. [Talkhis Al-Habiir 1/518]

Imam As-Sakhawiy (1255H) rahimahullah mengatakan: Tambahan ini adalah tambahan mudraj (tanbahan dari perawi dan bukan bagian dari Rasulullah), aku tidak mendapatkannya di semua riwayat. [Al-Maqashid Al-Hasanah no.484]

Lihat Al-Irwaa' karya syekh Albaniy juz 1 halaman 260.

B.      Do’a mendengar azan subuh.
Ibnu Hajar Al-'Asqalaniy mengatakan: Ucapan " صَدَقْتَ وَبَرَرْت " setelah mendengar penyeru azan salat subuh mengatakan " الصلاة خير من النوم ", tidak punya dalil. [Talkhish Al-habiir 1/520]

C.      Do’a setelah azan magrib.
Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajariku do'a yang aku baca ketika azan magrib:
«اللَّهُمَّ إِنَّ هَذَا إِقْبَالُ لَيْلِكَ، وَإِدْبَارُ نَهَارِكَ، وَأَصْوَاتُ دُعَاتِكَ، فَاغْفِرْ لِي»
“Ya Allah, sesungguhnya ini adalah waktu datangnya malam-Mu dan berlalunya siang-Mu, dan suara-suara penyeru-Mu. Maka ampunilah aku”

Diriwayatkan oleh Abu Dawud (275H) rahimahullah dalam kitab Sunan-nya 1/146 no.530 dengan sanad yang lemah.

Imam An-Nawawiy (676H) rahimahullah mengatakan: Dalam sanadnya ada rawiy yang tidak diketahui (majhuul). [Al-Majmuu' 3/116]

D.     Do’a ketika mendengar iqamah.
1.      Diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dalam kitabnya "As-Sunan" 1/145 no.528, dari Muhammad bin Tsabit ia berkata: Seorang dari penduduk Syam menceritakan kepadaku, dari Syahr bin Hausyab, dari Abu Umamah atau dari seorang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam; bahwasanya ketika Bilal radhiyallahu ‘anhu mengumandangkan iqamah dan sampai pada ucapan " قَدْ قَامَتِ الصَّلَاةُ " (salat akan didirikan), Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo'a:
«أَقَامَهَا اللَّهُ وَأَدَامَهَا»
"Semoga Allah mendirikannya dan melestarikannya".

Hadits ini dilemahkan oleh Imam Al-Baehaqiy (458H) dan syekh Albaniy rahimahumullah.

Sanadnya sangat lemah karena ada rawiy yang bernama Muhammad bin Tsabit Al-'Abdiy[1] dan Syahr bin Hausyab[2] periwayatan haditsnya lemah, dan ada seorang rawiy yang tidak diketahui (majhuul). [Lihat Al-Irwaa' 1/258 no.241]

Ibnu Hajar Al-'Asqalaniy mengatakan: Do'a ..
أَقَامَهَا اللَّهُ وَأَدَامَهَا ، وجعلني من صالحي أهلها
Haditsnya lemah, dan tambahan lafadz tersebut tidak punya dasar (لا أصل لها). [Lihat: Talkhish Al-Habiir karya Ibnu Hajar 1/519]

2.      Dari Qatadah rahimahullah, bahwasanya Usman radhiyallahu ‘anhu jika mendengar orang adzan ia mengucapkan apa yang diucapkannya saat tasyahhud dan takbir. Dan jika muadzin mengucapkan " حيّ على الصلاة ", Usman mengucapkan:
مَا شَاءَ اللَّهُ ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاَللَّهِ
Dan jika muadzin mengucapkan " قد قامت الصلاة ", Usman mengucapkan:
مَرْحَبًا بِالْقَائِلِينَ عَدْلاً وَصدقاً ، وَبِالصَّلاَةِ مَرْحَبًا وَأَهْلاً
Kemudian ia bangkit untuk salat.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah (235H) rahimahullah dalam kitabnya "Al-Mushannaf" 1/206 no.2366.
Akan tetapi sanad riwayat ini terputus, Al-Haitsamiy (807H) rahimahullah mengatakan: Qatadah[3] tidak pernah mendengar hadits dari Usman. [Majma' Az-Zawaid 2/106 no.1919]

E.      Do’a setelah mendengar iqamah.
اللهم أحسن وقوفي بين يديك
"Ya Allah, perbaikilah berdiriku (salatku) di hadapan-Mu"

Al-Lajnah Ad-Daimah ditanya tentang do'a ini, dan mereka menjawab: Kami tidak mengetahui suatu do'a yang disyari'atkan untuk dibaca setelah iqamah. Akan tetapi yang disyari'atkan adalah mengucapkan apa yang diucapkan muzdzin ketika iqamah, kemudian berselawat kepada Rasulullah dan meminta wasilah untuknya, kemudian menunggu imam melakukan takbiratul ihram dan ikut takbir sesudahnya. [Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah 6/93]

Majlis fatwa Asy-Syabakah Al-Islamiyah (islamweb) juga menjawab: Do'a tersebut kami tidak dapati sebagai do'a yang disyari'atkan sebelum takbiratul ihram, akan tetapi tidak ada larangan membaca do'a tersebut selama tidak dilakukan secara rutin pada saat tersebut. [Fatawa  Asy-SyabakahAl-Islamiyah no. 105897]

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Waktu berselawat
                 Adab berdo'a
                 Zikir dan do'a setelah shalat




[1] Lihat biografi Muhammad bin Tsabit Al-'Abdiy dalam kitab: Adh-Dhu'afaa' Ash-Shagiir karya Al-Bukhariy hal.102, Adh-Dhu'afaa' karya An-Nasa'i hal.231, Al-Majruhiin karya Ibnu Hibban 2/251, Al-Kaamil karya Ibnu 'Adiy 6/134, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 3/45, Miizaan Al-I'tidaal karya Adz-Dzahabiy 6/94, Taqriib At-Tahdziib karya Ibnu Hajar hal.471.
[2] Lihat biografi Syahr bin Hausyab dalam kitab: Adh-Dhu'afaa' karya An-Nasa'i hal.194, Al-Majruhiin 1/361, Al-Kaamil 4/36, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 2/43, Miizaan Al-I'tidaal 3/389, Taqriib At-Tahdziib hal.269.
[3] Lihat biografi Qatadah bin Di’amah dalam kitab: Al-Maraasil karya Ibnu Abi Hatim hal.168 dan 175, Jami’ At-Tahshiil hal.254, Tuhfah At-Tahshiiil hal.262, 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...