بسم الله الرحمن الرحيم
Dari An-Nu’man
bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma; Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
الدُّعَاءُ هُوَ
الْعِبَادَةُ [سنن
أبي داود: صحيح]
“Do’a
adalah ibadah”. [Sunan Abi Dawud: Sahih]
Selain harus
dengan niat yang ikhlas, do'a juga harus sesuai dengan sunnah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam.
Sebelumnya
telah disebutkan beberapa do’a yang dibaca ketika mendengar azan dan iqamah
(Lihat: Do’a azan dan iqamah).
Berikut
beberapa koreksi pada do’a azan dan iqamah yang tidak mempunyai landasan dari
sunnah atau karena haditsnya lemah.
A.
Beberapa
tambahan yang sering disebut dalam do'a azan dan iqamah, diantaranya:
1.
Diawali dengan lafadz: " اللهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِحَقِّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ ", dan diakhiri dengan lafadz: " إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيعَادَ " .
Diriwayatkan
oleh Imam Al-Baehaqiy (458H) rahimahullah dalam kitabnya "as-sunan
al-kubraa" 1/306 no.1193, namun lafadz tersebut tidak disebutkan pada
riwayat-riwayat lainnya yang lebih kuat maka hukumnya syadz dan sangat lemah.
2.
Lafadz: " سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا " .
Diriwayatkan
oleh Ath-Thahawiy (321H) rahimahullah dalam kitabnya "syarh
ma'aniy al-aatsaar" 1/146 no.895, dan sangat jelas kalau lafadz ini
juga syadz tidak disebutkan pada
riwayat-riwayat lainnya yang lebih kuat.
3.
Lafadz: " الدَّرَجَةُ الرَّفِيعَةُ " .
Lafadz ini
disebutkan oleh Ibnu As-Sunniy (364H) rahimahullah dalam kitabnya "amal
al-yaum wa al-lailah" no.95 melalui jalur Imam An-Nasaiy (303H) rahimahullah.
Akan tetapi dalam riwayat Imam An-Nasa'iy sendiri di kitab sunan-nya hadits
no.680 tidak menyebutkan lafadz tersebut.
Al-Hafidz
Ibnu Hajar (852H) rahimahullah mengatakan: Lafadz ini tidak disebutkan
pada setiap sanadnya. [Talkhis Al-Habiir 1/518]
Imam
As-Sakhawiy (1255H) rahimahullah mengatakan: Tambahan ini adalah tambahan mudraj (tanbahan
dari perawi dan bukan bagian dari Rasulullah), aku tidak mendapatkannya di
semua riwayat. [Al-Maqashid Al-Hasanah no.484]
Lihat Al-Irwaa' karya syekh Albaniy juz 1 halaman 260.
B. Do’a
mendengar azan subuh.
Ibnu Hajar Al-'Asqalaniy mengatakan: Ucapan " صَدَقْتَ وَبَرَرْت " setelah mendengar penyeru azan
salat subuh mengatakan " الصلاة خير من النوم ", tidak punya dalil. [Talkhish
Al-habiir 1/520]
C.
Do’a setelah azan magrib.
Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha
berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajariku do'a yang
aku baca ketika azan magrib:
«اللَّهُمَّ
إِنَّ هَذَا إِقْبَالُ لَيْلِكَ، وَإِدْبَارُ نَهَارِكَ، وَأَصْوَاتُ دُعَاتِكَ، فَاغْفِرْ
لِي»
“Ya Allah,
sesungguhnya ini adalah waktu datangnya malam-Mu dan berlalunya siang-Mu, dan
suara-suara penyeru-Mu. Maka ampunilah aku”
Diriwayatkan
oleh Abu Dawud (275H) rahimahullah dalam kitab Sunan-nya 1/146 no.530
dengan sanad yang lemah.
Imam
An-Nawawiy (676H) rahimahullah mengatakan: Dalam sanadnya ada rawiy yang
tidak diketahui (majhuul). [Al-Majmuu' 3/116]
D.
Do’a ketika
mendengar iqamah.
1.
Diriwayatkan oleh Imam Abu
Daud dalam kitabnya "As-Sunan" 1/145 no.528, dari Muhammad bin Tsabit ia berkata: Seorang dari penduduk Syam menceritakan kepadaku, dari
Syahr bin Hausyab, dari Abu Umamah atau dari
seorang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam; bahwasanya ketika Bilal
radhiyallahu ‘anhu mengumandangkan iqamah dan sampai pada ucapan " قَدْ قَامَتِ الصَّلَاةُ " (salat akan didirikan), Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam berdo'a:
«أَقَامَهَا اللَّهُ وَأَدَامَهَا»
"Semoga
Allah mendirikannya dan melestarikannya".
Hadits ini
dilemahkan oleh Imam Al-Baehaqiy (458H) dan syekh Albaniy rahimahumullah.
Sanadnya sangat lemah karena ada rawiy yang bernama Muhammad bin Tsabit Al-'Abdiy[1]
dan Syahr bin Hausyab[2]
periwayatan haditsnya lemah, dan ada seorang rawiy yang tidak diketahui (majhuul). [Lihat Al-Irwaa' 1/258 no.241]
Ibnu Hajar
Al-'Asqalaniy mengatakan: Do'a ..
أَقَامَهَا اللَّهُ وَأَدَامَهَا ، وجعلني من صالحي أهلها
Haditsnya lemah, dan tambahan lafadz tersebut tidak punya dasar
(لا أصل لها). [Lihat: Talkhish Al-Habiir karya Ibnu
Hajar 1/519]
2.
Dari Qatadah
rahimahullah, bahwasanya Usman radhiyallahu ‘anhu jika
mendengar orang adzan ia mengucapkan apa yang diucapkannya saat tasyahhud dan
takbir. Dan jika muadzin mengucapkan " حيّ على الصلاة ", Usman mengucapkan:
مَا شَاءَ اللَّهُ ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاَللَّهِ
Dan jika
muadzin mengucapkan " قد قامت الصلاة ", Usman mengucapkan:
مَرْحَبًا بِالْقَائِلِينَ عَدْلاً وَصدقاً ، وَبِالصَّلاَةِ
مَرْحَبًا وَأَهْلاً
Kemudian
ia bangkit untuk salat.
Diriwayatkan
oleh Ibnu Abi Syaibah (235H) rahimahullah dalam
kitabnya "Al-Mushannaf" 1/206 no.2366.
Akan
tetapi sanad riwayat ini terputus, Al-Haitsamiy (807H)
rahimahullah mengatakan: Qatadah[3]
tidak pernah mendengar hadits dari Usman. [Majma' Az-Zawaid 2/106 no.1919]
E.
Do’a setelah
mendengar iqamah.
اللهم أحسن وقوفي بين يديك
"Ya
Allah, perbaikilah berdiriku (salatku) di hadapan-Mu"
Al-Lajnah
Ad-Daimah ditanya tentang do'a ini, dan mereka menjawab: Kami tidak mengetahui
suatu do'a yang disyari'atkan untuk dibaca setelah iqamah. Akan tetapi yang
disyari'atkan adalah mengucapkan apa yang diucapkan muzdzin ketika iqamah,
kemudian berselawat kepada Rasulullah dan meminta wasilah untuknya, kemudian
menunggu imam melakukan takbiratul ihram dan ikut takbir sesudahnya. [Fatawa
Al-Lajnah Ad-Daimah 6/93]
Majlis fatwa Asy-Syabakah
Al-Islamiyah (islamweb) juga menjawab: Do'a tersebut kami tidak dapati
sebagai do'a yang disyari'atkan sebelum takbiratul ihram, akan tetapi tidak ada
larangan membaca do'a tersebut selama tidak dilakukan secara rutin pada saat
tersebut. [Fatawa Asy-SyabakahAl-Islamiyah no. 105897]
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Waktu berselawat
[1] Lihat biografi Muhammad bin Tsabit Al-'Abdiy dalam kitab:
Adh-Dhu'afaa' Ash-Shagiir karya Al-Bukhariy hal.102, Adh-Dhu'afaa' karya
An-Nasa'i hal.231, Al-Majruhiin karya Ibnu Hibban 2/251, Al-Kaamil karya Ibnu
'Adiy 6/134, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 3/45, Miizaan Al-I'tidaal karya
Adz-Dzahabiy 6/94, Taqriib At-Tahdziib karya Ibnu Hajar hal.471.
[2] Lihat biografi Syahr bin Hausyab dalam kitab:
Adh-Dhu'afaa' karya An-Nasa'i hal.194, Al-Majruhiin 1/361,
Al-Kaamil 4/36, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 2/43, Miizaan
Al-I'tidaal 3/389, Taqriib At-Tahdziib hal.269.
[3] Lihat biografi Qatadah bin Di’amah dalam kitab: Al-Maraasil karya Ibnu Abi Hatim
hal.168 dan 175, Jami’ At-Tahshiil hal.254, Tuhfah At-Tahshiiil hal.262,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...