Sabtu, 10 November 2018

Kesungguhan Sahabat Nabi mengamalkan As-Sunnah

بسم الله الرحمن الرحيم


Abdullah bin Umar radiyallahu 'anhuma berkata:
«مَنْ كَانَ مُسْتَنًّا فَلْيَسْتَنَّ بِمَنْ قَدْ مَاتَ، أُولَئِكَ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانُوا خَيْرَ هَذِهِ الْأُمَّةِ، أَبَّرَهَا قُلُوبًا، وَأَعْمَقَهَا عِلْمًا، وَأَقَلَّهَا تَكَلُّفًا، قَوْمٌ اخْتَارَهُمُ اللهُ لِصُحْبَةِ نَبِيِّهِ صلّى الله عليه وسلم وَنَقْلِ دِينِهِ، فَتَشَبَّهُوا بِأَخْلَاقِهِمْ وَطَرَائِقِهِمْ فَهُمْ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَانُوا عَلَى الْهُدَى الْمُسْتَقِيمِ» [حلية الأولياء]
Siapa yang mencari tuntunan maka hendaklah ia mengikuti tuntunan mereka yang sudah wafat, mereka itu adalah sahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka adalah generasi tebaik umat ini, hati mereka lebih suci, ilmu mereka lebih dalam, dan tidak suka melampaui batas. Mereka adalah generasi yang Allah pilih untuk menemani nabi-Nya –shallallahu ‘alaihi wasallam- dan menyampaikan agama-Nya, maka hendaklah kalian mencontoh akhlak dan metode mereka (dalam beribadah), mereka adalah sahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka berada di atas petunjuk yang lurus.” [Hilyatul Auliyaa’]

Sahabat Nabi adalah generasi terbaik

Dari 'Imran bin Hushain radiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
خَيْرُ أُمَّتِي قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ [صحيح البخاري]
"Yang paling baik dari umatku adalah orang yang hidup di masaku, kemudian generasi setelahnya, kemudian generasi setelahnya". [Sahih Bukhari]

Dari Abdullah bin Mas'ud radiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ [صحيح البخاري ومسلم]
"Manusia yang paling baik adalah orang yang hidup di masaku, kemudian generasi setelahnya, kemudian generasi setelahnya". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Mencintai apa yang dicintai Nabi shallallahu 'alaihi wasallam:

1.       Anas bin Malik -radhiallahu 'anhu- berkata:
رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَتَبَّعُ الدُّبَّاءَ مِنْ حَوَالَيِ القَصْعَةِ، قَالَ: فَلَمْ أَزَلْ أُحِبُّ الدُّبَّاءَ مِنْ يَوْمِئِذٍ [صحيح البخاري ومسلم]
Aku pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memakan dengan melahap labu yang ada di tepi bejana, maka aku selalu menyukai labu sejak saat itu. [Sahih Bukhari dan Muslim]

2.       Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhuma berkata: Suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggandeng tanganku menuju rumahnya, kemudian dihidangkan padanya sepotong roti, maka beliau bertanya:
«مَا مِنْ أُدُمٍ؟»
“Apa makanan pelengkapnya?”
Mereka menjawab: Tidak ada sesuatu kecuali acar (asam-asaman)!
Beliau bersabda:
«فَإِنَّ الْخَلَّ نِعْمَ الْأُدُمُ»
“Sesungguhnya sebaik-baik makanan pendamping adalah acar”.
Jabir berkata: Maka aku senantiasa menyukai acar sejak aku mendengar itu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. [Sahih Muslim]

Membenci apa yang dibenci Nabi shallallahu 'alaihi wasallam:

Abu Ayyub Al-Anshariy radiyallahu 'anhu berkata:
كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أُتِيَ بِطَعَامٍ أَكَلَ مِنْهُ، وَبَعَثَ بِفَضْلِهِ إِلَيَّ، وَإِنَّهُ بَعَثَ إِلَيَّ يَوْمًا بِفَضْلَةٍ لَمْ يَأْكُلْ مِنْهَا، لِأَنَّ فِيهَا ثُومًا، فَسَأَلْتُهُ: أَحَرَامٌ هُوَ؟ قَالَ: «لَا، وَلَكِنِّي أَكْرَهُهُ مِنْ أَجْلِ رِيحِهِ»، قَالَ: فَإِنِّي أَكْرَهُ مَا كَرِهْتَ [صحيح مسلم]
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam apabila diberi makanan, beliau memakannya dan sisanya diberikannya kepadaku. Pada suatu hari beliau memberikan kepadaku makanan yang tidak dimakannya karena di dalamnya ada bawang putih. Lalu kutanya; 'Apakah bawang putih itu haram? ' Jawab beliau: 'Tidak! Tetapi aku tidak suka karena baunya.' Kata Abu Ayyub; 'Kalau begitu, aku juga tidak suka apa yang Anda tidak sukai.' [Shahih Muslim]

Menjalankan perintah Nabi dengan sebaik mungkin:

1)      Abdullah bin Mas’ud -radhiyallahu ' anhu- berkata;
«مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَلْقَى اللهَ غَدًا مُسْلِمًا، فَلْيُحَافِظْ عَلَى هَؤُلَاءِ الصَّلَوَاتِ حَيْثُ يُنَادَى بِهِنَّ، فَإِنَّ اللهَ شَرَعَ لِنَبِيِّكُمْ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُنَنَ الْهُدَى، وَإِنَّهُنَّ مَنْ سُنَنَ الْهُدَى، وَلَوْ أَنَّكُمْ صَلَّيْتُمْ فِي بُيُوتِكُمْ كَمَا يُصَلِّي هَذَا الْمُتَخَلِّفُ فِي بَيْتِهِ، لَتَرَكْتُمْ سُنَّةَ نَبِيِّكُمْ، وَلَوْ تَرَكْتُمْ سُنَّةَ نَبِيِّكُمْ لَضَلَلْتُمْ، وَمَا مِنْ رَجُلٍ يَتَطَهَّرُ فَيُحْسِنُ الطُّهُورَ، ثُمَّ يَعْمِدُ إِلَى مَسْجِدٍ مِنْ هَذِهِ الْمَسَاجِدِ، إِلَّا كَتَبَ اللهُ لَهُ بِكُلِّ خَطْوَةٍ يَخْطُوهَا حَسَنَةً، وَيَرْفَعُهُ بِهَا دَرَجَةً، وَيَحُطُّ عَنْهُ بِهَا سَيِّئَةً، وَلَقَدْ رَأَيْتُنَا وَمَا يَتَخَلَّفُ عَنْهَا إِلَّا مُنَافِقٌ مَعْلُومُ النِّفَاقِ، وَلَقَدْ كَانَ الرَّجُلُ يُؤْتَى بِهِ يُهَادَى بَيْنَ الرَّجُلَيْنِ حَتَّى يُقَامَ فِي الصَّفِّ»
"Siapa hendak menjumpai Allah besok sebagai seorang muslim, hendaklah ia jaga semua shalat yang ada, di manapun ia mendengar panggilan shalat itu, sesungguhnya Allah telah mensyare'atkan kepada Nabi kalian sunnah-sunnah petunjuk, dan sesungguhnya shalat berjama’a, diantara sunnah-sunnah petunjuk itu, kalau kalian shalat di rumah kalian sebagaimana seseorang yang tidak hadir di masjid, berarti telah kalian tinggalkan sunnah Nabi kalian, sekiranya kalian tinggalkan sunnah Nabi kalian, sungguh kalian akan sesat, tidaklah seseorang bersuci dengan baik, kemudian ia menuju salah satu masjid yang ada, melainkan Allah menulis kebaikan baginya dari setiap langkah kakinya, dan dengannya Allah mngangkat derajatnya, dan menghapus kesalahan karenanya, dan kami menyaksikan sendiri tidaklah seseorang ketinggalan dari shalat berjama’ah, melainkan dia seorang munafik yang jelas kemunafikannya (munafik tulen), sungguh dahulu seseorang dari kami (yang sedang sakit) harus dipapah di antara dua orang hingga diberdirikan di shaff (barisan) shalat yang ada." [Shahih Muslim no.1046]

2)      Dari Anasradhiyallahu ‘anhu-: Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«أَقِيمُوا صُفُوفَكُمْ، فَإِنِّي أَرَاكُمْ مِنْ وَرَاءِ ظَهْرِي»
"Luruskanlah shaf-shaf kalian, sesungguhnya aku dapat melihat kalian dari balik punggungku."
Anas berkata:
«وَكَانَ أَحَدُنَا يُلْزِقُ مَنْكِبَهُ بِمَنْكِبِ صَاحِبِهِ، وَقَدَمَهُ بِقَدَمِهِ»
“Maka setiap orang dari kami merapatkan bahunya kepada bahu temannya, dan kakinya pada kaki temannya." [Shahih Bukhari]

3)      An-Numan bin Basyirradhiyallahu ‘anhuma- berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam biasa menghadap kepada jamaah, lalu bersabda:
«أَقِيمُوا صُفُوفَكُمْ» ثَلَاثًا، «وَاللَّهِ لَتُقِيمُنَّ صُفُوفَكُمْ أَوْ لَيُخَالِفَنَّ اللَّهُ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ»
"Luruskanlah shaf shaf kalian!” -beliau mengucapkannya tiga kali- “Demi Allah, hendaklah kalian benar-benar meluruskan shaf shaf kalian, atau Allah benar-benar akan membuat hati kalian saling berselisih."
Kata Nu'man;
فَرَأَيْتُ الرَّجُلَ يَلْزَقُ مَنْكِبَهُ بِمَنْكِبِ صَاحِبِهِ وَرُكْبَتَهُ بِرُكْبَةِ صَاحِبِهِ وَكَعْبَهُ بِكَعْبِهِ
Maka saya melihat setiap orang melekatkan (merapatkan) pundaknya dengan pundak temannya (orang di sampingnya), demikian pula antara lutut dan mata kakinya dengan lutut dan mata kaki temannya. [Sunan Abi Daud: Shahih]

4)      Abu Tsa’labah Al-Khusyaniy radiyallahu 'anhu berkata:
كَانَ النَّاسُ إِذَا نَزَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْزِلًا تَفَرَّقُوا فِي الشِّعَابِ وَالْأَوْدِيَةِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ تَفَرُّقَكُمْ فِي هَذِهِ الشِّعَابِ وَالْأَوْدِيَةِ، إِنَّمَا ذَلِكُمْ مِنَ الشَّيْطَانِ». فَلَمْ يَنْزِلْ بَعْدَ ذَلِكَ مَنْزِلًا إِلَّا انْضَمَّ بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ، حَتَّى يُقَالَ: لَوْ بُسِطَ عَلَيْهِمْ ثَوْبٌ لَعَمَّهُمْ [سنن أبي داود: صحيح]
Dahulu orang-orang apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam singgah di suatu tempat, mereka menyebar di jalan-jalan lembah dan bukit. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata: "Sesungguhnya menyebarnya kalian di jalan-jalan lembah dan bukit adalah berasal dari syetan." Kemudian setelah itu, beliau tidak singgah di suatu tempat melainkan sebagian mereka bergabung dengan sebagian yang lain hingga dikatakan bahwa apabila dihamparkan selembar kain niscaya dapat menampung mereka. [Sunan Abi Daud: Shahih]

5)      Dari 'Abdullah bin 'Abbas radiyallahu 'anhuma;
أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى خَاتَمًا مِنْ ذَهَبٍ فِي يَدِ رَجُلٍ، فَنَزَعَهُ فَطَرَحَهُ، وَقَالَ: «يَعْمِدُ أَحَدُكُمْ إِلَى جَمْرَةٍ مِنْ نَارٍ فَيَجْعَلُهَا فِي يَدِهِ»، فَقِيلَ لِلرَّجُلِ بَعْدَ مَا ذَهَبَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: خُذْ خَاتِمَكَ انْتَفِعْ بِهِ، قَالَ: لَا وَاللهِ، لَا آخُذُهُ أَبَدًا وَقَدْ طَرَحَهُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ [صحيح مسلم]
Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah melihat sebuah cincin emas di tangan seorang laki-laki. Lalu beliau mencopot cincin tersebut dan langsung melemparnya seraya bersabda: "Salah seorang di antara kalian menginginkan bara api neraka dan meletakkannya di tangannya?."
Setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pergi, seseorang berkata kepada laki-laki itu; 'Ambilah cincin itu untuk kamu ambil manfaat darinya.'
Lelaki tersebut menjawab; 'Tidak, Demi Allah aku tidak akan mengambil cincin itu selamanya, karena cincin itu telah di buang oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. [Shahih Muslim]

6)      Auf bin Malik Al Asyja'irahdiyallahu ‘anhu- berkata; Kami pernah berada dekat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selama sembilan atau delapan atau tujuh hari. Saat kami hendak berpisah, beliau bersabda: "Apakah kalian tidak berbai'at kepada Rasulullah?"
Ketika itu kami baru saja berbai'at kepada beliau, maka kami pun menjawab, "Sesungguhnya kami telah berbai'at kepadamu wahai Rasulullah."
Kemudian beliau bertanya lagi: "Apakah kalian tidak berbai'at kepada Rasulullah?"
Kami menjawab, "Sungguh, kami telah berbai'at kepada Anda wahai Rasulullah."
Beliau mengulangi pertanyaannya: "Apakah kalian tidak berbai'at kepada Rasulullah?"
Maka kami pun mengulurkan tangan sambil berujar, "Sesungguhnya kami telah berbai'at kepada Tuan, lalu atas apa lagi kami berbai'at kepada Tuan wahai Rasulullah?"
Beliau menjawab,
«عَلَى أَنْ تَعْبُدُوا اللهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، وَالصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ، وَتُطِيعُوا - وَأَسَرَّ كَلِمَةً خَفِيَّةً - وَلَا تَسْأَلُوا النَّاسَ شَيْئًا»
"Bahwa kalian akan menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun juga, akan menegakkan shalat lima waktu, akan berlaku patuh, -kemudian beliau melirihkan perkataannya- dan tidak akan meminta sesuatupun kepada orang banyak."
Auf berkata; Aku pernah melihat sebagian dari mereka itu suatu saat cambuknya jatuh, tetapi ia tidak meminta tolong sedikit pun kepada orang lain untuk mengambilkannya." [Shahih Muslim]

7)      Dari Tsauban radiyallahu 'anhu -maula Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam-; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«مَنْ يَكْفُلُ لِي أَنْ لَا يَسْأَلَ النَّاسَ شَيْئًا، وَأَتَكَفَّلُ لَهُ بِالْجَنَّةِ؟» [سنن أبي داود: صححه الألباني]
“Siapa yang memberi jaminan padaku untuk tidak meminta kepada manusia sesuatu pun, dan aku akan menjamin untuknya dengan surga?”
Tsauban berkata: Saya.
Maka Tsauban tidak pernah meminta sesuatu pun pada seseorang. [Sunan Abi Daud: Shahih]

8)      Hakim bin Hizam radhiyallahu ‘anhu- berkata: Aku meminta sesuatu kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lalu ia memberiku, kemudian aku meminta lagi lalu ia memberiku, kemudai aku meminta lagi lalu ia memberiku kemudian bersabda:
«يَا حَكِيمُ، إِنَّ هَذَا المَالَ خَضِرَةٌ حُلْوَةٌ، فَمَنْ أَخَذَهُ بِسَخَاوَةِ نَفْسٍ بُورِكَ لَهُ فِيهِ، وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ، كَالَّذِي يَأْكُلُ وَلاَ يَشْبَعُ، اليَدُ العُلْيَا خَيْرٌ مِنَ اليَدِ السُّفْلَى» [صحيح البخاري]
“Wahai Hakim, sesungguhnya harta ini ibarat buah segar yang manis, maka barangsiapa yang mengambilnya dengan hati yang lapang (tidak rakus dan memaksa orang lain) maka ia akan diberkahi untuknya, dan barangsiapa yang mengambilnya dengan hati yang rakus (memaksa orang lain) maka ia tidak akan diberkahi untuknya ibarat orang yang makan dan tidak pernah kenyang, tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah”.
Hakim berkata: Ya Rasulullah demi (Allah) Yang mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak akan meminta  orang lain sesudahmu sesuatu pun sampai aku meninggalkan dunia.
Maka ketika Abu Bakr memanggil Hakim untuk diberi hadiah ia menolak untuk menerimanya, kemudian Umar memanggilnya untuk diberi sesuatu ia juga menolak untuk menerima sesuatu pun. Dan Umar berkata: Sesungguhnya aku mempersaksikan kalian wahai kaum muslimin atas Hakim, sesungguhnya aku menawarkan kepadanya hak ia dari harta ini tapi ia menolak untuk mengambilnya!.
Maka akhirnya Hakim tidak meminta kepada seorangpun dari manusia setelah Rasulullah sampai ia wafat. [Sahih Bukhari]

9)      Dari Ibnu Umar radiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«نِعْمَ الرَّجُلُ عَبْدُ اللَّهِ لَوْ كَانَ يُصَلِّي مِنَ اللَّيْلِ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Sebaik-baik laki-laki adalah Abdullah bin Umar andai saja ia mendirikan salat di malam hari”.
Salim bin Abdillah bin Umar berkata: Sejak saat itu, Ibnu Umar tidak tidur malam kecuali sedikit. [Sahih Bukhari dan Muslim]

Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma- berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memberi Umar bin Khattab sesuatu, lalu Umar berkata kepadanya: Berikan ya Rasulullah kepada yang lebih membutuhkan dariku!
Maka Rasulullah bersabda kepadanya:
«خُذْهُ فَتَمَوَّلْهُ أَوْ تَصَدَّقْ بِهِ، وَمَا جَاءَكَ مِنْ هَذَا الْمَالِ وَأَنْتَ غَيْرُ مُشْرِفٍ وَلَا سَائِلٍ فَخُذْهُ، وَمَا لَا، فَلَا تُتْبِعْهُ نَفْسَكَ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Ambil ini dan jadikan sebagai hartamu atau kau sedekahkan, dan apa saja yang mendatangimu dari harta dunia ini tanpa kau damba-dambakan dan meminta-minta maka ambillah, dan jika tidak maka jangan kau mengikuti nafsu dirimu”.
Salim berkata: Oleh karena itu, Ibnu Umar tidak meminta kepada seseorang sesuatu pun dan tidak menolak sesuatu yang diberikan kepadanya. [Sahih Bukhari dan Muslim]

Dari Ibnu 'Umar radiyallahu 'anhuma bahwasanya apabila ia hendak ke Makkah, maka biasanya ia membawa keledainya untuk dikendarainya jika -ia sudah bosan untuk mengendarai unta, - sambil mengikatkan sorban pada kepalanya. Pada suatu hari, ketika ia sedang mengendarai keledainya, tiba-tiba ada seorang laki-laki Arab badui yang lewat, maka dia berkata; "Bukankah kamu ini adalah fulan bin fulan?"
Orang tersebut menjawab; 'Ya, benar.'
Lalu Ibnu Umar memberikan keledainya kepada orang itu sambil berkata; 'Ambillah keledai ini untuk kendaraanmu! ' Selain itu, ia juga memberikan sorbannya dengan mengatakan; 'lkatkanlah surban ini di kepalamu! '
Salah seorang sahabat berkata kepada Abdullah bin Umar; 'Semoga Allah mengampunimu hai lbnu Umar, karena kamu telah memberikan keledai yang biasa kamu jadikan kendaraanmu dan sorban yang biasa kamu ikatkan di kepalamu kepada orang Arab badui itu.' Abdullah bin Umar menjawab; 'Wahai sahabat ketahuilah bahwasanya saya pernah mendengar Rasulullah bersabda:
«إِنَّ مِنْ أَبَرِّ الْبِرِّ صِلَةَ الرَّجُلِ أَهْلَ وُدِّ أَبِيهِ بَعْدَ أَنْ يُوَلِّيَ»
'Di antara bakti seseorang yang paling baik kepada orang tuanya adalah menyambung tali keluarga karib orang tuanya setelah orang tuanya meninggal dunia.'
Sesungguhnya bapak orang Arab badui itu dahulu adaIah teman Umar bin Khaththab." [Shahih Muslim]

Ibnu Umar radiyallahu 'anhuma berkata: "Ketika kami shalat bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, tiba-tiba seseorang mengucapkan
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
(Maha Besar Allah, dan segala puji bagi Allah, pujian yang banyak, dan Maha Suci Allah, baik waktu pagi dan petang)
Lantas Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya:
«مِنَ الْقَائِلُ كَلِمَةَ كَذَا وَكَذَا؟»
"Siapakah yang mengucapkan kalimat tadi?"
Seorang sahabat menjawab; "Saya wahai Rasulullah."
Beliau bersabda:
«عَجِبْتُ لَهَا، فُتِحَتْ لَهَا أَبْوَابُ السَّمَاءِ»
"Sungguh aku sangat kagum dengan ucapan tadi, sebab pintu-pintu langit dibuka karena kalimat itu."
Kata Ibnu Umar; "Maka aku tak pernah lagi meninggalkannya semenjak aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengucapkan hal itu." [Shahih Muslim]

10)  Abdullah bin Amru radiyallahu 'anhuma pernah menyembelih kambing, lalu berkata, "Apakah kalian telah beri tetanggaku yang Yahudi. Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَا زَالَ جِبْرِيلُ يُوصِينِي بِالْجَارِ، حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ» [سنن أبي داود: صحيح]
"Jibril senantiasa memberiku nasihat agar aku berbuat baik kepada tetanggaku, hingga aku punya perkiraaan bahwa dia akan menjadikannya ahli waris." [Sunan Abi Daud: Shahih]

11)  Abu Bakrah radhiallahu 'anhu berkata: Sungguh Allah telah memberikan manfaat kepadaku dengan suatu kalimat yang pernah aku dengar dari Rasulullah, -yaitu pada waktu perang Jamal tatkala aku hampir bergabung dengan para penunggang unta lalu aku ingin berperang bersama mereka.- Dia berkata; 'Tatkala sampai kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa penduduk Persia telah di pimpin oleh seorang anak perempuan putri raja Kisra, beliau bersabda:
«لَنْ يُفْلِحَ قَوْمٌ وَلَّوْا أَمْرَهُمُ امْرَأَةً» [صحيح البخاري]
"Suatu kaum tidak akan beruntung, jika dipimpin oleh seorang wanita." [Sahih Bukhari]


12)  Dari Ummu Humaid radhiyallahu 'anha -isteri Abu Humaid As-Sa'diy-, bahwa dia menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu berkata: "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku menyukai shalat bersamamu!"
Beliau bersabda:
«قَدْ عَلِمْتُ أَنَّكِ تُحِبِّينَ الصَّلَاةَ مَعِي، وَصَلَاتُكِ فِي بَيْتِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلَاتِكِ فِي حُجْرَتِكِ، وَصَلَاتُكِ فِي حُجْرَتِكِ خَيْرٌ مِنْ صَلَاتِكِ فِي دَارِكِ، وَصَلَاتُكِ فِي دَارِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلَاتِكِ فِي مَسْجِدِ قَوْمِكِ، وَصَلَاتُكِ فِي مَسْجِدِ قَوْمِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلَاتِكِ فِي مَسْجِدِي» [مسند أحمد: حسن]
"Aku sudah tahu jika kamu suka shalat denganku, namun shalatmu di rumahmu lebih baik daripada shalatmu di kamarmu, dan shalatmu di kamarmu lebih baik daripda shalat di rumahmu, dan shalatmu di rumahmu lebih baik daripada shalatmu di masjid kaummu, dan shalatmu di masjid kaummu lebih baik daripada shalat di masjidku."
Setelah itu, Ummu Humaid memerintahkan untuk dibuatkan ruang shalat di tempat yang paling pojok dalam rumahnya dan yang paling gelap, setelah itu dia shalat di sana hingga dia menemui Allah ‘azza wa jalla." [Musnad Ahmad: Hasan]

13)  Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tidak seorang hamba pun ditimpa musibah lalu mengatakan ...
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِيْ فِيْ مُصِيبَتِيْ وَأَخْلِفْ لِيْ خَيْرًا مِنْهَا
"Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali, Ya Allah .. berikanlah aku pahala dalam musibahku, dan berikanlah aku gantinya yang lebih baik".
Kecuali Allah akan memberinya pahala atas musibahnya dan menggantikan untuknya yang lebih baik."
Ummu Salamah berkata: Maka ketika Abu Salamah wafat, aku membaca do'a yang diajarkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan Allah memberiku yang lebih baik darinya yaitu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. [Sahihh Muslim]

Dalam riwayat lain
Ummu Salamah berkata: Maka ketika Abu Salamah wafat aku berkata: “Muslim manakah yang lebih baik dari Abu Salamah, rumahnya adalah rumah yang pertama kali disinggahi Rasulullah ketika hijrah”. Kemudian aku membaca do’a tersebut, maka Allah menggantikan untukku Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. [Sahih Muslim]

14)  Dari Abu Barzah Al-Aslamy radhiallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam meminta kepada seorang lelaki Anshar: "Nikahkanlah aku dengan anak perempuanmu!."
Lalu ia menjawab; "Silahkan kehormatan dan kemuliaan buatku."
Lalu beliau bersabda: "Sungguh aku menginginkannya bukan untukku."
Lalu ia bertanya; "Lalu untuk siapa wahai Rasulullah?."
Beliau bersabda: "Untuk Julaibib."
Ia mengatakan; "Wahai Rasulullah, aku akan bermusyawarah dulu dengan ibunya."
Lalu ia mendatangi istrinya dan mengatakan padanya; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam hendak menikahi putrimu."
Istrinya menjawab; "Sungguh kehormatan dan kemuliaan buatku."
Suaminya berkata; "Tetapi bukan untuk beliau, beliau melamarkan untuk Julaibib."
Istrinya berkata; "Apakah Julaibib itu anaknya, apakah Julaibib itu anaknya, apakah Julaibib itu anaknya?, demi Allah, jangan kau nikahkan putrimu dengan Julaibbib!."
Ketika ia bangun dan hendak melaporkan keputusan istrinya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, puterinya berkata; "Siapa yang meminangku pada kalian?."
Lalu ibunya mengkabarkannya. Lalu puterinya itu berkata;
أَتَرُدُّونَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمْرَهُ ادْفَعُونِي فَإِنَّهُ لَمْ يُضَيِّعْنِي
"Apakah kalian hendak menolak perintah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam?, relakanlah aku sungguh beliau tidak akan menyengsarakan aku."
Lalu datanglah ayahnya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan mengkabari beliau, ia berkata; "Nikahkanlah ia!."
Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menikahkannya dengan Julaibib. [Musnad Ahmad: Shahih]


Melakukan apa yang dilakukan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam:

a.       Abu Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu berkata: Pada saat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam shalat bersama sahabatnya, tiba-tiba beliau melepaskan kedua sandalnya dan meletakkannya di sebelah kirinya. Ketika sahabat melihat hal itu, mereka semua melepaskan sandalnya. Setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam usai dari shalatnya, beliau bersabda:
«مَا حَمَلَكُمْ عَلَى إِلْقَاءِ نِعَالِكُمْ»
"Apa yang membuat kalian melepaskan sandal kalian?"
Mereka menjawab: Kami melihatmu melepaskan sandalmu maka kami pun melepaskan sandal kami!
Maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
" إِنَّ جِبْرِيلَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَانِي فَأَخْبَرَنِي أَنَّ فِيهِمَا قَذَرًا - أَوْ قَالَ: أَذًى - "
"Sesungguhnya Jibril -shallallahu 'alaihi wa sallam- mendatangiku dan mengabariku bahwa pada kedua sandalku ada kotoran (najis)”
Dan beliau bersabda:
" إِذَا جَاءَ أَحَدُكُمْ إِلَى الْمَسْجِدِ فَلْيَنْظُرْ: فَإِنْ رَأَى فِي نَعْلَيْهِ قَذَرًا أَوْ أَذًى فَلْيَمْسَحْهُ وَلْيُصَلِّ فِيهِمَا " [سنن أبي داود: صحيح]
"Apabila salah seorang di antara kalian datang ke masjid, maka perhatikanlah, jika dia melihat di sepasang sandalnya ada najis atau kotoran maka bersihkan, dan shalatlah dengan sepasang sandalnya itu." [Sunan Abi Daud: Sahih]

b.      Dari Anas bin Malik radiyallahu 'anhu;
«أَنَّهُ رَأَى فِي يَدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَاتَمًا مِنْ وَرِقٍ يَوْمًا وَاحِدًا، ثُمَّ إِنَّ النَّاسَ اصْطَنَعُوا الخَوَاتِيمَ مِنْ وَرِقٍ وَلَبِسُوهَا، فَطَرَحَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَاتَمَهُ، فَطَرَحَ النَّاسُ خَوَاتِيمَهُمْ» [صحيح البخاري]
Bahwa dia pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memakai cincin perak di tangannya selama satu hari, kemudian orang-orang pun ikut membuat cincin dari perak dan memakainya, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun membuang cincin tersebut dan orang-orang pun ikut membuang cincin yang mereka kenakan." [Shahih Bukhari]

c.       Abu Rafi' -rahimahullah- berkata: "Aku shalat 'Isya bersama Abu Hurairah radiyallahu 'anhu, lalu ia membaca 'IDZAS SAMAA'UNSYAQQAT' (Al-Insyiqaq) lalu dia sujud tilawah, maka hal itu kemudian aku tanyakan kepadanya. Maka dia menjawab,
سَجَدْتُ خَلْفَ أَبِي الْقَاسِمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَا أَزَالُ أَسْجُدُ بِهَا حَتَّى أَلْقَاهُ
"Aku pernah sujud tilawah bersama di belakang Abu Al-Qashim (Nabi shallallahu 'alaihi wasallam) ketika membaca ayat tersebut, dan aku akan selalu sujud ketika membacanya hingga aku berjumpa dengannya (wafat)." [Shahih Bukhari]

d.      Dari Abdullah bin Mas’ud radiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«مَا مِنْ نَبِيٍّ بَعَثَهُ اللهُ فِي أُمَّةٍ قَبْلِي إِلَّا كَانَ لَهُ مِنْ أُمَّتِهِ حَوَارِيُّونَ، وَأَصْحَابٌ يَأْخُذُونَ بِسُنَّتِهِ وَيَقْتَدُونَ بِأَمْرِهِ، ثُمَّ إِنَّهَا تَخْلُفُ مِنْ بَعْدِهِمْ خُلُوفٌ يَقُولُونَ مَا لَا يَفْعَلُونَ، وَيَفْعَلُونَ مَا لَا يُؤْمَرُونَ، فَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِيَدِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِلِسَانِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِقَلْبِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَلَيْسَ وَرَاءَ ذَلِكَ مِنَ الْإِيمَانِ حَبَّةُ خَرْدَلٍ» [صحيح مسلم]
"Tidaklah seorang nabi yang diutus oleh Allah pada suatu umat sebelumnya melainkan dia memiliki pembela dan sahabat yang memegang teguh sunah-sunnah dan mengikuti perintah-perintahnya, kemudian datanglah setelah mereka suatu kaum yang mengatakan sesuatu yang tidak mereka lakukan, dan melakukan sesuatu yang tidak diperintahkan. Barangsiapa yang berjihad dengan tangan melawan mereka maka dia seorang mukmin, barangsiapa yang berjihad dengan lisan melawan mereka maka dia seorang mukmin, barangsiapa yang berjihad dengan hati melawan mereka maka dia seorang mukmin, dan setelah itu tidak ada keimanan sebiji sawi." [Shahih Muslim]

Wallahu a’lam!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...