بسم الله الرحمن الرحيم
Abdullah bin
Umar radiyallahu 'anhuma berkata:
«مَنْ
كَانَ مُسْتَنًّا فَلْيَسْتَنَّ بِمَنْ قَدْ مَاتَ، أُولَئِكَ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانُوا خَيْرَ هَذِهِ الْأُمَّةِ، أَبَّرَهَا قُلُوبًا،
وَأَعْمَقَهَا عِلْمًا، وَأَقَلَّهَا تَكَلُّفًا، قَوْمٌ اخْتَارَهُمُ اللهُ لِصُحْبَةِ
نَبِيِّهِ صلّى الله عليه وسلم وَنَقْلِ دِينِهِ، فَتَشَبَّهُوا بِأَخْلَاقِهِمْ وَطَرَائِقِهِمْ
فَهُمْ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَانُوا عَلَى الْهُدَى
الْمُسْتَقِيمِ» [حلية الأولياء]
“Siapa yang mencari tuntunan maka hendaklah ia mengikuti tuntunan mereka
yang sudah wafat, mereka itu adalah sahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam, mereka adalah generasi tebaik umat ini, hati mereka lebih suci,
ilmu mereka lebih dalam, dan tidak suka melampaui batas. Mereka adalah generasi
yang Allah pilih untuk menemani nabi-Nya –shallallahu ‘alaihi wasallam-
dan menyampaikan agama-Nya, maka hendaklah kalian mencontoh akhlak dan metode mereka (dalam beribadah),
mereka adalah sahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka berada di
atas petunjuk yang lurus.” [Hilyatul Auliyaa’]
Sahabat Nabi adalah generasi terbaik
Dari 'Imran
bin Hushain radiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
خَيْرُ أُمَّتِي قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ
الَّذِينَ يَلُونَهُمْ [صحيح البخاري]
"Yang
paling baik dari umatku adalah orang yang hidup di masaku, kemudian generasi
setelahnya, kemudian generasi setelahnya". [Sahih Bukhari]
Dari Abdullah bin Mas'ud radiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ
الَّذِينَ يَلُونَهُمْ [صحيح البخاري ومسلم]
"Manusia
yang paling baik adalah orang yang hidup di masaku, kemudian generasi
setelahnya, kemudian generasi setelahnya". [Sahih Bukhari dan Muslim]
Mencintai apa yang
dicintai Nabi shallallahu 'alaihi wasallam:
1.
Anas bin Malik -radhiallahu 'anhu- berkata:
رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَتَبَّعُ الدُّبَّاءَ مِنْ حَوَالَيِ القَصْعَةِ، قَالَ:
فَلَمْ أَزَلْ أُحِبُّ الدُّبَّاءَ مِنْ يَوْمِئِذٍ [صحيح البخاري ومسلم]
Aku pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memakan dengan melahap labu yang ada di tepi
bejana, maka aku selalu menyukai labu sejak saat itu. [Sahih Bukhari dan
Muslim]
2.
Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhuma berkata:
Suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggandeng tanganku
menuju rumahnya, kemudian
dihidangkan padanya sepotong roti, maka beliau bertanya:
«مَا مِنْ أُدُمٍ؟»
“Apa
makanan pelengkapnya?”
Mereka
menjawab: Tidak ada sesuatu kecuali acar (asam-asaman)!
Beliau
bersabda:
«فَإِنَّ الْخَلَّ نِعْمَ الْأُدُمُ»
“Sesungguhnya
sebaik-baik makanan pendamping adalah acar”.
Jabir
berkata: Maka aku senantiasa menyukai acar sejak aku mendengar itu dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam. [Sahih Muslim]
Membenci apa yang dibenci Nabi shallallahu 'alaihi wasallam:
Abu Ayyub Al-Anshariy radiyallahu 'anhu berkata:
كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أُتِيَ بِطَعَامٍ أَكَلَ مِنْهُ، وَبَعَثَ بِفَضْلِهِ
إِلَيَّ، وَإِنَّهُ بَعَثَ إِلَيَّ يَوْمًا بِفَضْلَةٍ لَمْ يَأْكُلْ مِنْهَا، لِأَنَّ
فِيهَا ثُومًا، فَسَأَلْتُهُ: أَحَرَامٌ هُوَ؟ قَالَ: «لَا، وَلَكِنِّي أَكْرَهُهُ
مِنْ أَجْلِ رِيحِهِ»، قَالَ: فَإِنِّي أَكْرَهُ مَا كَرِهْتَ [صحيح مسلم]
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam apabila diberi makanan,
beliau memakannya dan sisanya diberikannya kepadaku.
Pada suatu hari beliau memberikan kepadaku makanan yang tidak dimakannya karena
di dalamnya ada bawang putih. Lalu kutanya; 'Apakah bawang putih itu haram? '
Jawab beliau: 'Tidak! Tetapi aku tidak suka karena baunya.' Kata Abu Ayyub;
'Kalau begitu, aku juga tidak suka apa yang Anda tidak sukai.' [Shahih Muslim]
Menjalankan perintah
Nabi dengan sebaik mungkin:
1)
Abdullah
bin Mas’ud -radhiyallahu ' anhu- berkata;
«مَنْ
سَرَّهُ أَنْ يَلْقَى اللهَ غَدًا مُسْلِمًا، فَلْيُحَافِظْ عَلَى هَؤُلَاءِ الصَّلَوَاتِ
حَيْثُ يُنَادَى بِهِنَّ، فَإِنَّ اللهَ شَرَعَ لِنَبِيِّكُمْ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ سُنَنَ الْهُدَى، وَإِنَّهُنَّ مَنْ سُنَنَ الْهُدَى، وَلَوْ أَنَّكُمْ صَلَّيْتُمْ
فِي بُيُوتِكُمْ كَمَا يُصَلِّي هَذَا الْمُتَخَلِّفُ فِي بَيْتِهِ، لَتَرَكْتُمْ سُنَّةَ
نَبِيِّكُمْ، وَلَوْ تَرَكْتُمْ سُنَّةَ نَبِيِّكُمْ لَضَلَلْتُمْ، وَمَا مِنْ رَجُلٍ
يَتَطَهَّرُ فَيُحْسِنُ الطُّهُورَ، ثُمَّ يَعْمِدُ إِلَى مَسْجِدٍ مِنْ هَذِهِ الْمَسَاجِدِ،
إِلَّا كَتَبَ اللهُ لَهُ بِكُلِّ خَطْوَةٍ يَخْطُوهَا حَسَنَةً، وَيَرْفَعُهُ بِهَا
دَرَجَةً، وَيَحُطُّ عَنْهُ بِهَا سَيِّئَةً، وَلَقَدْ رَأَيْتُنَا وَمَا يَتَخَلَّفُ
عَنْهَا إِلَّا مُنَافِقٌ مَعْلُومُ النِّفَاقِ، وَلَقَدْ كَانَ الرَّجُلُ يُؤْتَى
بِهِ يُهَادَى بَيْنَ الرَّجُلَيْنِ حَتَّى يُقَامَ فِي الصَّفِّ»
"Siapa
hendak menjumpai Allah besok sebagai seorang muslim, hendaklah ia jaga semua
shalat yang ada, di manapun ia mendengar panggilan shalat itu, sesungguhnya
Allah telah mensyare'atkan kepada Nabi kalian sunnah-sunnah petunjuk, dan
sesungguhnya shalat berjama’a, diantara sunnah-sunnah petunjuk itu, kalau
kalian shalat di rumah kalian sebagaimana seseorang yang tidak hadir di masjid,
berarti telah kalian tinggalkan sunnah Nabi kalian, sekiranya kalian tinggalkan
sunnah Nabi kalian, sungguh kalian akan sesat, tidaklah seseorang bersuci
dengan baik, kemudian ia menuju salah satu masjid yang ada, melainkan Allah
menulis kebaikan baginya dari setiap langkah kakinya, dan dengannya Allah
mngangkat derajatnya, dan menghapus kesalahan karenanya, dan kami menyaksikan
sendiri tidaklah seseorang ketinggalan dari shalat berjama’ah, melainkan dia
seorang munafik yang jelas kemunafikannya (munafik tulen), sungguh dahulu
seseorang dari kami (yang sedang sakit) harus dipapah di antara dua orang
hingga diberdirikan di shaff (barisan) shalat yang ada." [Shahih Muslim
no.1046]
2)
Dari Anas
–radhiyallahu ‘anhu-: Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«أَقِيمُوا
صُفُوفَكُمْ، فَإِنِّي أَرَاكُمْ مِنْ وَرَاءِ ظَهْرِي»
"Luruskanlah
shaf-shaf kalian, sesungguhnya aku dapat melihat kalian dari balik
punggungku."
Anas berkata:
«وَكَانَ
أَحَدُنَا يُلْزِقُ مَنْكِبَهُ بِمَنْكِبِ صَاحِبِهِ، وَقَدَمَهُ بِقَدَمِهِ»
“Maka setiap
orang dari kami merapatkan bahunya kepada bahu temannya, dan kakinya pada kaki
temannya." [Shahih Bukhari]
3)
An-Numan
bin Basyir –radhiyallahu ‘anhuma- berkata;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam biasa menghadap kepada jamaah, lalu
bersabda:
«أَقِيمُوا
صُفُوفَكُمْ» ثَلَاثًا، «وَاللَّهِ لَتُقِيمُنَّ صُفُوفَكُمْ أَوْ
لَيُخَالِفَنَّ اللَّهُ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ»
"Luruskanlah
shaf shaf kalian!” -beliau mengucapkannya tiga kali- “Demi Allah, hendaklah
kalian benar-benar meluruskan shaf shaf kalian, atau Allah benar-benar akan
membuat hati kalian saling berselisih."
Kata Nu'man;
فَرَأَيْتُ الرَّجُلَ
يَلْزَقُ مَنْكِبَهُ بِمَنْكِبِ صَاحِبِهِ وَرُكْبَتَهُ بِرُكْبَةِ صَاحِبِهِ وَكَعْبَهُ
بِكَعْبِهِ
Maka saya
melihat setiap orang melekatkan (merapatkan) pundaknya dengan pundak temannya
(orang di sampingnya), demikian pula antara lutut dan mata kakinya dengan lutut
dan mata kaki temannya. [Sunan Abi Daud: Shahih]
4)
Abu Tsa’labah Al-Khusyaniy radiyallahu 'anhu berkata:
كَانَ النَّاسُ إِذَا نَزَلَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْزِلًا تَفَرَّقُوا فِي الشِّعَابِ
وَالْأَوْدِيَةِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ
تَفَرُّقَكُمْ فِي هَذِهِ الشِّعَابِ وَالْأَوْدِيَةِ، إِنَّمَا ذَلِكُمْ مِنَ الشَّيْطَانِ».
فَلَمْ يَنْزِلْ بَعْدَ ذَلِكَ مَنْزِلًا إِلَّا انْضَمَّ بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ،
حَتَّى يُقَالَ: لَوْ بُسِطَ عَلَيْهِمْ ثَوْبٌ لَعَمَّهُمْ [سنن أبي داود: صحيح]
Dahulu orang-orang apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
singgah di suatu tempat, mereka menyebar di jalan-jalan lembah dan bukit. Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam berkata: "Sesungguhnya menyebarnya kalian di
jalan-jalan lembah dan bukit adalah berasal dari syetan." Kemudian setelah itu, beliau tidak singgah di suatu tempat melainkan sebagian mereka bergabung
dengan sebagian yang lain hingga dikatakan bahwa apabila dihamparkan selembar
kain niscaya dapat menampung mereka. [Sunan Abi Daud: Shahih]
5)
Dari 'Abdullah bin 'Abbas radiyallahu 'anhuma;
أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى خَاتَمًا مِنْ ذَهَبٍ فِي يَدِ رَجُلٍ، فَنَزَعَهُ
فَطَرَحَهُ، وَقَالَ: «يَعْمِدُ أَحَدُكُمْ إِلَى جَمْرَةٍ مِنْ نَارٍ فَيَجْعَلُهَا
فِي يَدِهِ»، فَقِيلَ لِلرَّجُلِ بَعْدَ مَا ذَهَبَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: خُذْ خَاتِمَكَ انْتَفِعْ بِهِ، قَالَ: لَا وَاللهِ، لَا آخُذُهُ أَبَدًا
وَقَدْ طَرَحَهُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ [صحيح مسلم]
Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah melihat
sebuah cincin emas di tangan seorang laki-laki. Lalu beliau mencopot cincin
tersebut dan langsung melemparnya seraya bersabda: "Salah seorang di
antara kalian menginginkan bara api neraka dan meletakkannya di
tangannya?."
Setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pergi, seseorang
berkata kepada laki-laki itu; 'Ambilah cincin itu untuk kamu ambil manfaat
darinya.'
Lelaki tersebut menjawab; 'Tidak, Demi Allah aku tidak akan mengambil
cincin itu selamanya, karena cincin itu telah di buang oleh Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam. [Shahih Muslim]
6)
Auf bin Malik Al Asyja'i –rahdiyallahu ‘anhu-
berkata; Kami pernah berada dekat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
selama sembilan atau delapan atau tujuh hari. Saat kami hendak berpisah, beliau
bersabda: "Apakah kalian tidak berbai'at kepada Rasulullah?"
Ketika itu kami baru saja berbai'at kepada beliau, maka kami pun
menjawab, "Sesungguhnya kami telah berbai'at kepadamu wahai
Rasulullah."
Kemudian beliau bertanya lagi: "Apakah kalian tidak berbai'at
kepada Rasulullah?"
Kami menjawab, "Sungguh, kami telah berbai'at kepada Anda wahai
Rasulullah."
Beliau mengulangi pertanyaannya: "Apakah kalian tidak berbai'at
kepada Rasulullah?"
Maka kami pun mengulurkan tangan sambil berujar, "Sesungguhnya kami
telah berbai'at kepada Tuan, lalu atas apa lagi kami berbai'at kepada Tuan
wahai Rasulullah?"
Beliau menjawab,
«عَلَى
أَنْ تَعْبُدُوا اللهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، وَالصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ، وَتُطِيعُوا
- وَأَسَرَّ كَلِمَةً خَفِيَّةً - وَلَا تَسْأَلُوا النَّاسَ شَيْئًا»
"Bahwa kalian akan menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya
dengan sesuatupun juga, akan menegakkan shalat lima waktu, akan berlaku patuh, -kemudian
beliau melirihkan perkataannya- dan tidak akan meminta sesuatupun kepada orang
banyak."
Auf berkata; Aku pernah melihat sebagian dari mereka itu suatu saat
cambuknya jatuh, tetapi ia tidak meminta tolong sedikit pun kepada orang lain
untuk mengambilkannya." [Shahih Muslim]
7)
Dari Tsauban radiyallahu 'anhu -maula Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam-; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
«مَنْ
يَكْفُلُ لِي أَنْ لَا يَسْأَلَ النَّاسَ شَيْئًا، وَأَتَكَفَّلُ لَهُ بِالْجَنَّةِ؟» [سنن أبي داود: صححه الألباني]
“Siapa
yang memberi jaminan padaku untuk tidak meminta kepada manusia sesuatu pun, dan
aku akan menjamin untuknya dengan surga?”
Tsauban berkata: Saya.
Maka Tsauban tidak pernah meminta sesuatu pun pada seseorang. [Sunan Abi
Daud: Shahih]
8)
Hakim bin Hizam –radhiyallahu
‘anhu- berkata: Aku meminta sesuatu kepada Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam lalu ia memberiku, kemudian aku meminta lagi lalu ia
memberiku, kemudai aku meminta lagi lalu ia memberiku kemudian bersabda:
«يَا
حَكِيمُ، إِنَّ هَذَا المَالَ خَضِرَةٌ حُلْوَةٌ، فَمَنْ أَخَذَهُ بِسَخَاوَةِ نَفْسٍ
بُورِكَ لَهُ فِيهِ، وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ،
كَالَّذِي يَأْكُلُ وَلاَ يَشْبَعُ، اليَدُ العُلْيَا خَيْرٌ مِنَ اليَدِ السُّفْلَى»
[صحيح البخاري]
“Wahai
Hakim, sesungguhnya harta ini ibarat buah segar yang manis, maka barangsiapa
yang mengambilnya dengan hati yang lapang (tidak rakus dan memaksa orang lain)
maka ia akan diberkahi untuknya, dan barangsiapa yang mengambilnya dengan hati
yang rakus (memaksa orang lain) maka ia tidak akan diberkahi untuknya ibarat
orang yang makan dan tidak pernah kenyang, tangan yang di atas lebih baik dari
tangan yang di bawah”.
Hakim berkata: Ya Rasulullah demi (Allah) Yang mengutusmu dengan
kebenaran, aku tidak akan meminta orang
lain sesudahmu sesuatu pun sampai aku meninggalkan dunia.
Maka ketika Abu Bakr memanggil Hakim untuk diberi hadiah ia menolak
untuk menerimanya, kemudian Umar memanggilnya untuk diberi sesuatu ia juga
menolak untuk menerima sesuatu pun. Dan Umar berkata: Sesungguhnya aku
mempersaksikan kalian wahai kaum muslimin atas Hakim, sesungguhnya aku
menawarkan kepadanya hak ia dari harta ini tapi ia menolak untuk mengambilnya!.
Maka akhirnya Hakim tidak meminta kepada seorangpun dari manusia setelah
Rasulullah sampai ia wafat. [Sahih Bukhari]
9)
Dari Ibnu
Umar radiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«نِعْمَ الرَّجُلُ عَبْدُ اللَّهِ لَوْ كَانَ
يُصَلِّي مِنَ اللَّيْلِ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Sebaik-baik
laki-laki adalah Abdullah bin Umar andai saja ia mendirikan salat di malam
hari”.
Salim bin
Abdillah bin Umar berkata: Sejak saat itu, Ibnu Umar tidak tidur malam kecuali
sedikit. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Abdullah bin Umar –radhiyallahu
‘anhuma- berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memberi
Umar bin Khattab sesuatu, lalu Umar berkata kepadanya: Berikan ya Rasulullah
kepada yang lebih membutuhkan dariku!
Maka Rasulullah bersabda kepadanya:
«خُذْهُ
فَتَمَوَّلْهُ أَوْ تَصَدَّقْ بِهِ، وَمَا جَاءَكَ مِنْ هَذَا الْمَالِ وَأَنْتَ غَيْرُ
مُشْرِفٍ وَلَا سَائِلٍ فَخُذْهُ، وَمَا لَا، فَلَا تُتْبِعْهُ نَفْسَكَ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Ambil
ini dan jadikan sebagai hartamu atau kau sedekahkan, dan apa saja yang
mendatangimu dari harta dunia ini tanpa kau damba-dambakan dan meminta-minta
maka ambillah, dan jika tidak maka jangan kau mengikuti nafsu dirimu”.
Salim berkata: Oleh karena itu, Ibnu Umar tidak meminta kepada seseorang
sesuatu pun dan tidak menolak sesuatu yang diberikan kepadanya. [Sahih Bukhari
dan Muslim]
Dari Ibnu 'Umar
radiyallahu 'anhuma bahwasanya
apabila ia hendak ke Makkah, maka biasanya ia membawa keledainya untuk
dikendarainya jika -ia sudah bosan untuk mengendarai unta, - sambil mengikatkan
sorban pada kepalanya. Pada suatu hari, ketika ia sedang mengendarai
keledainya, tiba-tiba ada seorang laki-laki Arab badui yang lewat, maka dia
berkata; "Bukankah kamu ini adalah fulan bin fulan?"
Orang tersebut
menjawab; 'Ya, benar.'
Lalu Ibnu Umar
memberikan keledainya kepada orang itu sambil berkata; 'Ambillah keledai ini
untuk kendaraanmu! ' Selain itu, ia juga memberikan sorbannya dengan
mengatakan; 'lkatkanlah surban ini di kepalamu! '
Salah seorang
sahabat berkata kepada Abdullah bin Umar; 'Semoga Allah mengampunimu hai lbnu
Umar, karena kamu telah memberikan keledai yang biasa kamu jadikan kendaraanmu
dan sorban yang biasa kamu ikatkan di kepalamu kepada orang Arab badui itu.'
Abdullah bin Umar menjawab; 'Wahai sahabat ketahuilah bahwasanya saya pernah
mendengar Rasulullah bersabda:
«إِنَّ مِنْ أَبَرِّ الْبِرِّ صِلَةَ الرَّجُلِ
أَهْلَ وُدِّ أَبِيهِ بَعْدَ أَنْ يُوَلِّيَ»
'Di antara bakti
seseorang yang paling baik kepada orang tuanya adalah menyambung tali keluarga
karib orang tuanya setelah orang tuanya meninggal dunia.'
Sesungguhnya bapak
orang Arab badui itu dahulu adaIah teman Umar bin Khaththab." [Shahih
Muslim]
Ibnu Umar radiyallahu 'anhuma berkata:
"Ketika kami shalat bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,
tiba-tiba seseorang mengucapkan
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ
بُكْرَةً وَأَصِيلًا
(Maha Besar Allah,
dan segala puji bagi Allah, pujian yang banyak, dan Maha Suci Allah, baik waktu
pagi dan petang)
Lantas Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bertanya:
«مِنَ الْقَائِلُ كَلِمَةَ كَذَا وَكَذَا؟»
"Siapakah yang
mengucapkan kalimat tadi?"
Seorang sahabat
menjawab; "Saya wahai Rasulullah."
Beliau bersabda:
«عَجِبْتُ لَهَا، فُتِحَتْ لَهَا أَبْوَابُ السَّمَاءِ»
"Sungguh aku
sangat kagum dengan ucapan tadi, sebab pintu-pintu langit dibuka karena kalimat
itu."
Kata Ibnu Umar;
"Maka aku tak pernah lagi meninggalkannya semenjak aku mendengar
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengucapkan hal itu."
[Shahih Muslim]
10)
Abdullah bin Amru radiyallahu 'anhuma pernah
menyembelih kambing, lalu berkata, "Apakah kalian telah beri tetanggaku
yang Yahudi. Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«مَا زَالَ جِبْرِيلُ يُوصِينِي بِالْجَارِ، حَتَّى
ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ» [سنن أبي داود:
صحيح]
"Jibril
senantiasa memberiku nasihat agar aku berbuat baik kepada tetanggaku, hingga
aku punya perkiraaan bahwa dia akan menjadikannya ahli waris." [Sunan Abi
Daud: Shahih]
11) Abu Bakrah radhiallahu 'anhu berkata: Sungguh Allah telah memberikan
manfaat kepadaku dengan suatu kalimat yang pernah aku dengar dari Rasulullah,
-yaitu pada waktu perang Jamal tatkala aku hampir bergabung dengan para
penunggang unta lalu aku ingin berperang bersama mereka.- Dia berkata; 'Tatkala
sampai kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa penduduk
Persia telah di pimpin oleh seorang anak perempuan putri raja Kisra, beliau
bersabda:
«لَنْ يُفْلِحَ
قَوْمٌ وَلَّوْا أَمْرَهُمُ امْرَأَةً» [صحيح البخاري]
"Suatu kaum tidak akan beruntung, jika dipimpin
oleh seorang wanita." [Sahih Bukhari]
12)
Dari Ummu Humaid
radhiyallahu 'anha -isteri Abu Humaid As-Sa'diy-, bahwa dia menemui Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam lalu berkata: "Wahai Rasulullah,
sesungguhnya aku menyukai shalat bersamamu!"
Beliau bersabda:
«قَدْ عَلِمْتُ أَنَّكِ تُحِبِّينَ الصَّلَاةَ مَعِي، وَصَلَاتُكِ فِي بَيْتِكِ
خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلَاتِكِ فِي حُجْرَتِكِ، وَصَلَاتُكِ فِي حُجْرَتِكِ خَيْرٌ مِنْ
صَلَاتِكِ فِي دَارِكِ، وَصَلَاتُكِ فِي دَارِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلَاتِكِ فِي مَسْجِدِ
قَوْمِكِ، وَصَلَاتُكِ فِي مَسْجِدِ قَوْمِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلَاتِكِ فِي مَسْجِدِي»
[مسند أحمد: حسن]
"Aku sudah tahu jika kamu suka shalat denganku,
namun shalatmu di rumahmu lebih baik daripada shalatmu di kamarmu, dan shalatmu
di kamarmu lebih baik daripda shalat di rumahmu, dan shalatmu di rumahmu lebih
baik daripada shalatmu di masjid kaummu, dan shalatmu di masjid kaummu lebih
baik daripada shalat di masjidku."
Setelah itu, Ummu Humaid memerintahkan
untuk dibuatkan ruang shalat di tempat yang paling pojok dalam rumahnya dan yang
paling gelap, setelah itu dia shalat di sana hingga dia menemui Allah ‘azza
wa jalla." [Musnad Ahmad: Hasan]
13) Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tidak seorang hamba pun ditimpa musibah lalu mengatakan ...
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ
أْجُرْنِيْ فِيْ مُصِيبَتِيْ وَأَخْلِفْ لِيْ خَيْرًا مِنْهَا
"Sesungguhnya kami adalah
milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali, Ya Allah .. berikanlah aku pahala
dalam musibahku, dan berikanlah aku gantinya yang lebih baik".
Kecuali Allah akan memberinya pahala
atas musibahnya dan menggantikan untuknya yang lebih baik."
Ummu Salamah berkata: Maka ketika
Abu Salamah wafat, aku membaca do'a yang diajarkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan Allah memberiku yang lebih baik darinya yaitu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. [Sahihh Muslim]
Dalam riwayat lain;
Ummu Salamah berkata: Maka ketika Abu Salamah wafat aku berkata:
“Muslim manakah yang lebih baik dari Abu Salamah, rumahnya adalah rumah yang
pertama kali disinggahi Rasulullah ketika hijrah”. Kemudian aku membaca do’a
tersebut, maka Allah menggantikan untukku Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam. [Sahih Muslim]
14) Dari Abu Barzah Al-Aslamy radhiallahu 'anhu; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam meminta kepada seorang lelaki Anshar:
"Nikahkanlah aku dengan anak perempuanmu!."
Lalu ia menjawab; "Silahkan kehormatan dan kemuliaan
buatku."
Lalu beliau bersabda: "Sungguh aku menginginkannya bukan
untukku."
Lalu ia bertanya; "Lalu untuk siapa wahai Rasulullah?."
Beliau bersabda: "Untuk Julaibib."
Ia mengatakan; "Wahai Rasulullah, aku akan bermusyawarah dulu
dengan ibunya."
Lalu ia mendatangi istrinya dan mengatakan padanya; "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam hendak menikahi putrimu."
Istrinya menjawab; "Sungguh kehormatan dan kemuliaan
buatku."
Suaminya berkata; "Tetapi bukan untuk beliau, beliau melamarkan
untuk Julaibib."
Istrinya berkata; "Apakah Julaibib itu anaknya, apakah Julaibib
itu anaknya, apakah Julaibib itu anaknya?, demi Allah, jangan kau nikahkan
putrimu dengan Julaibbib!."
Ketika ia bangun dan hendak melaporkan keputusan istrinya kepada
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, puterinya berkata; "Siapa
yang meminangku pada kalian?."
Lalu ibunya mengkabarkannya. Lalu puterinya itu berkata;
أَتَرُدُّونَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمْرَهُ ادْفَعُونِي فَإِنَّهُ لَمْ يُضَيِّعْنِي
"Apakah kalian hendak menolak perintah Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam?, relakanlah aku sungguh beliau tidak akan menyengsarakan
aku."
Lalu datanglah ayahnya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam dan mengkabari beliau, ia berkata; "Nikahkanlah ia!."
Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menikahkannya
dengan Julaibib. [Musnad Ahmad: Shahih]
Melakukan apa yang dilakukan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam:
a.
Abu Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu berkata: Pada saat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam shalat
bersama sahabatnya, tiba-tiba beliau melepaskan kedua sandalnya dan
meletakkannya di sebelah kirinya. Ketika sahabat melihat hal itu, mereka semua
melepaskan sandalnya. Setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam usai
dari shalatnya, beliau bersabda:
«مَا حَمَلَكُمْ عَلَى إِلْقَاءِ
نِعَالِكُمْ»
"Apa yang membuat kalian melepaskan sandal kalian?"
Mereka menjawab: Kami melihatmu melepaskan sandalmu maka kami pun
melepaskan sandal kami!
Maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
" إِنَّ جِبْرِيلَ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَانِي فَأَخْبَرَنِي أَنَّ فِيهِمَا قَذَرًا - أَوْ قَالَ:
أَذًى - "
"Sesungguhnya Jibril -shallallahu 'alaihi wa sallam- mendatangiku dan mengabariku bahwa pada kedua sandalku ada kotoran
(najis)”
Dan beliau bersabda:
" إِذَا جَاءَ أَحَدُكُمْ
إِلَى الْمَسْجِدِ فَلْيَنْظُرْ: فَإِنْ رَأَى فِي نَعْلَيْهِ قَذَرًا أَوْ أَذًى فَلْيَمْسَحْهُ
وَلْيُصَلِّ فِيهِمَا " [سنن أبي داود: صحيح]
"Apabila salah seorang di antara kalian datang ke masjid, maka
perhatikanlah, jika dia melihat di sepasang sandalnya ada najis atau kotoran
maka bersihkan, dan shalatlah dengan sepasang sandalnya itu." [Sunan Abi
Daud: Sahih]
b.
Dari Anas bin Malik radiyallahu 'anhu;
«أَنَّهُ
رَأَى فِي يَدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَاتَمًا مِنْ وَرِقٍ
يَوْمًا وَاحِدًا، ثُمَّ إِنَّ النَّاسَ اصْطَنَعُوا الخَوَاتِيمَ مِنْ وَرِقٍ وَلَبِسُوهَا،
فَطَرَحَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَاتَمَهُ، فَطَرَحَ النَّاسُ
خَوَاتِيمَهُمْ» [صحيح البخاري]
Bahwa dia pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
memakai cincin perak di tangannya selama satu hari, kemudian orang-orang pun
ikut membuat cincin dari perak dan memakainya, lalu Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam pun membuang cincin tersebut dan orang-orang pun ikut
membuang cincin yang mereka kenakan." [Shahih Bukhari]
c.
Abu Rafi' -rahimahullah- berkata: "Aku shalat 'Isya
bersama Abu Hurairah radiyallahu 'anhu, lalu ia membaca 'IDZAS SAMAA'UNSYAQQAT' (Al-Insyiqaq) lalu dia sujud tilawah, maka hal itu kemudian aku tanyakan kepadanya. Maka dia menjawab,
سَجَدْتُ خَلْفَ أَبِي الْقَاسِمِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَا أَزَالُ أَسْجُدُ بِهَا حَتَّى أَلْقَاهُ
"Aku pernah sujud tilawah bersama di belakang Abu Al-Qashim (Nabi shallallahu 'alaihi wasallam) ketika membaca ayat tersebut, dan aku akan selalu sujud ketika
membacanya hingga aku berjumpa dengannya (wafat)." [Shahih Bukhari]
d.
Dari Abdullah bin Mas’ud radiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«مَا
مِنْ نَبِيٍّ بَعَثَهُ اللهُ فِي أُمَّةٍ قَبْلِي إِلَّا كَانَ لَهُ مِنْ أُمَّتِهِ
حَوَارِيُّونَ، وَأَصْحَابٌ يَأْخُذُونَ بِسُنَّتِهِ وَيَقْتَدُونَ بِأَمْرِهِ، ثُمَّ
إِنَّهَا تَخْلُفُ مِنْ بَعْدِهِمْ خُلُوفٌ يَقُولُونَ مَا لَا يَفْعَلُونَ، وَيَفْعَلُونَ
مَا لَا يُؤْمَرُونَ، فَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِيَدِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَمَنْ جَاهَدَهُمْ
بِلِسَانِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِقَلْبِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَلَيْسَ
وَرَاءَ ذَلِكَ مِنَ الْإِيمَانِ حَبَّةُ خَرْدَلٍ» [صحيح مسلم]
"Tidaklah seorang nabi yang diutus oleh
Allah pada suatu umat sebelumnya melainkan dia memiliki pembela dan sahabat
yang memegang teguh sunah-sunnah dan mengikuti perintah-perintahnya, kemudian
datanglah setelah mereka suatu kaum yang mengatakan sesuatu yang tidak mereka
lakukan, dan melakukan sesuatu yang tidak diperintahkan. Barangsiapa yang
berjihad dengan tangan melawan mereka maka dia seorang mukmin, barangsiapa yang
berjihad dengan lisan melawan mereka maka dia seorang mukmin, barangsiapa yang
berjihad dengan hati melawan mereka maka dia seorang mukmin, dan setelah itu
tidak ada keimanan sebiji sawi." [Shahih Muslim]
Wallahu a’lam!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...