بسم الله الرحمن الرحيم
Dari Abi 'Amr - ada yang mengatakan: Abu 'Umrah - Sufyan bin Abdullah radhiyallahu
‘anhu berkata: Saya berkata: 'Wahai Rasulullah, katakanlah kepadaku
dalam Islam suatu perkataan yang tidak aku tanyakan kepada seorang pun
setelahmu (selainmu).'
Beliau menjawab: 'Katakanlah: 'Aku beriman kepada Allah', lalu konsistenlah." Diriwayatkan oleh Muslim.
Dalam riwayat lain; Sufyan bertanya
lagi:
فَمَا أَتَّقِي؟ فَأَوْمَأَ إِلَى
لِسَانِهِ
"Lalu apakah yang harus aku
waspadai?" Maka beliau pun memberi isyarat dengan menunjuk ke arah
lidahnya. [Musnad Ahmad: Shahih]
Dalam riwayat lain:
يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَخْوَفُ مَا
تَخَافُ عَلَيَّ، فَأَخَذَ بِلِسَانِ نَفْسِهِ، ثُمَّ قَالَ: «هَذَا»
Wahai Rasulullah, apa yang paling anda
takutkan padaku? Beliau memegang lidah beliau lalu menjawab: "Ini."
[Sunan Tirmidziy: Shahih]
Penjelasan singkat hadits ini:
1. Biografi
Sufyan bin Abdillah bin Rabi’ah bin Al-Harits Ats-Tsaqafiy Abu 'Amr atau Abu
'Amrah Ath-Thaifiy -radhiyallahu 'anhu-.
Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu
menjadikannya pemimpin (wali) di Thaif.
2. Perintah
istiqamah.
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{فَاسْتَقِمْ كَمَا
أُمِرْتَ وَمَن تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا ۚ إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
(112) وَلَا تَرْكَنُوا إِلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا فَتَمَسَّكُمُ النَّارُ وَمَا
لَكُم مِّن دُونِ اللَّهِ مِنْ أَوْلِيَاءَ ثُمَّ لَا تُنصَرُونَ} [هود : 112-113]
Maka tetaplah kamu pada jalan yang
benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat
beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat
apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang
yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu
tiada mempunyai seorang penolongpun selain daripada Allah, kemudian kamu tidak
akan diberi pertolongan. [Huud: 112-113]
{فَلِذَٰلِكَ فَادْعُ ۖ
وَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ ۖ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ ۖ وَقُلْ آمَنتُ
بِمَا أَنزَلَ اللَّهُ مِن كِتَابٍ ۖ وَأُمِرْتُ لِأَعْدِلَ بَيْنَكُمُ ۖ اللَّهُ
رَبُّنَا وَرَبُّكُمْ ۖ لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ ۖ لَا حُجَّةَ
بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ ۖ اللَّهُ يَجْمَعُ بَيْنَنَا ۖ وَإِلَيْهِ الْمَصِيرُ} [الشورى : 15]
Maka karena itu serulah (mereka kepada
agama ini) dan tetaplah sebagai mana diperintahkan kepadamu dan janganlah
mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah: "Aku beriman kepada semua
Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil diantara
kamu. Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi
kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah
mengumpulkan antara kita dan kepada-Nya-lah kembali (kita)". [Asy-Syuuraa:
15]
{قَالَ قَدْ أُجِيبَت
دَّعْوَتُكُمَا فَاسْتَقِيمَا وَلَا تَتَّبِعَانِّ سَبِيلَ الَّذِينَ لَا
يَعْلَمُونَ} [يونس : 89]
AlIah berfirman: "Sesungguhnya
telah diperkenankan permohonan kamu berdua, sebab itu tetaplah kamu berdua pada
jalan yang lurus dan janganlah sekali-kali kamu mengikuti jalan orang-orang
yang tidak mengetahui". [Yunus:]
{قُلْ إِنَّمَا أَنَا
بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ
فَاسْتَقِيمُوا إِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ ۗ وَوَيْلٌ لِّلْمُشْرِكِينَ} [فصلت : 6]
Katakanlah: "Bahwasanya aku
hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan
kamu adalah Tuhan yang Maha Esa, maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju
kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya. Dan kecelakaan besarlah bagi
orang-orang yang mempersekutukan-Nya. [Fushilat: 6]
3. Istiqamah
sebisa mungkin.
Tsauban radhiyallahu ‘anhu berkata;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«اسْتَقِيمُوا، وَلَنْ تُحْصُوا،
وَاعْلَمُوا أَنَّ خَيْرَ أَعْمَالِكُمُ الصَّلَاةَ، وَلَا يُحَافِظُ عَلَى
الْوُضُوءِ إِلَّا مُؤْمِنٌ»
"Beristiqamahlah kalian, dan sekali-kali
kalian tidak akan mampu secara sempurna. Dan ketahuilah, sesungguhnya
amalan kalian yang paling utama adalah shalat, dan tidak ada yang menjaga wudhu
kecuali orang mukmin." [Sunan Ibnu Majah: Shahih]
4. Tidak
ikut-ikutan.
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ
مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا
الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ} [الأنعام:
116]
Dan jika kamu menuruti kebanyakan
orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan
Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka
tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah). [Al-An'am:116]
Ø Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu berkata; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
" لَا تَكُونُوا
إِمَّعَةً، تَقُولُونَ: إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَحْسَنَّا، وَإِنْ ظَلَمُوا
ظَلَمْنَا، وَلَكِنْ وَطِّنُوا أَنْفُسَكُمْ، إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَنْ
تُحْسِنُوا، وَإِنْ أَسَاءُوا فَلَا تَظْلِمُوا "
"Janganlah kalian menjadi orang yang
suka mengekor orang lain. Jika manusia menjadi baik, maka kami juga akan
berbuat baik. Dan jika mereka berbuat zalim, maka kami juga akan berbuat
zalim.' Akan tetapi mantapkanlah hati kalian, jika manusia berbuat baik kalian
juga berbuat baik, namun jika mereka berlaku buruk, janganlah kalian berbuat
zalim." [Sunan Tirmidziy: Sanadnya lemah,
maknanya shahih]
Ø Dari Abu Sa'id radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ، وَذِرَاعًا
بِذِرَاعٍ، حَتَّى لَوْ سَلَكُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوهُ» [صحيح
البخاري ومسلم]
"Sesungguhnya kalian akan
mengikuti perilaku orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sesiku
demi sesiku, sampai sekalipun mereka masuk ke lubang kadal kalianpun akan mengikuti
mereka".
Sahabat bertanya: Ya Rasulullah, apakah
mereka kaum Yahudi dan Nashrani?
Rasulullah menjawab: "Siapa lagi kalau
bukan mereka?" [Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø Dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu ‘anhuma;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«لَيَأْتِيَنَّ عَلَى أُمَّتِي مَا أَتَى عَلَى بني إسرائيل حَذْوَ
النَّعْلِ بِالنَّعْلِ، حَتَّى إِنْ كَانَ مِنْهُمْ مَنْ أَتَى أُمَّهُ
عَلَانِيَةً لَكَانَ فِي أُمَّتِي مَنْ يَصْنَعُ ذَلِكَ»
"Akan datang
pada umatku apa yang menimpa Bani Israil sama persis selangkah demi selangkah,
sampai kalau ada dari mereka yang berzina dengan ibunya terang-terangan, maka
akan ada dari umatku yang melakukan hal itu". [Sunan Tirmidzi: Hasan]
5. Keutamaan
istiqamah.
Diantaranya:
a)
Tidak merasa takut dan sedih.
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا
رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ
أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ
تُوعَدُونَ (30) نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي
الْآخِرَةِ ۖ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا
تَدَّعُونَ} [فصلت : 30-31]
Sesungguhnya orang-orang yang
mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan
pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan:
"Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka
dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu". Kamilah
pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh
apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta.
[Fushilat: 30-31]
{إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا
رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ
يَحْزَنُونَ (13) أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا جَزَاءً
بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ} [الأحقاف : 13-14]
Sesungguhnya orang-orang yang
mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah
maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka
cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai
balasan atas apa yang telah mereka kerjakan. [Al-Ahqaaf: 13-14]
b)
Mendapat kenikmatan.
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَأَن لَّوِ
اسْتَقَامُوا عَلَى الطَّرِيقَةِ لَأَسْقَيْنَاهُم مَّاءً غَدَقًا} [الجن : 16]
Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap
berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi
minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak). [Al-Jin: 16]
c)
Mendapat keberuntungan.
Dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu;
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda;
«اسْتَقِيمُوا
تُفْلِحُوا»
"Berisiqomahlah niscaya kalian
beruntung”. [Musnad Ahmad: Shahih]
d)
Amalan terbaik.
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha;
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«يَا أَيُّهَا النَّاسُ
خُذُوا مِنْ الْأَعْمَالِ مَا تُطِيقُونَ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَمَلُّ حَتَّى
تَمَلُّوا وَإِنَّ أَحَبَّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ مَا دَامَ وَإِنْ قَلَّ»
"Wahai sekalian manusia, beramalah
menurut yang kalian sanggupi, sesungguhnya Allah tidak akan bosan sehingga
kalian merasa bosan, sesungguhnya amalan yang paling dicintai Allah adalah yang
dikerjakan secara kontinyu walaupun sedikit." [Shahih Bukhari dan Muslim]
e)
Amalan yang dilakukan secara konsisten akan diberikan
pahala sekalipun ia berhalangan.
Abu Musa radhiyallahu 'anhu berkata;
Saya mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak hanya sekali atau
dua kali, beliau bersabda:
«إِذَا كَانَ الْعَبْدُ
يَعْمَلُ عَمَلًا صَالِحًا فَشَغَلَهُ عَنْهُ مَرَضٌ أَوْ سَفَرٌ كُتِبَ لَهُ
كَصَالِحِ مَا كَانَ يَعْمَلُ وَهُوَ صَحِيحٌ مُقِيمٌ»
"Apabila seorang hamba melakukan amal
shalih, kemudian ia terhalang oleh suatu penyakit atau suatu perjalanan maka
tercatat baginya seperti amalan shalih yang pernah ia lakukan dalam keadaan
sehat." [Sunan Abi Daud: Hasan]
6. Cela
orang yang tidak istiqamah.
'Abdullah bin 'Amru bin Al-'Ash radhiyallahu
'anhuma berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah
bersabda kepadaku:
«يَا عَبْدَ اللَّهِ لَا
تَكُنْ مِثْلَ فُلَانٍ كَانَ يَقُومُ اللَّيْلَ فَتَرَكَ قِيَامَ اللَّيْلِ»
"Wahai 'Abdullah, janganlah kamu
seperti Fulan, yang dia biasa mendirikan shalat malam namun kemudian
meninggalkan shalat malam". [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«لَا يَزَالُ يُسْتَجَابُ
لِلْعَبْدِ مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ مَا لَمْ يَسْتَعْجِلْ
قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الِاسْتِعْجَالُ قَالَ يَقُولُ قَدْ دَعَوْتُ
وَقَدْ دَعَوْتُ فَلَمْ أَرَ يَسْتَجِيبُ لِي فَيَسْتَحْسِرُ عِنْدَ ذَلِكَ
وَيَدَعُ الدُّعَاءَ»
"Doa seseorang senantiasa akan
dikabulkan selama ia tidak berdoa untuk perbuatan dosa ataupun untuk memutuskan
tali silaturahim dan tidak tergesa-gesa."
Seorang sahabat bertanya; 'Ya Rasulullah,
apakah yang dimaksud dengan tergesa-gesa? '
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
menjawab: 'Yang dimaksud dengan tergesa-gesa adalah apabila orang yang berdoa
itu mengatakan; 'Aku telah berdoa dan terus berdoa tetapi belum juga
dikabulkan'. Setelah itu, ia merasa putus asa dan tidak pernah berdoa lagi.'
[Shahih Muslim]
7. Sifat
orang munafiq, tidak istiqamah.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ
وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا
يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا (142) مُذَبْذَبِينَ بَيْنَ ذَلِكَ لَا إِلَى
هَؤُلَاءِ وَلَا إِلَى هَؤُلَاءِ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ
سَبِيلًا} [النساء: 142، 143]
Sesungguhnya orang-orang munafik itu
menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri
untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat)
di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut (mengingat) Allah kecuali
sedikit sekali. Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian
(iman atau kafir), tidak masuk kepada golongan Ini (orang-orang beriman) dan
tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir). Dan siapa yang disesatkan
Allah, maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk)
baginya. [An-Nisaa':142 - 143]
{وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا
إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ} [البقرة:
14]
Dan bila mereka (orang munafiq) berjumpa
dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah
beriman". Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka (pemimpin
mereka), mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu,
kami hanyalah berolok-olok." [Al-Baqarah: 14]
Lihat: Surah Al-Munaafiquun; Sifat orang munafiq
8. Bagaimana
agar selalu istiqamah?
Beberapa amalan agar bisa selalu istiqamah:
a. Menjaga ucapan.
Dari Abu Sa’id Al-Khudriy radiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
" إِذَا أَصْبَحَ ابْنُ آدَمَ
فَإِنَّ الأَعْضَاءَ كُلَّهَا تُكَفِّرُ اللِّسَانَ فَتَقُولُ: اتَّقِ اللَّهَ فِينَا
فَإِنَّمَا نَحْنُ بِكَ، فَإِنْ اسْتَقَمْتَ اسْتَقَمْنَا وَإِنْ اعْوَجَجْتَ اعْوَجَجْنَا
" [سنن الترمذي: حسنه الألباني]
“Jika anak cucu Adam memasuki
waktu pagi, maka semua anggota tubuhnya tunduk kepada lidah dan berkata:
Bertakwalah engkau (wahai lidah) kepada Allah terhadap kami, karena sesungguhnya
kami tergantung engkau, maka jika engkau baik maka kami juga baik, dan jika
engkau buruk maka kami juga buruk”. [Sunan Tirmidziy: Hasan]
Lihat: Adab berkomunikasi dalam Islam
b. Memohon kepada Allah.
Karena
hanya Allah yang bisa meneguhkan hati. Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{يُثَبِّتُ اللَّهُ
الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي
الْآخِرَةِ ۖ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ ۚ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ} [ابراهيم : 27]
Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang
beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat;
dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia
kehendaki. [Ibrahim: 27]
{وَلَوْلَا أَن
ثَبَّتْنَاكَ لَقَدْ كِدتَّ تَرْكَنُ إِلَيْهِمْ شَيْئًا قَلِيلًا} [الإسراء : 74]
Dan kalau Kami tidak memperkuat
(hati)mu, niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka.
[Al-Israa': 74]
Diantara do'a yang bisa dibaca agar
istiqamah:
{رَبَّنَا لَا تُزِغْ
قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ
أَنتَ الْوَهَّابُ} [آل عمران : 8]
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada
kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena
sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)". [Ali 'Imran: 8]
{رَبَّنَا أَفْرِغْ
عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ
الْكَافِرِينَ} [البقرة : 250]
"Ya Tuhan kami, tuangkanlah
kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami
terhadap orang-orang kafir". [Al-Baqarah: 250]
{رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا
ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانصُرْنَا
عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ} [آل عمران : 147]
"Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa
kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan
tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir".
[Ali 'Imran: 250]
Ø Ummu Salamah radhiyallahu 'anha berkata; Doa
Rasulullah shallallahu wa'alaihi wasallam yang paling sering adalah:
«يَا مُقَلِّبَ
الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ»
(Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati,
tetapkanlah hatiku di atas agamaMu).
Ummu Salamah berkata; wahai Rasulullah,
betapa sering anda berdoa: "YAA MUQALLIBAL QULUUB, TSABBIT QALBII 'ALAA
DIINIKA" .
Beliau berkata:
«يَا أُمَّ سَلَمَةَ
إِنَّهُ لَيْسَ آدَمِيٌّ إِلَّا وَقَلْبُهُ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ
اللَّهِ فَمَنْ شَاءَ أَقَامَ وَمَنْ شَاءَ أَزَاغَ»
"Wahai Ummu Salamah, sesungguhnya
tidak ada seorang manusia pun melainkan hatinya berada diantara dua jari
diantara jari-jari Allah, barang siapa yang Allah kehendaki maka Dia akan
meluruskannya dan barang siapa yang Allah kehendaki maka Dia akan
membelokkannya." [Sunan Tirmidzi: Shahih]
c. Memperkuat keimanan.
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{إِذْ يُوحِي رَبُّكَ
إِلَى الْمَلَائِكَةِ أَنِّي مَعَكُمْ فَثَبِّتُوا الَّذِينَ آمَنُوا} [الأنفال : 12]
(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan
kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkan
(pendirian) orang-orang yang telah beriman". [Al-Anfaal: 12]
d. Perbanyak dzikir.
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوا وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا
لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ} [الأنفال : 45]
Hai orang-orang yang beriman. apabila
kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama)
Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung. [Al-Anfaal: 45]
Ø Dari Abdullah Busr radhiyallahu 'anhu bahwa
seorang laki-laki berkata; Wahai Rasulullah, sesungguhnya syari'at-syari'at
Islam telah banyak yang menjadi kewajibanku, maka beritahukan kepadaku sesuatu
yang dapat aku jadikan sebagai pegangan!
Beliau bersabda:
«لَا يَزَالُ لِسَانُكَ
رَطْبًا مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ»
"Hendaknya senantiasa lidahmu basah
karena berdzikir kepada Allah."
[Sunan Tirmidziy: Shahih]
e. Menghayati kisah para Nabi dan orang shalih.
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَكُلًّا نَّقُصُّ
عَلَيْكَ مِنْ أَنبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ} [هود : 120]
Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami
ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu.
[Huud: 120]
f.
Membaca
Al-Qur'an.
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{قُلْ نَزَّلَهُ رُوحُ
الْقُدُسِ مِن رَّبِّكَ بِالْحَقِّ لِيُثَبِّتَ الَّذِينَ آمَنُوا وَهُدًى
وَبُشْرَىٰ لِلْمُسْلِمِينَ} [النحل : 102]
Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril)
menurunkan Al Quran itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati)
orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi
orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". [An-Nahl: 102]
{وَقَالَ الَّذِينَ
كَفَرُوا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً ۚ كَذَٰلِكَ
لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ ۖ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلًا} [الفرقان : 32]
Berkatalah orang-orang yang kafir:
"Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?";
demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara
tartil (teratur dan benar). [Al-Furqan: 32]
g. Menolong agama Allah.
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا إِن تَنصُرُوا اللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ} [محمد : 7]
Hai orang-orang mukmin, jika kamu
menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.
[Muhammad: 7]
h. Berteman dengan orang shalih.
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَيَوْمَ يَعَضُّ
الظَّالِمُ عَلَىٰ يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ
سَبِيلًا (27) يَا وَيْلَتَىٰ لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا (28)
لَّقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي ۗ وَكَانَ الشَّيْطَانُ
لِلْإِنسَانِ خَذُولًا} [الفرقان : 27-29]
Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang
yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: "Aduhai kiranya (dulu)
aku mengambil jalan bersama-sama Rasul". Kecelakaan besarlah bagiku;
kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku).
Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Quran ketika Al-Quran itu telah
datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia.
[Al-Furqan: 27-29]
Wallahu a'lam!
Lihat: Syarah Arba'in hadits (20) Abu Mas’ud; Keutamaan sifat Pemalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...