بسم
الله الرحمن الرحيم
Ulama sepakat bahwa para Nabi dan
Rasul –‘alaihimushalatu wassalam- maksum (terjaga) dari dosa besar, dosa
kecil yang tercela, dan kesalahan dalam menyampaikan risalah dakwah ilahi.
Namun ada perselisihan pada kesalahan kecil yang tidak tercela.
Beberapa dalil untuk pendapat yang mengatakan
bahwa Nabi dan Rasul bisa tergelincir dalam kesalahan ringan yang tidak
tercela. Diantara dalilnya:
Dalil
pertama: Kisah Nabi Adam -'alaihissalam-.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
﴿
و َيَا آدَمُ اسْكُنْ أَنتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ فَكُلاَ مِنْ حَيْثُ شِئْتُمَا وَلاَ
تَقْرَبَا هَـذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ فَوَسْوَسَ لَهُمَا الشَّيْطَانُ
لِيُبْدِيَ لَهُمَا مَا وُورِيَ عَنْهُمَا مِن سَوْءَاتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهَاكُمَا
رَبُّكُمَا عَنْ هَـذِهِ الشَّجَرَةِ إِلاَّ أَن تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا
مِنَ الْخَالِدِينَ وَقَاسَمَهُمَا إِنِّي لَكُمَا لَمِنَ النَّاصِحِينَ فَدَلاَّهُمَا
بِغُرُورٍ فَلَمَّا ذَاقَا الشَّجَرَةَ بَدَتْ لَهُمَا سَوْءَاتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفَانِ
عَلَيْهِمَا مِن وَرَقِ الْجَنَّةِ وَ نَادَاهُمَا رَبُّهُمَا أَلَمْ أَنْهَكُمَا عَن
تِلْكُمَا الشَّجَرَةِ وَ أَقُل لَّكُمَا إِنَّ الشَّيْطَآنَ لَكُمَا عَدُوٌّ مُّبِينٌ
قَالاَ رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَ إِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَ تَرْحَمْنَا
لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ ﴾ [الأعراف19-23] .
(Dan Allah berfirman): "Hai
Adam bertempat tinggallah kamu dan isterimu di surga serta makanlah olehmu
berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua
mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim".
Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada
keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata:
"Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya
kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal
(dalam surga)". Dan dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya.
"Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu
berdua", maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan
tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi
keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun
surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: "Bukankah Aku telah melarang
kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: "Sesungguhnya
syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?" Keduanya berkata:
"Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri
kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat
kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi. [Al-A'raaf
19-23]
﴿
وَلَقَدْ عَهِدْنَا إِلَى آدَمَ مِن قَبْلُ فَنَسِيَ وَلَمْ نَجِدْ لَهُ عَزْما وَإِذْ
قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَى فَقُلْنَا
يَا آدَمُ إِنَّ هَذَا عَدُوٌّ لَّكَ وَلِزَوْجِكَ فَلَا يُخْرِجَنَّكُمَا مِنَ الْجَنَّةِ
فَتَشْقَى إِنَّ لَكَ أَلَّا تَجُوعَ فِيهَا وَلَا تَعْرَى وَأَنَّكَ لَا تَظْمَأُ
فِيهَا وَلَا تَضْحَى فَوَسْوَسَ إِلَيْهِ الشَّيْطَانُ قَالَ يَا آدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ
عَلَى شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَّا يَبْلَى فَأَكَلَا مِنْهَا فَبَدَتْ لَهُمَا
سَوْآتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفَانِ عَلَيْهِمَا مِن وَرَقِ الْجَنَّةِ وَعَصَى آدَمُ رَبَّهُ فَغَوَى ثُمَّ اجْتَبَاهُ رَبُّهُ
فَتَابَ عَلَيْهِ وَهَدَى ﴾ [طه: 155-122] .
Dan sesungguhnya telah Kami
perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak
Kami dapati padanya kemauan yang kuat. Dan (ingatlah) ketika Kami berkata
kepada malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam", maka mereka sujud kecuali
iblis. Ia membangkang. Maka Kami
berkata: "Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi
isterimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari
surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka. Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan
di dalamnya dan tidak akan telanjang, dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa
dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya". Kemudian
syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: "Hai Adam,
maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan
binasa?" Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi
keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun
(yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada
Tuhan dan sesatlah ia. Kemudian Tuhannya memilihnya maka Dia menerima
taubatnya dan memberinya petunjuk. [Thahaa: 115-122]
Ayat ini menunjukkan bahwa:
1. Nabi Adam -'alaihissalam- melanggar larangan.
2. Beliau mendurhakai Tuhannya.
3. Beliau mengakui bahwa telah mendzalimi dirinya sendiri.
4. Beliau beristigfar dan meminta taubat.
5. Allah subhanahu wata’aalaa menerima taubatnya.
Dalil
kedua: Kisah Nabi Daud -'alaihissalam-.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{وَظَنَّ
دَاوُودُ أَنَّمَا فَتَنَّاهُ فَاسْتَغْفَرَ رَبَّهُ وَخَرَّ رَاكِعًا وَأَنَابَ ۩
(24) فَغَفَرْنَا لَهُ ذَٰلِكَ ۖ وَإِنَّ لَهُ عِندَنَا لَزُلْفَىٰ وَحُسْنَ مَآبٍ
(25)} [ص : 24-25]
Dan Daud mengetahui bahwa Kami
mengujinya; maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan
bertaubat. Maka Kami ampuni baginya kesalahannya itu.
Dan sesungguhnya dia mempunyai kedudukan dekat pada sisi Kami dan tempat
kembali yang baik. [Shaad: 24-25]
Ayat ini menunjukkan bahwa:
1. Kesalahan Nabi Daud -'alaihissalam- karena tergesa-gesa menghukumi sebelum
mendengarkan argumen pihak kedua.
2. Beliau beristigfar dan taubat.
3. Allah subhanahu wata’aalaa menerima taubatnya.
Dalil
ketiga: Kisah Nabi Nuh -'alaihissalam-.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
﴿
وَنَادَى نُوحٌ رَّبَّهُ فَقَالَ رَبِّ إِنَّ ابُنِي مِنْ أَهْلِي وَإِنَّ وَعْدَكَ
الْحَقُّ وَأَنتَ أَحْكَمُ الْحَاكِمِينَ قَالَ يَا نُوحُ إِنَّهُ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ
إِنَّهُ عَمَلٌ غَيْرُ صَالِحٍ فَلاَ تَسْأَلْنِ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنِّي
أَعِظُكَ أَن تَكُونَ مِنَ الْجَاهِلِينَ قَالَ رَبِّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَسْأَلَكَ
مَا لَيْسَ لِي بِهِ عِلْمٌ وَإِلاَّ تَغْفِرْ لِي وَتَرْحَمْنِي
أَكُن مِّنَ الْخَاسِرِينَ ﴾ [هود: 45-47] .
Dan Nuh berseru kepada
Tuhannya sambil berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk
keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah
Hakim yang seadil-adilnya". Allah berfirman: "Hai Nuh, sesungguhnya
dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan),
sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu
memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya
Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak
berpengetahuan". Nuh berkata: Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung
kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui
(hakekat)nya. Dan sekiranya Engkau tidak memberi
ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku
akan termasuk orang-orang yang merugi". [Huud: 45-47]
Ayat ini menunjukkan bahwa:
1. Allah subhanahu wata’aalaa menegur nabi Nuh -'alaihissalam- karena
memohon sesuatu yang tidak ia ketahui.
2. Nabi Nuh memohon ampun atas kekeliruannya.
Dalil
keempat: Kisah Nabi Musa -'alaihissalam-.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
﴿
و َدَخَلَ الْمَدِينَةَ عَلَى حِينِ غَفْلَةٍ مِّنْ أَهْلِهَا فَوَجَدَ فِيهَا رَجُلَيْنِ
يَقْتَتِلَانِ هَذَا مِن شِيعَتِهِ وَهَذَا مِنْ عَدُوِّهِ فَاسْتَغَاثَهُ الَّذِي
مِن شِيعَتِهِ عَلَى الَّذِي مِنْ عَدُوِّهِ فَوَكَزَهُ مُوسَى فَقَضَى عَلَيْهِ قَالَ
هَذَا مِنْ عمَلِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ عَدُوٌّ مُّضِلٌّ مُّبِينٌ قَالَ رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي فَغَفَرَ لَهُ
إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ ﴾ [القصص:15-16] .
Dan Musa masuk ke kota
(Memphis) ketika penduduknya sedang lengah, maka didapatinya di dalam kota itu
dua orang laki-laki yang berkelahi; yang seorang dari golongannya (Bani Israil)
dan seorang (lagi) dari musuhnya (kaum Fir'aun). Maka orang yang dari golongannya
meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya lalu
Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Musa berkata: "Ini adalah
perbuatan syaitan sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi
nyata (permusuhannya). Musa mendoa: "Ya Tuhanku, sesungguhnya
aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku". Maka
Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. [Al-Qashash: 15-16]
Ayat ini menunjukkan bahwa:
1. Nabi Musa -'alaihissalam- memukul seseorang sampai mati.
2. Nabi Musa mengakui kekeliruannya.
3. Beliau mengakui telah mendzalimi dirinya sendiri.
4. Beliau istigfar dan taubat.
5. Allah subhanahu wata’aalaa menerima taubatnya.
Dalil
kelima: Kisah Nabi Ibrahim -'alaihissalam-.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
﴿
وَالَّذِي أَطْمَعُ أَن يَغْفِرَ لِي خَطِيئَتِي يَوْمَ الدِّينِ ﴾ [الشعراء: 82] .
Dan Yang amat kuinginkan akan
mengampuni kesalahanku pada hari kiamat. [Asy-Syu'araa: 82]
Ayat ini menunjukkan bahwa:
1. Nabi Ibrahim -'alaihissalam- berharap diampuni dosanya.
2. Beliau menyandarkan kesalahan pada dirinya.
Dalil
keenam: Kisah Nabi Yunus -'alaihissalam-.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
﴿
وَذَا النُّونِ إِذ ذَّهَبَ مُغَاضِباً فَظَنَّ أَن لَّن نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَى
فِي الظُّلُمَاتِ أَن لَّا إِلَهَ إِلَّا أَنتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
﴾ [الأنبياء: 87]
Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun
(Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami
tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang
sangat gelap: "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya
aku adalah termasuk orang-orang yang zalim". [Al-Anbiyaa': 87]
Ayat ini menunjukkan bahwa:
1. Nabi Yunus -'alaihissalam- meninggalkan kaumnya tanpa izin Allah subhanahu
wata’aalaa.
2. Beliau mengakui dirinya termasuk orang dzalim.
Dalil
ketuju: Kisah Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
﴿
وَوَضَعْنَا عَنكَ وِزْرَكَ ﴾ [الشرح: 2].
Dan Kami telah menghilangkan
daripadamu dosamu. [Asy-Syarh: 2]
Ayat ini menunjukkan bahwa:
Allah mengampuni dosa nabi Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{وَاسْتَغْفِرْ
لِذَنبِكَ} [غافر : 55] [محمد: 19]
Dan mohonlah ampunan untuk
dosamu. [Gaafir: 55] [Muhammad: 19]
Ayat
ini menunjukkan bahwa: Allah subhanahu wata’aalaa meminta Rasulullah
Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam untuk memohon ampunan atas
dosanya.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{يَا
أَيُّهَا النَّبِيُّ لِمَ تُحَرِّمُ مَا أَحَلَّ اللَّهُ لَكَ ۖ تَبْتَغِي مَرْضَاتَ
أَزْوَاجِكَ ۚ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ} [التحريم
: 1]
Hai Nabi, mengapa kamu
mengharamkan apa yang Allah halalkan bagimu; kamu mencari kesenangan hati
isteri-isterimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [At-Tahriim:
1]
Ayat ini menunjukkan bahwa:
Allah subhanahu wata’aalaa menegur Rasulullah shallallahu’alaihi
wa sallam karena mengharamkan apa yang telah Allah halalkan, dan Allah
telah mengampuni beliau.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{مَا
كَانَ لِنَبِيٍّ أَن يَكُونَ لَهُ أَسْرَىٰ حَتَّىٰ يُثْخِنَ فِي الْأَرْضِ ۚ تُرِيدُونَ
عَرَضَ الدُّنْيَا وَاللَّهُ يُرِيدُ الْآخِرَةَ ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ (67)
لَّوْلَا كِتَابٌ مِّنَ اللَّهِ سَبَقَ لَمَسَّكُمْ فِيمَا أَخَذْتُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
(68)} [الأنفال : 67-68]
Tidak patut, bagi seorang Nabi
mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu
menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat
(untukmu). Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Kalau sekiranya tidak
ada ketetapan yang telah terdahulu dari Allah, niscaya kamu ditimpa siksaan
yang besar karena tebusan yang kamu ambil. [Al-Anfaal: 67-68]
Ayat ini menunjukkan bahwa:
1. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mendapat teguran
dari Allah ketika mengambil tebusan dari tawanan perang Badr.
2. Allah subhanahu wata’aalaa mengancam dengan siksaan besar
atas keputusan tersebut.
Ibnu Abbas radhiyallahu
‘anhu berkata:
فَلَمَّا أَسَرُوا
الْأُسَارَى قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَبِي بَكْرٍ
وَعُمَرَ مَا تَرَوْنَ فِي هَؤُلَاءِ الْأُسَارَى فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ يَا نَبِيَّ
اللَّهِ هُمْ بَنُو الْعَمِّ وَالْعَشِيرَةِ أَرَى أَنْ تَأْخُذَ مِنْهُمْ فِدْيَةً
فَتَكُونُ لَنَا قُوَّةً عَلَى الْكُفَّارِ فَعَسَى اللَّهُ أَنْ يَهْدِيَهُمْ لِلْإِسْلَامِ
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا تَرَى يَا ابْنَ الْخَطَّابِ
قُلْتُ لَا وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَرَى الَّذِي رَأَى أَبُو بَكْرٍ وَلَكِنِّي
أَرَى أَنْ تُمَكِّنَّا فَنَضْرِبَ أَعْنَاقَهُمْ فَتُمَكِّنَ عَلِيًّا مِنْ عَقِيلٍ
فَيَضْرِبَ عُنُقَهُ وَتُمَكِّنِّي مِنْ فُلَانٍ نَسِيبًا لِعُمَرَ فَأَضْرِبَ عُنُقَهُ
فَإِنَّ هَؤُلَاءِ أَئِمَّةُ الْكُفْرِ وَصَنَادِيدُهَا فَهَوِيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا قَالَ أَبُو بَكْرٍ وَلَمْ يَهْوَ مَا قُلْتُ فَلَمَّا
كَانَ مِنْ الْغَدِ جِئْتُ فَإِذَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَأَبُو بَكْرٍ قَاعِدَيْنِ يَبْكِيَانِ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَخْبِرْنِي مِنْ
أَيِّ شَيْءٍ تَبْكِي أَنْتَ وَصَاحِبُكَ فَإِنْ وَجَدْتُ بُكَاءً بَكَيْتُ وَإِنْ
لَمْ أَجِدْ بُكَاءً تَبَاكَيْتُ لِبُكَائِكُمَا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَبْكِي لِلَّذِي عَرَضَ عَلَيَّ أَصْحَابُكَ مِنْ أَخْذِهِمْ الْفِدَاءَ
لَقَدْ عُرِضَ عَلَيَّ عَذَابُهُمْ أَدْنَى مِنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ شَجَرَةٍ قَرِيبَةٍ
مِنْ نَبِيِّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ
وَجَلَّ: {مَا كَانَ لِنَبِيٍّ أَنْ يَكُونَ لَهُ أَسْرَى حَتَّى يُثْخِنَ فِي الْأَرْضِ
إِلَى قَوْلِهِ فَكُلُوا مِمَّا غَنِمْتُمْ حَلَالًا طَيِّبًا} فَأَحَلَّ اللَّهُ الْغَنِيمَةَ لَهُمْ
"Tatkala tawanan telah
mereka tahan, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya kepada
Abu Bakar dan Umar: "Bagaimana pendapat kalian mengenai tawanan ini?"
Abu Bakar menjawab, "Wahai Nabi Allah, mereka itu adalah anak-anak paman
dan masih famili kita, aku berpendapat, sebaiknya kita pungut tebusan dari mereka.
Dengan begitu, kita akan menjadi kuat terhadap orang-orang kafir, semoga Allah
menunjuki mereka supaya masuk Islam." Kemudian Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam berkata: "Bagaimana pendapatmu wahai Ibnul
Khattab?" Aku menjawab, "Tidak, demi Allah wahai Rasulullah, aku
tidak setuju dengan pendapat Abu Bakar. Menurutku, berilah aku kesempatan untuk
memenggal leher mereka, berilah kesempatan kepada Ali supaya memenggal leher
'Uqail, dan berilah kesempatan kepadaku supaya memenggal leher si fulan
-maksudnya saudaranya sendiri-, karena mereka adalah para pemimpin kaum kafir
dan pembesar-pembesar mereka." Akan tetapi Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam menyetujui pendapat Abu Bakar dan tidak menyutujui
pendapatku. Di keesokan harinya, aku menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam, aku dapati beliau sedang duduk menangis berdua dengan Abu Bakar,
lalu aku berkata, "Ceritakanlah kepadaku, apa sebabnya anda berdua
menangis? Jika bisa menangis maka aku akan menangis, jika tidak bisa maka aku
akan pura-pura menangis untuk kalian." Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Aku menangis karena tebusan yang dipungut
sahabatmu terhadap para tawanan itu, lebih murah daripada harga kayu ini."
-yaitu kayu yang berada didekat Nabi Allah shallallahu 'alaihi wasallam-
Lalu Allah Azza wa jalla menurunkan ayat: {…Tidak pantas bagi seorang
Nabi mempunyai seorang tawanan sebelum dia dapat melumpuhkan musuhnya di muka
bumi ini…-hingga firman Nya- maka makanlah olehmu sebagian harta rampasan}'
(Qs. Al Nafaal: 67-69). Karena itulah Allah menghalalkan harta rampasan buat
mereka." [Shahih Muslim]
Dalil
kedelapan:
Dari Al Aghar Al Muzaniy radhiyallahu
‘anhu, -salah seorang sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam-,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِنَّهُ لَيُغَانُ
عَلَى قَلْبِي وَإِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ فِي الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ
"Sesungguhnya hatiku terkadang dilalaikan dari dzikir kepada
Allah, maka aku beristighfar seratus kali dalam sehari." [Shahih Muslim]
Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu berkata; Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
وَاللَّهِ إِنِّي
لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِي الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ
مَرَّةً
"Demi Allah, sesungguhnya
aku beristighfar (meminta ampunan) dan bertaubat kepada Allah dalam satu hari
lebih dari tujuh puluh kali." [Shahih Bukhari]
Hadits ini menunjukkan bahwa:
Hati Rasulullah terkadang dilalaikan dari berdzikir sehingga beliau
memperbanyak istigfar dan taubat.
Dari Aisyah radhiallahu
'anha bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melaksanakan shalat
malam hingga kaki beliau bengkak-bengkak. Aisyah berkata:
لِمَ تَصْنَعُ هَذَا
يَا رَسُولَ اللَّهِ وَقَدْ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا
تَأَخَّرَ
Wahai Rasulullah, kenapa Anda
melakukan ini padahal Allah telah mengampuni dosa anda yang telah berlalu dan
yang akan datang?
Beliau bersabda:
أَفَلَا أُحِبُّ
أَنْ أَكُونَ عَبْدًا شَكُورًا
"Apakah aku tidak suka jika
menjadi hamba yang bersyukur?"
Dan tatkala beliau gemuk, beliau
shalat sambil duduk, apabila beliau hendak ruku' maka beliau berdiri kemudian
membaca beberapa ayat lalu ruku.' [Shahih Bukhari dan Muslim]
Hadits ini menunjukkan bahwa:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak menyalahkan ucapan Aisyah
bahwa beliau punya dosa yang telah diampuni oleh Allah subhanahu wata’aalaa.
Dalil
kesembilan:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
أَنَا سَيِّدُ النَّاسِ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَهَلْ تَدْرُونَ بِمَ ذَاكَ يَجْمَعُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
الْأَوَّلِينَ وَالْآخِرِينَ فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ فَيُسْمِعُهُمْ الدَّاعِي وَيَنْفُذُهُمْ
الْبَصَرُ وَتَدْنُو الشَّمْسُ فَيَبْلُغُ النَّاسَ مِنْ الْغَمِّ وَالْكَرْبِ مَا
لَا يُطِيقُونَ وَمَا لَا يَحْتَمِلُونَ فَيَقُولُ بَعْضُ النَّاسِ لِبَعْضٍ أَلَا
تَرَوْنَ مَا أَنْتُمْ فِيهِ أَلَا تَرَوْنَ مَا قَدْ بَلَغَكُمْ أَلَا تَنْظُرُونَ
مَنْ يَشْفَعُ لَكُمْ إِلَى رَبِّكُمْ فَيَقُولُ بَعْضُ النَّاسِ لِبَعْضٍ ائْتُوا
آدَمَ فَيَأْتُونَ آدَمَ فَيَقُولُونَ يَا آدَمُ أَنْتَ أَبُو الْبَشَرِ خَلَقَكَ اللَّهُ
بِيَدِهِ وَنَفَخَ فِيكَ مِنْ رُوحِهِ وَأَمَرَ الْمَلَائِكَةَ فَسَجَدُوا لَكَ اشْفَعْ
لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلَا تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ أَلَا تَرَى إِلَى مَا قَدْ
بَلَغَنَا فَيَقُولُ آدَمُ إِنَّ رَبِّي غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ
مِثْلَهُ وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ وَإِنَّهُ نَهَانِي عَنْ الشَّجَرَةِ فَعَصَيْتُهُ
نَفْسِي نَفْسِي اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِي اذْهَبُوا إِلَى نُوحٍ
فَيَأْتُونَ نُوحًا
فَيَقُولُونَ يَا نُوحُ أَنْتَ أَوَّلُ الرُّسُلِ إِلَى الْأَرْضِ وَسَمَّاكَ اللَّهُ
عَبْدًا شَكُورًا اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلَا تَرَى مَا نَحْنُ فِيهِ أَلَا
تَرَى مَا قَدْ بَلَغَنَا فَيَقُولُ لَهُمْ إِنَّ رَبِّي قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا
لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ وَإِنَّهُ قَدْ
كَانَتْ لِي دَعْوَةٌ دَعَوْتُ بِهَا عَلَى قَوْمِي نَفْسِي نَفْسِي اذْهَبُوا إِلَى
إِبْرَاهِيمَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَيَأْتُونَ إِبْرَاهِيمَ
فَيَقُولُونَ أَنْتَ نَبِيُّ اللَّهِ وَخَلِيلُهُ مِنْ أَهْلِ الْأَرْضِ اشْفَعْ لَنَا
إِلَى رَبِّكَ أَلَا تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ أَلَا تَرَى إِلَى مَا قَدْ بَلَغَنَا
فَيَقُولُ لَهُمْ إِبْرَاهِيمُ إِنَّ رَبِّي قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ
قَبْلَهُ مِثْلَهُ وَلَا يَغْضَبُ بَعْدَهُ مِثْلَهُ وَذَكَرَ كَذَبَاتِهِ نَفْسِي
نَفْسِي اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِي اذْهَبُوا إِلَى مُوسَى
وَذَكَرَ قَوْلَهُ فِي الْكَوْكَبِ: { هَذَا رَبِّي }
و قَوْله لِآلِهَتِهِمْ:
{ بَلْ فَعَلَهُ كَبِيرُهُمْ هَذَا }
و قَوْله: { إِنِّي
سَقِيمٌ }
فَيَأْتُونَ مُوسَى
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَقُولُونَ: يَا مُوسَى أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ
فَضَّلَكَ اللَّهُ بِرِسَالَاتِهِ وَبِتَكْلِيمِهِ عَلَى النَّاسِ اشْفَعْ لَنَا إِلَى
رَبِّكَ أَلَا تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ أَلَا تَرَى مَا قَدْ بَلَغَنَا! فَيَقُولُ
لَهُمْ مُوسَى صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ رَبِّي قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ
غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ وَإِنِّي
قَتَلْتُ نَفْسًا لَمْ أُومَرْ بِقَتْلِهَا نَفْسِي نَفْسِي
"Aku adalah penghulu seluruh
manusia pada Hari Kiamat, tahukah kalian kenapa demikian? Allah mengumpulkan
seluruh manusia yang terdahulu sampai yang akan datang pada satu dataran tanah,
sehingga penyeru dapat memperdengarkan (suaranya) kepada mereka semuanya, dan
pandangan dapat melihat mereka, serta matahari mendekat mereka. (Lalu manusia
mengalami kesedihan dan kengerian pada batas yang mereka tidak mampu dan sabar
menanggungnya), lalu sebagian mereka berkata kepada sebagian yang lain, 'Apakah
kalian tidak memiliki pendapat tentang keadaan yang kalian hadapi dan yang
menimpa kalian ini?! ' Tidakkah kalian memiliki pendapat, siapa yang dapat
memberikan syafa'at untuk kalian kepada Rabb kalian? Sebagian lainnya
menyatakan (kepada sebagian yang lain), 'Datanglah kepada bapak kalian Adam',
Lalu mereka mendatanginya dan berkata, 'Wahai Adam! Engkau adalah bapaknya
seluruh manusia, Allah menciptakanmu dengan tangan-Nya dan meniupkan dari
ruh-Nya kepadamu, serta memerintahkan para malaikat lalu mereka sujud padamu
dan Allah juga menempatkanmu di surga, tidakkah engkau (bisa) memintakan
syafaat untuk kami kepada Rabbmu? Tidakkah engkau telah melihat keadaan kami
dan yang menimpa kami? ' Lalu beliau menjawab, 'Sungguh, pada satu hari Rabbku
telah marah dengan kemarahan yang mana Dia belum pernah marah sebelum ini
seperti itu, dan tidak juga marah setelahnya seperti itu. Allah melarangku dari
suatu pohon, namun aku melanggarnya. Diriku sendiri butuh syafa'at, silahkan
pergi menemui selainku, pergilah menemui Nuh.'
Lalu mereka menemui Nuh seraya
berkata, 'Wahai Nuh! Engkau adalah rasul pertama dari penduduk bumi, dan Allah
telah menamakanmu hamba yang bersyukur. Tidakkah engkau dapat memintakan
syafaat untuk kami kepada Rabbmu? Tidakkah engkau telah melihat keadaan kami
dan yang menimpa kami? ' Lalu beliau menjawab, 'Sungguh, disatu hari Rabbku
telah marah dengan kemarahan yang mana Dia belum pernah marah seperti itu dan
tidak juga marah setelahnya seperti itu. Sungguh, dahulu aku memiliki satu doa
yang aku gunakan untuk menghancurkan kaumku. Diriku sendiri butuh syafaat,
pergilah menemui selainku! Pergilah menemui Ibrahim! '
Lalu mereka menemui Ibrahim
seraya berkata, 'Wahai Ibrahim! Engkau adalah nabi Allah dan khalil-Nya dari
penduduk bumi, mintakanlah syafaat untuk kami kepada Rabbmu? Tidakkah engkau
telah melihat keadaan kami? ' Lalu beliau menjawab, 'Sungguh, di satu hari
Rabbku telah marah dengan kemarahan yang mana Dia belum pernah marah sebelum
ini seperti itu dan tidak juga marah setelahnya seperti itu. Aku dahulu pernah
berdusta dengan tiga kedustaan -lalu beliau sebutkan hal tersebut-, diriku
sendiri butuh syafaat. Pergilah menemui selainku, pergilah menemui Musa! '
Lalu beliau menyebutkan perkataan
Ibrahim tentang planet '(ini ada Rabbku) ', juga perkataan Ibrahim berkenaan
dengan tuhan sembahan orang-orang musyrik (kaumnya) '(bahkan yang telah
menghancurkannya adalah yang paling besar ini) ', juga perkataan Ibrahim
'Sesungguhnya saya sakit.'
Lalu mereka menemui Musa seraya
berkata: Wahai Musa, engkau adalah rasul Allah, Allah memuliakanmu dengan
kerasulan dan kalam Allah, mintakanlah syafa'at untuk kami kepada Rabbmu?
Tidakkah engkau telah melihat keadaan kami? ' Lalu beliau menjawab, 'Sungguh,
di satu hari Rabbku
telah marah dengan kemarahan yang mana Dia belum pernah marah sebelum ini
seperti itu dan tidak juga marah setelahnya seperti itu. Aku pernah membunuh
jiwa yang mana aku tidak diperintahkan untuk membunuhnya, maka diriku sendiri
butuh syafaat, [Shahih Bukhari dan Muslim]
Hadits ini menunjukkan bahwa:
Para Nabi dan Rasul mengakui bahwa mereka pernah melakukan dosa kecil sewaktu
di bumi.
Dalil
kesepuluh:
Anas radhiyallahu ‘anhu
berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
كُلُّ بَنِي آدَمَ
خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
"Semua bani Adam pernah
melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang salah adalah yang segera
bertaubat." [Sunan Ibnu Majah: Hasan]
Hadits ini menunjukkan bahwa:
Semua manusia pasti melakukan kesalahan termasuk para Nabi dan Rasul.
Hikmah tergelincirnya para Nabi dan Rasul dalam
kesalahan kecil:
1. Untuk membedakan antara Tuhan dan manusia, karena para Nabi dan
Rasul –‘alaihimushalatu wassalam- adalah manusia dengan berbagai
kemuliaan yang telah diberikan kepada mereka. Maka tidak pantas bagi pengikutnya
untuk bersikap melampaui batas hingga menyajung mereka melebihi kedudukannya
sebagai hamba paling mulia.
2. Untuk menunjukkan bahwa kesempurnaan mutlak hanya milik Allah
semata.
3. Sebegai peringatan bagi setiap insan untuk senantiasa
berhati-hati agar tidak terjerumus dalam maksiat, karena para Nabi dan Rasul
pun tidak selamat darinya.
4. Menjadikan para Nabi dan Rasul sebagai teladan ketika
tergelincil dalam kesalahan untuk segera menyadari dan mengakui kesalahan
tersebut dan segera bertaubat kepada Allah subhanahu wata’aalaa.
5. Allah subhanahu wata’aalaa ingin melihat dari para Nabi
dan Rasul-nya ibadah istigfar dan taubat yang memiliki keutamaan yang banyak.
6. Untuk mengangkat derajat para Nabi dan Rasul dengan istigfar dan
taubat mereka, karena biasanya kondisi seseorang akan bertambah baik setelah
melakukan kesalahan kemudian bertaubat.
Wallahu a’lam!
Referensi:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...