Selasa, 02 Agustus 2022

Syarah Kitab Tauhid bab (44); Ucapan seseorang: “Atas kehendak Allah dan kehendakmu”

بسم الله الرحمن الرحيم

Dalam bab ini, syekh Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah menyebutkan 3 hadits yang menunjukkan larangan seseorang berucap “Atas kehendak Allah dan kehendakmu”.

a.       Qutaibah radhiyallahu ‘anhu berkata:

«أَنَّ يَهُوْدِيًّا أَتَى النَّبِيَّ ، فَقَالَ: إِنَّكُمْ تُشْرِكُوْنَ تَقُوْلُوْنَ: مَا شَاءَ اللهُ وَشِئْتَ، وَتَقُوْلُوْنَ: وَالْكَعْبَةِ، فَأَمَرَهُمُ النَّبِيُّ إِذَا أَرَادُوْا أَنْ يَحْلِفُوْا أَوْ يَقُوْلُوْا: " وَرَبِّ الْكَعْبَةِ "، وَأَنْ يَقُوْلُوْا: "مَا شَاءَ اللهُ ثُمَّ شِئْتَ "»

“Bahwa ada seorang Yahudi datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, lalu berkata: “Sesungguhnya kamu sekalian telah melakukan perbuatan syirik, kalian mengucapkan: ‘atas kehendak Allah dan kehendakmu’ dan mengucapkan: ‘demi Ka’bah’, maka Rasulullah memerintahkan para sahabat apabila hendak bersumpah supaya mengucapkan: ‘demi Rabb Pemilik ka’bah’, dan mengucapkan: ‘atas kehendak Allah kemudian atas kehendakmu’. [Sunan An-Nasa'iy: Shahih]

b.       Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma  menuturkan:

«أَنَّ رَجُلاً قَالَ لَلنَّبِيِّ : مَا شَاءَ اللهُ وَشِئْتَ، فَقَالَ: "أَجَعَلْتَنِيْ لِلَّهِ نِدًّا؟ مَا شَاءَ اللهُ وَحْدَهُ "»

“Bahwa ada seorang lelaki berkata kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: "atas kehendak Allah dan kehendakmu", maka Nabi bersabda: “apakah kamu telah menjadikan diriku  sekutu bagi Allah? Hanya atas kehendak Allah semata”. [Musnad Ahmad: Hasan ligairih]

c.       Dari Ath-Thufail -saudara seibu Aisyah radhiallahu ‘anha- ia berkata:

“Aku bermimpi seolah-olah aku mendatangi sekelompok orang-orang Yahudi, dan aku berkata kepada mereka: ‘Sungguh kalian adalah sebaik-baik kaum jika kalian tidak mengatakan: Uzair putra Allah’. Mereka menjawab: ‘Sungguh kalian juga sebaik-baik kaum jika kalian tidak mengatakan: "Atas kehendak Allah dan kehendak Muhammad". Kemudian aku melewati sekelompok orang-orang Nasrani, dan aku berkata kepada mereka: "Sungguh kalian adalah sebaik-baik kaum jika kalian tidak mengatakan: "Al-Masih putra Allah". Mereka pun balik berkata: "Sungguh kalian juga sebaik-baik kaum jika kalian tidak mengatakan: "Atas kehendak Allah dan Muhammad".

Maka pada keesokan harinya aku memberitahukan mimpiku tersebut kepada kawan-kawanku, setelah itu aku mendatangi Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, dan aku beritahukan hal itu kepada beliau. Kemudian Rasul bersabda: “Apakah engkau telah memberitahukannya kepada seseorang? aku menjawab: ‘ya’. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda yang diawalinya dengan memuji nama Allah -ta’aalaa-:

«أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّ طُفَيْلاً رَأَى رُؤْيًا أَخْبَرَ بْهَا مَنْ أَخْبَرَ مِنْكُمْ، وَإِنَّكُمْ قُلْتُمْ كَلِمَةً كَانَ يَمْنَعُنِيْ كَذَا وَكَذَا أَنْ أَنْهَاكُمْ عَنْهَا، فَلاَ تَقُوْلُوْا: مَا شَاءَ اللهُ وَشَاءَ مُحَمَّدٌ، وَلَكِنْ قُوْلُوْا: مَا شَاءَ اللهُ وَحْدَهُ»

“Amma ba’du, sesungguhnya Thufail telah bermimpi tentang sesuatu, dan telah diberitahukan kepada sebagian orang dari kalian. Dan sesunguhnya kalian telah mengucapkan suatu ucapan yang ketika itu saya tidak sempat melarangnya, karena aku disibukkan dengan urusan ini dan itu, oleh karena itu, janganlah kalian mengatakan: "Atas kehendak Allah dan kehendak Muhammad", akan tetapi ucapkanlah: "Atas kehendak Allah semata.” [Musnad Ahmad: Shahih]

Dari 3 hadits di atas, syekh –rahimahullah- menyebutkan 6 poin penting:

1.      Hadits di atas menunjukkan bahwa orang Yahudi pun mengetahui tentang perbuatan yang disebut syirik ashghar.

Hudzaifah bin Al-Yaman -radhiallahu 'anhuma- berkata:

أَنَّ رَجُلًا مِنَ الْمُسْلِمِينَ رَأَى فِي النَّوْمِ أَنَّهُ لَقِيَ رَجُلًا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ، فَقَالَ: نِعْمَ الْقَوْمُ أَنْتُمْ لَوْلَا أَنَّكُمْ تُشْرِكُونَ، تَقُولُونَ: مَا شَاءَ اللَّهُ وَشَاءَ مُحَمَّدٌ، وَذَكَرَ ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: " أَمَا وَاللَّهِ، إِنْ كُنْتُ لَأَعْرِفُهَا لَكُمْ، قُولُوا: مَا شَاءَ اللَّهُ، ثُمَّ شَاءَ مُحَمَّدٌ "

"Seorang laki-laki muslim bermimpi dalam tidurnya bertemu dengan seorang ahli kitab, ia berkata: "Sebaik-baik kaum adalah kalian, jika kalian tidak berbuat syirik. Kalian mengatakan 'Apa yang dikehendaki Allah dan yang dikehendaki Muhammad'."

Lalu hal itu ia ceritakan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau pun bersabda: "Demi Allah, sungguh aku sudah tahu itu pada kalian, maka ucapkanlah: 'Apa yang dikehendaki Allah kemudian Muhammad'." [Sunan Ibnu Majah: Shahih]

2.      Pemahaman seseorang akan kebenaran tidak menjamin ia untuk menerima dan melaksanakannya, apabila ia dipengaruhi oleh hawa nafsunya.

Sebagaimana orang-orang Yahudi tadi, dia mengerti kebenaran, tetapi dia tidak mau mengikuti kebenaran itu, dan tidak mau beriman kepada Nabi yang membawanya.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{مَثَلُ الَّذِينَ حُمِّلُوا التَّوْرَاةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِ اللَّهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ} [الجمعة: 5]

Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya (tidak mengamalkan isinya) adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim. [Al-Jumu'ah:5]

{وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آتَيْنَاهُ آيَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ (175) وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ} [الأعراف: 175، 176]

Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). [Al-A'raaf: 175-176]

3.      Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: “Apakah engkau menjadikan diriku sekutu bagi Allah? Sebagai bukti adanya penolakan terhadap orang-orang yang mengatakan kepada beliau: "Atas kehendak Allah dan kehendakmu".

Jika demikian sikap beliau, lalu bagaimana dengan orang-orang yang mengatakan:

( يا أكرَمَ الرُّسْلِ ما لي مَنْ أَلُوذُ به ** سِوَاكَ عندَ حلولِ الحادِثِ العَمِمِ )

“Wahai Rasul termulia, tak ada seorangpun bagiku sebagai tempatku berlindung kecuali engkau ketika terjadi bencana yang besar”

( وَلَنْ يَضِيقَ رَسولَ الله جاهُكَ بي ** إذا الكريمُ تَحَلَّى باسْمِ مُنْتَقِمِ )

“Tidak sempit Wahai Rasulullah kedudukanmu padaku, jika Yang Mulia muncul dengan nama Yang Murka”

( فإنَّ من جُودِكَ الدنيا وَضَرَّتها ** ومن علومكَ علمَ اللوحِ والقلمِ )

“Karena dari kumurahanmu ada dunia dan keburukannya, dan dari ilmumu ada ilmu lauhil mahfudz dan pena”

4.      Ucapan seseorang: “atas kehendak Allah dan kehendakmu” termasuk syirik ashghar, tidak termasuk syirik akbar, karena beliau bersabda: “kalian telah mengucapkan suatu ucapan yang karena kesibukanku dengan ini dan itu aku tidak sempat melarangnya”.

Perbedaan syirik besar dengan syirik kecil:

a)       Syirik besar menyimpang dari pokok tauhid dan iman, sedangka syirik kecil hanyak mengurangi kesempurnaan tauhid dan iman.

b)      Syrik besar megeluarkan pelakunya dari keimanan, sedangkan syirik kecil tidak.

c)       Syrik besar pelakunya kekal di neraka, sedangkan syrik kecil masih di bawah kehendak Allah.

d)      Syrik besar disepakati tidak akan diapuni dosanya oleh Allah, sedangkan syirik kecil diperselisihkan ulama.

5.      Mimpi yang baik termasuk bagian dari wahyu.

Abu Qatadah radhiyallahu 'anhu berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ مِنَ اللَّهِ، وَالحُلُمُ مِنَ الشَّيْطَانِ، فَإِذَا حَلَمَ أَحَدُكُمْ حُلُمًا يَخَافُهُ فَلْيَبْصُقْ عَنْ يَسَارِهِ، وَلْيَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْ شَرِّهَا، فَإِنَّهَا لاَ تَضُرُّهُ»

"Mimpi baik dari Allah sedangkan mimpi buruk datangnya dari setan, maka apabila salah seorang dari kalian mimpi sesuatu yang dibencinya, hendaknya ia menidupkan tiga kali tiaupan ketika bangun, lalu meminta perlindungan dari kejahatannya, sebab kejahatan tersebut tidak akan membahayakan dirinya." [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«الرُّؤْيَا الحَسَنَةُ، مِنَ الرَّجُلِ الصَّالِحِ، جُزْءٌ مِنْ سِتَّةٍ وَأَرْبَعِينَ جُزْءًا مِنَ النُّبُوَّةِ» [صحيح البخاري]

"Mimpi yang baik dari orang yang shalih adalah bagian dari empatpuluh enam bagian dari kenabian". [Shahih Bukhari]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

" إِذَا اقْتَرَبَ الزَّمَانُ لَمْ تَكَدْ رُؤْيَا الْمُسْلِمِ تَكْذِبُ، وَأَصْدَقُكُمْ رُؤْيَا أَصْدَقُكُمْ حَدِيثًا، وَرُؤْيَا الْمُسْلِمِ جُزْءٌ مِنْ خَمْسٍ وَأَرْبَعِينَ جُزْءًا مِنَ النُّبُوَّةِ، وَالرُّؤْيَا ثَلَاثَةٌ: فَرُؤْيَا الصَّالِحَةِ بُشْرَى مِنَ اللهِ، وَرُؤْيَا تَحْزِينٌ مِنَ الشَّيْطَانِ، وَرُؤْيَا مِمَّا يُحَدِّثُ الْمَرْءُ نَفْسَهُ، فَإِنْ رَأَى أَحَدُكُمْ مَا يَكْرَهُ فَلْيَقُمْ فَلْيُصَلِّ، وَلَا يُحَدِّثْ بِهَا النَّاسَ " [صحيح مسلم]

"Apabila hari kiamat telah dekat, maka jarang sekali mimpi seorang muslim yang tidak benar. Dan mimpi yang paling benar diantara kalian adalah mimpinya seseorang yang selalu berbicara jujur. Mimpi seorang muslim adalah bagian dari empat puluh lima macam Nubuwwah (wahyu). Mimpi itu ada tiga macam: (1) Mimpi yang baik sebagai kabar gembira dari Allah. (2) mimpi yang menakutkan atau menyedihkan, datangnya dari setan. (3) dan mimpi yang timbul karena ilusi angan-angan, atau khayalan seseorang. Karena itu, jika kamu bermimpi yang tidak kamu senangi, bangunlah, kemudian Shalatlah, dan jangan menceritakannya kepada orang lain." [Shahih Muslim]

Ø  Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata:

«رُؤْيَا الْأَنْبِيَاءِ وَحْيٌ» [المعجم الكبير للطبراني: حسن]

"  Mimpi para Nabi adalah wahyu" [Al-Mu'jam Al-Kabiir: Hasan]

Ø  'Ubaid bin 'Umair -rahimahullah- berkata:

"  رُؤْيَا الأَنْبِيَاءِ وَحْيٌ، ثُمَّ قَرَأَ {إِنِّي أَرَى فِي المَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ} [الصافات: 102] " [صحيح البخاري: معلق]

"Mimpi para Nabi adalah wahyu", kemudian ia membaca firman Allah: (Ibrahim) berkata, "Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu." [Ash-Shaffat: 102] [Shahih Bukhari: Mu'allaq]

6.      Mimpi kadang menjadi sebab disyariatkannya suatu hukum.

Abdullah bin Zaid radhiyallahu 'anhu berkata;

لَمَّا أَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالنَّاقُوسِ يُعْمَلُ لِيُضْرَبَ بِهِ لِلنَّاسِ لِجَمْعِ الصَّلَاةِ طَافَ بِي وَأَنَا نَائِمٌ رَجُلٌ يَحْمِلُ نَاقُوسًا فِي يَدِهِ، فَقُلْتُ: يَا عَبْدَ اللَّهِ أَتَبِيعُ النَّاقُوسَ؟ قَالَ: وَمَا تَصْنَعُ بِهِ؟ فَقُلْتُ: نَدْعُو بِهِ إِلَى الصَّلَاةِ، قَالَ: أَفَلَا أَدُلُّكَ عَلَى مَا هُوَ خَيْرٌ مِنْ ذَلِكَ؟ فَقُلْتُ لَهُ: بَلَى، قَالَ: فَقَالَ: تَقُولُ: اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ، حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ، حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ، حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، قَالَ: ثُمَّ اسْتَأْخَرَ عَنِّي غَيْرَ بَعِيدٍ، ثُمَّ، قَالَ: وَتَقُولُ: إِذَا أَقَمْتَ الصَّلَاةَ، اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ، حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ، قَدْ قَامَتِ الصَّلَاةُ، قَدْ قَامَتِ الصَّلَاةُ، اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، فَلَمَّا أَصْبَحْتُ، أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَخْبَرْتُهُ، بِمَا رَأَيْتُ فَقَالَ: «إِنَّهَا لَرُؤْيَا حَقٌّ إِنْ شَاءَ اللَّهُ، فَقُمْ مَعَ بِلَالٍ فَأَلْقِ عَلَيْهِ مَا رَأَيْتَ، فَلْيُؤَذِّنْ بِهِ، فَإِنَّهُ أَنْدَى صَوْتًا مِنْكَ» فَقُمْتُ مَعَ بِلَالٍ، فَجَعَلْتُ أُلْقِيهِ عَلَيْهِ، وَيُؤَذِّنُ بِهِ، قَالَ: فَسَمِعَ ذَلِكَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ، وَهُوَ فِي بَيْتِهِ فَخَرَجَ يَجُرُّ رِدَاءَهُ، وَيَقُولُ: وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ يَا رَسُولَ اللَّهِ، لَقَدْ رَأَيْتُ مِثْلَ مَا رَأَى، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «فَلِلَّهِ الْحَمْدُ» [سنن أبي داود: صحيح]

Sewaktu Rasulullah hendak memerintahkan supaya memakai lonceng yang dipukul untuk mengumpulkan orang-orang yang mengerjakan shalat, ada seorang laki-laki berkeliling bertemu denganku, sedang saya dalam keadaan tidur. Ia membawa lonceng di tangannya, maka saya berkata; Wahai hamba Allah, apakah kamu mau menjual lonceng ini? Dia bertanya; Apa yang akan kamu lakukan dengannya? Saya menjawab; Saya akan pakai untuk memanggil orang-orang mengerjakan shalat. Kata orang itu; Maukah saya tunjukkan kepadamu yang lebih baik dari itu? Saya katakan kepadanya; Tentu. Orang itu berkata; Engkau ucapkan, "Allaahu Akbar Allaahu Akbar, Allaahu Akbar Allaahu Akbar (Allah Mahabesar Allah Mahabesar, Allah Mahabesar Allah Mahabesar), Asyhaduan laa ilaaha Illallah, Asyhaduan laa ilaaha Illallah (Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah), Ayshadu anna Muhammadar Rasuulallah, Ayshadu anna Muhammadar Rasuulallah (Aku bersaksi bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, Aku bersaksi bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah), Hayya 'alash shalaah, Hayya 'alash shalaah (Marlilah kita shalat, Marlilah kita shalat). Hayya 'alal falah, Hayya 'alal falah (Marilah meraih kemenangan, marilah meraih kemenangan). Allaahu Akbar, Allaahu Akbar (Allah Mahabesar, Allah Mahabesar). Laailaaha illallah (Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah).

Abdullah berkata; Kemudian orang itu mundur tidak jauh dariku, lalu berkata; Apabila kamu membaca iqamah shalat, ucapkanlah; Allahu Akbar Allahu Akbar, (Allah Mahabesar Allah Mahabesar). Asyhaduan laa ilaaha Illallah, (Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah). Ayshadu anna Muhammadar Rasuulallah (Aku bersaksi bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah), Hayya 'alash shalaah (Marlilah kita shalat). Hayya 'alal falah (Marilah meraiah kemenangan). Qad qaamatish shalatu Qad qaamatish shalah (Sungguh shalat telah mulai didirikan Sungguh shalat telah mulai didirikan). Allahu Akbar Allahu Akbar (Allah Mahabesar, Allah Mahabesar). Laailaaha illallah (Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah).

Maka keesokan harinya, saya pergi menemui Rasulallah dan memberitahukan kejadian mimpiku itu, maka beliau bersabda, "Sesungguhnya mimpimu itu adalah mimpi yang benar Insya Allah. Karena itu berdirilah bersama Bilal dan ajarkan kepadanya mimpimu itu, dan hendaklah dia yang azan, karena suaranya lebih lantang dari suaramu." Maka saya pun berdiri bersama Bilal, lalu saya ajarkan kepadanya bacaan-bacaan itu, sementara dia menyerukan azan itu. Dia berkata; Kemudian Umar bin Al-Khaththab mendengar seruan azan itu ketika dia sedang berada di rumahnya, lalu dia keluar sambil menarik pakaiannya dan berkata; Demi Dzat yang mengutusmu dengan al-Haq, wahai Rasulullah, sungguh saya telah bermimpi seperti mimpi Abdullah itu. Maka Rasulallah bersabda, "Maka segala puji hanya bagi Allah. [Sunan Abi Daud: Shahih]

Kebenaran adalah milik orang beriman dari manapun asalnya

Hadits Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Ketika Setan mengajarkan kepadanya:

إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الكُرْسِيِّ، لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ حَافِظٌ، وَلاَ يَقْرَبُكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ

Jika kamu beranjak ke tempat tidurmu maka bacalah ayat Al-kursiy, karena kamu akan selalu mendapat penjagaan dari Allah, dan syaitan tidak akan mendekatimu sampai pagi.

Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepada Abu Hurairah:

«صَدَقَكَ وَهُوَ كَذُوبٌ ذَاكَ شَيْطَانٌ» [صحيح البخاري]

"Ia jujur kepadamu dan ia adalah pembohong, dia itu adalah setan". [Sahih Bukhari]

Ø  Sa’id bin Abi Burdah rahimahullah berkata: Dulu dikatakan

«الْحِكْمَةُ ضَالَّةُ الْمُؤْمِنِ يَأْخُذُهَا إِذَا وَجَدَهَا»

“Hikmah itu adalah suatu yang hilang dari seorang mukmin, ia mengambilnya jika ia mendapatkannya”. [Mushannaf bin Abi Syaibah: Sanadnya shahih]

Lihat: Takhrij hadits “Hikmah milik orang mukmin yang hilang”

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Syarah Kitab Tauhid bab (43); Orang yang tidak rela terhadap sumpah yang menggunakan nama Allah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...