Rabu, 18 November 2020

Kitab Ilmu bab 11 dan 12; Memilih waktu untuk menyampaikan dan menimba ilmu

 بسم الله الرحمن الرحيم

A.    Bab 11.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

بَابُ مَا كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَخَوَّلُهُمْ بِالْمَوْعِظَةِ وَالعِلْمِ كَيْ لاَ يَنْفِرُوا

“Bab: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam selalu memberi waktu yang tepat ketika memberi nasehat dan ilmu agar mereka tidak menghindar”

Dalam bab ini, imam Bukhari ingin menjelaskan tentang pentingnya memilih waktu yang tepat untuk menyampaikan ilmu. Beliau meriwayatkan dua hadits dari Abdullah bin Mas’ud dan Anas bin Malik -radhiyallahu ‘anhuma- yang menunjukkan hal ini.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

68 - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ، قَالَ: أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ [الثوري]، عَنِ الأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي وَائِلٍ [شَقِيق بن سَلَمَةَ الأَسَدِيُّ]، عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ، قَالَ: «كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَخَوَّلُنَا بِالْمَوْعِظَةِ فِي الأَيَّامِ، كَرَاهَةَ السَّآمَةِ عَلَيْنَا»

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yusuf, ia berkata: Telah mengabarkan kepada kami Sufyan [Ats-Tsauriy], dari Al A'masy, dari Abu Wa'il [Syaqiq bin Salamah Al-Asadiy], dari Ibnu Mas'ud berkata; “Bahwa Nabi selalu memilah-milah hari yang tepat bagi kami untuk memberikan nasihat, karena khawatir rasa bosan akan menghinggapi kami”.

Nb: Hadits Ibnu Mas’ud ini akan dijelaskan pada bab berikutnya (bab 12).

Kemudian Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

69 - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، قَالَ: حَدَّثَنِي أَبُو التَّيَّاحِ [يزيد بن حُمَيْدٍ الضُّبَعِيُّ]، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «يَسِّرُوا وَلاَ تُعَسِّرُوا، وَبَشِّرُوا، وَلاَ تُنَفِّرُوا»

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Syu'bah, ia berkata: Telah menceritakan kepadaku Abu At-Tayyah [Yazid bin Humaid Adh-Dhuba'iy], dari Anas bin Malik, dari Nabi , beliau bersabda, "Permudahlah dan jangan persulit, berilah kabar gembira dan jangan membuat orang lari."

Penjelasan singkat hadits Anas bin Malik:

1.      Biografi Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

2.      Memberi kemudahan dalam menyampaikan ilmu.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ} [البقرة: 185]

Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. [Al-Baqarah:185]

Ø  Aisyah radhiyallahu 'anha berkata:

«مَا خُيِّرَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ أَمْرَيْنِ، أَحَدُهُمَا أَيْسَرُ مِنَ الْآخَرِ، إِلَّا اخْتَارَ أَيْسَرَهُمَا، مَا لَمْ يَكُنْ إِثْمًا، فَإِنْ كَانَ إِثْمًا، كَانَ أَبْعَدَ النَّاسِ مِنْهُ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak disuruh memilih antara dua hal, salah satunya lebih mudah dari yang lainnya, kecuali beliau memilih yang paling mudah dari keduanya, selama itu bukan dosa, tapi kalau yang lebih mudah itu dosa maka beliau adalah orang yang paling penjauhinya". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«إِنَّمَا بُعِثْتُمْ مُيَسِّرِينَ، وَلَمْ تُبْعَثُوا مُعَسِّرِينَ»

“Sesungguhnya kalian diutus untuk memudahkan ummat, bukan untuk menyusahkannya”. [Sahih Bukhari]

Ø  Dari Abu Musa Al-Asy'ariy radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengutus Mu'adz dan Abu Musa ke negeri Yaman dan Beliau berpesan:

«يَسِّرَا وَلاَ تُعَسِّرَا، وَبَشِّرَا وَلاَ تُنَفِّرَا، وَتَطَاوَعَا وَلاَ تَخْتَلِفَا»

"Mudahkanlah (urusan) dan jangan dipersulit. Berilah kabar gembira dan jangan membuat orang lari (tidak tertarik) dan bekerja samalah kalian berdua dan jangan berselisih". [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dari seorang Badui -radhiyallahu 'anhu- yang mendengar dari Rasulullah bersabda:

«إِنَّ خَيْرَ دِينِكُمْ أَيْسَرُهُ، إِنَّ خَيْرَ دِينِكُمْ أَيْسَرُهُ» [مسند أحمد: حسن]

"Sebaik-baik perkara agama kalian adalah yang paling mudah urusannya, sungguh sebaik-baik perkara agama kalian adalah yang paling mudah urusannya" [Musnad Ahmad: Hasan]

Ø  Dari Mihjan bin Al-`Adra' radhiyallahu 'anhu; Nabiyullah bersabda:

«إِنَّكُمْ أُمَّةٌ أُرِيدَ بِكُمُ الْيُسْرُ» [مسند أحمد: حسن لغيره]

"Sungguh kalian adalah umat yang dikehendaki mendapatkan keringanan." [Musnad Ahmad: Hasan ligairih]

Lihat: Keringanan syari'at Islam dalam puasa

3.      Beberapa bentuk mempermudah dalam menyampaikan ilmu.

Diantaranya:

a)      Memilih waktu yang tepat.

Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata:

فَإِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ بِهَا وَهِيَ تَبْكِي عِنْدَ قَبْرٍ، فَقَالَ: «اتَّقِي اللَّهَ، وَاصْبِرِي»، فَقَالَتْ: إِلَيْكَ عَنِّي، فَإِنَّكَ خِلْوٌ مِنْ مُصِيبَتِي، قَالَ: فَجَاوَزَهَا وَمَضَى، فَمَرَّ بِهَا رَجُلٌ فَقَالَ: مَا قَالَ لَكِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ قَالَتْ: مَا عَرَفْتُهُ؟ قَالَ: إِنَّهُ لَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: فَجَاءَتْ إِلَى بَابِهِ فَلَمْ تَجِدْ عَلَيْهِ بَوَّابًا، فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَاللَّهِ مَا عَرَفْتُكَ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ الصَّبْرَ عِنْدَ أَوَّلِ صَدْمَةٍ» [صحيح البخاري ومسلم]

Sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah melewati wanita itu saat ia menangis di suatu kuburan, lantas beliau menasihatinya: 'Bertakwalah kepada Allah, dan bersabarlah!'

Si wanita itu malah menjawab; 'Sana kau menjauh, sebab kamu tidak mengalami seperti musibahku ini!'

Kata Anas, Nabi pun segera menjauh dan pergi. Lantas ada seseorang yang melewati wanita itu seraya mengatakan; 'Apa yang disabdakan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kepadamu?'

Si wanita tadi menjawab; 'Saya tidak tahu kalau orang tadi Rasulullah.'

Laki-laki itu mengatakan, "Orang tadi itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam!"

Anas berkata; Si wanita terus datang ke pintu rumah Nabi dan ia tidak menemukan seorang penjaga pintunya, lantas mengatakan; 'Wahai Rasulullah, Demi Allah, aku tidak mengenalmu!'

Lantas Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Kesabaran itu terlihat pada saat pertama kali benturan." [Shahih Bukhari dan Muslim]

b)      Menyesuaikan materi yang sesuai dengan pendengar.

Mu'adz bin Jabal radhiallahu 'anhu berkata:

كُنْتُ رِدْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى حِمَارٍ يُقَالُ لَهُ عُفَيْرٌ فَقَال: َ يَا مُعَاذُ هَلْ تَدْرِي حَقَّ اللَّهِ عَلَى عِبَادِه، ِ وَمَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّه؟ ِ قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ! قَالَ: فَإِنَّ حَقَّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلَا يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، وَحَقَّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ أَنْ لَا يُعَذِّبَ مَنْ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا. فَقُلْت: ُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا أُبَشِّرُ بِهِ النَّاس؟ َ قَال: لَا تُبَشِّرْهُمْ فَيَتَّكِلُوا

"Aku pernah membonceng di belakang Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di atas seekor keledai yang diberi nama 'Ufair lalu Beliau bertanya: "Wahai Mu'adz, tahukah kamu apa hak Allah atas para hamba-Nya dan apa hak para hamba atas Allah?"

Aku jawab: "Allah dan Rosul-Nya yang lebih tahu".

Beliau bersabda: "Sesungguhnya hak Allah atas para hamba-Nya adalah hendankah beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun dan hak para hamba-Nya atas Allah adalah seorang hamba tidak akan disiksa selama dia tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun".

Lalu aku berkata: "Wahai Rasulullah, apakah boleh aku menyampaikan kabar gembira ini kepada manusia?"

Beliau menjawab: "Jangan kamu beritahukan mereka sebab nanti mereka akan berpasrah saja". [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Ali bin Abi Thalib radiyallahu 'anhu berkata:

«حَدِّثُوا النَّاسَ بِمَا يَعْرِفُونَ، أَتُحِبُّونَ أَنْ يُكَذَّبَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ» [صحيح البخاري]

“Sampaikanlah kepada orang-orang apa yang bisa ia pahami, sukakah kalian jika Allah dan Rasul-Nya didustakan?!” [Sahih Bukhari]

Ø  Abdullah bin Mas'ud radiyallahu 'anhu berkata:

«مَا أَنْتَ بِمُحَدِّثٍ قَوْمًا حَدِيثًا لَا تَبْلُغُهُ عُقُولُهُمْ، إِلَّا كَانَ لِبَعْضِهِمْ فِتْنَةً» [صحيح مسلم]

“Tidaklah kamu menyampaikan sesuatu kepada satu kaum yang belum bisa mereka pahami kecuali hal itu akan menjadi fitnah (cobaan dan masalah) bagi sebagian mereka”. [Sahih Muslim]

Ø  Aisyah radhiyallahu 'anha berkata:

" إِنَّمَا نَزَلَ أَوَّلَ مَا نَزَلَ مِنْهُ سُورَةٌ مِنَ المُفَصَّلِ، فِيهَا ذِكْرُ الجَنَّةِ وَالنَّارِ، حَتَّى إِذَا ثَابَ النَّاسُ إِلَى الإِسْلاَمِ نَزَلَ الحَلاَلُ وَالحَرَامُ، وَلَوْ نَزَلَ أَوَّلَ شَيْءٍ: لاَ تَشْرَبُوا الخَمْرَ، لَقَالُوا: لاَ نَدَعُ الخَمْرَ أَبَدًا، وَلَوْ نَزَلَ: لاَ تَزْنُوا، لَقَالُوا: لاَ نَدَعُ الزِّنَا أَبَدًا " [صحيح البخاري]

"Sesungguhnya yang paling pertama turun adalah surah al-Mufashal (dari surah qaaf sampai an-naas), di dalamnya menyebutkan tentang surga dan neraka, sampai pada saat orang-orang sudah masuk Islam, turunlah ayat yang berkaitan dengan halal dan haram. Kalau saja ayat yang paling pertama turun mengatakan "Jangan minum khamar!", mereka akan mengatakan "Kami tidak akan meninggalkan khamar selama-lamnya!". Dan kalau saja ayat yang paling pertama turun mengatkan "Jangan kalian berzina!", mereka akan mengatakan "Kami tidak akan meninggalkan perzinaan selamanya!"". [Shahih Bukhari]

c)       Tidak terlalu lama dalam menyampaikan.

Dari Ammar radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

«إِنَّ طُولَ صَلَاةِ الرَّجُلِ، وَقِصَرَ خُطْبَتِهِ، مَئِنَّةٌ مِنْ فِقْهِهِ، فَأَطِيلُوا الصَّلَاةَ، وَاقْصُرُوا الْخُطْبَةَ، وَإِنَّ مِنَ الْبَيَانِ سِحْرًا» [صحيح مسلم]

“Sesungguhnya, panjang shalat seseorang dan khutbahnya yang ringkas, menunjukkan kedalaman ilmu (pemahaman)nya, maka panjangkanlah shalat kalian dan singkatkan khutbah, dan sesungguhnya dari penjelasan yang baik bisa menyihir (pendengarnya)”. [Sahih Muslim]

Ø  Abu Mas'ud Al-Anshariy radhiyallahu 'anhu berkata: Seseorang datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata: "Sesungguhnya aku meninggalkan shalat Subuh (berjama'ah) karena si Fulan yang terlalu panjang bacaannya".

Maka aku tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam marah pada saat menasehati seperti marahnya hari itu, kemudian beliau bersabda:

«يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ مِنْكُمْ مُنَفِّرِينَ، فَأَيُّكُمْ أَمَّ النَّاسَ، فَلْيُوجِزْ فَإِنَّ مِنْ وَرَائِهِ الْكَبِيرَ، وَالضَّعِيفَ وَذَا الْحَاجَةِ» [صحيح مسلم]

"Wahai sekalia manusia, sesungguhnya ada dari kalian yang membuat orang lari (dari ajaran Islam), maka siapapun dari kalian yang menjadi imam bagi orang-orang, maka hendaklah ia mempersingkat, karena dibelakangnya (makmum) ada orang tua, orang lemah, dan yang punya hajat." [Sahih Bukhari dan Muslim]

d)      Tidak terlalu sering.

Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu berkata:

«حَدِّثِ النَّاسَ كُلَّ جُمُعَةٍ مَرَّةً، فَإِنْ أَبَيْتَ فَمَرَّتَيْنِ، فَإِنْ أَكْثَرْتَ فَثَلاَثَ مِرَارٍ، وَلاَ تُمِلَّ النَّاسَ هَذَا القُرْآنَ، وَلاَ أُلْفِيَنَّكَ تَأْتِي القَوْمَ وَهُمْ فِي حَدِيثٍ مِنْ حَدِيثِهِمْ، فَتَقُصُّ عَلَيْهِمْ، فَتَقْطَعُ عَلَيْهِمْ حَدِيثَهُمْ فَتُمِلُّهُمْ، وَلَكِنْ أَنْصِتْ، فَإِذَا أَمَرُوكَ فَحَدِّثْهُمْ وَهُمْ يَشْتَهُونَهُ، فَانْظُرِ السَّجْعَ مِنَ الدُّعَاءِ فَاجْتَنِبْهُ»، فَإِنِّي عَهِدْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصْحَابَهُ لَا يَفْعَلُونَ إِلَّا ذَلِكَ يَعْنِي لاَ يَفْعَلُونَ إِلَّا ذَلِكَ الِاجْتِنَابَ [صحيح البخاري]

"Berbicaralah (menyampaikan ilmu) kepada orang-orang setiap Jumat sekali, jika kamu enggan, maka dua kali, dan apabila kamu ingin lebih banyak lagi, hendaknya hanya tiga kali (setiap Jumat). Janganlah membuat orang-orang bosan dengan Al-Qur'an ini. Jangan sekali-kali aku dapatkan kamu mendatangi sebuah kaum ketika mereka berbincang-bincang, tiba-tiba kamu menyampaikan ilmu dan memotong pembicaraan mereka hingga mereka bosan. Akan tetapi diamlah terlebih dahulu. Jika mereka telah mempersilakanmu, silakan kamu bicara, sehingga mereka antusias (semangat) mendengarkan tutur bicaramu. Dan tolong hindarilah sajak puitis (yang berlebihan) dalam berdo’a dan jauhilah yang seperti itu, sebab telah kutemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya tak melakukan yang demikian. Yaitu tidak melakukan hal itu selain mereka selalu menjauhi semacam itu." [Shahih Bukhari]

e)      Tidak tergesa-gesa dalam menyampaikan.

Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:

«كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَسْرُدُ سَرْدَكُمْ هَذَا، يَتَكَلَّمُ بِكَلَامٍ يٌبَيِّنُهُ فَصْلًا، يَحْفَظُهُ مَنْ سَمِعَهُ» [مسند أحمد: حسن]

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berbicara cepat seperti kalian ini, ia berbicara dengan ucapan yang jelas, bisa dihafal oleh orang yang mendengarnya”. [Musnad Ahmad: Hasan]

Ø  Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata:

«كَانَ النَّبِيّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا تَكَلَّمَ بِكَلِمَةٍ أَعَادَهَا ثَلاَثًا، حَتَّى تُفْهَمَ عَنْهُ» [صحيح البخاري]

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika berbicara terkadang mengulanginya sebanyak tiga kali sampai dipahami”. [Sahih Bukhari]

Lihat: Adab berkomunikasi

B.     Bab 12.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

بَابُ مَنْ جَعَلَ لِأَهْلِ العِلْمِ أَيَّامًا مَعْلُومَةً

“Bab: Orang yang menyediakan hari-hari khusus untuk menimba ilmu kepada ulama”

Dalam bab ini, imam Bukhari ingin menjelaskan tentang pentingnya memilih waktu yang tepat untuk menimba ilmu. Beliau Kembali meriwayatkan hadits Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu yang juga menunjukkan hal ini.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

70 - حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا جَرِيرٌ [بن عبد الحَميد]، عَنْ مَنْصُورٍ [بن المُعْتَمِر]، عَنْ أَبِي وَائِلٍ، قَالَ: كَانَ عَبْدُ اللَّهِ يُذَكِّرُ النَّاسَ فِي كُلِّ خَمِيسٍ فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ: يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ لَوَدِدْتُ أَنَّكَ ذَكَّرْتَنَا كُلَّ يَوْمٍ؟ قَالَ: أَمَا إِنَّهُ يَمْنَعُنِي مِنْ ذَلِكَ أَنِّي أَكْرَهُ أَنْ أُمِلَّكُمْ، وَإِنِّي أَتَخَوَّلُكُمْ بِالْمَوْعِظَةِ، كَمَا كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَخَوَّلُنَا بِهَا، مَخَافَةَ السَّآمَةِ عَلَيْنَا "

Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abu Syaibah, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Jarir [bin Abdil Hamid], dari Manshur [bin Al-Mu’tamir], dari Abu Wa'il berkata; Bahwa Abdullah memberi pelajaran kepada orang-orang setiap hari Kamis, kemudian seseorang berkata, "Wahai Abu Abdurrahman, sungguh aku ingin kalau Anda memberi pelajaran kepada kami setiap hari"

Dia berkata, "Sungguh aku enggan melakukannya, karena aku takut membuat kalian bosan, dan aku ingin memberi pelajaran kepada kalian sebagaimana Nabi memberi pelajaran kepada kami karena khawatir kebosanan akan menimpa kami".

Penjelasan singkat hadits Abdullah bin Mas’ud:

1.      Biografi Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

2.      Antusias Ibnu Mas’ud meneladani Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Lihat: Antusias sahabat meneladani Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam

3.      Kasih sayang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada umatnya.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ} [التوبة: 128]

Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. [At-Taubah: 128]

Lihat: Akhlak Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

4.      Pentingnya memilih waktu yang tepat dalam menyampaikan atau menuntut ilmu.

Dari Aisyah radhiyallahu 'anha; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي الْأَمْرِ كُلِّهِ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Sesungguhnya Allah mencintai kelembutan (melakukan sesuatu dengan perlahan) pada setiap urusan". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Dalam riwayat lain:

«إِنَّ الرِّفْقَ لَا يَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلَّا زَانَهُ، وَلَا يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا شَانَهُ» [صحيح مسلم]

"Sesungguhnya kelembutan tidak dibarenang pada susuatu kecuali membuatnya indah, dan tidak hilang dari sesuatu kecuali membuatnya buruk". [Sahih Muslim]

5.      Tidak berlebihan dan memaksakan diri dalam menuntut ilmu.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

" إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ " [صحيح البخاري]

"Sesungguhnya agama Islam itu mudah (jika mengikuti Al-Qur'an dan Sunnah dengan baik), dan seseorang tidak mempersulit urusan agama (dengan sesuatu yang tidak disyari'atkan) kecuali ia akan terkalahkan olehnya". [Sahih Bukhari]

Ø  Dari Buraidah Al-Aslamiy radhiyallahu 'anhu; Nabi bersabda:

«عَلَيْكُمْ هَدْيًا قَاصِدًا، عَلَيْكُمْ هَدْيًا قَاصِدًا، عَلَيْكُمْ هَدْيًا قَاصِدًا؛ فَإِنَّهُ مَنْ يُشَادَّ هَذَا الدِّينَ يَغْلِبْهُ» [مسند أحمد: صحيح]

"Pegangteguhlah petunjuk agama dengan tenang dan bersahaja, Pegangteguhlah petunjuk agama dengan tenang dan bersahaja, Pegangteguhlah petunjuk agama dengan tenang dan bersahaja, sebab barangsiapa yang memperberat diri dalam agama ini pasti akan dikalahkan olehnya." [Musnad Ahmad: Shahih]

Ø  Dari Ibnu Al-Adra' radhiyallahu 'anhu; Nabi bersabda:

«إِنَّكُمْ لَنْ تَنَالُوا هَذَا الْأَمْرَ بِالْمُغَالَبَةِ» [مسند أحمد: حسنه الألباني]

"Kalian tidak akan meraih Islam ini dengan cara memaksakan diri." [Musnad Ahmad: Hasan]

Ø  Dari beberapa sahabat Nabi -radhiyallahu ‘anhum-, Rasulullah -shallallahu 'alaihi wa sallam- bersabda:

«إِذَا ذُكِرَ أَصْحَابِي فَأَمْسِكُوا، وَإِذَا ذُكِرَتِ النُّجُومُ فَأَمْسِكُوا، وَإِذَا ذُكِرَ الْقَدَرُ فَأَمْسِكُوا»

"Jika para sababatku disebutkan (perselisihan diantara mereka) maka diamlah (jangan kalian menghinanya), dan jika perbintangan (untuk meramal) disebutkan maka diamlah (jangan percaya), dan jika takdir disebutkan maka diamlah (imani dan jangan memaksakan logika)." [Ash-Shahihah no.34]

6.      Walau sedikit tapi konsisten.

Dari Aisyah radhiyallahu 'anha; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«يَا أَيُّهَا النَّاسُ، خُذُوا مِنَ الأَعْمَالِ مَا تُطِيقُونَ، فَإِنَّ اللَّهَ لاَ يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوا، وَإِنَّ أَحَبَّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ مَا دَامَ وَإِنْ قَلَّ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Wahai sekalian manusia, lakukanlah ibadah sesuai kemampuan kalian, karena sesungguhnya Allah tidak merasa bosan sampai kalian bosan, dan sesungguhnya amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang konsisten sekalipun sedikit". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Lihat: Bagaimana menuntut ilmu

7.      Sifat bosan adalah sifat manusiawi.

8.      Mengisi kebosanan dengan hal positif.

Dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

" لِكُلِّ عَمَلٍ شِرَّةٌ، وَلِكُلِّ شِرَّةٍ فَتْرَةٌ، فَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى سُنَّتِي، فَقَدْ أَفْلَحَ، وَمَنْ كَانَتْ إِلَى غَيْرِ ذَلِكَ فَقَدْ هَلَكَ " [مسند أحمد: صحيح]

"Setiap amalan punya waktu semangat, dan setiap waktu semangat ada waktu malas (lemah). Maka barangsiapa yang mengisi waktu malasnya dengan sunnahku maka ia telah beruntung, dan barangsiapa yang mengisi waktu malasnya dengan selain itu maka ia talah binasa". [Musnad Ahmad: Sahih]

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Kitab Ilmu bab 10; Berilmu sebelum berucap dan beramal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...