بسم الله الرحمن الرحيم
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
بابُ قوْلِه اللَِّه تعَاَلىَ: {ليْسَ لكَ مِنَ الأمْرِ شَيْءٌ}
[آل عمران: 128]
Bab firman Allah ta’aalaa: {Kamu tidak memiliki
wewenang apa-apa terhadap urusan mereka} [Ali Imran: 128]
Dalam bab ini Imam Bukhari menjelaskan bahwa orang yang tidak berpegang tuguh dengan Al-Qur’an dan Sunnah berhak mendapatkan laknat Rasulullah ﷺ. Atau menjelaskan tentang boleh tidaknya Nabi ﷺ berijtihad.
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
٦٩١٤ - حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدٍ [بن موسى]: أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ
[بن المبارك]:
أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ، عَنْ الزُهري، عَنْ سَالِمٍ، عَنْ ابْنِ عُمَرَ: أَنَّهُ
سَمِعَ النَّبِيَّ ﷺ يَقُولُ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ، وَرَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ
الرُّكُوعِ، قَالَ: "اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ".
فِي الْأَخِيرَةِ، ثُمَّ قَالَ: "اللَّهُمَّ الْعَنْ فُلَانًا وَفُلَانًا".
فَأَنْزَلَ اللَّهُ عز وجل: ﴿لَيْسَ لَكَ مِنَ الأَمْرِ شَيْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أو
يعذِّبهم فإنهم ظالمون﴾.
Telah menceritakan
kepada kami Ahmad bin Muhammad [bin Musa], ia berkata: Telah mengabarkan kepada kami
Abdullah [bin Al-Mubarak], ia berkata: Telah mengabarkan kepada kami Ma'mar, dari Az-Zuhriy, dari Salim, dari
Ibn Umar ia mendengar Nabi ﷺ berdoa ketika salat fajar dan ketika
mengangkat kepalanya dari rukuk: 'ALLAAHUMMA RABBANAA WALAKAL HAMDU (Ya
Allah Rabb kami, bagi-Mu segala puji)', itu beliau ucapkan pada rukuk terakhir.
Kemudian beliau berdoa: 'ALLAAHUMMA IL 'AN FULAANAN WAFULAANAN (Ya
Allah, laknatlah si Fulan dan si Fulan).' Lantas Allah menurunkan ayat: '{Sama
sekali engkau tidak mempunyai wewenang terhadap urusan mereka itu, Allah
mengampuni mereka atau menyiksa mereka, sebab mereka adalah orang-orang yang
zalim}' [Ali 'Imran: 128]
Penjelasan singkat
hadits ini:
1.
Biografi
Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma.
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
2.
Anjuran qunut ketika musibah menimpa kaum muslimin.
Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata:
أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ أَتَاهُ رِعْلٌ وَذَكْوَانُ وَعُصَيَّةُ
وَبَنُو لِحْيَانَ، فَزَعَمُوا أَنَّهُمْ قَدْ أَسْلَمُوا، وَاسْتَمَدُّوهُ عَلَى
قَوْمِهِمْ، فَأَمَدَّهُمُ النَّبِيُّ ﷺ بِسَبْعِينَ مِنَ الْأَنْصَارِ، قَالَ
أَنَسٌ: كُنَّا نُسَمِّيهِمُ الْقُرَّاءَ، يَحْطِبُونَ بِالنَّهَارِ وَيُصَلُّونَ
بِاللَّيْلِ، فَانْطَلَقُوا بِهِمْ، حَتَّى بَلَغُوا بِئْرَ مَعُونَةَ غَدَرُوا
بِهِمْ وَقَتَلُوهُمْ، فَقَنَتَ شَهْرًا يَدْعُو عَلَى رِعْلٍ وَذَكْوَانَ وَبَنِي
لِحْيَانَ. [صحيح البخاري ومسلم]
Bahwa Nabi ﷺ didatangi oleh
(utusan) suku Ri'l, Dzakwan dan Banu Lahyan yang mengaku memeluk Islam lalu
mereka meminta Beliau ﷺ agar membimbing (keIslaman) mereka. Nabi ﷺ pun membimbing
keIslaman mereka dengan mengutus tujuh puluh orang kalangan Anshar yang mereka
kami sebut Al-Qurra', yaitu orang-orang yang bekerja keras di siang hari dan
mendirikan shalat di malam hari. Maka berangkatlah mereka bersama utusan para
suku itu, hingga ketika sampai di Bi'ru Ma'unah para suku itu mengkhiyanati dan
membunuh para qurra' tersebut. Kemudian Beliau melakukan qunut selama satu
bulan untuk mendoakan kebinasaan suku Ri'la, Dzakwan dan Banu Lahyan. [Shahih
Bukhari dan Muslim]
3. Qunut setelah membaca do’a i’tidal
pada raka’at terakhir.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu
‘anhuma:
«أَنَّهُ: سَمِعَ رَسُولَ اللهِ ﷺ إِذَا
رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ مِنَ الرَّكْعَةِ الْآخِرَةِ مِنَ الْفَجْرِ
يَقُولُ: اللَّهُمَّ الْعَنْ فُلَانًا وَفُلَانًا وَفُلَانًا. بَعْدَمَا يَقُولُ:
سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ. فَأَنْزَلَ اللهُ: ﴿لَيْسَ لَكَ مِنَ الأَمْرِ
شَيْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أو يعذِّبهم فإنهم ظالمون﴾»
[صحيح البخاري]
Bahwasanya ia mendengar saat
Rasulullah ﷺ mengangkat
kepalanya dari rukuk di rakaat terakhir shalat Subuh, beliau mengucapkan:
"Ya Allah, laknatlah Fulan, Fulan
dan Fulan" yaitu setelah beliau mengucapkan: "Sami'allahu liman hamidah, rabbanaa
walakalhamdu." Setelah itu Allah menurunkan ayat: '{Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam
urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka, atau mengazab mereka
karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim} ' [Ali Imran: 128]
[Shahih Bukhari]
4.
Nabi ﷺ qunut pada hadits ini setelah perang Uhud.
Dari Anas radhiyallahu 'anhu;
أن
رسول الله ﷺ كُسِرَتْ رَبَاعِيَتُهُ يَوْمَ أُحُدٍ، وَشُجَّ فِي رَأْسِهِ،
فَجَعَلَ يَسْلُتُ الدَّمَ عَنْهُ وَيَقُولُ: "كَيْفَ
يفلح قوم شجوا نبيهم وشجوا رَبَاعِيَتَهُ، وَهُوَ يَدْعُوهُمْ إِلَى اللَّهِ؟"،
فَأَنْزَلَ اللَّهُ تعالى: ﴿لَيْسَ لَكَ مِنَ الأَمْرِ شَيْءٌ﴾ [آل عمران: ١٢٨].
Bahwa gigi geraham Rasulullah
ﷺ pecah ketika
perang Uhud, dan kepala beliau juga terluka hingga mengalirkan darah, beliau
lalu bersabda: "Bagaimana bisa suatu kaum akan beruntung, sedangkan
mereka melukai Nabinya dan mematahkan gigi gerahamnya. Sedangkan ia mengajak
mereka untuk beriman kepada Allah! Maka Allah ‘azza wa jalla menurunkan ayat: '{Kamu tidak memiliki wewenang apa-apa terhadap urusan mereka ... }' [Ali
Imran: 128] [Shahih Muslim]
5.
Orang yang dilaknat dalam hadits ini adalah kaum musyrikin.
Dalam riwayat lain, Ibnu ‘Umar berkata:
«كَانَ
رَسُولُ اللهِ ﷺ يَدْعُو عَلَى: صَفْوَانَ بْنِ أُمَيَّةَ، وَسُهَيْلِ بْنِ
عَمْرٍو، وَالْحَارِثِ بْنِ هِشَامٍ فَنَزَلَتْ: ﴿لَيْسَ لَكَ مِنَ الأَمْرِ
شَيْءٌ﴾ إِلَى قَوْلِهِ: ﴿فَإِنَّهُمْ ظَالِمُونَ﴾»
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah
mendoakan (kejelekkan) kepada Shafwan bin Umayyah, Suhail bin 'Amru dan
Al-Harits bin Hisyam, lalu turunlah ayat: '{Tak
ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu} -hingga firmanNya-
{Sesungguhnya mereka itu orang-orang yang
zalim}' (Qs. Ali Imran: 128). [Shahih Bukhari]
Diantara mereka yang bertaubat dan beriman: Shafwan bin
Umayyah, Suhail bin 'Amru, Al-Harits bin Hisyam, Khalid bin Walid dan selainnya
radhiyallahu ‘anhum.
Allah subhanahu wata'ala berfriman:
﴿قُلُوبِهِمۡۗ وَيَتُوبُ ٱللَّهُ عَلَىٰ مَن يَشَآءُۗ
وَٱللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ﴾ [التوبة: 15]
Dan Allah
menerima taubat orang yang dikehendaki-Nya. Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana.
[At-Taubah: 15]
6. Boleh melaknat orang kafir secara umum.
Allah subhanahu wata'ala berfriman:
﴿إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ وَمَاتُواْ وَهُمۡ كُفَّارٌ أُوْلَٰٓئِكَ
عَلَيۡهِمۡ لَعۡنَةُ ٱللَّهِ وَٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ وَٱلنَّاسِ أَجۡمَعِينَ .
خَٰلِدِينَ فِيهَا لَا يُخَفَّفُ عَنۡهُمُ ٱلۡعَذَابُ وَلَا هُمۡ يُنظَرُونَ﴾ [البقرة: 161-162]
Sesungguhnya
orang-orang kafir dan mereka mati dalam keadaan kafir, mereka itu mendapat
laknat Allah, para Malaikat dan manusia seluruhnya. Mereka kekal di dalam
laknat itu; tidak akan diringankan siksa dari mereka dan tidak (pula) mereka
diberi tangguh. [Al-Baqarah: 161-162]
﴿وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ وَٱلۡمُنَٰفِقَٰتِ
وَٱلۡكُفَّارَ نَارَ جَهَنَّمَ خَٰلِدِينَ فِيهَاۚ هِيَ حَسۡبُهُمۡۚ وَلَعَنَهُمُ ٱللَّهُۖ
وَلَهُمۡ عَذَابٞ مُّقِيمٞ﴾ [التوبة: 68]
Allah mengancam
orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka
Jahannam, mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka, dan Allah
mela'nati mereka, dan bagi mereka azab yang kekal. [At-Taubah: 68]
7. Tidak
boleh melaknat orang kafir secara person tertentu.
Karena dalam hadits Ibnu Umar
radhiyallahu ‘anhuma, Nabi ﷺ ditegur oleh Allah subhanahu
wata’aalaa. Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu:
«كَانَ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَدْعُوَ
عَلَى أَحَدٍ، أَوْ يَدْعُوَ لِأَحَدٍ، قَنَتَ بَعْدَ الرُّكُوعِ، فَرُبَّمَا
قَالَ، إِذَا قَالَ: سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ: اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ
الْحَمْدُ، اللَّهُمَّ أَنْجِ الْوَلِيدَ بْنَ الْوَلِيدِ، وَسَلَمَةَ بْنَ
هِشَامٍ، وَعَيَّاشَ بْنَ أَبِي رَبِيعَةَ، اللَّهُمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَكَ عَلَى
مُضَرَ، وَاجْعَلْهَا سِنِينَ كَسِنِي يُوسُفَ، يَجْهَرُ بِذَلِكَ، وَكَانَ
يَقُولُ فِي بَعْضِ صَلَاتِهِ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ: اللَّهُمَّ الْعَنْ فُلَانًا
وَفُلَانًا، لِأَحْيَاءٍ مِنَ الْعَرَبِ، حَتَّى أَنْزَلَ اللهُ: ﴿لَيْسَ لَكَ
مِنَ الأَمْرِ شَيْءٌ﴾ الْآيَةَ». [صحيح البخاري]
Bahwa Rasulullah ﷺ jika ingin
mendoakan kecelakaan kepada seseorang atau berdoa keselamatan kepada seseorang
beliau selalu qunut setelah rukuk." Terkadang beliau ketika selesai
mengucapkan: "SAMI'ALLAHU LIMAN
HAMIDAH" beliau berdoa: "Wahai
Rabb kami bagi-Mu segala pujian, Ya Allah selamatkanlah Al-Walid bin Al-Walid,
Salamah bin Hisyam, dan 'Ayyasy bin Abu Rabi'ah. Ya Allah keraskanlah
hukuman-Mu atas Mudhar, dan timpakanlah kepada mereka tahun-tahun paceklik
sebagaimana tahun-tahun pada masa Yusuf." Beliau mengeraskan bacaan
tersebut, beliau juga membaca pada sebagian shalat yang lainnya, beliau membaca
pada shalat Subuh: "Ya Allah,
laknatlah si Fulan dan si Fulan dari penduduk Arab." Sampai akhirnya
Allah ‘Azza Wa Jalla mewahyukan
kepada beliau: {Tak ada sedikitpun campur
tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka, atau
mengazab mereka karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim} (Ali
Imran: 128)." [Shahih Bukhari]
8. Urusan azab dan rahmat Allah tidak
diwakilkan kepada siapapun walau ia seorang Rasul paling mulia.
Allah subhanahu wata'ala berfriman:
﴿وَلِلَّهِ مَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِي ٱلۡأَرۡضِۚ
يَغۡفِرُ لِمَن يَشَآءُ وَيُعَذِّبُ مَن يَشَآءُۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ﴾ [آل
عمران: 129]
Kepunyaan Allah
apa yang ada di langit dan yang ada di bumi. Dia memberi ampun kepada siapa
yang Dia kehendaki; Dia menyiksa siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. [Ali 'Imran: 129]
Ø Dari Jundab radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ bercerita:
«أن رجلا قال: والله! لا يغفر الله لفلان. وإن الله
تعالى قال: من ذا الذي يتألى عليّ أن لا أغفر لفلان؟ فإني قد غفرت لفلان، وأحبطت
عملك» أو كما قال.
"Pada suatu ketika ada seseorang yang berkata; 'Demi
Allah, sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni si Fulan.' Sementara Allah
berfirman: 'Siapa yang bersumpah dengan kesombongannya atas nama-Ku bahwasanya
Aku tidak akan mengampuni si fulan? Ketahuilah, sesungguhnya Aku telah
mengampuni si Fulan dan telah memutuskan amal perbuatanmu". Kurang lebih begitulah sabda Rasulullah ﷺ. [Shahih Muslim]
8. Rasulullah ﷺ berhak berijtihad; Terkadang Allah diamkan sebagai
pembenaran dan terkadang diluruskan.
Allah subhanahu wata'ala berfriman:
﴿يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِيُّ لِمَ
تُحَرِّمُ مَآ أَحَلَّ ٱللَّهُ لَكَۖ تَبۡتَغِي مَرۡضَاتَ أَزۡوَٰجِكَۚ وَٱللَّهُ
غَفُورٞ رَّحِيمٞ﴾ [التحريم: 1]
Hai Nabi, mengapa kamu
mengharamkan apa yang Allah halalkan bagimu; kamu mencari kesenangan hati
isteri-isterimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [At-Tahrim]
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Kitab I’tisham, bab (16) Perintah Nabi ﷺ untuk mengikuti apa yang telah disepakati oleh ahli ilmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...