Minggu, 06 Mei 2012

Keutamaan Surah Al-Waqi'ah


Hadits sahih tentang surah Al-Waqi'ah.

Abu Bakr radiyallahu ‘anhu bertanya: Ya Rasulullah, engkau telah beruban. Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam menjawab:
«شيبتني هود، والواقعة، والمرسلات، وعم يتساءلون، وإذا الشمس كورت»[سنن الترمذي: حسن]
Aku beruban karena memikirkan kandungan surah Huud, Al-Waqi'ah, An-Naba', dan At-Takwir. [Sunan Tirmidzi: Hasan]

Hadits lemah tentang surah Al-Waqi’ah.

1.       Hadits Ibnu Mas’ud radiyallahu ‘anhu.
Diriwayatkan oleh Al-Harits (282H) dalam kitab Musnad-nya [lihat: Bugyatul Bahits karya Al-Haetsamiy (807H) 2/729 no.282]
قال : حدثنا العباس بن الفضل ، حدثنا السري بن يحيى ، حدثنا شجاع ، عن أبي طيبة ، عن ابن مسعود قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " من قرأ سورة الواقعة في كل ليلة لم تصبه فاقة أبدا " .
فكان ابن مسعود يأمر بناته بقراءتها كل ليلة
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang membaca surah Al-Waqi'ah di setiap malam, maka ia tidak akan ditimpa kemiskinan selama-lamanya".
Karena itu, Ibnu Mas'ud memerintahkan anak-anaknya untuk membaca surah Al-Waqi'ah setiap malam.

Syekh Albany (1420H) mengatakan: Hadits ini lemah, karena pada sanadnya ada rawi yang bernama Syujaa'[1]; Adz-Dzahaby (748H) berkata: Ia mungkar (hadits yang ia riwayatkan sangat lemah), tidak dikenal. Begitu pula dengan gurunya, Abu Thaibah[2].
Az-Zaila'iy (762H) dalam kitabnya “Takhrij Al-Kasysyaaf” no.1295 mengatakan: Hadits ini punya 4 cacat:
1. Sanadnya terputus, sebagaimana dijelaskan oleh Ad-Daruquthny[3] (385H) dan yang lainnya.
2. Matan (isi) haditsnya mungkar (sangat lemah) sebagaiman disebutkan oleh Imam Ahmad (241H).
3. Rawy-nya lemah sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Al-Jauzy (597H).
4. Hadits ini mudtharib (tidak jelas) perawinya apakah Abu Thaibah, Abu Zhaibah, atau Abu Fathimah, dan Abu Syujaa’ atau Syujaa’.
Hadits ini disepakati lemah oleh Imam Ahmad, Abu Hatim (277H) dan anaknya (Abdurrahman 327H), Ad-Daruquthny, Al-Baehaqy (458H), Ibnu Al-Qaththaan (628H), As-Suyuthiy (911H), Al-Munawiy (1031H) dan yang lainnya.

[Lihat: Al-‘ilal al-mutanahiyah karya Ibnu Al-Jauzy no.151, Bayaan Al-Wahm wal-iihaam karya Ibnu Al-Qaththaan no. 2224, Al-Jami’ Ash-Shagiir karya Imam As-Suyuthiy no.8942, Al-Fath As-Samawy karya Al-Munawiy no.920, Silsilah Hadits Da'if karya syekh Albany no.289]

2.       Hadits Ibnu Abbas radiyallahu ‘anhuma.
Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Asaakir (571H) dalam kitabnya “Tarikh Dimasyq” 36/444:
من طريق أحمد بن محمد بن عمر بن يونس نا عمرو بن يزيد نا محمد بن الحسن عن منذر الأفطس عن وهب بن منبة عن ابن عباس قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : من قرأ كل ليلة {إذا وقعت الواقعة} لم يصبه فقر أبدا ، ومن قرأ كل ليلة {لا أقسم بيوم القيامة} لقي الله يوم القيامة ووجهه كالقمر ليلة البدر .
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang membaca setiap malam surah al-waqi'ah, tidak akan ditimpa kemiskinan selama-lamanya. Dan barangsiapa yang membaca setiap malam surah al-qiyamah, akan bertemu dengan Allah di hari kiamat dengan wajah seperti rembulan di malam purnama.”

Syekh Albany menghukumi hadits ini palsu, karena pada sanadnya ada rawi yang bernama Ahmad bin Muhammad bin Umar Al-Yamamy[4]. Abu Hatim, dan As-Suyuthiy mengatakan: Ia adalah seorang pembohong.

[Lihat: Tadzkirah al-maudhu’aat karya Al-Fatany (986H) hal.78, Tanziih Asy-Syari’ah karya Ibnu ‘Araaq (963H) 1/301, Al-Fawaid Al-Majmu’ah karya Asy-Syaukaniy (1255H) hal.311, Silsilah hadits dhaif no.290]

3.       Hadits Anas bin Malik radiyallahu ‘anhu.
-          Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
" من قرأ سورة الواقعة وتعلّمها لم يكتب من الغافلين ، ولم يفتقر هو وأهل بيته "
"Barangsiapa yang membaca surah al-waqi'ah dan mempelajarinya, maka ia tidak dicatat sebagai orang yang lalai, dan ia tidak akan miskin beserta keluarganya".

Hadits ini dihukumi oleh syekh Albani sebagai hadits palsu. Disebutkan oleh Imam As-Suyuthiy dalam kitabnya “Dzail Al-Ahaadiits Al-Maudhu’ah”, diriwayatkan oleh Abu Asy-Syekh (369H) dengan sanadnya dari Abdul Quddus bin Habib[5].
Imam As-Suyuthiy berkata: Abdul Quddus adalah seorang yang matruk (haditsnya ditolak keras).
Bahkan Abdul Razzaq (211H) berkata: Aku tidak pernah melihat Ibnu Mubarak (181H) dengan jelas mengklaim seseorang sebagai pembohong kecuali terhadap Abdul Quddus, Ibnu Hibban (354H) sudah dengan jelas mengatakan bahwa ia adalah pemalsu hadits.

[Lihat: Tadzkirah al-maudhu’aat karya Al-Fataniy hal.78, Tanziih Asy-Syari’ah karya Ibnu ‘Araaq 1/301, Al-Fawaid Al-Majmu’ah karya Asy-Syaukaniy hal.311, Silsilah hadits Dha’if no.291]

-          Dalam hadits lain, Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
علموا نساءكم سورة (الواقعة) ، فإنها سورة الغنى
"Ajarilah istri-istrimu surah al-waqi'ah, karena ia adalah surah kekayaan".
Diriwayatkan oleh Ad-Daelamy (558H):
من طريق علي بن الحسن بن حبيب : حدثنا موسى بن فرقد البصري ، عن أنس مرفوعاً .
Syekh Al-Bani mengatakan bahwa sanad hadits ini lemah, karena aku tidak tau kedudukan hadits setiap rawinya kecuali Anas bin Malik radiyallahu ‘anhu.
Disebutkan juga oleh As-Suyuthiy dalam kitabnya “Ad-Darr Al-Mantsur” 14/173-174, diriwayatkan oleh Ibnu Mardawaih (498H) dengan lafadz:
سورة الواقعة سورة الغنى فاقرأوها وعلموها أولادكم
Surah Al-Waqi’ah adalah surah kekayaan, maka bacalah surah tersebut dan ajarkanlah kepada anak-anakmu.

[Lihat: Silsilah hadits Dha’if no.3880 dan 5668]

Wallahu ta’aala a’lam !

                  Belajar Ilmu Takhrij
                  Bagaimana menghukumi hadits 


[1] Lihat biografi Abu Syujaa’ dalam kitab: Miizaan al-i’tidaal karya Adz-Dzahaby 7/380, lisaan al-miizaan karya Ibnu Hajar 4/235 dan 9/90
[2] Lihat biografi Abu Thaibah dalam kitab: Miizaan al-i’tidaal 7/386, Lisaan al-Miizaan karya 9/103.
[3] Ad-Daruquthniy mengatakan: Abu Thaibah adalah Al-Jurjaniy, namanya Isa bin Suliman. Meriwayatkan hadits dari Ibnu Mas’ud padahal ia tidak pernah bertemu dengannya. [Lihat: Al-Mu’talif wa al-mukhtalif 3/1475]
[4] Lihat biografi Ahmad bin Muhammad bin Umar Al-Yamaamiy dalam kitab: Al-Kamil karya Ibnu ‘Adiy 1/178, Ad-Du’afaa’ karya Ibnu Jauzy 1/87, Miizaan Al-I’tidaal 1/287, Lisaan Al-Mizaan 1/629.
[5] Lihat biografi Abdul Quddus bin Habib dalam kitab: Ad-Du’afaa’ karya Ibnu Jauzy 2/113, Miizaan Al-I’tidaal 4/382, Lisaan al-miizaan 5/233.

3 komentar:

  1. ha....ha...ha.... syekh albany itu sapa???

    BalasHapus
  2. He ... he ... he... Kalau kamu siapa???

    BalasHapus
  3. Kasian sama sodara kita yg merendahkan/meremehkn Syaikh Nashruddiin. Padahl telah dijelaskan bhw syaikh tidak sendiri mengomentari perawi2 yg dhaif..ada Imam Ahmad, Abu Hatim (277H) dan anaknya (Abdurrahman 327H), Ad-Daruquthny, Al-Baehaqy (458H), Ibnu Al-Qaththaan (628H), As-Suyuthiy (911H), Al-Munawiy (1031H) dan yang lainnya.

    BalasHapus

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...