Minggu, 14 Desember 2025

Penetapan sifat “tangan” bagi Allah subhanahu wata’aalaa

بسم الله الرحمن الرحيم

Wajib mengimani semua yang dikabarkan dalam Al-Qur'an dan Sunnah yang shahih.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ۗ وَمَن يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُّبِينًا} [الأحزاب : 36]

Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. [Al-Ahzab: 36]

Lihat: Jadikan As-Sunnah sebagai pedoman hidup

Keberagaman dalil yang menetapkan sifat "Tangan" bagi Allah ta'ala:

1.      Penyebutan dalam bentuk dua (tatsniyah):

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{وَقَالَتِ الْيَهُودُ يَدُ اللَّهِ مَغْلُولَةٌ ۚ غُلَّتْ أَيْدِيهِمْ وَلُعِنُوا بِمَا قَالُوا ۘ بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ يُنفِقُ كَيْفَ يَشَاءُ} [المائدة : 64]

Orang-orang Yahudi berkata: "Tangan Allah terbelenggu", sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki. [Al-Ma'idah: 64].

Penyebutan "tangan" dalam bentuk dua (mutsanna) yang disandarkan kepada Allah mencegah untuk menafsirkannya sebagai “nikmat” atau “kekuasaan” semata.

2.      Penyandaran perbuatan (menciptakan) kepada Allah dan penyambungannya kepada kata “Tangan” dengan huruf “Ba'” (dengan):

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَن تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ ۖ أَسْتَكْبَرْتَ أَمْ كُنتَ مِنَ الْعَالِينَ} [ص : 75]

Allah berfirman: "Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?" [Shaad: 75]

Allah menyandarkan perbuatan (yaitu penciptaan) kepada diri-Nya, kemudian menyambungkan perbuatan itu kepada "tangan", lalu menyebutnya dalam bentuk dua (mutsanna), kemudian memasukkan huruf 'ba' (yang berarti 'dengan') yang digunakan dalam perkataan seseorang seperti 'Aku menulis dengan pena' dan 'Aku memukul dengan tanganku'. Konteks seperti ini adalah nash yang jelas (sharih) yang tidak mungkin mengandung makna majazi (kiasan) sama sekali, karena susunan kalimat seperti ini tidak digunakan kecuali untuk sesuatu yang langsung dikerjakan oleh tangan.

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah bersabda:

"احْتَجَّ آدَمُ وَمُوسَى عَلَيْهِمَا السَّلَامُ عِنْدَ رَبِّهِمَا، فَحَجَّ آدَمُ مُوسَى، قَالَ مُوسَى: أَنْتَ آدَمُ الَّذِي خَلَقَكَ اللهُ بِيَدِهِ وَنَفَخَ فِيكَ مِنْ رُوحِهِ، وَأَسْجَدَ لَكَ مَلَائِكَتَهُ، وَأَسْكَنَكَ فِي جَنَّتِهِ، ثُمَّ أَهْبَطْتَ النَّاسَ بِخَطِيئَتِكَ إِلَى الْأَرْضِ، فَقَالَ آدَمُ: أَنْتَ مُوسَى الَّذِي اصْطَفَاكَ اللهُ بِرِسَالَتِهِ وَبِكَلَامِهِ وَأَعْطَاكَ الْأَلْوَاحَ فِيهَا تِبْيَانُ كُلِّ شَيْءٍ وَقَرَّبَكَ نَجِيًّا، فَبِكَمْ وَجَدْتَ اللهَ كَتَبَ التَّوْرَاةَ قَبْلَ أَنْ أُخْلَقَ، قَالَ مُوسَى: بِأَرْبَعِينَ عَامًا، قَالَ آدَمُ: فَهَلْ وَجَدْتَ فِيهَا وَعَصَى آدَمُ رَبَّهُ فَغَوَى، قَالَ: نَعَمْ، قَالَ: أَفَتَلُومُنِي عَلَى أَنْ عَمِلْتُ عَمَلًا كَتَبَهُ اللهُ عَلَيَّ أَنْ أَعْمَلَهُ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَنِي بِأَرْبَعِينَ سَنَةً؟ "

"Adam dan Musa berdebat di sisi Tuhan keduanya, maka Adam mengalahkan hujjah Musa" Musa berkata: "Kamu adalah Adam yang diciptakan oleh Allah dengan tangan-Nya. Dia meniupkan ruh-Nya padamu, dan Dia mengizinkanmu tinggal di surga-Nya. Kemudian gara-gara kesalahanmu, kamu menjadikan manusia diturunkan ke bumi. Adam menjawab: Kamu adalah Musa yang dipilih oleh Allah dengan risalah dan Kalam-Nya. Dia memberimu “Lauh” yang berisi penjelasan tentang segala sesuatu. Dia mendekatkanmu kepada-Nya sewaktu kamu bermunajat kepada-Nya. Berapa lama kamu mendapatkan Allah telah menulis Taurat sebelum aku di ciptakan ?' Musa menjawab: 'Empat puluh tahun.'

Adam bertanya: "Apakah di sana tertulis, "Dan durhakalah Adam kepada Allah dan sesatlah dia"? Musa menjawab: Ya. Adam berkata, "Apakah kamu menyalahkanku karena aku melakukan sesuatu yang telah ditulis oleh Allah atasku empat puluh tahum sebelum Dia menciptakanku ?"

Rasulullah bersabda:

"فَحَجَّ آدَمُ مُوسَى"

“Maka Adam mengungguli argumen Musa" [Sahih Bukhari dan Muslim]

Jika tangan bermakna kekuasaan maka tidak perlu Nabi Musa memuji Nabi Adam –‘alaihimassalam- bahwa ia diciptakan dengan "tangan" Allah, karena ia juga diciptakan dengan kekuasaan Allah ‘azza wajalla.

3.      Penggunaan lafaz 'Tangan Kanan' (Al-Yamin) dan penyifatan dengan 'Menggulung' (Ath-Thayy):

Allah ta'ala berfirman:

{وَالسَّمَاوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ ۚ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ} [الزمر : 67]

"Dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan." [Az-Zumar: 67]

Ø  Dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

"إِنَّ الْمُقْسِطِينَ عِنْدَ اللَّهِ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ، عَنْ يَمِينِ الرَّحْمَنِ عز وجل، وَكِلْتَا يَدَيْهِ يَمِينٌ؛ الَّذِينَ يَعْدِلُونَ فِي حُكْمِهِمْ وَأَهْلِيهِمْ وما ولوا" [صحيح مسلم]

"Sesungguhnya orang-orang yang adil di sisi Allah berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya di sebelah kanan Ar-Rahman 'Azza wa Jalla, dan kedua tangan-Nya adalah kanan. (Mereka adalah) orang-orang yang berbuat adil dalam hukum mereka, terhadap keluarga mereka, dan terhadap apa yang mereka pimpin." [Shahih Muslim]

4.      Penyifatan Tangan dengan 'Menggenggam' (Al-Qabdh):

Allah Ta'ala berfirman:

{وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالْأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ} [الزمر : 67]

"Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat" [Az-Zumar: 67]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

" يَقْبِضُ اللَّهُ الأَرْضَ، وَيَطْوِي السَّمَاءَ بِيَمِينِهِ، ثُمَّ يَقُولُ: أَنَا المَلِكُ، أَيْنَ مُلُوكُ الأَرْضِ؟!"

"Allah menggenggam bumi dan menggulung langit dengan tangan kanan-Nya, kemudian berfirman: 'Akulah Raja, di mana raja-raja bumi!?'" [Shahih Bukhari]

Lihat: Kitab Ar-Riqaq, bab 44; Allah menggenggam bumi pada hari kiamat

5.      Penyifatan Tangan dengan 'Terbentang' (Al-Basth):

Allah Ta'ala berfirman:

{بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ} [المائدة : 64]

"Bahkan kedua tangan-Nya terbentang (luas pemberian-Nya)." [Al-Ma'idah: 64]

Ø  Dari Abu Musa radhiyallahu 'anhu, Nabi bersabda:

"إِنَّ اللَّهَ عزّ وجل يبسط يَدَه بالليل، ليتوبَ مُسِيءَ النهار. ويبسط يَدَه بالنهار، ليتوبَ مُسِيءَ الليل. حتى تطلعَ الشمسُ مِن مَغرِبها"

"Sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla membentangkan tangan-Nya pada malam hari untuk menerima tobat orang yang berbuat dosa pada siang hari, dan membentangkan tangan-Nya pada siang hari untuk menerima tobat orang yang berbuat dosa pada malam hari, hingga matahari terbit dari barat." [Shahih Muslim]

6.      Penyifatan Tangan dengan 'Telapak Tangan' (Al-Kaff) dan 'Mengambil' (Al-Akhdz):

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah bersabda:

"ما تَصَدَّقَ أَحَدٌ بِصَدَقَةٍ مِنْ طَيِّبٍ، وَلَا يَقْبَلُ اللَّهُ إِلَّا الطَّيِّبَ، إِلَّا أَخَذَهَا الرَّحْمَنُ بِيَمِينِهِ، وَإِنْ كَانَتْ تَمْرَةً، فَتَرْبُو فِي كَفِّ الرَّحْمَنِ حَتَّى تَكُونَ أَعْظَمَ مِنَ الْجَبَلِ. كَمَا يُرَبِّي أحدكم فلوه أو فصيله"

"Tidaklah seseorang bersedekah dengan harta yang baik -dan Allah tidak menerima kecuali yang baik- kecuali Ar-Rahman (Yang Maha Pengasih) akan mengambilnya dengan tangan kanan-Nya, meskipun hanya sebutir kurma. Lalu sedekah itu berkembang di telapak tangan Ar-Rahman hingga menjadi lebih besar dari gunung, sebagaimana salah seorang dari kalian memelihara anak kudanya atau anak untanya." [Shahih Muslim]

7.      Penyifatan Tangan dengan 'Memercikkan' (An-Nadh-h):

Dari Laqith bin 'Amir radhiyallahu 'anhu dalam hadits yang panjang dari Nabi , di dalamnya disebutkan:

"فَيَأْخُذُ رَبُّكَ عز وجل بِيَدِهِ غَرْفَةً مِنَ الْمَاءِ فَيَنْضَحُ قَبِيلَكُمْ بِهَا، فَلَعَمْرُ إِلَهِكَ مَا تُخْطِئُ وَجْهَ أَحَدِكُمْ مِنْهَا قَطْرَةٌ، فَأَمَّا الْمُسْلِمُ فَتَدَعُ وَجْهَهُ مِثْلَ الرَّيْطَةِ الْبَيْضَاءِ، وَأَمَّا الْكَافِرُ فَتَخْطِمُهُ بمِثْل الْحَمِيمِ الْأَسْوَدِ"

"... lalu Rabb-mu mengambil dengan tangan-Nya sepenuh cidukan air, lalu memercikkannya ke arah kalian. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidak ada satu pun wajah di antara kalian yang terlewatkan oleh setetes pun. Adapun orang mukmin, maka (air itu) menjadikan wajahnya bersih seperti kain putih. Adapun orang kafir, maka (air itu) meninggalkan bekas seperti corengan hitam di wajahnya." [Musnad Ahmad: Dihasankan oleh syekh Albaniy]

8.      Penyifatan dengan 'Tangan Kiri' (Asy-Syimal):

Dari Abdullah bin 'Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah bersabda:

"يطوي الله عز وجل السماوات يوم القيامة. ثم يأخذهن بيده اليمنى. ثم يقول: أنا الملك. أين الجبارون؟ أين المتكبرون؟ ثم يطوي الأرضين بشماله. ثم يقول: أنا الملك. أين الجبارون؟ أين المتكبرون؟"

"Allah 'Azza wa Jalla menggulung langit-langit pada hari kiamat, kemudian mengambilnya dengan tangan kanan-Nya, lalu berfirman: 'Akulah Raja, di mana orang-orang yang sombong? Di mana orang-orang yang angkuh?' Kemudian Dia menggulung bumi-bumi dengan tangan kiri-Nya, lalu berfirman: 'Akulah Raja, di mana orang-orang yang sombong? Di mana orang-orang yang angkuh?'" [Shahih Muslim]

9.      Penyifatan Tangan dengan 'Jari-Jemari' (Al-Ashabi'):

Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata:

جَاءَ حَبْرٌ مِنَ الأَحْبَارِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ إِنَّا نَجِدُ: أَنَّ اللَّهَ يَجْعَلُ السَّمَوَاتِ عَلَى إِصْبَعٍ وَالأَرَضِينَ عَلَى إِصْبَعٍ، وَالشَّجَرَ عَلَى إِصْبَعٍ، وَالمَاءَ وَالثَّرَى عَلَى إِصْبَعٍ، وَسَائِرَ الخَلاَئِقِ عَلَى إِصْبَعٍ، فَيَقُولُ أَنَا المَلِكُ، فَضَحِكَ النَّبِيُّ ﷺ حَتَّى بَدَتْ نَوَاجِذُهُ تَصْدِيقًا لِقَوْلِ الحَبْرِ، ثُمَّ قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: {وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ، وَالأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ القِيَامَةِ، وَالسَّمَوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ، سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ} [الزمر: 67] [صحيح البخاري ومسلم]

"Seorang pendeta Yahudi datang kepada Rasulullah dan berkata: 'Wahai Muhammad, kami mendapatkan (dalam kitab kami) bahwa Allah meletakkan langit-langit di atas satu jari, bumi-bumi di atas satu jari, pepohonan di atas satu jari, air dan tanah di atas satu jari, dan seluruh makhluk di atas satu jari, lalu berfirman: 'Akulah Raja.' Maka Nabi tertawa hingga tampak gigi geraham beliau, sebagai pembenaran terhadap perkataan pendeta itu. Kemudian Rasulullah membacakan ayat: {Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya. Padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan}.'” [Az-Zumar: 67] [Shahih Bukhari dan Muslim]

10.  Penyifatan Tangan sebagai 'Selalu Penuh' (Mal'a) dan bahwa Allah Memiliki 'Tangan Lain' (Al-Ukhra):

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu: Rasulullah bersabda:

"يَدُ اللهِ مَلْأَى لَا يَغِيضُهَا نَفَقَةٌ، سَحَّاءُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ". وَقَالَ: "أَرَأَيْتُمْ مَا أَنْفَقَ مُنْذُ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ، فَإِنَّهُ لَمْ يَغِضْ مَا فِي يَدِهِ". وَقَالَ: "عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ، وَبِيَدِهِ الْأُخْرَى الْمِيزَانُ، يَخْفِضُ وَيَرْفَعُ"

"Tangan Allah selalu penuh, tidak berkurang karena terus-menerus memberi, baik pada malam maupun siang hari." Dan beliau bersabda: "Tidakkah kalian perhatikan apa yang telah Dia infakkan sejak menciptakan langit dan bumi? Sesungguhnya itu tidak mengurangi apa yang ada di tangan-Nya." Dan beliau bersabda: "Dan singgasana-Nya berada di atas air, dan di tangan-Nya yang lain terdapat timbangan (mizan), Dia menurunkan dan mengangkatnya (mengatur segala urusan)." [Shahih Bukhari]

Mengikuti pamahaman para salaf dalam memahami ayat dan hadits tentang sifat Allah

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{فَإِنْ آمَنُوا بِمِثْلِ مَا آمَنْتُمْ بِهِ فَقَدِ اهْتَدَوْا وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا هُمْ فِي شِقَاقٍ فَسَيَكْفِيكَهُمُ اللَّهُ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ} [البقرة: 137]

Maka jika mereka beriman seperti apa yang kamu (Rasulullah dan sahabatnya) telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, Sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. dan Dia-lah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. [Al-Baqarah:137]

Para sahabat Nabi -radhiyallahu ‘anhum- telah sepakat bahwasanya makna tangan pada sifat Allah adalah tangan secara hakiki yang tidak sama dengan tangan makhlukNya. Karena tidak didapatkan seorangpun dari mereka menafsirkannya selain makna dzahir, maka ini menunjukkan akan kesepakatan mereka. [Syarh Al-‘Aqidah Al-Wasithiyah karya Syekh Ibnu ‘Utsaimin hal.248]

Lihat: Kewajiban mengikuti Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan pemahaman Salaf

Mengimani sifat tangan bagi Allah secara hakiki tanpa menyerupakanNya dengan makhluk.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ} [الشورى: 11]

Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat. [Asy-Syuraa: 11]

{رَّبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا فَاعْبُدْهُ وَاصْطَبِرْ لِعِبَادَتِهِ هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيًّا} [مريم: 65]

Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia? [Maryam: 65]

{وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ} [الإخلاص: ٤]

“Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."  [Al-Ikhlash: 4]

Lihat: Tafsir surah Al-Ikhlash

Jumlah tangan Allah ‘azza wajalla ada dua

Terkadang tangan Allah ta’aalaa disebutkan dalam bentuk mufrad (satu), mutsanna (dua) dan jamak (banyak). Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّا خَلَقْنَا لَهُم مِّمَّا عَمِلَتْ أَيْدِينَا أَنْعَامًا فَهُمْ لَهَا مَالِكُونَ} [يس : 71]

Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakan binatang ternak untuk mereka yaitu sebahagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan tangan Kami sendiri, lalu mereka menguasainya? [Yasin: 4]

Adapun bentuk mufrad (satu) apabila disandarkan kepada lafadz Allah, maka dimaksudkan sebagai pemuliaan bukan bermakna satu. Seperti firman Allah subhanahu wa ta'aalaa:

{وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا} [النحل : 18]

Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. [An-Nahl: 18]

Lafadz “نعمة” bebentuk mufrad (satu) tapi yang dimaksud adalah seluruh nikmat Allah yang begitu banyak.

Adapun bentuk jamak maka ada dua kemungkinan:

a.       Bentuk jamak paling sedikit adalah dua, sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta'aalaa:

{إِن تَتُوبَا إِلَى اللَّهِ فَقَدْ صَغَتْ قُلُوبُكُمَا} [التحريم : 4]

Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebaikan). [At-Tahrim: 4]

Lafadz “Quluub” bentuk jamak dari qalb, padahal hati yang dimaksud hanya dua.

b.       Bentuk jamak juga sering dipergunakan untuk pengagungan bukan bermakna jumlah.

Lihat: Syarh Al-‘Aqidah Al-Wasithiyah karya Syekh Ibnu ‘Utsaimin hal.241-245

Wallahu a'lam!

Lihat juga: Kaedah nama dan sifat Allah - Bersama Allah (sifat Al-Ma'iyah) - Allah di atas semua makhluk (sifat Al-'Uluw)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...