بسم الله الرحمن الرحيم
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
بَابٌ: لِيُبَلِّغِ العِلْمَ
الشَّاهِدُ الغَائِبَ
“Bab: Orang yang hadir hendaklah
menyampaikan ilmu kepada yang tidak hadir”
Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan
keutamaan menyampaikan ilmu yang sudah didapatkan kepada orang lain agar
manfaatnya lebih besar, sebagaimana diperintahkan oleh Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam ketika haji wada’ yang diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abbas,
Abu Syuraih, dan Abi Bakrah radhiyallahu ‘anhum.
A. Hadits
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu 'anhuma
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
قَالَهُ ابْنُ عَبَّاسٍ عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“(Judul bab) ini diriwayatkan oleh Ibnu
‘Abbas dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam”.
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari
dengan sanad dan matan yang lengkap dalam kitab Shahihnya pada kitab “Haji” bab
“Khutbah di hari Mina” (2/176) no.1739:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُمَا، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطَبَ
النَّاسَ يَوْمَ النَّحْرِ فَقَالَ: «يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَيُّ يَوْمٍ هَذَا؟»،
قَالُوا: يَوْمٌ حَرَامٌ، قَالَ: «فَأَيُّ بَلَدٍ هَذَا؟»، قَالُوا: بَلَدٌ
حَرَامٌ، قَالَ: «فَأَيُّ شَهْرٍ هَذَا؟»، قَالُوا: شَهْرٌ حَرَامٌ "، قَالَ:
«فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ،
كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا، فِي بَلَدِكُمْ هَذَا، فِي شَهْرِكُمْ هَذَا»،
فَأَعَادَهَا مِرَارًا، ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ فَقَالَ: " اللَّهُمَّ هَلْ
بَلَّغْتُ، اللَّهُمَّ هَلْ بَلَّغْتُ - قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُمَا: فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، إِنَّهَا لَوَصِيَّتُهُ إِلَى أُمَّتِهِ-،
فَلْيُبْلِغِ الشَّاهِدُ الغَائِبَ، لاَ تَرْجِعُوا بَعْدِي كُفَّارًا، يَضْرِبُ
بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ "
Dari Ibnu 'Abbas radhiallahu'anhuma
bahwa Rasulullah ﷺ menyampaikan khutbah
pada hari Nahar, beliau bertanya, "Wahai sekalian manusia, hari apakah
ini? Mereka menjawab, "Hari ini hari haram (suci)". Beliau bertanya
lagi, "Negeri apakah ini?". Mereka menjawab, "Ini negeri (tanah)
haram (suci) ". Beliau bertanya lagi, "Bulan apakah ini?".
Mereka menjawab, "Ini bulan haram (suci)". Beliau bersabda,
"Sesungguhnya darah kalian, harta-harta kalian dan kehormatan kalian,
haram atas kalian sebagaimana haramnya hari kalian ini di negeri kalian ini dan
pada bulan kalian ini". Beliau mengulang kalimatnya ini berulang-ulang
lalu setelah itu beliau mengangkat kepalanya seraya berkata, "Ya Allah,
apakah aku sudah sampaikan? Ya Allah, apakah aku sudah sampaikan? Ibnu 'Abbas radhiallahu'anhuma
berkata, "Maka demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh itu
suatu wasiat beliau untuk umatnya. (Sabda beliau selanjutnya): "Maka
hendaklah yang menyaksikan menyampaikannya kepada yang tidak hadir, dan
janganlah kalian kembali menjadi kafir sepeninggalku, kalian saling memukul
tengkuk kalian satu sama lain (saling membunuh) ".
Penjelasan singkat
hadits ini:
1.
Biografi
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma.
Lihat: Keistimewaan 'Abdullah bin 'Abbas
2.
Anjuran
menyampaikan ilmu yang telah diperoleh.
Dari Abdullah
bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah ﷺ bersabda:
«بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً، وَحَدِّثُوا عَنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ
وَلاَ حَرَجَ، وَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا، فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ
مِنَ النَّارِ» [صحيح البخاري]
"Sampaikanlah tentang aku sekalipun hanya satu ayat, dan ceritakanlah
kisah Bani Israil tanpa rasa khawatir, dan barangsiapa yang berbohong atas aku
dengan sengaja maka siapkanlah tempat duduknya dari api neraka". [Sahih
Bukhari]
3.
Keutamaan
menyampaikan ilmu yang dimiliki.
Diantaranya:
a) Orang
yang terbaik.
Dari Utsman
bin 'Affan radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
«خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ القُرْآنَ وَعَلَّمَهُ» [صحيح
البخاري]
“Sebaik-baik
kalian adalah yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya". [Sahih
Bukhari]
b) Mendapatkan
pahala orang yang mengamalkannya.
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
«مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى، كَانَ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ
مَنْ تَبِعَهُ، لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا، وَمَنْ دَعَا إِلَى
ضَلَالَةٍ، كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ، لَا
يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا» [صحيح مسلم]
“Barangsiapa
yang mengajak kepada kebaikan maka ia akan mendapat pahala seperti pahal yang mengerjakannya
tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun, dan barangsiapa yang mengajak kepada
kesesatan maka ia akan mendapat dosa seperti dosa yang mengerjakannya tanpa
mengurangi dosa mereka sedikitpun". [Sahih Muslim]
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
" إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا
مِنْ ثَلَاثَةٍ: إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ،
أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ " [صحيح مسلم]
“Jika
seseorang meninggal maka terputuslah semua amalannya kecuali tiga; Sedekah
jariah (manfaatnya bertahan lama), atau ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh
yang mendo'akan untuknya". [Sahih Muslim]
c) Bisa
mendapatkan pemahaman yang lebih baik.
Abdullah
bin Mas'ud radhiyallahu
'anhu berkata; Aku mendengar Nabi ﷺ
bersabda:
«نَضَّرَ
اللَّهُ امْرَأً سَمِعَ مِنَّا شَيْئًا فَبَلَّغَهُ كَمَا سَمِعَ، فَرُبَّ
مُبَلِّغٍ أَوْعَى مِنْ سَامِعٍ» [سنن الترمذي: صحيح]
"Allah
akan memperindah seseorang yang mendengar sesuatu dariku kemudian dia sampaikan
sebagaimana dia mendengarnya, maka bisa jadi orang yang menyampaikan lebih
faqih dari yang mendengar". [Sunan Tirmidziy: Shahih]
Ø Dari Zayd bin Tsabit
radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
«نَضَّرَ اللَّهُ امْرَأً سَمِعَ مِنَّا حَدِيثًا، فَحَفِظَهُ حَتَّى
يُبَلِّغَهُ، فَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ، وَرُبَّ
حَامِلِ فِقْهٍ لَيْسَ بِفَقِيهٍ» [سنن أبي داود: صحيح]
"Allah memberi cahaya pada wajah (atau kenimatan) pada orang yang
mendengar dariku suatu hadits kemudian ia menghafalnya untuk ia sampaikan
kepada orang lain. Karena bisa jadi seorang yang menghafal suatu pemahaman
(hadits) kemudian menyampaikannya kepada orang yang lebih paham darinya, dan
bisa jadi orang yang menghafal suatu pemahaman (hadits) tapi ia tidak
paham". [Sunan Abu Daud: Sahih]
Lihat:
Keutamaan hafal 40 hadits
d) Menguatkan
ilmu karena mengulang-ulanginya.
e) Menambah
ilmu.
Allah
subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ
وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ} [إبراهيم: 7]
Dan
(ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". [Ibrahim:7]
Sebagaimana
harta bertambah dengan diinfaqkan, maka demikian pula dengan ilmu. Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah sallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
" قَالَ
اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: أَنْفِقْ أُنْفِقْ عَلَيْكَ " . [صحيح البخاري ومسلم]
“Allah
‘azza wa jalla berfirman: Berinfaqlah, maka Aku akan berinfaq kepadamu”.
[Sahih Bukhari dan Muslim]
f)
Melestarikan ilmu.
Lihat: Kitab Ilmu bab 34; Cara dicabutnya ilmu
B. Hadits
Abu Syuraih.
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
104 - حَدَّثَنَا عَبْدُ
اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ، قَالَ: حَدَّثَنِي اللَّيْثُ، قَالَ: حَدَّثَنِي سَعِيدٌ
هُوَ ابْنُ أَبِي سَعِيدٍ، عَنْ أَبِي شُرَيْحٍ، أَنَّهُ قَالَ لِعَمْرِو بْنِ
سَعِيدٍ: - وَهُوَ يَبْعَثُ البُعُوثَ إِلَى مَكَّةَ - ائْذَنْ لِي أَيُّهَا الأَمِيرُ،
أُحَدِّثْكَ قَوْلًا قَامَ بِهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
الغَدَ مِنْ يَوْمِ الفَتْحِ، سَمِعَتْهُ أُذُنَايَ وَوَعَاهُ قَلْبِي،
وَأَبْصَرَتْهُ عَيْنَايَ حِينَ تَكَلَّمَ بِهِ: حَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى
عَلَيْهِ، ثُمَّ قَالَ: " إِنَّ مَكَّةَ حَرَّمَهَا اللَّهُ، وَلَمْ
يُحَرِّمْهَا النَّاسُ، فَلاَ يَحِلُّ لِامْرِئٍ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ
الآخِرِ أَنْ يَسْفِكَ بِهَا دَمًا، وَلاَ يَعْضِدَ بِهَا شَجَرَةً، فَإِنْ أَحَدٌ
تَرَخَّصَ لِقِتَالِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيهَا،
فَقُولُوا: إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَذِنَ لِرَسُولِهِ وَلَمْ يَأْذَنْ لَكُمْ،
وَإِنَّمَا أَذِنَ لِي فِيهَا سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ، ثُمَّ عَادَتْ حُرْمَتُهَا
اليَوْمَ كَحُرْمَتِهَا بِالأَمْسِ، وَلْيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ الغَائِبَ "
فَقِيلَ لِأَبِي شُرَيْحٍ: مَا قَالَ
عَمْرٌو؟ قَالَ: أَنَا أَعْلَمُ مِنْكَ يَا أَبَا شُرَيْحٍ، لاَ يُعِيذُ عَاصِيًا،
وَلاَ فَارًّا بِدَمٍ، وَلاَ فَارًّا بِخَرْبَةٍ
Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah
bin Yusuf, ia berkata: Telah menceritakan kepada saya Al-Laits, ia berkata: Telah
menceritakan kepada saya Sa'id -dia adalah anaknya Abu Sa'id-, dari Abu
Syuraih bahwa dia berkata kepada 'Amru bin Sa'id saat dia mengutus pasukan
ke Makkah, "Wahai amir, izinkan aku menyampaikan satu persoalan yang
pernah Nabi ﷺ sampaikan dalam khutbahnya
saat pembebasan Makkah. Kedua telingaku mendengar, hatiku merasakannya dan
kedua mataku melihat, beliau memuji Allah dan mensucikan Allah seraya bersabda,
'Sesungguhnya Makkah telah disucikan oleh Allah, dan bukan manusia yang
mensucikannya. Maka tidak halal bagi setiap orang yang beriman kepada Allah dan
Hari Akhir menumpahkan darah di dalamnya, dan tidak boleh mencabut/menebang
pepohonan di dalamnya. Jika seseorang mengambil keringanan karena peperangan
yang pernah dilakukan oleh Rasulullah ﷺ
di dalamnya maka katakanlah 'sesungguhnya Allah Ta'ala telah mengizinkan
rasul-Nya dan tidak mengizinkan kepada kalian.' Sesungguhnya Allah Ta'ala
telah mengizinkanku pada satu saat pada siang hari kemudian dikembalikan
kesuciannya hari ini sebagaimana disucikannya sebelumnya. Maka hendaklah yang
hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir."
Maka dikatakan kepada Abu Syuraih,
"Apa yang dikatakan 'Amru?" Dia berkata, "Aku lebih mengetahui
daripadamu wahai Abu Syuraih, "Mekah tidak akan melindungi orang yang
bermaksiat, orang yang menumpahkan darah, dan orang yang mencuri."
Penjelasan singkat
hadits ini:
1.
Biografi
Abu Syuraih Al-Khuza’iy Al-‘Adawiy radhiyallahu ‘anhu.
Ada
yang mengatakan bahwa namanya adalah Khuwailid bin ‘Amr, ada yang mengatakan
‘Amr bin Khuwailid, dan ada yang mengatakan namanya Abdurrahman bin ‘Amr. Dan
yang paling masyhur adalah yang pertama.
Masuk
Islam sebelum Fathu Makkah, dan ia yang membawa 3 bendera pasukan Bani Ka’b
pada waktu itu. Wafat tahun 68 di Madinah.
2.
‘Amru bin
Sa’id bin Al-‘Ash Al-Qurasyiy Al-Umawiy, Abu Umayyah dikenal dengan gelar
Al-Asydaq karena mulutnya yang lebar.
Ia
adalah gubernur Madinah pada masa kekhalifaan Mu’awiyah dan Yazid bin
Mu’awiyah. Atas perintah Yazid sebagai khalifah ia mengutus pasukan ke Mekah
untuk memerangi Abdullah bin Az-Zubair –radhiyallahu ‘anhuma- yang
menguasai kota Mekah dan enggang untuk membai’at Yazid.
Ia
dibunuh oleh Abdul Malik bin Marwan tahun 70 hijriyah di Damaskus ketika ia mendeklarasikan
dirinya sebagai Khalifah.
3.
Hadits
ini menunjukkah keutamaan Abu Syuraih radhiyallahu ‘anhu yang
menyampaikan apa yang telah ia dengar dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
4.
Memberi
nasehat dengan cara yang baik terkhusus kepada penguasa.
‘Iyadh bin Ganm -radhiyallahu
'anhu- berkata; Rasulullah ﷺ bersabda:
«مَنْ أَرَادَ أَنْ يَنْصَحَ لِسُلْطَانٍ بِأَمْرٍ، فَلَا يُبْدِ لَهُ
عَلَانِيَةً، وَلَكِنْ لِيَأْخُذْ بِيَدِهِ، فَيَخْلُوَ بِهِ، فَإِنْ قَبِلَ
مِنْهُ فَذَاكَ، وَإِلَّا كَانَ قَدْ أَدَّى الَّذِي عَلَيْهِ لَهُ»
“Barangsiapa
yang hendak menasehati penguasa dengan suatu perkara, maka jangan dilakukan
dengan terang-terangan, tapi gandenglah tangannya dan menyepilah berdua. Jika
diterima memang begitu, jika tidak maka dia telah melaksakan
kewajibannya". [Musnad Ahmad: Hasan ligairih]
5.
Menasehati
orang yang ingin berbuat dzalim.
Dari Anas
radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
«انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُومًا»
فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَنْصُرُهُ إِذَا كَانَ مَظْلُومًا،
أَفَرَأَيْتَ إِذَا كَانَ ظَالِمًا كَيْفَ أَنْصُرُهُ؟ قَالَ: «تَحْجُزُهُ، أَوْ
تَمْنَعُهُ، مِنَ الظُّلْمِ فَإِنَّ ذَلِكَ نَصْرُهُ» [صحيح البخاري]
“Tolonglah
saudaramu baik ia zalim atau dizalimi.”
Ada
seorang laki-laki bertanya; 'Ya Rasulullah, saya maklum jika ia dizalimi, namun
bagaimana saya menolong padahal ia zalim? '
Nabi
menjawab; "Engkau mencegahnya atau menahannya dari kezaliman, itulah cara
menolongnya." [Shahih Bukhari]
Lihat:
Syarah Arba’in Nawawiy, hadits (24) Abu Dzar; Keharaman perbuatan dzalim
6.
Keistimewaan
kota Mekah.
Lihat: Keistimewaan kota Mekah
7.
Pepohonan
kota haram tidak boleh ditebang kecuali:
a)
Bagi orang yang menanamnya.
b)
Tanaman itu tumbuh liar di jalan manusia sehingga mengganggu orang yang
melaluinya.
Lihat:
Syarah shahih Bukhari karya syekh Ibnu ‘Utsaimin 1/276.
8.
Yang
berhak menghalalkan dan mengharamkan hanya Allah.
Allah subhanahu wata'aalaa
berfirman:
{وَلَا تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَذَا
حَلَالٌ وَهَذَا حَرَامٌ لِتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ إِنَّ الَّذِينَ
يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ} [النحل: 116]
Dan janganlah kamu mengatakan terhadap
apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta "Ini halal dan Ini
haram", untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya
orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung.
[An-Nahl: 116]
9.
Kesombongan
menghalangi seseorang dari kebenaran.
‘Amr bin Sa’id menolak hadits Nabi ﷺ yang disampaikan
oleh Abu Syuraih karena merasa lebih pintar. Ia mempertentangkan nash
dengan akalnya sehingga ia terjerumus dalam kesesatan dan kedzaliman.
Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu
'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
«الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ، وَغَمْطُ النَّاسِ» [صحيح مسلم]
“Kesombongan
adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain". [Sahih Muslim]
10. Bahaya mengikuti akal (logika) semata untuk menolak
nash Al-Qur’an dan Hadits.
Lihat: Syarah Arba’in hadits (41) Ibnu ‘Amr; Nafsu harus tunduk kepada tuntunan Nabi
C. Hadits
Abu Bakrah.
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
105 - حَدَّثَنَا عَبْدُ
اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الوَهَّابِ، قَالَ: حَدَّثَنَا حَمَّادٌ [بن يزيد]، عَنْ
أَيُّوبَ، عَنْ مُحَمَّدٍ [بن سيرين]، عَنِ [عبد الرحمن] ابْنِ أَبِي بَكْرَةَ،
عَنْ أَبِي بَكْرَةَ، ذُكِرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
«فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ - قَالَ مُحَمَّدٌ: وَأَحْسِبُهُ قَالَ -
وَأَعْرَاضَكُمْ، عَلَيْكُمْ حَرَامٌ، كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا، فِي
شَهْرِكُمْ هَذَا، أَلاَ لِيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ مِنْكُمُ الغَائِبَ». وَكَانَ
مُحَمَّدٌ يَقُولُ: صَدَقَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
كَانَ ذَلِكَ «أَلاَ هَلْ بَلَّغْتُ» مَرَّتَيْنِ
Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin
'Abdul Wahhab berkata: Telah menceritakan kepada kami Hammad [bin Yazid], dari
Ayyub, dari Muhammad [bin Sirin], dari [Abdurrahman] Ibnu Abu Bakrah, dari Abu
Bakrah, Nabi ﷺ menyebutkan:
"Sesungguhnya darah kalian, harta kalian, - Muhammad berkata; menurutku
beliau mengatakan,- dan kehormatan kalian adalah haram atas kalian sebagaimana
haramnya hari kalian ini di bulan kalian ini. Hendaklah yang hadir menyampaikan
kepada yang tidak hadir." -Dan Muhammad berkata: "Benarlah Rasulullah
ﷺ seperti apa yang disabdakannya-, 'Bukankah
aku telah menyampaikannya?' Beliau ulangi hingga dua kali.
Nb:
Hadits ini sudah dijelaskan pada bab sebelumnya; Kitab Ilmu bab 9; Bisa jadi orang yang hanya mendapat penyampaian lebih paham dibanding orang yang mendengar langsung
Wallahu a’lam!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...