Rabu, 28 Juli 2021

Kitab Ilmu bab 37; Orang yang hadir hendaklah menyampaikan ilmu kepada yang tidak hadir

 بسم الله الرحمن الرحيم

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

بَابٌ: لِيُبَلِّغِ العِلْمَ الشَّاهِدُ الغَائِبَ

“Bab: Orang yang hadir hendaklah menyampaikan ilmu kepada yang tidak hadir”

Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan keutamaan menyampaikan ilmu yang sudah didapatkan kepada orang lain agar manfaatnya lebih besar, sebagaimana diperintahkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika haji wada’ yang diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abbas, Abu Syuraih, dan Abi Bakrah radhiyallahu ‘anhum.

A.    Hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu 'anhuma

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

قَالَهُ ابْنُ عَبَّاسٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“(Judul bab) ini diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abbas dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam”.

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dengan sanad dan matan yang lengkap dalam kitab Shahihnya pada kitab “Haji” bab “Khutbah di hari Mina” (2/176) no.1739:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطَبَ النَّاسَ يَوْمَ النَّحْرِ فَقَالَ: «يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَيُّ يَوْمٍ هَذَا؟»، قَالُوا: يَوْمٌ حَرَامٌ، قَالَ: «فَأَيُّ بَلَدٍ هَذَا؟»، قَالُوا: بَلَدٌ حَرَامٌ، قَالَ: «فَأَيُّ شَهْرٍ هَذَا؟»، قَالُوا: شَهْرٌ حَرَامٌ "، قَالَ: «فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ، كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا، فِي بَلَدِكُمْ هَذَا، فِي شَهْرِكُمْ هَذَا»، فَأَعَادَهَا مِرَارًا، ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ فَقَالَ: " اللَّهُمَّ هَلْ بَلَّغْتُ، اللَّهُمَّ هَلْ بَلَّغْتُ - قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا: فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، إِنَّهَا لَوَصِيَّتُهُ إِلَى أُمَّتِهِ-، فَلْيُبْلِغِ الشَّاهِدُ الغَائِبَ، لاَ تَرْجِعُوا بَعْدِي كُفَّارًا، يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ "

Dari Ibnu 'Abbas radhiallahu'anhuma bahwa Rasulullah menyampaikan khutbah pada hari Nahar, beliau bertanya, "Wahai sekalian manusia, hari apakah ini? Mereka menjawab, "Hari ini hari haram (suci)". Beliau bertanya lagi, "Negeri apakah ini?". Mereka menjawab, "Ini negeri (tanah) haram (suci) ". Beliau bertanya lagi, "Bulan apakah ini?". Mereka menjawab, "Ini bulan haram (suci)". Beliau bersabda, "Sesungguhnya darah kalian, harta-harta kalian dan kehormatan kalian, haram atas kalian sebagaimana haramnya hari kalian ini di negeri kalian ini dan pada bulan kalian ini". Beliau mengulang kalimatnya ini berulang-ulang lalu setelah itu beliau mengangkat kepalanya seraya berkata, "Ya Allah, apakah aku sudah sampaikan? Ya Allah, apakah aku sudah sampaikan? Ibnu 'Abbas radhiallahu'anhuma berkata, "Maka demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh itu suatu wasiat beliau untuk umatnya. (Sabda beliau selanjutnya): "Maka hendaklah yang menyaksikan menyampaikannya kepada yang tidak hadir, dan janganlah kalian kembali menjadi kafir sepeninggalku, kalian saling memukul tengkuk kalian satu sama lain (saling membunuh) ".

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma.

Lihat: Keistimewaan 'Abdullah bin 'Abbas

2.      Anjuran menyampaikan ilmu yang telah diperoleh.

Dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah bersabda:

«بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً، وَحَدِّثُوا عَنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَلاَ حَرَجَ، وَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا، فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ» [صحيح البخاري]

"Sampaikanlah tentang aku sekalipun hanya satu ayat, dan ceritakanlah kisah Bani Israil tanpa rasa khawatir, dan barangsiapa yang berbohong atas aku dengan sengaja maka siapkanlah tempat duduknya dari api neraka". [Sahih Bukhari]

3.      Keutamaan menyampaikan ilmu yang dimiliki.

Diantaranya:

a)      Orang yang terbaik.

Dari Utsman bin 'Affan radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ القُرْآنَ وَعَلَّمَهُ» [صحيح البخاري]

Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya". [Sahih Bukhari]

b)      Mendapatkan pahala orang yang mengamalkannya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى، كَانَ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ، لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا، وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ، كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ، لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا» [صحيح مسلم]

“Barangsiapa yang mengajak kepada kebaikan maka ia akan mendapat pahala seperti pahal yang mengerjakannya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun, dan barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan maka ia akan mendapat dosa seperti dosa yang mengerjakannya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun". [Sahih Muslim]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

" إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ: إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ " [صحيح مسلم]

“Jika seseorang meninggal maka terputuslah semua amalannya kecuali tiga; Sedekah jariah (manfaatnya bertahan lama), atau ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendo'akan untuknya". [Sahih Muslim]

c)       Bisa mendapatkan pemahaman yang lebih baik.

Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata; Aku mendengar Nabi bersabda:

«نَضَّرَ اللَّهُ امْرَأً سَمِعَ مِنَّا شَيْئًا فَبَلَّغَهُ كَمَا سَمِعَ، فَرُبَّ مُبَلِّغٍ أَوْعَى مِنْ سَامِعٍ» [سنن الترمذي: صحيح]

"Allah akan memperindah seseorang yang mendengar sesuatu dariku kemudian dia sampaikan sebagaimana dia mendengarnya, maka bisa jadi orang yang menyampaikan lebih faqih dari yang mendengar". [Sunan Tirmidziy: Shahih]

Ø  Dari Zayd bin Tsabit radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«نَضَّرَ اللَّهُ امْرَأً سَمِعَ مِنَّا حَدِيثًا، فَحَفِظَهُ حَتَّى يُبَلِّغَهُ، فَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ، وَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ لَيْسَ بِفَقِيهٍ» [سنن أبي داود: صحيح]

"Allah memberi cahaya pada wajah (atau kenimatan) pada orang yang mendengar dariku suatu hadits kemudian ia menghafalnya untuk ia sampaikan kepada orang lain. Karena bisa jadi seorang yang menghafal suatu pemahaman (hadits) kemudian menyampaikannya kepada orang yang lebih paham darinya, dan bisa jadi orang yang menghafal suatu pemahaman (hadits) tapi ia tidak paham". [Sunan Abu Daud: Sahih]

Lihat: Keutamaan hafal 40 hadits

d)      Menguatkan ilmu karena mengulang-ulanginya.

e)      Menambah ilmu.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ} [إبراهيم: 7]

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". [Ibrahim:7]

Sebagaimana harta bertambah dengan diinfaqkan, maka demikian pula dengan ilmu. Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

" قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: أَنْفِقْ أُنْفِقْ عَلَيْكَ " . [صحيح البخاري ومسلم]

“Allah ‘azza wa jalla berfirman: Berinfaqlah, maka Aku akan berinfaq kepadamu”. [Sahih Bukhari dan Muslim]

f)        Melestarikan ilmu.

Lihat: Kitab Ilmu bab 34; Cara dicabutnya ilmu

B.     Hadits Abu Syuraih.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

104 - حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ، قَالَ: حَدَّثَنِي اللَّيْثُ، قَالَ: حَدَّثَنِي سَعِيدٌ هُوَ ابْنُ أَبِي سَعِيدٍ، عَنْ أَبِي شُرَيْحٍ، أَنَّهُ قَالَ لِعَمْرِو بْنِ سَعِيدٍ: - وَهُوَ يَبْعَثُ البُعُوثَ إِلَى مَكَّةَ - ائْذَنْ لِي أَيُّهَا الأَمِيرُ، أُحَدِّثْكَ قَوْلًا قَامَ بِهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الغَدَ مِنْ يَوْمِ الفَتْحِ، سَمِعَتْهُ أُذُنَايَ وَوَعَاهُ قَلْبِي، وَأَبْصَرَتْهُ عَيْنَايَ حِينَ تَكَلَّمَ بِهِ: حَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ، ثُمَّ قَالَ: " إِنَّ مَكَّةَ حَرَّمَهَا اللَّهُ، وَلَمْ يُحَرِّمْهَا النَّاسُ، فَلاَ يَحِلُّ لِامْرِئٍ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ أَنْ يَسْفِكَ بِهَا دَمًا، وَلاَ يَعْضِدَ بِهَا شَجَرَةً، فَإِنْ أَحَدٌ تَرَخَّصَ لِقِتَالِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيهَا، فَقُولُوا: إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَذِنَ لِرَسُولِهِ وَلَمْ يَأْذَنْ لَكُمْ، وَإِنَّمَا أَذِنَ لِي فِيهَا سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ، ثُمَّ عَادَتْ حُرْمَتُهَا اليَوْمَ كَحُرْمَتِهَا بِالأَمْسِ، وَلْيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ الغَائِبَ "

فَقِيلَ لِأَبِي شُرَيْحٍ: مَا قَالَ عَمْرٌو؟ قَالَ: أَنَا أَعْلَمُ مِنْكَ يَا أَبَا شُرَيْحٍ، لاَ يُعِيذُ عَاصِيًا، وَلاَ فَارًّا بِدَمٍ، وَلاَ فَارًّا بِخَرْبَةٍ

Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf, ia berkata: Telah menceritakan kepada saya Al-Laits, ia berkata: Telah menceritakan kepada saya Sa'id -dia adalah anaknya Abu Sa'id-, dari Abu Syuraih bahwa dia berkata kepada 'Amru bin Sa'id saat dia mengutus pasukan ke Makkah, "Wahai amir, izinkan aku menyampaikan satu persoalan yang pernah Nabi sampaikan dalam khutbahnya saat pembebasan Makkah. Kedua telingaku mendengar, hatiku merasakannya dan kedua mataku melihat, beliau memuji Allah dan mensucikan Allah seraya bersabda, 'Sesungguhnya Makkah telah disucikan oleh Allah, dan bukan manusia yang mensucikannya. Maka tidak halal bagi setiap orang yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir menumpahkan darah di dalamnya, dan tidak boleh mencabut/menebang pepohonan di dalamnya. Jika seseorang mengambil keringanan karena peperangan yang pernah dilakukan oleh Rasulullah di dalamnya maka katakanlah 'sesungguhnya Allah Ta'ala telah mengizinkan rasul-Nya dan tidak mengizinkan kepada kalian.' Sesungguhnya Allah Ta'ala telah mengizinkanku pada satu saat pada siang hari kemudian dikembalikan kesuciannya hari ini sebagaimana disucikannya sebelumnya. Maka hendaklah yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir."

Maka dikatakan kepada Abu Syuraih, "Apa yang dikatakan 'Amru?" Dia berkata, "Aku lebih mengetahui daripadamu wahai Abu Syuraih, "Mekah tidak akan melindungi orang yang bermaksiat, orang yang menumpahkan darah, dan orang yang mencuri."

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi Abu Syuraih Al-Khuza’iy Al-‘Adawiy radhiyallahu ‘anhu.

Ada yang mengatakan bahwa namanya adalah Khuwailid bin ‘Amr, ada yang mengatakan ‘Amr bin Khuwailid, dan ada yang mengatakan namanya Abdurrahman bin ‘Amr. Dan yang paling masyhur adalah yang pertama.

Masuk Islam sebelum Fathu Makkah, dan ia yang membawa 3 bendera pasukan Bani Ka’b pada waktu itu. Wafat tahun 68 di Madinah.

2.      ‘Amru bin Sa’id bin Al-‘Ash Al-Qurasyiy Al-Umawiy, Abu Umayyah dikenal dengan gelar Al-Asydaq karena mulutnya yang lebar.

Ia adalah gubernur Madinah pada masa kekhalifaan Mu’awiyah dan Yazid bin Mu’awiyah. Atas perintah Yazid sebagai khalifah ia mengutus pasukan ke Mekah untuk memerangi Abdullah bin Az-Zubair –radhiyallahu ‘anhuma- yang menguasai kota Mekah dan enggang untuk membai’at Yazid.

Ia dibunuh oleh Abdul Malik bin Marwan tahun 70 hijriyah di Damaskus ketika ia mendeklarasikan dirinya sebagai Khalifah.

3.      Hadits ini menunjukkah keutamaan Abu Syuraih radhiyallahu ‘anhu yang menyampaikan apa yang telah ia dengar dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

4.      Memberi nasehat dengan cara yang baik terkhusus kepada penguasa.

Iyadh bin Ganm -radhiyallahu 'anhu- berkata; Rasulullah bersabda:

«مَنْ أَرَادَ أَنْ يَنْصَحَ لِسُلْطَانٍ بِأَمْرٍ، فَلَا يُبْدِ لَهُ عَلَانِيَةً، وَلَكِنْ لِيَأْخُذْ بِيَدِهِ، فَيَخْلُوَ بِهِ، فَإِنْ قَبِلَ مِنْهُ فَذَاكَ، وَإِلَّا كَانَ قَدْ أَدَّى الَّذِي عَلَيْهِ لَهُ»

“Barangsiapa yang hendak menasehati penguasa dengan suatu perkara, maka jangan dilakukan dengan terang-terangan, tapi gandenglah tangannya dan menyepilah berdua. Jika diterima memang begitu, jika tidak maka dia telah melaksakan kewajibannya". [Musnad Ahmad: Hasan ligairih]

5.      Menasehati orang yang ingin berbuat dzalim.

Dari Anas radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُومًا» فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَنْصُرُهُ إِذَا كَانَ مَظْلُومًا، أَفَرَأَيْتَ إِذَا كَانَ ظَالِمًا كَيْفَ أَنْصُرُهُ؟ قَالَ: «تَحْجُزُهُ، أَوْ تَمْنَعُهُ، مِنَ الظُّلْمِ فَإِنَّ ذَلِكَ نَصْرُهُ» [صحيح البخاري]

Tolonglah saudaramu baik ia zalim atau dizalimi.

Ada seorang laki-laki bertanya; 'Ya Rasulullah, saya maklum jika ia dizalimi, namun bagaimana saya menolong padahal ia zalim? '

Nabi menjawab; "Engkau mencegahnya atau menahannya dari kezaliman, itulah cara menolongnya." [Shahih Bukhari]

Lihat: Syarah Arba’in Nawawiy, hadits (24) Abu Dzar; Keharaman perbuatan dzalim

6.      Keistimewaan kota Mekah.

Lihat: Keistimewaan kota Mekah

7.      Pepohonan kota haram tidak boleh ditebang kecuali:

a)       Bagi orang yang menanamnya.

b)      Tanaman itu tumbuh liar di jalan manusia sehingga mengganggu orang yang melaluinya.

Lihat: Syarah shahih Bukhari karya syekh Ibnu ‘Utsaimin 1/276.

8.      Yang berhak menghalalkan dan mengharamkan hanya Allah.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَلَا تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَذَا حَلَالٌ وَهَذَا حَرَامٌ لِتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ} [النحل: 116]

Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta "Ini halal dan Ini haram", untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. [An-Nahl: 116]

9.      Kesombongan menghalangi seseorang dari kebenaran.

‘Amr bin Sa’id menolak hadits Nabi yang disampaikan oleh Abu Syuraih karena merasa lebih pintar. Ia mempertentangkan nash dengan akalnya sehingga ia terjerumus dalam kesesatan dan kedzaliman.

Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ، وَغَمْطُ النَّاسِ» [صحيح مسلم]

Kesombongan adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain". [Sahih Muslim]

10.  Bahaya mengikuti akal (logika) semata untuk menolak nash Al-Qur’an dan Hadits.

Lihat: Syarah Arba’in hadits (41) Ibnu ‘Amr; Nafsu harus tunduk kepada tuntunan Nabi

C.     Hadits Abu Bakrah.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

105 - حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الوَهَّابِ، قَالَ: حَدَّثَنَا حَمَّادٌ [بن يزيد]، عَنْ أَيُّوبَ، عَنْ مُحَمَّدٍ [بن سيرين]، عَنِ [عبد الرحمن] ابْنِ أَبِي بَكْرَةَ، عَنْ أَبِي بَكْرَةَ، ذُكِرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ - قَالَ مُحَمَّدٌ: وَأَحْسِبُهُ قَالَ - وَأَعْرَاضَكُمْ، عَلَيْكُمْ حَرَامٌ، كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا، فِي شَهْرِكُمْ هَذَا، أَلاَ لِيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ مِنْكُمُ الغَائِبَ». وَكَانَ مُحَمَّدٌ يَقُولُ: صَدَقَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَانَ ذَلِكَ «أَلاَ هَلْ بَلَّغْتُ» مَرَّتَيْنِ

Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin 'Abdul Wahhab berkata: Telah menceritakan kepada kami Hammad [bin Yazid], dari Ayyub, dari Muhammad [bin Sirin], dari [Abdurrahman] Ibnu Abu Bakrah, dari Abu Bakrah, Nabi menyebutkan: "Sesungguhnya darah kalian, harta kalian, - Muhammad berkata; menurutku beliau mengatakan,- dan kehormatan kalian adalah haram atas kalian sebagaimana haramnya hari kalian ini di bulan kalian ini. Hendaklah yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir." -Dan Muhammad berkata: "Benarlah Rasulullah seperti apa yang disabdakannya-, 'Bukankah aku telah menyampaikannya?' Beliau ulangi hingga dua kali.

Nb: Hadits ini sudah dijelaskan pada bab sebelumnya; Kitab Ilmu bab 9; Bisa jadi orang yang hanya mendapat penyampaian lebih paham dibanding orang yang mendengar langsung

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Kitab Ilmu bab 36; Orang yang mendengarkan sesuatu namun ia tidak memahaminya lalu ia mengkonfirmasinya lagi hingga paham

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...