Minggu, 04 April 2021

Syarah Arba’in hadits (41) Ibnu ‘Amr; Nafsu harus tunduk kepada tuntunan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam

 بسم الله الرحمن الرحيم

Dari Abu Muhammad Abdullah bin ‘Amr bin Al-'Ash -radhiallahu 'anhuma-, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah sempurna keimanan seseorang di antara kalian sampai hawa nafsunya mengikut kepada ajaran yang aku bawa".

Hadits ini shahih, kami telah meriwayatkannya dalam kitab “Al-Hujjah[1] dengan sanad yang shahih.

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

2.      Keimanan itu bertambah dan berkurang.

Bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan maksiat. Allah -subhanahu wata'ala- berfirman:

{هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ} [الفتح: 4]

Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). [Al-Fath:4]

{وَمَا جَعَلْنَا أَصْحَابَ النَّارِ إِلَّا مَلَائِكَةً وَمَا جَعَلْنَا عِدَّتَهُمْ إِلَّا فِتْنَةً لِلَّذِينَ كَفَرُوا لِيَسْتَيْقِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَيَزْدَادَ الَّذِينَ آمَنُوا إِيمَانًا} [المدثر: 31]

Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat, dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya. [Al-Muddatsir:31]

Lihat: Keimanan dan kekafiran

3.      Kesempurnaan iman dengan taat pada tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ} [النور: 51]

Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan kami patuh". dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung. [An-Nuur:51]

Ø  'Abdullah bin Az Zubair radhiyallahu 'anhuma menceritakan:

أَنَّ رَجُلًا مِنَ الأَنْصَارِ خَاصَمَ الزُّبَيْرَ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي شِرَاجِ الحَرَّةِ، الَّتِي يَسْقُونَ بِهَا النَّخْلَ، فَقَالَ الأَنْصَارِيُّ: سَرِّحِ المَاءَ يَمُرُّ، فَأَبَى عَلَيْهِ؟ فَاخْتَصَمَا عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِلزُّبَيْرِ: «أَسْقِ يَا زُبَيْرُ، ثُمَّ أَرْسِلِ المَاءَ إِلَى جَارِكَ»، فَغَضِبَ الأَنْصَارِيُّ، فَقَالَ: أَنْ كَانَ ابْنَ عَمَّتِكَ؟ فَتَلَوَّنَ وَجْهُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ قَالَ: «اسْقِ يَا زُبَيْرُ، ثُمَّ احْبِسِ المَاءَ حَتَّى يَرْجِعَ إِلَى الجَدْرِ»، فَقَالَ الزُّبَيْرُ: " وَاللَّهِ إِنِّي لَأَحْسِبُ هَذِهِ الآيَةَ نَزَلَتْ فِي ذَلِكَ: {فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا} [النساء: 65]

Bahwa ada seorang dari kalangan Anshar bersengketa dengan Az-Zubair di hadapan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tentang aliran air di daerah Al-Harrah yang mereka gunakan untuk menyirami pepohonan kurma. Berkata orang Anshar tersebut: "Bukalah air agar bisa mengalir?"

Az-Zubair menolaknya lalu keduanya bertengkar di hadapan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepada Az-Zubair: "Wahai Zubair, berilah air dan kirimlah buat tetanggamu".

Maka orang Anshar itu marah seraya berkata; "Tentu saja kamu bela dia karena dia putra bibimu".

Maka wajah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerah kemudian berkata: "Wahai Zubair, berilah air kemudian bendunglah hingga air itu kembali ke dasar ladang".

Maka Az-Zubair berkata: "Demi Allah, sungguh aku menganggap bahwa ayat ini turun tentang kasus ini, yaitu firman Allah: {Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya}. [An-Nisaa':65] [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَضَى فِي امْرَأَتَيْنِ مِنْ هُذَيْلٍ اقْتَتَلَتَا، فَرَمَتْ إِحْدَاهُمَا الأُخْرَى بِحَجَرٍ، فَأَصَابَ بَطْنَهَا وَهِيَ حَامِلٌ، فَقَتَلَتْ وَلَدَهَا الَّذِي فِي بَطْنِهَا، فَاخْتَصَمُوا إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَضَى: أَنَّ دِيَةَ مَا فِي بَطْنِهَا غُرَّةٌ عَبْدٌ أَوْ أَمَةٌ، فَقَالَ وَلِيُّ المَرْأَةِ الَّتِي غَرِمَتْ: كَيْفَ أَغْرَمُ، يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَنْ لاَ شَرِبَ وَلاَ أَكَلَ، وَلاَ نَطَقَ وَلاَ اسْتَهَلَّ، فَمِثْلُ ذَلِكَ يُطَلُّ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّمَا هَذَا مِنْ إِخْوَانِ الكُهَّانِ» [صحيح البخاري ومسلم]

Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah memutuskan perkara antara dua wanita dari Bani Hudzail yang sedang berkelahi, salah seorang melempar lawannya dengan batu dan mengenai perutnya padahal ia sedang hamil, hingga menyebabkan kematian anak yang dikandungnya. Lalu mereka mengadukan peristiwa itu kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau memutuskan hukuman (bagi wanita pembunuh) untuk membayar diyat janin dengan seorang hamba sahaya laki-laki atau perempuan, lantas wali wanita yang menanggung (diyat) berkata; "Ya Rasulullah, bagaimana saya harus menanggung orang yang belum bisa makan dan minum, bahkan belum bisa berbicara ataupun menjerit sama sekali? Maka yang seperti ini tidak ada diyatnya"

Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Orang ini seperti saudara paranormal." [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata: Tiga orang datang ke rumah istri-istri Rasulullah, mereka menanyakan tentang ibadah Rasulullah. Setelah mereka diberi tahu, seakan-akan mereka menganggapnya sedikit. Mereka mengatakan: Apalah kita dibandingkan dengan Rasulullah? Beliau sudah diampuni dosanya yang telah lalu dan yang akan datang.

Seorang dari mereka berkata: Adapun saya, akan shalat malam selamanya. Yang lain berkata: Aku akan puasa seumur hidup dan tidak berbuka. Dan yang lain berkata: Aku akan meninggalkan wanita dan tidak menikah selamanya.

Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam datang kepada mereka dan bersabda:

«أَنْتُمُ الَّذِينَ قُلْتُمْ كَذَا وَكَذَا، أَمَا وَاللَّهِ إِنِّي لَأَخْشَاكُمْ لِلَّهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ، لَكِنِّي أَصُومُ وَأُفْطِرُ، وَأُصَلِّي وَأَرْقُدُ، وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ، فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي» [صحيح البخاري]

"Kalian yang mengatakan ini dan itu? Sesungguhnya demi Allah, aku adalah yang paling takut dan bertakwa kepada Allah dari kalian, akan tetapi aku berpuasa dan berbuka, salat dan tidur, dan menikahi wanita. Maka barangsiapa yang tidak suka sunnahku maka ia bukan dariku. [Sahih Bukhari]

Lihat: Syarat sah kalimat syahadat

4.      Bahaya mengikuti hawa nafsu.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِنَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ} [القصص: 50]

Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. [Al-Qashash: 50]

{وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ} [ص: 26]

Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, Karena mereka melupakan hari perhitungan. [Shaad: 26]

{وَقَدْ فَصَّلَ لَكُمْ مَا حَرَّمَ عَلَيْكُمْ إِلَّا مَا اضْطُرِرْتُمْ إِلَيْهِ وَإِنَّ كَثِيرًا لَيُضِلُّونَ بِأَهْوَائِهِمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِالْمُعْتَدِينَ} [الأنعام: 119]

Padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu melakukannya. Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas. [Al-An'aam:119]

Ø  Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma berkata; Rasulullah shallallau 'alaihi wasallam bersabda:

"  ثلاثٌ مُهْلِكاتٌ، ... : فشحٌّ مطاعٌ، وهوى مُتَّبَعٌ، وإعْجابُ المَرْءِ بِنَفْسِهِ " [صحيح الترغيب: حسن لغيره]

"Tiga yang membinasakan: ... sifat kikir yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan kekaguman seseorang terhadap dirinya". [Shahih At-Targiib: Hasan ligairih]

5.      Sifat kaum Yahudi lebih mendahulukan hawa nafsu dari perintah Rasul.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَقَفَّيْنَا مِنْ بَعْدِهِ بِالرُّسُلِ وَآتَيْنَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنَاتِ وَأَيَّدْنَاهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ أَفَكُلَّمَا جَاءَكُمْ رَسُولٌ بِمَا لَا تَهْوَى أَنْفُسُكُمُ اسْتَكْبَرْتُمْ فَفَرِيقًا كَذَّبْتُمْ وَفَرِيقًا تَقْتُلُونَ} [البقرة: 87]

Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al-Kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami telah menyusulinya (berturut-turut) sesudah itu dengan rasul-rasul, dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran (mukjizat) kepada Isa putera Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul Qudus. Apakah setiap datang kepadamu seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong; maka beberapa orang (diantara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh? [Al-Baqarah: 87]

{لَقَدْ أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَأَرْسَلْنَا إِلَيْهِمْ رُسُلًا كُلَّمَا جَاءَهُمْ رَسُولٌ بِمَا لَا تَهْوَى أَنْفُسُهُمْ فَرِيقًا كَذَّبُوا وَفَرِيقًا يَقْتُلُونَ} [المائدة: 70]

Sesungguhnya Kami telah mengambil perjanjian dari Bani Israil, dan telah Kami utus kepada mereka rasul-rasul. Tetapi setiap datang seorang rasul kepada mereka dengan membawa apa yang yang tidak diingini oleh hawa nafsu mereka, (maka) sebagian dari rasul-rasul itu mereka dustakan dan sebagian yang lain mereka bunuh. [Al-Maidah: 70]

6.      Jangan mempertuhankan hawa nafsu.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ} [الجاثية: 23]

Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? [Al-Jatsiyah:23]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Nabi -shallallhu 'alaihi wasallam- bersabda:

«تَعِسَ عَبْدُ الدِّينَارِ وَعَبْدُ الدِّرْهَمِ وَعَبْدُ الْخَمِيصَةِ إِنْ أُعْطِيَ رَضِيَ وَإِنْ لَمْ يُعْطَ سَخِطَ تَعِسَ وَانْتَكَسَ وَإِذَا شِيكَ فَلَا انْتَقَشَ طُوبَى لِعَبْدٍ آخِذٍ بِعِنَانِ فَرَسِهِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَشْعَثَ رَأْسُهُ مُغْبَرَّةٍ قَدَمَاهُ إِنْ كَانَ فِي الْحِرَاسَةِ كَانَ فِي الْحِرَاسَةِ وَإِنْ كَانَ فِي السَّاقَةِ كَانَ فِي السَّاقَةِ إِنْ اسْتَأْذَنَ لَمْ يُؤْذَنْ لَهُ وَإِنْ شَفَعَ لَمْ يُشَفَّعْ»

"Binasalah hamba dinar, dirham, kain tebal dan sutra, jika diberi maka ia ridha jika tidak diberi maka ia mencela. Binasalah dan merugilah ia, jika tertusuk duri maka ia tidak akan terlepas darinya. Beruntunglah hamba yang mengambil tali kendali kuda fii sabilillah, rambutnya kusut dan kakinya berdebu. Jika ia menjaga maka ia benar-benar menjaga, jika ia berada dibarisan belakang maka ia benar-benar menjaga barisan belakang, jika ia meminta izin maka ia tidak akan diberi izin, jika ia menengahi maka penengahannya tidak diterima" [Shahih Bukhari dan Muslim]

7.      Keutamaan menundukkan hawa nafsu.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى . فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى} [النازعات: 40 - 41]

Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya). [An-Naazi'aat: 40-41]

8.      Ancaman menyelisihi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ} [النور: 63]

Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih. [An-Nuur:63]

Ø  Al-'Irbaad bin Sariyah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«لَقَدْ تَرَكْتُكُمْ عَلَى مِثْلِ الْبَيْضَاءِ، لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا، لَا يَزِيغُ عَنْهَا إِلَّا هَالِكٌ» [صحيح الترغيب والترهيب]

"Aku telah meninggalkan kalian di atas jalan yang terang dan jelas, malamnya sama dengan siangnya, tidak ada yang melenceng darinya kecuali ia akan celaka". [Sahih At-Targiib wa At-Tarhiib]

Ø  Salamah bin Al-Akwa’ radhiyallahu ‘anhu berkata: Suatu hari seorang laki-laki makan di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan tangan kirinya, maka Rasulullah bersabda:

«كُلْ بِيَمِينِكَ»

“Makanlah dengan tangan kananmu!”

Ia menjawab: Aku tidak bisa!

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

«لَا اسْتَطَعْتَ»

“Kamu selamanya tidak akan bisa!”

Tidak ada yang mencegahnya mentaati perintah Rasulullah kecuali sifat sombong, maka ia selamanya tidak bisa mengangkat tangan kanannya ke mulutnya. [Sahih Muslim]

Ø  Al-Musayyib radhiyallahu ‘anhu berkata: Bapakku mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, kemudian Rasulullah bertanya: Siapa namamu?

Bapakku menjawab: "Hazn" (kesedihan).

Rasulullah berkata: أَنْتَ سَهْلٌ Namamu adalah "Sahl" (kemudahan)!

Bapakku menjawab: Aku tidak mau mengganti nama yang diberikan oleh bapakku.

Sa'id bin Al-Musayyib berkata: Oleh sebab itu kesedihan terus melanda keluarga kami. [Sahih Bukhari]

Lihat: Syarah Arba’in hadits (9) Abu Hurairah; Menjauhi larangan dan menjalankan perintah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam

9.      Sikap sahabat terhadap orang menyelisihi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata, Rasulullah bersabda:

«لَا تَمْنَعُوا النِّسَاءَ مِنَ الْخُرُوجِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِاللَّيْلِ» فَقَالَ ابْنٌ لِعَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ: لَا نَدَعُهُنَّ يَخْرُجْنَ فَيَتَّخِذْنَهُ دَغَلًا. قَالَ فَزَبَرَهُ ابْنُ عُمَرَ وَقَالَ: " أَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَتَقُولُ: لَا نَدَعُهُنَّ " [صحيح مسلم]

"Janganlah kalian menghalangi kaum wanita keluar ke masjid pada malam hari."

Lalu putra Ibnu Umar berkata, "Kami tidak akan membiarkan mereka keluar, sehingga mereka jadikan moment untuk melakukan kejahatan."

Lalu Ibnu Umar menghardiknya seraya berkata, "Aku mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, tapi kamu malahan berkata, ‘Kami tidak akan membiarkan mereka’." [Shahih Muslim]

Lihat: Berkah mengamalkan sunnah Rasulullah dan bahaya menyelisihinya

10.      Derajat hadits Abdullah bin ‘Amr.

Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi ‘Ashim -rahimahullah- dalam kitab “As-Sunnah” (1/12) no.15, ia berkata;

ثنا مُحَمَّدُ بْنُ مُسْلِمِ بْنِ أَبِي وَارَهٍ، ثنا نُعَيْمُ بْنُ حَمَّادٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ الثَّقَفِيُّ، ثنا بَعْضُ مَشْيَخَتِنَا، هِشَامٌ أَوْ غَيْرُهُ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ، عَنْ عُقْبَةَ بْنِ أَوْسٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُونَ هَوَاهُ تَبَعًا لِمَا جِئْتُ بِهِ» .

Muhammad bin Muslim bin Abi Warah menceritakan kepada kami, ia berkata: Nu’aim bin Hammad menceritakan kepada kami, ia berkata: Abdul Wahhab Ats-Tsaqafiy menceritakan kepada kami, ia berkata: Sebagian guru kami yaitu Hisyam atau selainnya menceritakan kepada kami, dari Muhammad bin Sirin, dari ‘Uqbah bin Aus, dari Abdullah bin ‘Amr, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah sempurna keimanan seseorang di antar kalian sampai hawa nafsunya mengikut kepada ajaran yang aku bawa".

Sanad hadits ini lemah karena Nu’aim bin Hammad Al-Marwaziy[2] hadits-hadits yang ia riwayatkan tidak bisa diterima. An-Nasa'iy -rahimahullah- mengatakan: Ia tidak tsiqah (haditsnya lemah), dan sebagian ulama mengklaimnya sebagai pemalsu hadits.

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Syarah Arba’in hadits (40) Ibnu Umar; Hidup di dunia hanya sementara


[1] Kitab "الحجة على تارك المحجة" karya Abu Al-Fath  Nashr bin Ibrahim Al-Maqdisiy (w.490H).

[2] Lihat biografi “Nu'aim bin Hammad” dalam kitab: Ad-Dhu'afaa' karangan An-Nasa'i hal.241, Al-Kamil karangan Ibnu 'Adiy 7/16, Ad-Dhu'afaa' karangan Ibnu Jauziy 3/164, Miizaan Al-I'tidaal karangan Ad-Dzahaby 7/41.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...