Senin, 05 Juli 2021

Syarah Kitab Tauhid bab (29); Ilmu Nujum (Perbintangan)

 بسم الله الرحمن الرحيم

Dalam bab ini, syekh Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah menyebutkan 1 atsar, dan 1 hadits yang menyebutkan larangan mempelajari ilmu nujum (perbintangan).

Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan –secara mu’allaq (tanpa sanad) dalam “Ash-Shahih” kitab Bad’il Khalq (awal penciptaan) bab tentang bintang; dari Qatadah rahimahullah bahwa ia berkata (menafsirkan firman Allah subhanahu wa ta'aalaa):

{وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ} [الملك: 5] " خَلَقَ هَذِهِ النُّجُومَ لِثَلاَثٍ: جَعَلَهَا زِينَةً لِلسَّمَاءِ، وَرُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ، وَعَلاَمَاتٍ يُهْتَدَى بِهَا، فَمَنْ تَأَوَّلَ فِيهَا بِغَيْرِ ذَلِكَ أَخْطَأَ، وَأَضَاعَ نَصِيبَهُ، وَتَكَلَّفَ مَا لاَ عِلْمَ لَهُ بِهِ "

Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang. [Al-Mulk: 5] “Allah menciptakan bintang-bintang ini untuk tiga hikmah: sebagai hiasan langit, sebagai alat pelempar syetan, dan sebagai tanda untuk petunjuk (arah dan sebagainya). Maka barangsiapa yang berpendapat selain hal tersebut maka ia telah melakukan kesalahan, dan menyia-nyiakan nasibnya, serta membebani dirinya dengan hal yang di luar batas pengetahuannya”.

Sementara tentang mempelajari tata letak peredaran bulan, Qatadah mengatakan makruh, sedang Ibnu ‘Uyainah tidak membolehkan, seperti yang diungkapkan oleh Harb dari mereka berdua. Tetapi Imam Ahmad dan Ishaq memperbolehkan hal tersebut.

Abu Musa radhiyallahu 'anhu menuturkan: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«ثَلاَثَةٌ لاَ يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ: مُدْمِنُ الْخَمْرِ، وَقَاطِعُ الرَّحِمِ، وَمُصَدِّقٌ بِالسِّحْرِ»

“Tiga orang yang tidak akan masuk surga: pecandu khamr (minuman keras), orang yang memutuskan hubungan kekeluargaan, dan orang yang mempercayai sihir”. [Musnad Ahmad dan Shahih Ibnu Hibban]

Dari hadits dan atsar di atas, syekh –rahimahullah- menyebutkan 4 poin penting:

1.      Hikmah diciptakannya bintang-bintang.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ} [الملك: 5]

Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala. [Al-Mulk: 5]

{إِنَّا زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِزِينَةٍ الْكَوَاكِبِ (6) وَحِفْظًا مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ مَارِدٍ (7) لَا يَسَّمَّعُونَ إِلَى الْمَلَإِ الْأَعْلَى وَيُقْذَفُونَ مِنْ كُلِّ جَانِبٍ (8) دُحُورًا وَلَهُمْ عَذَابٌ وَاصِبٌ (9) إِلَّا مَنْ خَطِفَ الْخَطْفَةَ فَأَتْبَعَهُ شِهَابٌ ثَاقِبٌ} [الصافات: 6 - 10]

Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang. Dan telah memeliharanya (sebenar-benarnya) dari setiap syaitan yang sangat durhaka. Syaitan-syaitan itu tidak dapat mendengar-dengarkan (pembicaraan) para malaikat dan mereka dilempari dari segala penjuru. Untuk mengusir mereka dan bagi mereka siksaan yang kekal. Akan tetapi barangsiapa (di antara mereka) yang mencuri-curi (pembicaraan); Maka ia dikejar oleh suluh api yang cemerlang. [Ash-Shaaffaat: 6-10]

Perkataan Qatadah, diriwayatkan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam kitabnya “Tagliq At-Ta’liq” (3/489) dengan sanad yang bersambung dan matan yang panjang, ia berkata:

"إِن الله تبَارك وَتَعَالَى إِنَّمَا خلق هَذِه النُّجُوم لثلاث خِصَال: جعلهَا زِينَة للسماء، وَجعلهَا يُهتدى بهَا، وَجعلهَا رجوما للشياطين. فَمن تعاطى فِيهَا غير ذَلِك فقد قَالَ رَأْيه، وَأَخْطَأ حَظه، وأضاع نصِيبه، وتكلف مَا لَا علم لَهُ بِهِ. وَإِن نَاسا جهلة بِأَمْر الله، فقد أَحْدَثُوا فِي هَذِه النُّجُوم كهَانَة؛ من غرس بِنَجْم كَذَا وَكَذَا كَانَ كَذَا وَكَذَا، وَمن سَافر بِنَجْم كَذَا وَكَذَا كَانَ كَذَا وَكَذَا، ولعمري مَا من النُّجُوم نجم إِلَّا يُولد بِهِ الطَّوِيل والقصير والأحمر والأبيض وَالْحسن والذميم. قَالَ: وَمَا علم هَذِه النُّجُوم وَهَذِه الدَّابَّة وَهَذَا الطَّائِر بِشَيْء من هَذَا الْغَيْب، وَقضى الله أَنه لَا يعلم من فِي السَّمَوَات وَالْأَرْض الْغَيْب إِلَّا الله، وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يبعثون"

“Sesungguhnya Allah tabaraka wa ta'aalaa menciptakan bintang-bintang ini hanya untuk tiga perkara: Allah menjadikannya hiasan untuk langit, menjadikannya petunjuk jalan, dan menjadikannya alat untuk melempar syaitan. Siapa yang mahami selain itu maka telah berbicara dengan akalnya semata, menyalahi keberuntungan, melalaikan bagiannya (dari kebaikan), dan membebani dirinya dengan apa yang ia tidak memiliki ilmu di dalamnya. Dan sungguh beberapa orang yang bodoh dengan perkara Allah, mereka mengadakan praktek ramalan dengan bintang-bintang ini (dengan mengatakan); Siapa yang menanam ketika muncul bintang ini dan itu maka ia mendapatkan ini dan itu, siapa yang bepergian jauh ketika muncul bintang ini dan itu maka akan terjadi ini dan itu! Demi Allah, tidak ada bintang yang muncul kecuali telah lahir orang yang tinggi, pendek, hitam, putih, baik, dan buruk. Bintang ini, hewan ini, burung ini tidak tahu sedikitpun dari pergara gaib ini, dan Allah telah menetapkan bahwa sungguh tidak ada seorangpung di langit dan bumi yang mengetahui perkara yang gaib kecuali Allah, dan mereka tidak mengetahui kapan mereka akan dibangkitkan".

2.      Sanggahan terhadap orang yang mempunyai anggapan adanya fungsi lain selain tiga tersebut.

'Abdullah bin 'Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata: Seorang sahabat Nabi dari kalangan Anshar bercerita kepadaku:

أَنَّهُمْ بَيْنَمَا هُمْ جُلُوسٌ لَيْلَةً مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رُمِيَ بِنَجْمٍ فَاسْتَنَارَ، فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَاذَا كُنْتُمْ تَقُولُونَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ، إِذَا رُمِيَ بِمِثْلِ هَذَا؟» قَالُوا: اللهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، كُنَّا نَقُولُ وُلِدَ اللَّيْلَةَ رَجُلٌ عَظِيمٌ، وَمَاتَ رَجُلٌ عَظِيمٌ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «فَإِنَّهَا لَا يُرْمَى بِهَا لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ، وَلَكِنْ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى اسْمُهُ، إِذَا قَضَى أَمْرًا سَبَّحَ حَمَلَةُ الْعَرْشِ، ثُمَّ سَبَّحَ أَهْلُ السَّمَاءِ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، حَتَّى يَبْلُغَ التَّسْبِيحُ أَهْلَ هَذِهِ السَّمَاءِ الدُّنْيَا» ثُمَّ قَالَ: " الَّذِينَ يَلُونَ حَمَلَةَ الْعَرْشِ لِحَمَلَةِ الْعَرْشِ: مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ؟ فَيُخْبِرُونَهُمْ مَاذَا قَالَ: قَالَ فَيَسْتَخْبِرُ بَعْضُ أَهْلِ السَّمَاوَاتِ بَعْضًا، حَتَّى يَبْلُغَ الْخَبَرُ هَذِهِ السَّمَاءَ الدُّنْيَا، فَتَخْطَفُ الْجِنُّ السَّمْعَ فَيَقْذِفُونَ إِلَى أَوْلِيَائِهِمْ، وَيُرْمَوْنَ بِهِ، فَمَا جَاءُوا بِهِ عَلَى وَجْهِهِ فَهُوَ حَقٌّ، وَلَكِنَّهُمْ يَقْرِفُونَ فِيهِ وَيَزِيدُونَ " [صحيح مسلم]

Bahwa pada suatu malam ketika mereka sedang duduk-duduk bersama Rasulullah , tiba-tiba mereka dijatuhi bintang (meteor) yang bersinar. Maka Rasulullah bertanya kepada mereka: 'Apa yang kalian katakan pada masa jahiliah apabila dijatuhi bintang seperti ini? ' Jawab mereka; 'Allah dan rasul-Nya yang lebih tahu. Dahulu kami berkomentar; 'Malam ini telah lahir orang yang besar dan telah meninggal orang yang besar pula.' Maka Rasulullah bersabda, 'Sesungguhnya bintang (meteor) itu tidak jatuh karena meninggalnya seseorang dan tidak pula karena lahirnya seseorang. Tetapi Rabb kita, yang nama-Nya penuh berkah dan Mahatinggi, apabila Dia memutuskan suatu urusan, maka bertasbihlah pemikul 'Arasy, kemudian bertasbih pula penduduk langit setelah mereka, sehingga tasbih mereka terdengar pula oleh penduduk langit dunia ini. Kemudian orang-orang yang dekat pemikul 'Arasy berkata kepada mereka; 'Apa yang telah difirmankan Rabb kalian? ' Lalu mereka ceritakan apa yang telah difirmankan Allah. Maka penduduk langit yang lainnya pun saling mencari kabar tersebut sesama mereka, sehingga berita itu sampai pula kepada penduduk langit dunia ini. Berita itu tertangkap oleh bangsa jin, lalu dibisikkannya kepada pemimpin-pemimpin mereka, tetapi mereka dilempar karenanya. Maka apa yang disampaikannya menurut berita yang sebenarnya, itu benar. Tetapi biasanya mereka bohong dan beritanya mereka tambah-tambah.' [Shahih Muslim]

3.      Adanya perbedaan pendapat dikalangan ulama tentang hukum mempelajari ilmu letak peredaran bulan.

Ilmu perbintangan ada dua jenis:

Yang pertama: Mempelajari pergerakan bintang untuk meramal perkara gaib, dan menganggap bahwa bintang bisa memberi kebaikan dan keburukan. Maka ini hukumnya haram termasuk perkara syirik.

Zaid bin Khalid Al-Juhainiy radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memimpin kami shalat Shubuh di Hudaibiyyah pada suatu malam sehabis turun hujan. Selesai shalat beliau menghadapkan wajahnya kepada orang banyak lalu bersabda:

«هَلْ تَدْرُونَ مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ؟»

"Tahukah kalian apa yang sudah difirmankan oleh Rabb kalian?"

Orang-orang menjawab: "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui."

Beliau lalu bersabda:

" أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِي مُؤْمِنٌ بِي وَكَافِرٌ، فَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ، فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِي كَافِرٌ بِالكَوْكَبِ، وَأَمَّا مَنْ قَالَ: بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا، فَذَلِكَ كَافِرٌ بِي مُؤْمِنٌ بِالكَوْكَبِ " [صحيح البخاري ومسلم]

"Allah berfirman: 'Di pagi ini ada hamba-hamba Ku yang menjadi Mukmin kepada-Ku dan ada pula yang kafir. Orang yang berkata, 'Hujan turun kepada kita karena karunia Allah dan rahmat-Nya', maka dia adalah yang beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang-bintang. Adapun yang berkata, 'Hujan turun disebabkan bintang ini dan itu', maka dia telah kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang-bintang'." [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Abu Musa radhiyallahu 'anhu berkata: Suatu hari terjadi gerhana matahari, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bangkit dengan terkejut, khawatir akan datangnya hari kiamat. Kemudian beliau mendatangi mesjid kemudian shalat dengan berdiri, ruku' dan sujud yang terpanjang yang pernah aku saksikan beliau melakukannya, kemudian bersabda:

«هَذِهِ الآيَاتُ الَّتِي يُرْسِلُ اللَّهُ، لاَ تَكُونُ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ، وَلَكِنْ يُخَوِّفُ اللَّهُ بِهِ عِبَادَهُ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ شَيْئًا مِنْ ذَلِكَ، فَافْزَعُوا إِلَى ذِكْرِهِ وَدُعَائِهِ وَاسْتِغْفَارِهِ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Ini adalah tanda-tanda yang dikirim oleh Allah, bukan karena mati dan hidupnya seseorang, akan tetapi dengannya Allah menakut-nakuti hamba-Nya. Maka jika kalian melihat sesuatu yang seperti itu maka segeralah mengingat-Nya (mendirikan shalat), berdo'a kepada-Nya, dan meminta ampunan-Nya". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dari beberapa sahabat Nabi -radhiyallahu ‘anhum-, Rasulullah -shallallahu 'alaihi wa salam- bersabda:

«إِذَا ذُكِرَتِ النُّجُومُ فَأَمْسِكُوا»

"Jika perbintangan disebutkan maka diamlah." [Ash-Shahihah no.34]

Yang kedua: Memperlajari pergerakan bintang untuk mengetahui arah, tempat, atau waktu. Maka ini hukumnya boleh.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ النُّجُومَ لِتَهْتَدُوا بِهَا فِي ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ قَدْ فَصَّلْنَا الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ} [الأنعام: 97]

Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang mengetahui. [Al-An’am: 97]

{وَأَلْقَى فِي الْأَرْضِ رَوَاسِيَ أَنْ تَمِيدَ بِكُمْ وَأَنْهَارًا وَسُبُلًا لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ (15) وَعَلَامَاتٍ وَبِالنَّجْمِ هُمْ يَهْتَدُونَ} [النحل: 15، 16]

Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk, dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk. [An-Nahl: 15-16]

Lihat: Syarah Kitab Tauhid bab (25); Macam-macam sihir

4.      Ancaman bagi orang yang mempercayai sihir (yang di antara jenisnya adalah ilmu perbintangan), meskipun ia mengetahui akan kebatilannya.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ أُوتُوا نَصِيبًا مِنَ الْكِتَابِ يُؤْمِنُونَ بِالْجِبْتِ وَالطَّاغُوتِ} [النساء: 51]

“Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang diberi bagian dari Al-Kitab? Mereka beriman (percaya) kepada Jibt (sihir) dan Thaghut.” [An-Nisa’: 51]

Ø  Abu Sa'id Al-Khudriy berkata; Rasulullah bersabda:

" لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ صَاحِبُ خَمْسٍ: مُدْمِنُ خَمْرٍ، وَلَا مُؤْمِنٌ بِسِحْرٍ، وَلَا قَاطِعُ رَحِمٍ، وَلَا كَاهِنٌ، وَلَا مَنَّانٌ " [مسند أحمد: حسن لغيره]

"Lima golongan yang tidak akan masuk surga; Peminum arak, orang yang percaya dengan sihir, pemutus silaturrahim, dukun dan mannan (yang mengungkit-ungkit pemberian)." [Musnad Ahmad: Hasan ligairih]

Ø  Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مَنْ اقْتَبَسَ عِلْمًا مِنَ النُّجُومِ، اقْتَبَسَ شُعْبَةً مِنَ السِّحْرِ، زَادَ مَا زَادَ»

“Barangsiapa yang mempelajari sebagian dari ilmu nujum (perbintangan) sesungguhnya dia telah mempelajari sebagian ilmu sihir. Semakin bertambah (ia mempelajari ilmu nujum) semakin bertambah pula (dosanya).” [Sunan Abu Daud: Hasan]

Lihat: Syarah Kitab Tauhid bab (24); Hukum sihir

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Syarah Kitab Tauhid bab (28); Tathayyur (Pemali)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...