بسم الله الرحمن الرحيم
Dalam bab ini, syekh Muhammad bin Abdil
Wahhab rahimahullah menyebutkan 1 atsar, dan 1 hadits yang menyebutkan larangan
mempelajari ilmu nujum (perbintangan).
Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan
–secara mu’allaq (tanpa sanad) dalam “Ash-Shahih” kitab Bad’il
Khalq (awal penciptaan) bab tentang bintang; dari Qatadah rahimahullah
bahwa ia berkata (menafsirkan firman Allah subhanahu wa ta'aalaa):
{وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا
بِمَصَابِيحَ} [الملك: 5] " خَلَقَ هَذِهِ النُّجُومَ لِثَلاَثٍ: جَعَلَهَا زِينَةً
لِلسَّمَاءِ، وَرُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ، وَعَلاَمَاتٍ يُهْتَدَى بِهَا، فَمَنْ
تَأَوَّلَ فِيهَا بِغَيْرِ ذَلِكَ أَخْطَأَ، وَأَضَاعَ نَصِيبَهُ، وَتَكَلَّفَ مَا
لاَ عِلْمَ لَهُ بِهِ "
Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit
yang dekat dengan bintang-bintang. [Al-Mulk: 5] “Allah menciptakan
bintang-bintang ini untuk tiga hikmah: sebagai hiasan langit, sebagai alat
pelempar syetan, dan sebagai tanda untuk petunjuk (arah dan sebagainya). Maka
barangsiapa yang berpendapat selain hal tersebut maka ia telah melakukan
kesalahan, dan menyia-nyiakan nasibnya, serta membebani dirinya dengan hal yang
di luar batas pengetahuannya”.
Sementara tentang mempelajari tata letak peredaran
bulan, Qatadah mengatakan makruh, sedang Ibnu ‘Uyainah tidak
membolehkan, seperti yang diungkapkan oleh Harb dari mereka berdua. Tetapi Imam
Ahmad dan Ishaq memperbolehkan hal tersebut.
Abu Musa radhiyallahu 'anhu
menuturkan: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«ثَلاَثَةٌ لاَ يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ: مُدْمِنُ الْخَمْرِ،
وَقَاطِعُ الرَّحِمِ، وَمُصَدِّقٌ بِالسِّحْرِ»
“Tiga orang yang tidak akan masuk surga:
pecandu khamr (minuman keras), orang yang memutuskan hubungan kekeluargaan, dan
orang yang mempercayai sihir”. [Musnad Ahmad dan Shahih Ibnu Hibban]
Dari hadits dan atsar di atas, syekh –rahimahullah-
menyebutkan 4 poin penting:
1.
Hikmah diciptakannya bintang-bintang.
Allah subhanahu wa ta'aalaa
berfirman:
{وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا
بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ
عَذَابَ السَّعِيرِ} [الملك: 5]
Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit
yang dekat dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu
alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang
menyala-nyala. [Al-Mulk: 5]
{إِنَّا زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا
بِزِينَةٍ الْكَوَاكِبِ (6) وَحِفْظًا مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ مَارِدٍ (7) لَا
يَسَّمَّعُونَ إِلَى الْمَلَإِ الْأَعْلَى وَيُقْذَفُونَ مِنْ كُلِّ جَانِبٍ (8)
دُحُورًا وَلَهُمْ عَذَابٌ وَاصِبٌ (9) إِلَّا مَنْ خَطِفَ الْخَطْفَةَ
فَأَتْبَعَهُ شِهَابٌ ثَاقِبٌ} [الصافات: 6 - 10]
Sesungguhnya Kami telah menghias langit
yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang. Dan telah memeliharanya
(sebenar-benarnya) dari setiap syaitan yang sangat durhaka. Syaitan-syaitan itu
tidak dapat mendengar-dengarkan (pembicaraan) para malaikat dan mereka
dilempari dari segala penjuru. Untuk mengusir mereka dan bagi mereka siksaan
yang kekal. Akan tetapi barangsiapa (di antara mereka) yang mencuri-curi
(pembicaraan); Maka ia dikejar oleh suluh api yang cemerlang.
[Ash-Shaaffaat: 6-10]
Perkataan Qatadah, diriwayatkan oleh Al-Hafidz
Ibnu Hajar dalam kitabnya “Tagliq At-Ta’liq” (3/489) dengan sanad
yang bersambung dan matan yang panjang, ia berkata:
"إِن الله تبَارك
وَتَعَالَى إِنَّمَا خلق هَذِه النُّجُوم لثلاث خِصَال: جعلهَا زِينَة للسماء، وَجعلهَا
يُهتدى بهَا، وَجعلهَا رجوما للشياطين. فَمن تعاطى فِيهَا غير ذَلِك فقد قَالَ
رَأْيه، وَأَخْطَأ حَظه، وأضاع نصِيبه، وتكلف مَا لَا علم لَهُ بِهِ. وَإِن نَاسا
جهلة بِأَمْر الله، فقد أَحْدَثُوا فِي هَذِه النُّجُوم كهَانَة؛ من غرس بِنَجْم
كَذَا وَكَذَا كَانَ كَذَا وَكَذَا، وَمن سَافر بِنَجْم كَذَا وَكَذَا كَانَ كَذَا
وَكَذَا، ولعمري مَا من النُّجُوم نجم إِلَّا يُولد بِهِ الطَّوِيل والقصير
والأحمر والأبيض وَالْحسن والذميم. قَالَ: وَمَا علم هَذِه النُّجُوم وَهَذِه
الدَّابَّة وَهَذَا الطَّائِر بِشَيْء من هَذَا الْغَيْب، وَقضى الله أَنه لَا
يعلم من فِي السَّمَوَات وَالْأَرْض الْغَيْب إِلَّا الله، وَمَا يَشْعُرُونَ
أَيَّانَ يبعثون"
“Sesungguhnya Allah tabaraka wa ta'aalaa
menciptakan bintang-bintang ini hanya untuk tiga perkara: Allah menjadikannya
hiasan untuk langit, menjadikannya petunjuk jalan, dan menjadikannya alat untuk
melempar syaitan. Siapa yang mahami selain itu maka telah berbicara dengan
akalnya semata, menyalahi keberuntungan, melalaikan bagiannya (dari kebaikan),
dan membebani dirinya dengan apa yang ia tidak memiliki ilmu di dalamnya. Dan
sungguh beberapa orang yang bodoh dengan perkara Allah, mereka mengadakan
praktek ramalan dengan bintang-bintang ini (dengan mengatakan); Siapa yang
menanam ketika muncul bintang ini dan itu maka ia mendapatkan ini dan itu,
siapa yang bepergian jauh ketika muncul bintang ini dan itu maka akan terjadi
ini dan itu! Demi Allah, tidak ada bintang yang muncul kecuali telah lahir
orang yang tinggi, pendek, hitam, putih, baik, dan buruk. Bintang ini, hewan
ini, burung ini tidak tahu sedikitpun dari pergara gaib ini, dan Allah telah
menetapkan bahwa sungguh tidak ada seorangpung di langit dan bumi yang
mengetahui perkara yang gaib kecuali Allah, dan mereka tidak mengetahui kapan
mereka akan dibangkitkan".
2.
Sanggahan terhadap orang yang mempunyai anggapan adanya
fungsi lain selain tiga tersebut.
'Abdullah
bin 'Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata: Seorang sahabat Nabi ﷺ dari kalangan Anshar bercerita kepadaku:
أَنَّهُمْ بَيْنَمَا هُمْ جُلُوسٌ
لَيْلَةً مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رُمِيَ بِنَجْمٍ
فَاسْتَنَارَ، فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
«مَاذَا كُنْتُمْ تَقُولُونَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ، إِذَا رُمِيَ بِمِثْلِ هَذَا؟»
قَالُوا: اللهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، كُنَّا نَقُولُ وُلِدَ اللَّيْلَةَ رَجُلٌ
عَظِيمٌ، وَمَاتَ رَجُلٌ عَظِيمٌ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: «فَإِنَّهَا لَا يُرْمَى بِهَا لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ،
وَلَكِنْ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى اسْمُهُ، إِذَا قَضَى أَمْرًا سَبَّحَ
حَمَلَةُ الْعَرْشِ، ثُمَّ سَبَّحَ أَهْلُ السَّمَاءِ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ،
حَتَّى يَبْلُغَ التَّسْبِيحُ أَهْلَ هَذِهِ السَّمَاءِ الدُّنْيَا» ثُمَّ قَالَ:
" الَّذِينَ يَلُونَ حَمَلَةَ الْعَرْشِ لِحَمَلَةِ الْعَرْشِ: مَاذَا قَالَ
رَبُّكُمْ؟ فَيُخْبِرُونَهُمْ مَاذَا قَالَ: قَالَ فَيَسْتَخْبِرُ بَعْضُ أَهْلِ
السَّمَاوَاتِ بَعْضًا، حَتَّى يَبْلُغَ الْخَبَرُ هَذِهِ السَّمَاءَ الدُّنْيَا،
فَتَخْطَفُ الْجِنُّ السَّمْعَ فَيَقْذِفُونَ إِلَى أَوْلِيَائِهِمْ، وَيُرْمَوْنَ
بِهِ، فَمَا جَاءُوا بِهِ عَلَى وَجْهِهِ فَهُوَ حَقٌّ، وَلَكِنَّهُمْ يَقْرِفُونَ
فِيهِ وَيَزِيدُونَ " [صحيح مسلم]
Bahwa
pada suatu malam ketika mereka sedang duduk-duduk bersama Rasulullah ﷺ, tiba-tiba mereka dijatuhi bintang (meteor) yang bersinar. Maka
Rasulullah ﷺ bertanya kepada mereka: 'Apa yang kalian katakan pada masa
jahiliah apabila dijatuhi bintang seperti ini? ' Jawab mereka; 'Allah dan rasul-Nya
yang lebih tahu. Dahulu kami berkomentar; 'Malam ini telah lahir orang yang
besar dan telah meninggal orang yang besar pula.' Maka Rasulullah ﷺ bersabda, 'Sesungguhnya bintang (meteor) itu tidak jatuh karena
meninggalnya seseorang dan tidak pula karena lahirnya seseorang. Tetapi Rabb
kita, yang nama-Nya penuh berkah dan Mahatinggi, apabila Dia memutuskan suatu
urusan, maka bertasbihlah pemikul 'Arasy, kemudian bertasbih pula penduduk
langit setelah mereka, sehingga tasbih mereka terdengar pula oleh penduduk
langit dunia ini. Kemudian orang-orang yang dekat pemikul 'Arasy berkata kepada
mereka; 'Apa yang telah difirmankan Rabb kalian? ' Lalu mereka ceritakan apa
yang telah difirmankan Allah. Maka penduduk langit yang lainnya pun saling
mencari kabar tersebut sesama mereka, sehingga berita itu sampai pula kepada
penduduk langit dunia ini. Berita itu tertangkap oleh bangsa jin, lalu
dibisikkannya kepada pemimpin-pemimpin mereka, tetapi mereka dilempar
karenanya. Maka apa yang disampaikannya menurut berita yang sebenarnya, itu
benar. Tetapi biasanya mereka bohong dan beritanya mereka tambah-tambah.' [Shahih Muslim]
3.
Adanya perbedaan pendapat dikalangan ulama tentang hukum
mempelajari ilmu letak peredaran bulan.
Ilmu perbintangan ada dua jenis:
Yang
pertama: Mempelajari pergerakan
bintang untuk meramal perkara gaib, dan menganggap bahwa bintang bisa memberi
kebaikan dan keburukan. Maka ini hukumnya haram termasuk perkara syirik.
Zaid bin Khalid Al-Juhainiy radhiyallahu
'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memimpin kami
shalat Shubuh di Hudaibiyyah pada suatu malam sehabis turun hujan. Selesai
shalat beliau menghadapkan wajahnya kepada orang banyak lalu bersabda:
«هَلْ تَدْرُونَ مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ؟»
"Tahukah
kalian apa yang sudah difirmankan oleh Rabb kalian?"
Orang-orang menjawab: "Allah dan
Rasul-Nya lebih mengetahui."
Beliau lalu bersabda:
"
أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِي مُؤْمِنٌ بِي وَكَافِرٌ، فَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا
بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ، فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِي كَافِرٌ بِالكَوْكَبِ،
وَأَمَّا مَنْ قَالَ: بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا، فَذَلِكَ كَافِرٌ بِي مُؤْمِنٌ
بِالكَوْكَبِ " [صحيح البخاري ومسلم]
"Allah
berfirman: 'Di pagi ini ada hamba-hamba Ku yang menjadi Mukmin kepada-Ku dan
ada pula yang kafir. Orang yang berkata, 'Hujan turun kepada kita karena
karunia Allah dan rahmat-Nya', maka dia adalah yang beriman kepada-Ku dan kafir
kepada bintang-bintang. Adapun yang berkata, 'Hujan turun disebabkan bintang
ini dan itu', maka dia telah kafir kepada-Ku dan beriman kepada
bintang-bintang'." [Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø Abu Musa radhiyallahu 'anhu berkata: Suatu hari
terjadi gerhana matahari, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bangkit dengan terkejut, khawatir akan datangnya hari kiamat. Kemudian beliau
mendatangi mesjid kemudian shalat dengan berdiri, ruku' dan sujud yang
terpanjang yang pernah aku saksikan beliau melakukannya, kemudian bersabda:
«هَذِهِ الآيَاتُ الَّتِي يُرْسِلُ اللَّهُ،
لاَ تَكُونُ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ، وَلَكِنْ يُخَوِّفُ اللَّهُ بِهِ
عِبَادَهُ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ شَيْئًا مِنْ ذَلِكَ، فَافْزَعُوا إِلَى ذِكْرِهِ
وَدُعَائِهِ وَاسْتِغْفَارِهِ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Ini
adalah tanda-tanda yang dikirim oleh Allah, bukan karena mati dan hidupnya
seseorang, akan tetapi dengannya Allah menakut-nakuti hamba-Nya. Maka jika
kalian melihat sesuatu yang seperti itu maka segeralah mengingat-Nya
(mendirikan shalat), berdo'a kepada-Nya, dan meminta ampunan-Nya". [Sahih
Bukhari dan Muslim]
Ø
Dari beberapa sahabat Nabi -radhiyallahu ‘anhum-,
Rasulullah -shallallahu 'alaihi wa salam- bersabda:
«إِذَا ذُكِرَتِ النُّجُومُ
فَأَمْسِكُوا»
"Jika perbintangan disebutkan
maka diamlah." [Ash-Shahihah no.34]
Yang kedua: Memperlajari pergerakan bintang untuk mengetahui
arah, tempat, atau waktu. Maka ini hukumnya boleh.
Allah
subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{وَهُوَ
الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ النُّجُومَ لِتَهْتَدُوا بِهَا فِي ظُلُمَاتِ الْبَرِّ
وَالْبَحْرِ قَدْ فَصَّلْنَا الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ} [الأنعام: 97]
Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang
bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut.
Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada
orang-orang yang mengetahui. [Al-An’am: 97]
{وَأَلْقَى
فِي الْأَرْضِ رَوَاسِيَ أَنْ تَمِيدَ بِكُمْ وَأَنْهَارًا وَسُبُلًا لَعَلَّكُمْ
تَهْتَدُونَ (15) وَعَلَامَاتٍ وَبِالنَّجْمِ هُمْ يَهْتَدُونَ} [النحل: 15، 16]
Dan Dia menancapkan gunung-gunung di
bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan)
sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk, dan (Dia ciptakan)
tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat
petunjuk. [An-Nahl: 15-16]
Lihat: Syarah Kitab Tauhid bab (25); Macam-macam sihir
4.
Ancaman bagi orang yang mempercayai sihir (yang di antara
jenisnya adalah ilmu perbintangan), meskipun ia mengetahui akan kebatilannya.
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{أَلَمْ تَرَ إِلَى
الَّذِينَ أُوتُوا نَصِيبًا مِنَ الْكِتَابِ يُؤْمِنُونَ بِالْجِبْتِ
وَالطَّاغُوتِ} [النساء: 51]
“Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang
yang diberi bagian dari Al-Kitab? Mereka beriman (percaya) kepada Jibt (sihir) dan
Thaghut.” [An-Nisa’: 51]
Ø Abu Sa'id Al-Khudriy berkata; Rasulullah ﷺ bersabda:
" لَا يَدْخُلُ
الْجَنَّةَ صَاحِبُ خَمْسٍ: مُدْمِنُ خَمْرٍ، وَلَا مُؤْمِنٌ بِسِحْرٍ، وَلَا قَاطِعُ
رَحِمٍ، وَلَا كَاهِنٌ، وَلَا مَنَّانٌ " [مسند
أحمد: حسن لغيره]
"Lima golongan yang tidak akan masuk
surga; Peminum arak, orang yang percaya dengan sihir, pemutus silaturrahim,
dukun dan mannan (yang mengungkit-ungkit pemberian)." [Musnad Ahmad: Hasan
ligairih]
Ø Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma bahwa
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ اقْتَبَسَ عِلْمًا
مِنَ النُّجُومِ، اقْتَبَسَ شُعْبَةً مِنَ السِّحْرِ، زَادَ مَا زَادَ»
“Barangsiapa yang mempelajari sebagian dari
ilmu nujum (perbintangan) sesungguhnya dia telah mempelajari sebagian ilmu
sihir. Semakin bertambah (ia mempelajari ilmu nujum) semakin bertambah pula
(dosanya).” [Sunan Abu Daud: Hasan]
Lihat: Syarah Kitab Tauhid bab (24); Hukum sihir
Wallahu a’lam!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...