بسم الله الرحمن الرحيم
Imam
Bukhari -rahimahullah- berkata:
بَابٌ: إِفْشَاءُ السَّلاَمِ مِنَ
الإِسْلاَمِ
Bab: “Menyebarkan salam bagian dari
Islam”
Dalam
bab ini imam Bukhari menjelaskan bahwa menyebarkan salam adalah bagian dari
amalan Islam dan Iman, sebagaimana ditunjukkan dalam atsar ‘Ammar bin Yasir
yang beliau riwayatkan dengan sanad terputus (mu’allaq), dan
hadits Abdullah bin ‘Amr -radhiyallahu ‘anhum- dengan sanad
bersambung (muttasil).
A. Atsar ‘Ammar bin Yasir radhiyallahu ‘anhuma.
Imam
Bukhari -rahimahullah- berkata:
وقَالَ عَمَّارٌ: "ثَلاَثٌ مَنْ
جَمَعَهُنَّ فَقَدْ جَمَعَ الإِيمَانَ: الإِنْصَافُ مِنْ نَفْسِكَ، وَبَذْلُ
السَّلاَمِ لِلْعَالَمِ، وَالإِنْفَاقُ مِنَ الإِقْتَارِ"
“Dan
‘Ammar berkata: Tiga perkara, siapa yang memilikinya maka ia telah mengumpulkan
keimanan: Sifat adil dari dirimu, menyebarkan salam kepada alam, dan berinfak
dalam kemiskinan”.
Takhrij atsar ‘Ammar:
Diriwayatkan
secara muttasil oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannafnya
(6/172) no.30440, ia berkata:
حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، عَنْ سُفْيَانَ،
عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ صِلَةَ، عَنْ عَمَّارٍ قَالَ: " ثَلَاثٌ مَنْ
جَمَعَهُنَّ جَمَعَ الْإِيمَانَ: الْإِنْصَافُ مِنْ نَفْسِكَ، وَالْإِنْفَاقُ مِنَ
الْإِقْتَارِ، وَبَذْلُ السَّلَامِ لِلْعَالِمِ "
Waki’
telah menceritakan kepada kami, dari Sufyan, dari Abi Ishaq, dari Shilah, dari ‘Ammar,
ia berkata: “Tiga perkara, siapa yang memilikinya maka ia telah mengumpulkan
keimanan: Sifat adil (bijaksana) dari dirimu, menyebarkan salam kepada alam
(siapa saja), dan berinfak dalam kemiskinan”.
Hadits
ini shahih secara mauquf (ucapan
‘Ammar) tapi maknanya marfu’ dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dan telah diriwayatkan secara marfu’ melalui berbagai jalur, namun semua
sanadnya lemah. [Lihat: Tagliq At-Ta’liq karya
Ibnu Hajar 2/36]
Penjelasan singkat
Atsar ‘Ammar bin Yasir:
1. Biografi Ammar bin Yasir radhiyallahu ‘anhuma.
Lihat: Keistimewaan 'Ammar bin Yasir
2. Mengapa orang yang memiliki tiga sifat ini telah
mengumpulkan keimanan?
Al-Hafidz
Ibnu Hajar –rahimahullah-
memberikan penjelasan dalam kitabnya "Fathul Bari" (1/104), yang intinya:
a)
Orang yang memiliki siat adil
dan bijaksana pada dirinya maka tidak akan melalaikan hak-hak Allah sebagai
penciptanya, dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya. Begitu
pula menunaikan kewajibannya kepada seluruh yang punya hak terhadapnya.
Mu'adz
bin Jabal radhiallahu
'anhu berkata:
كُنْتُ رِدْفَ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى حِمَارٍ يُقَالُ لَهُ عُفَيْرٌ فَقَال: «يَا
مُعَاذُ هَلْ تَدْرِي حَقَّ اللَّهِ عَلَى عِبَادِه، وَمَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى
اللَّه؟» قُلْتُ: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ! قَالَ: «فَإِنَّ حَقَّ اللَّهِ
عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلَا يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، وَحَقَّ
الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ أَنْ لَا يُعَذِّبَ مَنْ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا».
فَقُلْت: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا أُبَشِّرُ بِهِ النَّاس؟ قَال: «لَا
تُبَشِّرْهُمْ فَيَتَّكِلُوا»
"Aku pernah membonceng di belakang Nabi shallallahu
'alaihi wasallam di atas seekor keledai yang diberi nama 'Ufair lalu Beliau
bertanya: "Wahai Mu'adz, tahukah kamu apa hak Allah atas para hamba-Nya
dan apa hak para hamba atas Allah?" Aku jawab: "Allah dan Rosul-Nya yang
lebih tahu". Beliau bersabda: "Sesungguhnya hak
Allah atas para hamba-Nya adalah hendankah beribadah kepada-Nya dan tidak
menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun dan hak para hamba-Nya atas Allah adalah
seorang hamba tidak akan disiksa selama dia tidak menyekutukan-Nya dengan
sesuatu apapun". Lalu aku berkata: "Wahai Rasulullah,
apakah boleh aku menyampaikan kabar gembira ini kepada manusia?"
Beliau menjawab: "Jangan kamu beritahukan mereka sebab nanti mereka akan
berpasrah saja". [Shahih Bukhari dan Muslim]
Lihat:
Hadits Mu'adz; Hak Allah atas hamba-Nya
Ø Salman Al-Farisiy berkata kepada Abu Ad-Darda' –radhiyallahu
‘anhuma-:
«إِنَّ لِرَبِّكَ
عَلَيْكَ حَقًّا، وَلِنَفْسِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلِأَهْلِكَ عَلَيْكَ حَقًّا،
فَأَعْطِ كُلَّ ذِي حَقٍّ حَقَّهُ»
"Sesungguhnya
Rabbmu mempunyai hak atasmu, dan jiwamu mempunyai hak atasmu, dan isterimu
mempunyai hak atasmu, maka berilah setiap hak kepada orang yang berhak".
Kemudian
Abu Ad-Darda' menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu ia
menceritakan hal itu. Maka Beliau bersabda: "Salman benar". [Shahih
Bukhari]
b)
Menyebarkan salam mengandung
kemuliaan akhlak, tawadhu’, dan tidak merendahkan orang lain. Sehingga
menimbulkan rasa kasih dan sayang di antara manusia.
Dari
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا
أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا» [سنن أبي داود: صحيح]
"Orang
mu'min yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling baik
akhlaknya". [Sunan Abi Daud: Sahih]
Ø Dari Az-Zubair bin Al 'Awwam radhiyallahu 'anhu;
Nabi ﷺ bersabda:
" دَبَّ إِلَيْكُمْ دَاءُ الأُمَمِ
قَبْلَكُمْ: الحَسَدُ وَالبَغْضَاءُ، هِيَ الحَالِقَةُ، لَا أَقُولُ تَحْلِقُ
الشَّعَرَ وَلَكِنْ تَحْلِقُ الدِّينَ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا تَدْخُلُوا
الجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا، وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا، أَفَلَا
أُنَبِّئُكُمْ بِمَا يُثَبِّتُ ذَلِكَ لَكُمْ؟ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ
" [سنن الترمذي: حسن]
"Penyakit umat-umat sebelum
kalian merayap mendatangi kalian; hasad dan kebencian, itu memangkas. Aku tidak
mengatakan memangkas rambut tapi memangkas agama. Demi Dzat yang jiwaku ada di
tangan-Nya, kalian tidak masuk surga hingga kalian beriman dan kalian tidak
beriman hingga kalian saling menyintai. Maukah kalian aku beritahu yang
menguatkan hal itu pada kalian?! Yaitu sebarkanlah salam diantara kalian."
[Sunan Tirmidziy: Hasan]
Ø
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu; Nabi ﷺ bersabda:
«يُسَلِّمُ الصَّغِيرُ
عَلَى الكَبِيرِ»
"Hendaknya yang muda memberi salam kepada yang tua”.
Ø
Dalam riwayat lain;
«يُسَلِّمُ الرَّاكِبُ
عَلَى المَاشِي، وَالمَاشِي عَلَى القَاعِدِ، وَالقَلِيلُ عَلَى الكَثِيرِ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Hendaknya orang yang berkendara
memberi salam kepada yang berjalan, dan yang berjalan memberi salam kepada yang
duduk dan (rombongan) yang sedikit kepada (rombongan) yang banyak."
[Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Anas radhiyallahu ‘anhu berkata;
«أَتَى عَلَيَّ رَسُولُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَأَنَا أَلْعَبُ مَعَ الْغِلْمَانِ،
قَالَ: فَسَلَّمَ عَلَيْنَا» [صحيح مسلم]
“Saya pernah didatangi oleh Rasulullah ﷺ ketika saya sedang bermain dengan
teman-teman yang lain. Kemudian beliau mengucapkan salam kepada kami”. [Shahih
Muslim]
Lihat: Adab memberi dan menjawab salam
c)
Berinfak dalam keadaan susah
adalah puncak kedermawanan, karena tentunya saat ia berkecukupan akan lebih
banyak lagi berinfak, baik kepada keluarga atau setiap orang yang membutuhkan.
Allah
subhanahu wata'ala berfirman:
{وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ
وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا
يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى
أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ} [الحشر:
9]
"Dan orang-orang yang telah menempati kota
Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin),
mereka (Anshar) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan
mereka (Anshar) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang
diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang
Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan". [Al-Hasyr:9]
Ø Dari Abu Hurairah
radhiyallahu 'anhu:
أَنَّ رَجُلًا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَبَعَثَ إِلَى نِسَائِهِ فَقُلْنَ: مَا مَعَنَا إِلَّا
المَاءُ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ يَضُمُّ
أَوْ يُضِيفُ هَذَا»، فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ: أَنَا، فَانْطَلَقَ بِهِ
إِلَى امْرَأَتِهِ، فَقَالَ: أَكْرِمِي ضَيْفَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَتْ: مَا عِنْدَنَا إِلَّا قُوتُ صِبْيَانِي، فَقَالَ:
هَيِّئِي طَعَامَكِ، وَأَصْبِحِي سِرَاجَكِ، وَنَوِّمِي صِبْيَانَكِ إِذَا
أَرَادُوا عَشَاءً، فَهَيَّأَتْ طَعَامَهَا، وَأَصْبَحَتْ سِرَاجَهَا، وَنَوَّمَتْ
صِبْيَانَهَا، ثُمَّ قَامَتْ كَأَنَّهَا تُصْلِحُ سِرَاجَهَا فَأَطْفَأَتْهُ،
فَجَعَلاَ يُرِيَانِهِ أَنَّهُمَا يَأْكُلاَنِ، فَبَاتَا طَاوِيَيْنِ، فَلَمَّا
أَصْبَحَ غَدَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ:
«ضَحِكَ اللَّهُ اللَّيْلَةَ، أَوْ عَجِبَ، مِنْ فَعَالِكُمَا» فَأَنْزَلَ
اللَّهُ: {وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ
يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ المُفْلِحُونَ} [الحشر:
9] [صحيح البخاري ومسلم]
Bahwa
ada seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu
beliau mengutus kepada istri-istri beliau (menanyakan tetang hidangan untuk
tamu).
Para
istri beliau berkata; "Kami tidak punya apa-apa selain air".
Maka
kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepada orang banyak:
"Siapakah yang mau mengajak atau menjamu orang ini?".
Maka
seorang laki-laki dari Anshar berkata; "Aku".
Sahabat
Anshar itu pulang bersama laki-laki tadi menemui istrinya lalu berkata;
"Muliakanlah tamu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ini".
Istrinya
berkata; "Kita tidak memiliki apa-apa kecuali sepotong roti untuk anakku".
Sahabat
Anshar itu berkata; Suguhkanlah makanan kamu itu lalu matikanlah lampu dan
tidurkanlah anakmu".
Ketika
mereka hendak menikmati makan malam, maka istrinya menyuguhkan makanan itu lalu
mematikan lampu dan menidurkan anaknya kemudian dia berdiri seakan hendak
memperbaiki lampunya, lalu dimatikannya kembali. Suami-istri hanya
menggerak-gerakkan mulutnya (seperti mengunyah sesuatu) seolah keduanya ikut menikmati
hidangan. Kemudian keduanya tidur dalam keadaan lapar karena tidak makan malam.
Ketika pagi harinya, pasangan suami istri itu menemui Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam.
Maka
beliau berkata: "Malam ini Allah tertawa atau terkagum-kagum karena perbuatan
kalian berdua". Maka kemudian Allah menurunkan firman-Nya: {"Dan
mereka lebih mengutamakan orang lain (Muhajirin) dari pada diri mereka sendiri
sekalipun mereka memerlukan apa yang mereka berikan itu. Dan siapa yang
dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung"}.
[Al-Hasyr: 9] [Shahih Bukhari dan Mulism]
Ø Abu Hurairah radhiallahu'anhu berkata;
قَالَ رَجُلٌ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الصَّدَقَةِ أَفْضَلُ؟ قَالَ:
«أَنْ تَصَدَّقَ وَأَنْتَ صَحِيحٌ حَرِيصٌ، تَأْمُلُ الغِنَى، وَتَخْشَى الفَقْرَ،
وَلاَ تُمْهِلْ حَتَّى إِذَا بَلَغَتِ الحُلْقُومَ، قُلْتَ لِفُلاَنٍ كَذَا،
وَلِفُلاَنٍ كَذَا، وَقَدْ كَانَ لِفُلاَنٍ» [صحيح
البخاري ومسلم]
Ada
seorang laki-laki bertanya kepada Nabi ﷺ, "Wahai Rasulullah, shadaqah mana
yang lebih utama?" Beliau menjawab, "Kamu bershadaqah ketika kamu
dalam keadaan sehat dan rakus (membutuhkan), kamu berangan-angan jadi orang
kaya dan takut menjadi faqir. Maka janganlah kamu menunda-nundanya hingga
ketika nyawamu berada di tenggorakannmu (kamu baru mau bershadaqah), lalu kamu
berkata untuk si fulan segini dan si fulan segini padahal harta itu telah
menjadi milik si fulan". [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ini juga mengandung sikap yakin terhadap Allah, zuhud dari kenikmatan
dunia, dan pendek angan-angan yang merupakan modal utama dalam perkara akhirat.
Dari
Abu Malik Al-Asy'ariy radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
«الصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ» [صحيح
مسلم]
"Dan sedekah adalah bukti (keimanan)".
[Sahih Muslim]
Ø Dari Sahl bin Sa'd
As-Sa'idiy radhiyallahu 'anhuma berkata: "Seorang laki-laki
datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam seraya berkata,
"Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku suatu amalan yang jika aku
kerjakan maka Allah dan seluruh manusia akan mencintaiku."
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«ازْهَدْ فِي
الدُّنْيَا يُحِبَّكَ اللَّهُ، وَازْهَدْ فِيمَا فِي أَيْدِي النَّاسِ يُحِبُّكَ
النَّاسُ»
"Berlakulah zuhud
dalam urusan dunia niscaya kamu akan dicintai Allah, dan zuhudlah kamu terhadap
apa yang dimiliki orang lain niscaya kamu akan dicintai orang-orang."
[Sunan Ibnu Majah: Shahih]
B. Hadits Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma.
Imam
Bukhari -rahimahullah- berkata:
28 - حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ [بن سعيد]،
قَالَ: حَدَّثَنَا اللَّيْثُ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي حَبِيبٍ، عَنْ أَبِي
الخَيْرِ [مَرْثَدُ بنُ عَبْدِ اللهِ اليَزَنِيُّ]، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
عَمْرٍو، أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
أَيُّ الإِسْلاَمِ خَيْرٌ؟ قَالَ: «تُطْعِمُ الطَّعَامَ، وَتَقْرَأُ السَّلاَمَ
عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ»
Telah
menceritakan kepada kami Qutaibah [bin Sa’id], ia berkata: Telah menceritakan
kepada kami Al-Laits, dari Yazid bin Abu Habib, dari Abu Al Khair [Martsad bin
Abdillah Al-Yazaniy], dari Abdullah bin 'Amru; bahwa ada seseorang
bertanya kepada Rasulullah ﷺ, "Islam manakah yang paling
baik?" Nabi ﷺ menjawab, "Kamu memberi makan dan memberi salam kepada
orang yang kamu kenal dan yang tidak kamu kenal".
Nb: Hadits
ini sudah dijelaskan pada bab sebelumnya (06); Memberi makan bagian dari Islam
Wallahu a’lam!
Lihat
juga: Kitab Iman bab 19; Jika Islam bukan makna secara hakikatnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...