Kamis, 10 Maret 2022

Kitab Iman bab 20; Menyebarkan salam bagian dari Islam

بسم الله الرحمن الرحيم

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

بَابٌ: إِفْشَاءُ السَّلاَمِ مِنَ الإِسْلاَمِ

Bab: “Menyebarkan salam bagian dari Islam”

Dalam bab ini imam Bukhari menjelaskan bahwa menyebarkan salam adalah bagian dari amalan Islam dan Iman, sebagaimana ditunjukkan dalam atsar ‘Ammar bin Yasir yang beliau riwayatkan dengan sanad terputus (mu’allaq), dan hadits Abdullah bin ‘Amr -radhiyallahu ‘anhum- dengan sanad bersambung (muttasil).

A.    Atsar ‘Ammar bin Yasir radhiyallahu ‘anhuma.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

وقَالَ عَمَّارٌ: "ثَلاَثٌ مَنْ جَمَعَهُنَّ فَقَدْ جَمَعَ الإِيمَانَ: الإِنْصَافُ مِنْ نَفْسِكَ، وَبَذْلُ السَّلاَمِ لِلْعَالَمِ، وَالإِنْفَاقُ مِنَ الإِقْتَارِ"

“Dan ‘Ammar berkata: Tiga perkara, siapa yang memilikinya maka ia telah mengumpulkan keimanan: Sifat adil dari dirimu, menyebarkan salam kepada alam, dan berinfak dalam kemiskinan”.

Takhrij atsar ‘Ammar:

Diriwayatkan secara muttasil oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannafnya (6/172) no.30440, ia berkata:

حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، عَنْ سُفْيَانَ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ صِلَةَ، عَنْ عَمَّارٍ قَالَ: " ثَلَاثٌ مَنْ جَمَعَهُنَّ جَمَعَ الْإِيمَانَ: الْإِنْصَافُ مِنْ نَفْسِكَ، وَالْإِنْفَاقُ مِنَ الْإِقْتَارِ، وَبَذْلُ السَّلَامِ لِلْعَالِمِ "

Waki’ telah menceritakan kepada kami, dari Sufyan, dari Abi Ishaq, dari Shilah, dari ‘Ammar, ia berkata: “Tiga perkara, siapa yang memilikinya maka ia telah mengumpulkan keimanan: Sifat adil (bijaksana) dari dirimu, menyebarkan salam kepada alam (siapa saja), dan berinfak dalam kemiskinan”.

Hadits ini shahih secara mauquf (ucapan ‘Ammar) tapi maknanya marfu’ dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan telah diriwayatkan secara marfu’ melalui berbagai jalur, namun semua sanadnya lemah. [Lihat: Tagliq At-Ta’liq karya Ibnu Hajar 2/36]

Penjelasan singkat Atsar ‘Ammar bin Yasir:

1.      Biografi Ammar bin Yasir radhiyallahu ‘anhuma.

Lihat: Keistimewaan 'Ammar bin Yasir

2.      Mengapa orang yang memiliki tiga sifat ini telah mengumpulkan keimanan?

Al-Hafidz Ibnu Hajarrahimahullah- memberikan penjelasan dalam kitabnya "Fathul Bari" (1/104), yang intinya:

a)      Orang yang memiliki siat adil dan bijaksana pada dirinya maka tidak akan melalaikan hak-hak Allah sebagai penciptanya, dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya. Begitu pula menunaikan kewajibannya kepada seluruh yang punya hak terhadapnya.

Mu'adz bin Jabal radhiallahu 'anhu berkata:

كُنْتُ رِدْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى حِمَارٍ يُقَالُ لَهُ عُفَيْرٌ فَقَال: «يَا مُعَاذُ هَلْ تَدْرِي حَقَّ اللَّهِ عَلَى عِبَادِه، وَمَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّه؟» قُلْتُ: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ! قَالَ: «فَإِنَّ حَقَّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلَا يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، وَحَقَّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ أَنْ لَا يُعَذِّبَ مَنْ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا». فَقُلْت: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا أُبَشِّرُ بِهِ النَّاس؟ قَال: «لَا تُبَشِّرْهُمْ فَيَتَّكِلُوا»

"Aku pernah membonceng di belakang Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di atas seekor keledai yang diberi nama 'Ufair lalu Beliau bertanya: "Wahai Mu'adz, tahukah kamu apa hak Allah atas para hamba-Nya dan apa hak para hamba atas Allah?" Aku jawab: "Allah dan Rosul-Nya yang lebih tahu". Beliau bersabda: "Sesungguhnya hak Allah atas para hamba-Nya adalah hendankah beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun dan hak para hamba-Nya atas Allah adalah seorang hamba tidak akan disiksa selama dia tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun". Lalu aku berkata: "Wahai Rasulullah, apakah boleh aku menyampaikan kabar gembira ini kepada manusia?" Beliau menjawab: "Jangan kamu beritahukan mereka sebab nanti mereka akan berpasrah saja". [Shahih Bukhari dan Muslim]

Lihat: Hadits Mu'adz; Hak Allah atas hamba-Nya

Ø  Salman Al-Farisiy berkata kepada Abu Ad-Darda'radhiyallahu ‘anhuma-:

«إِنَّ لِرَبِّكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلِنَفْسِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلِأَهْلِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، فَأَعْطِ كُلَّ ذِي حَقٍّ حَقَّهُ»

"Sesungguhnya Rabbmu mempunyai hak atasmu, dan jiwamu mempunyai hak atasmu, dan isterimu mempunyai hak atasmu, maka berilah setiap hak kepada orang yang berhak".

Kemudian Abu Ad-Darda' menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu ia menceritakan hal itu. Maka Beliau bersabda: "Salman benar". [Shahih Bukhari]

b)      Menyebarkan salam mengandung kemuliaan akhlak, tawadhu’, dan tidak merendahkan orang lain. Sehingga menimbulkan rasa kasih dan sayang di antara manusia.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا» [سنن أبي داود: صحيح]

"Orang mu'min yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling baik akhlaknya". [Sunan Abi Daud: Sahih]

Ø  Dari Az-Zubair bin Al 'Awwam radhiyallahu 'anhu; Nabi bersabda:

" دَبَّ إِلَيْكُمْ دَاءُ الأُمَمِ قَبْلَكُمْ: الحَسَدُ وَالبَغْضَاءُ، هِيَ الحَالِقَةُ، لَا أَقُولُ تَحْلِقُ الشَّعَرَ وَلَكِنْ تَحْلِقُ الدِّينَ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا تَدْخُلُوا الجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا، وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا، أَفَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِمَا يُثَبِّتُ ذَلِكَ لَكُمْ؟ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ " [سنن الترمذي: حسن]

"Penyakit umat-umat sebelum kalian merayap mendatangi kalian; hasad dan kebencian, itu memangkas. Aku tidak mengatakan memangkas rambut tapi memangkas agama. Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, kalian tidak masuk surga hingga kalian beriman dan kalian tidak beriman hingga kalian saling menyintai. Maukah kalian aku beritahu yang menguatkan hal itu pada kalian?! Yaitu sebarkanlah salam diantara kalian." [Sunan Tirmidziy: Hasan]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Nabi bersabda:

«يُسَلِّمُ الصَّغِيرُ عَلَى الكَبِيرِ»

"Hendaknya yang muda memberi salam kepada yang tua”.

Ø  Dalam riwayat lain;

«يُسَلِّمُ الرَّاكِبُ عَلَى المَاشِي، وَالمَاشِي عَلَى القَاعِدِ، وَالقَلِيلُ عَلَى الكَثِيرِ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Hendaknya orang yang berkendara memberi salam kepada yang berjalan, dan yang berjalan memberi salam kepada yang duduk dan (rombongan) yang sedikit kepada (rombongan) yang banyak." [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Anas radhiyallahu ‘anhu berkata;

«أَتَى عَلَيَّ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَأَنَا أَلْعَبُ مَعَ الْغِلْمَانِ، قَالَ: فَسَلَّمَ عَلَيْنَا» [صحيح مسلم]

“Saya pernah didatangi oleh Rasulullah ketika saya sedang bermain dengan teman-teman yang lain. Kemudian beliau mengucapkan salam kepada kami”. [Shahih Muslim]

Lihat: Adab memberi dan menjawab salam

c)       Berinfak dalam keadaan susah adalah puncak kedermawanan, karena tentunya saat ia berkecukupan akan lebih banyak lagi berinfak, baik kepada keluarga atau setiap orang yang membutuhkan.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ} [الحشر: 9]

"Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshar) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshar) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan". [Al-Hasyr:9]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu:

أَنَّ رَجُلًا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَبَعَثَ إِلَى نِسَائِهِ فَقُلْنَ: مَا مَعَنَا إِلَّا المَاءُ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ يَضُمُّ أَوْ يُضِيفُ هَذَا»، فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ: أَنَا، فَانْطَلَقَ بِهِ إِلَى امْرَأَتِهِ، فَقَالَ: أَكْرِمِي ضَيْفَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَتْ: مَا عِنْدَنَا إِلَّا قُوتُ صِبْيَانِي، فَقَالَ: هَيِّئِي طَعَامَكِ، وَأَصْبِحِي سِرَاجَكِ، وَنَوِّمِي صِبْيَانَكِ إِذَا أَرَادُوا عَشَاءً، فَهَيَّأَتْ طَعَامَهَا، وَأَصْبَحَتْ سِرَاجَهَا، وَنَوَّمَتْ صِبْيَانَهَا، ثُمَّ قَامَتْ كَأَنَّهَا تُصْلِحُ سِرَاجَهَا فَأَطْفَأَتْهُ، فَجَعَلاَ يُرِيَانِهِ أَنَّهُمَا يَأْكُلاَنِ، فَبَاتَا طَاوِيَيْنِ، فَلَمَّا أَصْبَحَ غَدَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: «ضَحِكَ اللَّهُ اللَّيْلَةَ، أَوْ عَجِبَ، مِنْ فَعَالِكُمَا» فَأَنْزَلَ اللَّهُ: {وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ المُفْلِحُونَ} [الحشر: 9] [صحيح البخاري ومسلم]

Bahwa ada seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu beliau mengutus kepada istri-istri beliau (menanyakan tetang hidangan untuk tamu).

Para istri beliau berkata; "Kami tidak punya apa-apa selain air".

Maka kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepada orang banyak: "Siapakah yang mau mengajak atau menjamu orang ini?".

Maka seorang laki-laki dari Anshar berkata; "Aku".

Sahabat Anshar itu pulang bersama laki-laki tadi menemui istrinya lalu berkata; "Muliakanlah tamu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ini".

Istrinya berkata; "Kita tidak memiliki apa-apa kecuali sepotong roti untuk anakku".

Sahabat Anshar itu berkata; Suguhkanlah makanan kamu itu lalu matikanlah lampu dan tidurkanlah anakmu".

Ketika mereka hendak menikmati makan malam, maka istrinya menyuguhkan makanan itu lalu mematikan lampu dan menidurkan anaknya kemudian dia berdiri seakan hendak memperbaiki lampunya, lalu dimatikannya kembali. Suami-istri hanya menggerak-gerakkan mulutnya (seperti mengunyah sesuatu) seolah keduanya ikut menikmati hidangan. Kemudian keduanya tidur dalam keadaan lapar karena tidak makan malam. Ketika pagi harinya, pasangan suami istri itu menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.

Maka beliau berkata: "Malam ini Allah tertawa atau terkagum-kagum karena perbuatan kalian berdua". Maka kemudian Allah menurunkan firman-Nya: {"Dan mereka lebih mengutamakan orang lain (Muhajirin) dari pada diri mereka sendiri sekalipun mereka memerlukan apa yang mereka berikan itu. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung"}. [Al-Hasyr: 9] [Shahih Bukhari dan Mulism]

Ø  Abu Hurairah radhiallahu'anhu berkata;

قَالَ رَجُلٌ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الصَّدَقَةِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: «أَنْ تَصَدَّقَ وَأَنْتَ صَحِيحٌ حَرِيصٌ، تَأْمُلُ الغِنَى، وَتَخْشَى الفَقْرَ، وَلاَ تُمْهِلْ حَتَّى إِذَا بَلَغَتِ الحُلْقُومَ، قُلْتَ لِفُلاَنٍ كَذَا، وَلِفُلاَنٍ كَذَا، وَقَدْ كَانَ لِفُلاَنٍ» [صحيح البخاري ومسلم]

Ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi , "Wahai Rasulullah, shadaqah mana yang lebih utama?" Beliau menjawab, "Kamu bershadaqah ketika kamu dalam keadaan sehat dan rakus (membutuhkan), kamu berangan-angan jadi orang kaya dan takut menjadi faqir. Maka janganlah kamu menunda-nundanya hingga ketika nyawamu berada di tenggorakannmu (kamu baru mau bershadaqah), lalu kamu berkata untuk si fulan segini dan si fulan segini padahal harta itu telah menjadi milik si fulan". [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ini juga mengandung sikap yakin terhadap Allah, zuhud dari kenikmatan dunia, dan pendek angan-angan yang merupakan modal utama dalam perkara akhirat.

Dari Abu Malik Al-Asy'ariy radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«الصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ» [صحيح مسلم]

"Dan sedekah adalah bukti (keimanan)". [Sahih Muslim]

Ø  Dari Sahl bin Sa'd As-Sa'idiy radhiyallahu 'anhuma berkata: "Seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam seraya berkata, "Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku suatu amalan yang jika aku kerjakan maka Allah dan seluruh manusia akan mencintaiku."

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«ازْهَدْ فِي الدُّنْيَا يُحِبَّكَ اللَّهُ، وَازْهَدْ فِيمَا فِي أَيْدِي النَّاسِ يُحِبُّكَ النَّاسُ»

"Berlakulah zuhud dalam urusan dunia niscaya kamu akan dicintai Allah, dan zuhudlah kamu terhadap apa yang dimiliki orang lain niscaya kamu akan dicintai orang-orang." [Sunan Ibnu Majah: Shahih]

B.     Hadits Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

28 - حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ [بن سعيد]، قَالَ: حَدَّثَنَا اللَّيْثُ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي حَبِيبٍ، عَنْ أَبِي الخَيْرِ [مَرْثَدُ بنُ عَبْدِ اللهِ اليَزَنِيُّ]، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّ الإِسْلاَمِ خَيْرٌ؟ قَالَ: «تُطْعِمُ الطَّعَامَ، وَتَقْرَأُ السَّلاَمَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ»

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah [bin Sa’id], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Al-Laits, dari Yazid bin Abu Habib, dari Abu Al Khair [Martsad bin Abdillah Al-Yazaniy], dari Abdullah bin 'Amru; bahwa ada seseorang bertanya kepada Rasulullah , "Islam manakah yang paling baik?" Nabi menjawab, "Kamu memberi makan dan memberi salam kepada orang yang kamu kenal dan yang tidak kamu kenal".

Nb: Hadits ini sudah dijelaskan pada bab sebelumnya (06); Memberi makan bagian dari Islam

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Kitab Iman bab 19; Jika Islam bukan makna secara hakikatnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...