بسم الله الرحمن الرحيم
Imam
Bukhari -rahimahullah- berkata:
بَابُ إِذَا لَمْ يَكُنِ الإِسْلاَمُ
عَلَى الحَقِيقَةِ، وَكَانَ عَلَى الِاسْتِسْلاَمِ أَوِ الخَوْفِ مِنَ القَتْلِ
Bab: “Jika Islam bukan makna secara
hakikatnya yaitu pasrah atau takut dibunuh”
Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan
bahwa kata “Islam” memiliki dua makna, yaitu: Hakiki yang sesuai dengan
syari’at dan makna dzahir (bahasa). Dan Islam yang bermanfaat hanya yang sesuai
makna syari’ah yaitu Islam yang didasari dengan keimanan bukan Islam secara
dzahir semata yang didorong hanya karena rasa takut atau mengharapkan dunia. Kemudian
menyebutkan beberapa ayat dan hadits dari Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu
'anhu.
Imam
Bukhari -rahimahullah- berkata:
لِقَوْلِهِ تَعَالَى: {قَالَتِ الأَعْرَابُ آمَنَّا قُلْ لَمْ
تُؤْمِنُوا وَلَكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي
قُلُوبِكُمْ} [الحجرات:
14]
Karena firman Allah ta’aalaa: {Orang-orang
Arab Badui berkata, “Kami telah beriman!” Katakanlah (kepada mereka), “Kamu
belum beriman, tetapi katakanlah ‘Kami telah tunduk (Islam), karena iman
belum masuk ke dalam hatimu”}
[Al-Hujurat: 14]
فَإِذَا كَانَ عَلَى الحَقِيقَةِ، فَهُوَ عَلَى قَوْلِهِ جَلَّ
ذِكْرُهُ: {إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإِسْلاَمُ} [آل عمران: 19]
Dan jika Islamnya sesuai dengan hakikatnya,
maka ia sesuai dengan firman Allah jalla dzikruh: {Sesungguhnya agama
(yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam} [Ali 'Imran:19]
Lihat: Keistimewaan agama Islam
Imam
Bukhari -rahimahullah- berkata:
27 - حَدَّثَنَا أَبُو
اليَمَانِ [الحَكَم بن نافع البَهْراني]، قَالَ: أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ [بن أبي
حمزة]، عَنِ الزُّهْرِيِّ، قَالَ: أَخْبَرَنِي عَامِرُ بْنُ سَعْدِ بْنِ أَبِي
وَقَّاصٍ، عَنْ سَعْدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَعْطَى رَهْطًا وَسَعْدٌ جَالِسٌ، فَتَرَكَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلًا هُوَ أَعْجَبُهُمْ إِلَيَّ، فَقُلْتُ:
يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا لَكَ عَنْ فُلاَنٍ فَوَاللَّهِ إِنِّي لَأَرَاهُ
مُؤْمِنًا، فَقَالَ: «أَوْ مُسْلِمًا» فَسَكَتُّ قَلِيلًا، ثُمَّ غَلَبَنِي مَا
أَعْلَمُ مِنْهُ، فَعُدْتُ لِمَقَالَتِي، فَقُلْتُ: مَا لَكَ عَنْ فُلاَنٍ؟
فَوَاللَّهِ إِنِّي لَأَرَاهُ مُؤْمِنًا، فَقَالَ: «أَوْ مُسْلِمًا». ثُمَّ
غَلَبَنِي مَا أَعْلَمُ مِنْهُ فَعُدْتُ لِمَقَالَتِي، وَعَادَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ قَالَ: «يَا سَعْدُ إِنِّي لَأُعْطِي
الرَّجُلَ، وَغَيْرُهُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْهُ، خَشْيَةَ أَنْ يَكُبَّهُ اللَّهُ
فِي النَّارِ»
Telah menceritakan kepada kami Abu Al-Yaman
[Al-Hakam bin Nafi' Al-Bahraniy], ia berkata: Telah mengabarkan kepada kami
Syu'aib [bin Abi Hamzah], dari Az-Zuhriy, ia berkata: Telah mengabarkan
kepadaku 'Amir bin Sa'd bin Abu Waqash, dari Sa'd radhiyallahu 'anhu,
bahwa Rasulullah ﷺ memberikan makanan
kepada beberapa orang dan saat itu Sa'd sedang duduk. Tetapi beliau tidak
memberi makanan tersebut kepada seorang laki-laki, padahal orang tersebut yang
paling berkesan bagiku diantara mereka yang ada, maka aku bertanya kepada
Rasulullah ﷺ, "Wahai
Rasulullah, bagaimana dengan si fulan? Sungguh aku melihat dia sebagai seorang
mukmin." Nabi ﷺ membalas, "Atau
dia muslim?" Kemudian aku terdiam sejenak, dan aku terdorong untuk lebih
memastikan apa yang dimaksud Beliau ﷺ,
maka aku ulangi ucapanku, "Wahai Rasulullah, bagaimana dengan si fulan?
Sungguh aku memandangnya sebagai seorang mukmin." Nabi ﷺ membalas, "Atau dia muslim?" Lalu aku terdorong lagi
untuk lebih memastikan apa yang dimaksudnya hingga aku ulangi lagi
pertanyaanku. Lalu Nabi ﷺ bersabda, "Wahai
Sa'd, sesungguhnya aku memberi harta kepada seseorang padahal orang yang
lainnya aku lebih sukai daripada dia (dan aku tidak memberinya sesuatu), karena
aku takut kalau Allah akan mencampakkannya ke neraka".
Imam
Bukhari -rahimahullah- berkata:
وَرَوَاهُ يُونُسُ، وَصَالِحٌ،
وَمَعْمَرٌ، وَابْنُ أَخِي الزُّهْرِيِّ، عَنِ الزُّهْرِيِّ
“Yunus, Shalih, Ma'mar dan keponakan Az-Zuhriy,
telah meriwayatkan dari Az-Zuhriy”.
Penjelasan singkat hadits ini:
1.
Biografi Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu 'anhu.
Lihat: Keistimewaan Sa’ad bin Abi Waqqash
2.
Sifat dermawan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu
berkata:
" مَا سُئِلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الْإِسْلَامِ شَيْئًا إِلَّا أَعْطَاهُ، قَالَ:
فَجَاءَهُ رَجُلٌ فَأَعْطَاهُ غَنَمًا بَيْنَ جَبَلَيْنِ، فَرَجَعَ إِلَى
قَوْمِهِ، فَقَالَ: يَا قَوْمِ أَسْلِمُوا، فَإِنَّ مُحَمَّدًا يُعْطِي عَطَاءً
لَا يَخْشَى الْفَاقَةَ "
"Tidak pernah Rasulullah ﷺ dimintai sesuatu
karena Islam, melainkan selalu dipenuhinya. Pada suatu hari datang kepada
beliau seorang laki-laki, lalu diberinya sekelompok kambing yang memenuhi
antara dua bukit. Kemudian orang itu pulang ke kampungnya dan berseru kepada
kaumnya: "Hai, kaumku! Masuk Islam-lah kalian semuanya! Sesungguhnya
Muhammad telah memberiku suatu pemberian tanpa ada rasa takut miskin."
[Sahih Bukhari]
3.
Perbedaan makna iman dan islam.
Jika kata Iman dan Islam digunakan dalam satu kalimat
(bergandengan), maka kata Islam berarti penyerahan diri dengan melakukan ibadah
dzahir berupa perkataan lisan dan aktifitas anggota badan (melaksanakan rukun
Islam dan amal shaleh lainnya). Adapun kata iman diartikan sebagai penyerahan
diri dengan ibadah batin yaitu meyakini rukun Iman dan melakukan amalan hati.
Adapun jika digunakan secara terpisah
maka maka Iman sama dengan makna Islam, yaitu menjalankan ajaran agama Islam
secara utuh dengan penuh keimanan.
Allah subhanahu
wata'ala berfirman:
{إِنَّمَا
الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا
تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ
يَتَوَكَّلُونَ (2) الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ
يُنْفِقُونَ (3) أُولَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَهُمْ دَرَجَاتٌ عِنْدَ
رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ} [الأنفال: 2 - 4]
Sesungguhnya
orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah
hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang
yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami
berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya.
Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan
serta rezki (nikmat) yang mulia. [Al-Anfaal: 2-4]
Lihat: Keimanan dan kekafiran
4.
Boleh memilah-milih dalam memberi sesuai dengan maslahatnya.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu
'anhu;
أَنَّ نَاسًا مِنَ الأَنْصَارِ قَالُوا
لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، حِينَ أَفَاءَ اللَّهُ عَلَى
رَسُولِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ أَمْوَالِ هَوَازِنَ مَا أَفَاءَ،
فَطَفِقَ يُعْطِي رِجَالًا مِنْ قُرَيْشٍ المِائَةَ مِنَ الإِبِلِ، فَقَالُوا:
يَغْفِرُ اللَّهُ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يُعْطِي
قُرَيْشًا وَيَدَعُنَا، وَسُيُوفُنَا تَقْطُرُ مِنْ دِمَائِهِمْ، قَالَ أَنَسٌ:
فَحُدِّثَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَقَالَتِهِمْ،
فَأَرْسَلَ إِلَى الأَنْصَارِ، فَجَمَعَهُمْ فِي قُبَّةٍ مِنْ أَدَمٍ، وَلَمْ
يَدْعُ مَعَهُمْ أَحَدًا غَيْرَهُمْ، فَلَمَّا اجْتَمَعُوا جَاءَهُمْ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: «مَا كَانَ حَدِيثٌ بَلَغَنِي
عَنْكُمْ». قَالَ لَهُ فُقَهَاؤُهُمْ: أَمَّا ذَوُو آرَائِنَا يَا رَسُولَ
اللَّهِ، فَلَمْ يَقُولُوا شَيْئًا، وَأَمَّا أُنَاسٌ مِنَّا حَدِيثَةٌ
أَسْنَانُهُمْ، فَقَالُوا: يَغْفِرُ اللَّهُ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يُعْطِي قُرَيْشًا، وَيَتْرُكُ الأَنْصَارَ، وَسُيُوفُنَا تَقْطُرُ
مِنْ دِمَائِهِمْ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
«إِنِّي أُعْطِي رِجَالًا حَدِيثٌ عَهْدُهُمْ بِكُفْرٍ، أَمَا تَرْضَوْنَ أَنْ
يَذْهَبَ النَّاسُ بِالأَمْوَالِ، وَتَرْجِعُوا إِلَى رِحَالِكُمْ بِرَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَوَاللَّهِ مَا تَنْقَلِبُونَ بِهِ
خَيْرٌ مِمَّا يَنْقَلِبُونَ بِهِ»، قَالُوا: بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَدْ
رَضِينَا، فَقَالَ لَهُمْ: «إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ بَعْدِي أَثَرَةً شَدِيدَةً،
فَاصْبِرُوا حَتَّى تَلْقَوُا اللَّهَ وَرَسُولَهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ عَلَى الحَوْضِ» قَالَ أَنَسٌ فَلَمْ نَصْبِرْ [صحيح
البخاري ومسلم]
Bahwa orang-orang dari kalangan Anshar
berbicara dengan Rasulullah ﷺ ketika Allah
mengkaruniakan harta fa'i suku Hawazin kepada Rasulullah ﷺ. Saat itu beliau sedang memberikan bagian kepada orang-orang
Quraisy berupa seratus unta. Mereka berkata, "Semoga Allah mengampuni
Rasulullah ﷺ karena beliau
memberikan bagian kepada orang Quraisy dan meninggalkan kita padahal
pedang-pedang kitalah yang menumpahkan darah-darah mereka". Anas berkata,
"Kemudian disampaikan kepada Rasulullah ﷺ
apa yang diperbincangkan oleh mereka". Maka dikirimlah utusan kepada kaum
Anshar dan mengumpulkan mereka pada suatu kemah terbuat dari kulit yang telah
disamak dan tidak mengizinkan seorangpun bergabung selain kalangan mereka.
Ketika mereka sudah berkumpul maka Rasulullah ﷺ
datang menemui mereka lalu berkata, "Ada apa dengan berita yang telah
sampai kepadaku tentang kalian". Orang faqih mereka berkata kepada beliau,
"Orang-orang bijak dari kami tidaklah mengatakan sesuatupun wahai
Rasulullah. Namun memang ada anak-anak muda yang berkata; Semoga Allah
mengampuni Rasulullah karena beliau memberikan bagian kepada orang Quraisy dan
meninggalkan kaum Anshar padahal pedang-pedang kitalah yang menumpahkan
darah-darah mereka". Maka Rasulullah ﷺ
bersabda, "Sungguh aku memberi bagian kepada orang-orang yang masa hidup
mereka masih dekat dengan kekafiran. Apakah kalian ridha orang-orang itu pulang
dengan membawa harta, sebaliknya kalian kembali ke tempat tinggal kalian dengan
membawa Rasulullah ﷺ?". Demi Allah,
sungguh apa yang kalian bawa pulang lebih baik dari apa yang mereka bawa".
Kaum Anshar berkata, "Kami ridha wahai Rasulullah". Kemudian beliau
bersabda lagi, "Sungguh sepeninggalku nanti kalian akan melihat banyak
perkara yang sangat berat. Untuk itu bersabarlah hingga kalian berjumpa dengan
Allah dan rasul-Nya ﷺ di telaga
al-haudl". Anas berkata, "Ternyata di kemudian hari kami tidak
sabar". [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Shafwan bin 'Umayyah radhiyallahu 'anhu berkata:
«أَعْطَانِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ حُنَيْنٍ، وَإِنَّهُ لَأَبْغَضُ الخَلْقِ إِلَيَّ،
فَمَا زَالَ يُعْطِينِي، حَتَّى إِنَّهُ لَأَحَبُّ الخَلْقِ إِلَيَّ» [سنن
الترمذي: صحيح]
“Rasulullah ﷺ
memberiku bagian dari rampasan perang Hunain, padahal waktu itu beliau adalah
orang yang paling saya benci, namun beliau terus saja memberiku bagian hingga
menjadi orang yang paling saya cintai”. [Sunan Tirmidziy: Shahih]
5.
Memberi syafa’at (rekomendasi) kepada orang lain.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{مَنْ يَشْفَعْ شَفَاعَةً
حَسَنَةً يَكُنْ لَهُ نَصِيبٌ مِنْهَا وَمَنْ يَشْفَعْ شَفَاعَةً سَيِّئَةً يَكُنْ
لَهُ كِفْلٌ مِنْهَا وَكَانَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ مُقِيتًا} [النساء: 85]
Barangsiapa memberi pertolongan dengan
pertolongan yang baik, niscaya dia akan memperoleh bagian dari (pahala)nya. Dan
barangsiapa memberi pertolongan dengan pertolongan yang buruk, niscaya dia akan
memikul bagian dari (dosa)nya. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. [An-Nisa': 85]
6.
Jangan mudah menilai batin seseorang hanya dari dzahirnya.
Dari Sahal bin Sa'ad As-Sa'idiy radhiyallahu
'anhuma;
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْتَقَى هُوَ وَالْمُشْرِكُونَ فَاقْتَتَلُوا فَلَمَّا مَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى عَسْكَرِهِ وَمَالَ
الْآخَرُونَ إِلَى عَسْكَرِهِمْ وَفِي أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ لَا يَدَعُ لَهُمْ شَاذَّةً وَلَا فَاذَّةً إِلَّا
اتَّبَعَهَا يَضْرِبُهَا بِسَيْفِهِ فَقَالَ: مَا أَجْزَأَ مِنَّا الْيَوْمَ أَحَدٌ
كَمَا أَجْزَأَ فُلَانٌ! فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: " أَمَا إِنَّهُ مِنْ أَهْلِ النَّارِ "، فَقَالَ رَجُلٌ
مِنْ الْقَوْمِ: أَنَا صَاحِبُهُ قَالَ: فَخَرَجَ مَعَهُ كُلَّمَا وَقَفَ وَقَفَ
مَعَهُ وَإِذَا أَسْرَعَ أَسْرَعَ مَعَهُ قَالَ فَجُرِحَ الرَّجُلُ جُرْحًا
شَدِيدًا فَاسْتَعْجَلَ الْمَوْتَ فَوَضَعَ نَصْلَ سَيْفِهِ بِالْأَرْضِ
وَذُبَابَهُ بَيْنَ ثَدْيَيْهِ ثُمَّ تَحَامَلَ عَلَى سَيْفِهِ فَقَتَلَ نَفْسَهُ
فَخَرَجَ الرَّجُلُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَقَالَ: أَشْهَدُ أَنَّكَ رَسُولُ اللَّهِ! قَالَ: " وَمَا ذَاكَ؟ "
قَالَ: الرَّجُلُ الَّذِي ذَكَرْتَ آنِفًا أَنَّهُ مِنْ أَهْلِ النَّارِ
فَأَعْظَمَ النَّاسُ ذَلِكَ، فَقُلْتُ أَنَا لَكُمْ بِهِ فَخَرَجْتُ فِي طَلَبِهِ
ثُمَّ جُرِحَ جُرْحًا شَدِيدًا فَاسْتَعْجَلَ الْمَوْتَ فَوَضَعَ نَصْلَ سَيْفِهِ
فِي الْأَرْضِ وَذُبَابَهُ بَيْنَ ثَدْيَيْهِ ثُمَّ تَحَامَلَ عَلَيْهِ فَقَتَلَ
نَفْسَهُ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِنْدَ
ذَلِكَ: " إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ الْجَنَّةِ فِيمَا
يَبْدُو لِلنَّاسِ وَهُوَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ
عَمَلَ أَهْلِ النَّارِ فِيمَا يَبْدُو لِلنَّاسِ وَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ "
Bahwa Rasulullah ﷺ berhadapan dengan Kaum Musyrikin lalu saling berperang.
Ketika Rasulullah ﷺ bergabung
dengan bala tentara Beliau dan musuhnya pun bergabung kepada bala tentara
mereka, ada di antara sahabat Rasulullah ﷺ seorang yang ditemukan dalam keadaan sendirian terluka
sangat parah dan terbunuh oleh pedang. Lalu setelah itu ada yang berkata:
"Hari ini tidak ada seorangpun di antara kita yang mendapat ganjaran
pahala sebagaimana yang didapat Fulan ini".
Namun Rasulullah ﷺ bersabda: "Ketahuilah sungguh dia termasuk dari golongan
ahlu neraka".
Lalu ada seseorang lak-laki di tengah orang
banyak menimpal; "Aku ada bersama orang itu, laki-laki itu bercerita bahwa
ia pergi bersama Fulan, hingga apabila dia berhenti diapun ikut berhenti dan
apabila dia maju menyerang iapun ikut menyerang, laki-laki itu berkata;
"Lalu Fulan tersebut terluka sangat parah sehingga mengantarkannya hampir
kepada kematian. Lalu laki-laki itu meletakkan pedangnya di tanah dan ujung
pedangnya diletakkah diantara dua dadanya lalu dia membunuh dirinya sendiri".
Maka orang yang bersamanya tadi pergi menemui Rasulullah ﷺ lalu berkata:
"Aku bersaksi bahwa Tuan adalah benar-benar utusan Allah".
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bertanya: "Kenapa kamu berkata begitu?"
Orang ini menjawab: "Karena Fulan yang
Tuan sebutkan tadi benar-benar dia penghuni neraka".
Maka orang-orang kaget mendengar ucapannya
itu. Aku katakan: "Aku menjadi saksinya. Aku telah keluar bersamanya
dimana aku mencarinya kemudian aku dapatkan dia dalam keadaan luka parah hampir
menemui ajalnya lalu dia meletakkan pedangnya di tanah dan ujung pedangnya
diletakkah diantara dua dadanya lalu dia membunuh dirinya sendiri. Maka pada
kesempatan itu juga Rasulullah ﷺ bersabda: "Sesungguhnya ada seseorang yang
mengamalkan amalan ahlu surga berdasarkan yang nampak oleh manusia
padahal dia adalah dari golongan ahlu neraka. Dan ada seseorang yang
mengamalkan amalan ahlu neraka berdasarkan yang nampak oleh manusia padahal dia adalah dari
golongan ahlu surga". [Shahih Bukhari dan Muslim]
7.
Orang yang menjalankan Islam secara dzahir maka dihukumi
Islam secara dzahir pula.
Usamah bin Zaid radhiyallahu
'anhu berkata:
بَعَثَنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَرِيَّةٍ، فَصَبَّحْنَا الْحُرَقَاتِ مِنْ جُهَيْنَةَ،
فَأَدْرَكْتُ رَجُلًا فَقَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، فَطَعَنْتُهُ فَوَقَعَ
فِي نَفْسِي مِنْ ذَلِكَ، فَذَكَرْتُهُ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَقَالَ لَا
إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَقَتَلْتَهُ؟» قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّمَا
قَالَهَا خَوْفًا مِنَ السِّلَاحِ، قَالَ: «أَفَلَا شَقَقْتَ عَنْ قَلْبِهِ حَتَّى
تَعْلَمَ أَقَالَهَا أَمْ لَا؟» فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا عَلَيَّ حَتَّى
تَمَنَّيْتُ أَنِّي أَسْلَمْتُ يَوْمَئِذٍ
Rasulullah ﷺ mengutuskan kami dalam suatu pasukan. Suatu pagi kami
sampai di Al-Huraqat, yakni suatu tempat di daerah Juhainah. Kemudian aku
berjumpa seorang lelaki, lelaki tersebut lalu mengucakan LAA ILAAHA
ILLAALLAHU (Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah), namun aku
tetap menikamnya. Lalu aku merasa ada ganjalan dalam diriku karena hal
tersebut, sehingga kejadian tersebut aku ceritakan kepada Rasulullah.
Rasulullah ﷺ lalu bertanya: 'Kenapa
kamu membunuh orang yang telah mengucapkan Laa Ilaaha Illaahu?
'
Aku menjawab, "Wahai Rasulullah!
Sesungguhnya lelaki itu mengucap demikian karena takutkan ayunan pedang."
“Sudahkah kamu membelah dadanya sehingga
kamu tahu dia benar-benar mengucapkan Kalimah Syahadat atau tidak?" Rasulullah terus mengulangi pertanyaan itu kepadaku
hingga menyebabkan aku berandai-andai bahwa aku baru masuk Islam saat
itu." [Shahih Muslim]
8.
Seorang kadang terhalang dari kenikmatan dunia untuk
kebaikannya.
Allah subhanahu wata'aalaa
berfirman:
{وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ
وَلَكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ} [الشورى:
27]
Dan jikalau Allah melapangkan rezki
kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi,
tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya
dia Maha mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.
[Asy-Syuuraa:27]
Ø Dari Mahmud bin Labiid radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah ﷺ bersabda:
" إِنَّ اللهَ لَيَحْمِي عَبْدَهُ الْمُؤْمِنَ مِنَ الدُّنْيَا
وَهُوَ يُحِبُّهُ كَمَا تَحْمُونَ مَرِيضَكُمْ مِنَ الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ
تَخَافُونَهُ عَلَيْهِ "
"Sesungguhnya Allah mencegah
hamba-Nya yang beriman dari kenikmatan dunia sedangkan Ia mencintainya,
sebagaimana kalian mencegah orang sakit kalian dari makanan dan minuman karena
khawatir terhadap mereka". [Musnad Ahmad: Sahih]
9.
Bahaya fitnah harta.
Dari 'Amr bin 'Auf radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«فَوَاللَّهِ مَا الفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ، وَلَكِنِّي أَخْشَى
أَنْ تُبْسَطَ عَلَيْكُمُ الدُّنْيَا كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ،
فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا، وَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُمْ» [صحيح
البخاري ومسلم]
"Demi Allah, bukanlah
kemiskinan yang aku khawatirkan atas kalian, akan tetapi aku khawatir jika
kenikmatan dunia dilapangkan atas kalian sebagaimana telah dilapangkan atas
umat sebelum kalian. Kemudian kalian berlomba-lomba meraihnya sebagaimana
mereka berlomba-lomba dan akhirnya membinasakan kalian sebagaimana telah
membinasakan mereka". [Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø Ka'ab bin 'Iyadh radhiyallahu 'anhu berkata: Aku
mendengar Nabi ﷺ bersabda:
«إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً وَفِتْنَةُ أُمَّتِي المَالُ» [سنن
الترمذي: صحيح]
"Sesungguhnya
setiap umat itu memiliki fitnah dan fitnah umatku adalah harta." [Sunan
Tirmidziy: Shahih]
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Kitab Iman bab 18; Orang yang berpendapat bahwa iman adalah perbuatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...