بسم الله الرحمن الرحيم
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
بَابُ عَلاَمَةِ المُنَافِقِ
Bab:
“Tanda-tanda munafik”
Dalam
bab ini, imam Bukhari menjelaskan tentang tanda-tanda orang munafiq, dan
bahwsanya sifat kemunafikan ada dua jenis; Nifaq
I’tiqadiy yaitu yang
menampakkan keimanan tapi menyembunyikan kekufuran dalam hatinya. Dan nifaq ‘amaliy adalah
orang yang melakukan sifat-sifat kemunafikan secara dzahir. Dengan meriwayatkan
dua hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dari Abu Hurairah
dan Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhum.
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
33 - حَدَّثَنَا
سُلَيْمَانُ أَبُو الرَّبِيعِ، قَالَ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ،
قَالَ: حَدَّثَنَا نَافِعُ بْنُ مَالِكِ بْنِ أَبِي عَامِرٍ أَبُو سُهَيْلٍ، عَنْ
أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ: " آيَةُ المُنَافِقِ ثَلاَثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ
أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ "
Telah menceritakan kepada kami Sulaiman Abu
Ar-Rabi', ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Ja'far, ia
berkata: Telah menceritakan kepada kami Nafi' bin Malik bin Abu 'Amir Abu
Suhail, dari bapaknya, dari Abu Hurairah, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, "Tanda-tanda munafik ada tiga; jika
berbicara dusta, jika berjanji mengingkari dan jika diberi amanat dia
khianat".
34 - حَدَّثَنَا
قَبِيصَةُ بْنُ عُقْبَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ [الثوري]، عَنِ الأَعْمَشِ،
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُرَّةَ، عَنْ مَسْرُوقٍ [بنُ الأَجْدَعِ]، عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو؛ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
" أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا، وَمَنْ كَانَتْ
فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفَاقِ حَتَّى
يَدَعَهَا: إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ، وَإِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا عَاهَدَ
غَدَرَ، وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ "
Telah menceritakan kepada kami Qabishah bin
'Uqbah, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Sufyan [Ats-Tsauriy], dari
Al-A'masy, dari Abdullah bin Murrah, dari Masruq [bin Al-Ajda’], dari Abdullah
bin 'Amru; Bahwa Nabi ﷺ bersabda, "Empat
hal bila ada pada seseorang maka dia adalah seorang munafik tulen, dan
barangsiapa yang terdapat pada dirinya satu sifat dari empat hal tersebut maka
pada dirinya terdapat sifat nifaq hingga dia meninggalkannya. Yaitu, jika
diberi amanat dia khianat, jika berbicara dusta, jika berjanji mengingkari dan
jika berseteru curang".
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
تَابَعَهُ شُعْبَةُ، عَنِ الأَعْمَشِ
“Hadits ini diriwayatkan pula oleh Syu'bah
dari Al-A'masy”.
Penjelasan singkat dua hadits ini:
1.
Biografi Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
Lihat: Abu Hurairah dan keistimewaannya
2.
Biografi Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma.
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
3.
Sifat kemunafikan ada dua:
Pertama: Nifaq
‘itiqadiy atau nifaq akbar (besar), mengeluarkan seseorang dari keimanan.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا
بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ (8) يُخَادِعُونَ
اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا
يَشْعُرُونَ (9) فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ
عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ} [البقرة: 8 - 10]
Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah
dan hari kemudian [kiamat]," padahal mereka itu sesungguhnya bukan
orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang
beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.
Dalam hati mereka ada penyakit [kedengkian, iri-hati dan dendam], lalu ditambah
oleh Allah penyakitnya; Dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. [Al-Baqarah: 8-10]
Kedua: Nifaq
‘amaliy atau nifaq ashgar (kecil), tidak mengeluarkan seseorang dari keimanan.
Lihat: Mungkinkah seorang mu’min berdusta?
4.
Semakin banyak sifat kemunafikan yang ia miliki maka
semakin besar sisi kemunafikan pada dirinya.
5.
Empat tanda kemunafikan yang
disebutkan dalam dua hadits ini:
1)
Jika berbicara dusta.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{إِذَا جَاءَكَ
الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ
إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ} [المنافقون: 1]
Apabila orang-orang munafik datang
kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu
benar-benar Rasul Allah". Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu
benar-benar Rasul-Nya; Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang
munafik itu benar-benar orang pendusta. [Al-Munafiqun: 1]
Ø Dari Abu Hurairah
-radhiyallahu 'anhu-; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
«لَا
يُؤْمِنُ الْعَبْدُ الْإِيمَانَ كُلَّهُ، حَتَّى يَتْرُكَ الْكَذِبَ فِي الْمُزَاحَةِ،
وَيَتْرُكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ صَادِقًا»
"Seorang
hamba tidak dikatakan beriman dengan sepenuhnya hingga ia meninggalkan
berbohong ketika sedang bergurau, dan meninggalkan berdebat meski ia
benar." [Musnad Ahmad: Dishahihkan oleh syekh Albani dalam Shahih
At-Targiib no.2939]
Lihat: Hadits Ibnu Mas’ud; Jujurlah jangan berdusta
2)
Jika berjanji mengingkari.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{وَمِنْهُمْ
مَنْ عَاهَدَ اللَّهَ لَئِنْ آتَانَا مِنْ فَضْلِهِ لَنَصَّدَّقَنَّ وَلَنَكُونَنَّ
مِنَ الصَّالِحِينَ (75) فَلَمَّا آتَاهُمْ مِنْ فَضْلِهِ بَخِلُوا بِهِ وَتَوَلَّوْا
وَهُمْ مُعْرِضُونَ (76) فَأَعْقَبَهُمْ نِفَاقًا فِي قُلُوبِهِمْ إِلَى يَوْمِ يَلْقَوْنَهُ
بِمَا أَخْلَفُوا اللَّهَ مَا وَعَدُوهُ وَبِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ} [التوبة: 75 - 77]
Dan
diantara mereka ada orang yang telah berikrar (berjanji) kepada Allah:
"Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami,
pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang
saleh”. Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari
karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka
memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran). Maka Allah
menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah,
karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan
kepada-Nya dan juga karena mereka selalu berdusta. [At-Taubah: 75-77]
3)
Jika diberi amanat dia khianat.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{بَشِّرِ
الْمُنَافِقِينَ بِأَنَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا (138) الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ
أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَيَبْتَغُونَ عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ
الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا} [النساء: 138،
139]
Kabarkanlah
kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih,
(yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman
penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari
kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan
kepunyaan Allah. [An-Nisaa’: 138-139]
Ø Anas radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah ﷺ tidaklah menyampaikan khutbah kepada kami
kecuali bersabda:
«لَا إِيمَانَ لِمَنْ لَا
أَمَانَةَ لَهُ، وَلَا دِينَ لِمَنْ لَا عَهْدَ لَهُ» [مسند
أحمد: حسن]
“Tidak ada iman bagi orang yang tidak
menunaikan amanah, dan tidak ada agama bagi yang tidak menepati janji. [Musnad
Ahmad: Hasan]
Lihat: Hadits Abu Hurairah; Jika amanah sudah dilalaikan
4)
Jika berseteru curang.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{هُمُ الَّذِينَ
يَقُولُونَ لَا تُنْفِقُوا عَلَى مَنْ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ حَتَّى يَنْفَضُّوا
وَلِلَّهِ خَزَائِنُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا
يَفْقَهُونَ (7) يَقُولُونَ لَئِنْ رَجَعْنَا إِلَى الْمَدِينَةِ لَيُخْرِجَنَّ
الْأَعَزُّ مِنْهَا الْأَذَلَّ وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ
وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ} [المنافقون: 7، 8]
Mereka orang-orang yang mengatakan
(kepada orang-orang Anshar): "Janganlah kamu memberikan perbelanjaan
kepada orang-orang (Muhajirin) yang ada disisi Rasulullah supaya mereka bubar
(meninggalkan Rasulullah)." Padahal kepunyaan Allah-lah perbendaharaan
langit dan bumi, tetapi orang-orang munafik itu tidak memahami. Mereka berkata:
"Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah [dari peperangan Bani
Musthalik], benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah
dari padanya." Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi rasul-Nya
dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.
[Al-Munafiqun: 7-8]
Lihat: Surah Al-Munaafiquun; Sifat orang munafiq
6.
Tanda-tanda kemunafikan yang
disebutkan dalam hadits yang lain.
Diantaranya:
a) Ucapannya yang buruk dan banyak bicara.
Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu;
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«الحَيَاءُ وَالعِيُّ شُعْبَتَانِ
مِنَ الإِيمَانِ، وَالبَذَاءُ وَالبَيَانُ شُعْبَتَانِ مِنَ النِّفَاقِ» [سنن الترمذي:
صححه الألباني]
“Sifat
pemalu dan sedikit bicara adalah dua cabang keimanan, sedangkan ucapan buruk
dan banyak bicara adalah dua cabang kemunafikan”. [Sunan Tirmidziy: Sahih]
b) Tidak terkumpul padanya dua sifat: Penampilan baik dan
paham agama.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«خَصْلَتَانِ
لَا تَجْتَمِعَانِ فِي مُنَافِقٍ، حُسْنُ سَمْتٍ، وَلَا فِقْهٌ فِي الدِّينِ» [سنن الترمذي: صححه الألباني]
"Dua sifat yang tidak terkumpul pada seorang munafiq: Penampilan yang
baik dan pemahaman (yang benar) dalam agama". [Sunan At-Tirmidzi: Sahih]
c) Berat menjalankan shalat Subuh dan Isya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu;
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«لَيْسَ صَلاَةٌ
أَثْقَلَ عَلَى المُنَافِقِينَ مِنَ الفَجْرِ وَالعِشَاءِ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Tidak ada shalat yang lebih berat bagi orang-orang Munafik selain shalat
shubuh dan 'Isya". [Sahih Bukhari dan Muslim]
d) Menunda-nunda shalat dan sedikit mengingat Allah.
Dari Anas bin Malik radiyallahu 'anhu;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«تِلْكَ
صَلَاةُ الْمُنَافِقِ، يَجْلِسُ يَرْقُبُ الشَّمْسَ حَتَّى إِذَا كَانَتْ بَيْنَ
قَرْنَيِ الشَّيْطَانِ، قَامَ فَنَقَرَهَا أَرْبَعًا، لَا يَذْكُرُ اللهَ فِيهَا
إِلَّا قَلِيلًا» [صحيح مسلم]
Itu adalah shalat orang munafiq, duduk menunggu
matahari sampai akan tenggelam di antara dua tanduk setan, kemudian ia salat
dengan tergesa-gesa empat raka'at tidak mengingat Allah dalam salatnya kecuali
sedikit". [Sahih Muslim]
e) Malas shalat berjama’ah.
Dari Anas bin Malik radiyallahu 'anhu;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ صَلَّى
لِلَّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا فِي جَمَاعَةٍ يُدْرِكُ التَّكْبِيرَةَ الأُولَى
كُتِبَ لَهُ بَرَاءَتَانِ: بَرَاءَةٌ مِنَ النَّارِ، وَبَرَاءَةٌ مِنَ النِّفَاقِ»
[سنن الترمذي: حسنه
الألباني]
“Barangsiapa yang shalat demi Allah selama empat puluh hari secara berjama'ah, mendapati takbir yang
pertama (takbiratul ihram) maka akan dicatat untuknya dua kebebasan:
Kebebasan dari neraka dan kebebasan dari sifat munafik”. [Sunan Tirmidzi:
Hasan]
Ø
Abdullah bin Mas’ud radiyallahu
'anhu berkata:
«لَقَدْ
رَأَيْتُنَا وَمَا يَتَخَلَّفُ عَنِ الصَّلَاةِ إِلَّا مُنَافِقٌ قَدْ عُلِمَ نِفَاقُهُ،
أَوْ مَرِيضٌ، إِنْ كَانَ الْمَرِيضُ لَيَمْشِي بَيْنَ رَجُلَيْنِ حَتَّى يَأْتِيَ
الصَّلَاةِ» [صحيح مسلم]
“Aku telah menyaksikan bahwa tidak ada yang
meninggalkan shalat jama’ah kecuali orang munafiq yang telah diketahui
kenifakannya, atau seorang yang sakit yang terkadang ia tetap datang dengan
berjalan di antara (dibantu) dua lelaki agar ia bisa menghadiri shalat jama’ah”.
[Sahih Muslim]
Ø
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«لا
يَسْمَعُ النِّدَاءَ أَحَدٌ فِي مَسْجِدِي هَذَا، ثُمَّ يَخْرُجُ مِنْهُ، إِلا
لِحَاجَةٍ، ثُمَّ لا يَرْجِعُ إِلا مُنَافِقٌ» [صفة النفاق ونعت المنافقين لأبي نعيم: صحيح]
“Tidaklah seseorang mendengarkan adzan di mesjidku ini, kemudian
ia keluar darinya -kecuali jika ada keperluan-, kemudian ia tidak kembali
kecuali ia munafiq”. [Shifatunnifaq karya Abu Nu’aim: Shahih]
f)
Membenci
sahabat Nabi.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«آيَةُ
الإِيمَانِ حُبُّ الأَنْصَارِ، وَآيَةُ النِّفَاقِ بُغْضُ الأَنْصَارِ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Tanda keimanan adalah mencintai kaum Anshar, dan tanda kemunafikan
adalah membenci kaum Anshar". [Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu
berkata:
«وَالَّذِي
فَلَقَ الْحَبَّةَ، وَبَرَأَ النَّسَمَةَ، إِنَّهُ لَعَهْدُ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَيَّ أَنْ لَا يُحِبَّنِي إِلَّا مُؤْمِنٌ، وَلَا
يُبْغِضَنِي إِلَّا مُنَافِقٌ» [صحيح مسلم]
“Demi yang menumbuhkan tanaman dan menghidupkan manusia,
sesungguhnya janji Nabi yang Ummiy shallallahu ‘alaihi wa sallam
kepadaku bahwasanya tidak ada yang mencintaiku kecuali seorang mukmin dan tidak
ada yang membenciku kecuali munafiq”. [Sahih Muslim]
g) Tidak mau berjihad.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«مَنْ
مَاتَ وَلَمْ يَغْزُ، وَلَمْ يُحَدِّثْ بِهِ نَفْسَهُ، مَاتَ عَلَى شُعْبَةٍ مِنْ نِفَاقٍ»
[صحيح مسلم]
“Barangsiapa yang mati tanpa berjihad, dan tidak meniatkannya
(untuk berjihad), maka ia mati di atas salah satu cabang kemunafikan”. [Sahih
Muslim]
h) Tidak punya pendirian.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma;
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«مَثَلُ
الْمُنَافِقِ، كَمَثَلِ الشَّاةِ الْعَائِرَةِ بَيْنَ الْغَنَمَيْنِ تَعِيرُ إِلَى
هَذِهِ مَرَّةً وَإِلَى هَذِهِ مَرَّةً» [صحيح مسلم]
“Perumpamaan seorang munafiq seperti seekor kambing
yang bingung diantara dua kerumunan kambing, terkadang mengikut ke kelompok ini
dan terkadang mengikut ke kelompok yang itu”. [Sahih Muslim]
i)
Bermuka
dua.
Beberapa orang berkata kepada Ibnu Umar:
Sesungguhnya kami menemui penguasa kami, lalu kami menyampaikan kepada mereka
berlawanan dengan apa yang yang kami ucapkan jika kami keluar dari sisi mereka.
Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata:
«كُنَّا نَعُدُّهَا نِفَاقًا»
[صحيح البخاري]
“Dulu
kami menganggap itu adalah suatu kemunafikan”. [Sahih Bukhari]
j)
Buruk
dan tidak bermanfaat.
Dari Abu Musa Al-Asy'ariy radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah ﷺ bersabda:
«مَثَلُ الْمُؤْمِنِ
الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ، مَثَلُ الْأُتْرُجَّةِ، رِيحُهَا طَيِّبٌ
وَطَعْمُهَا طَيِّبٌ، وَمَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ
مَثَلُ التَّمْرَةِ، لَا رِيحَ لَهَا وَطَعْمُهَا حُلْوٌ، وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ
الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ، مَثَلُ الرَّيْحَانَةِ، رِيحُهَا طَيِّبٌ
وَطَعْمُهَا مُرٌّ، وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ،
كَمَثَلِ الْحَنْظَلَةِ، لَيْسَ لَهَا رِيحٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Perumpamaan seorang mukmin yang membaca Al-Qur'an dan
mengamalkannya seperti buah utrujah (sejenis jeruk), rasanya enak dan baunya
harum. Dan perumpamaan seorang mukmin yang tidak membaca Al-Qur'an seperti buah
kurma, tidak ada baunya dan rasanya manis. Dan perumpamaan seorang munafik yang
membaca Al-Qur'an seperti raihanah, baunya harum tapi rasanya pahit. Dan
perumpamaan seorang munafik yang tidak membaca Al-Qur'an seperti hanzalah
(jenis tanaman labu), tidak punya bau dan rasanya pahit”. [Sahih Bukhari dan
Muslim]
k) Jarang ditimpa musibah.
Dari Ka’ab bin Malik radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«مَثَلُ
الْمُؤْمِنِ كَمَثَلِ الْخَامَةِ مِنَ الزَّرْعِ، تُفِيئُهَا الرِّيَاحُ، تَصْرَعُهَا
مَرَّةً وَتَعْدِلُهَا، حَتَّى يَأْتِيَهُ أَجَلُهُ، وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ مَثَلُ
الْأَرْزَةِ الْمُجْذِيَةِ الَّتِي لَا يُصِيبُهَا شَيْءٌ حَتَّى يَكُونَ انْجِعَافُهَا
مَرَّةً وَاحِدَةً» [صحيح البخاري
ومسلم]
“Perumpamaan seorang mukmin seperti batang (dahan) tanaman yang
kuat dan lentur, ketika angin menerpanya, kadang menundukkannya dan kadang
membuatnya tegak hingga waktunya tiba. Dan perumpamaan seorang munafiq seperti
batang (dahan) tanaman yang kaku (tidak lentur), tidak ada suatupun yang
menerpanya hingga ia tercabut hanya sekali saja”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
7. Jangan mudah mengklaim sebagai munafiq secara person.
Dari Mahmud bin Ar-Rabi' Al-Anshary radhiyallahu
‘anhu; Ada seorang yang bertanya: Di mana Malik bin Ad-Dukhaisyin atau Ibnu
Ad-Dukhsyun? Kemudian ada yang menjawab: Dia itu munafiq, tidak mencintai Allah
dan Rasul-Nya!
Rasulullah shallallau ‘alaihi wasallam berkata:
"
لاَ تَقُلْ ذَلِكَ، أَلاَ تَرَاهُ قَدْ قَالَ: لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، يُرِيدُ
بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ "
"Jangan
kau berkata demikian, tidakkah kau melihat ia mengucapkanلا إله إلا الله demi mengharapkan
wajah Allah?"
Orang itu berkata: Allah dan Rasul-Nya lebih
mengetahui, tapi kami melihat penampilan dan perkataannya seperti orang-orang
munafiq?
Rasulullah shallallau ‘alaihi wasallam
bersabda:
"
فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ: لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ،
يَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ "
"Sesungguhnya Allah telah mengharamkan neraka
bagi orang yang mengucapkan "Tiada tuhan yang berhak disembah selain
Allah", dengan mengharapkan wajah dan keridhaan Allah". [Sahih
Bukhari dan Muslim]
8. Orang beriman senantiasa khawatir akan sifat nifaq.
Handzalah
Al-Usayyidiy – salah seorang juru tulis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam – berkata: Abu Bakr menemuiku dan bertanya: Bagaimana kabarmu, wahai
Handzalah? Aku menjawab: Handzalah telah menjadi munafiq.
Abu
Bakr berkata: Subhanallah, apa yang engkau katakan?
Handzalah
menjawab: Ketika kami berada di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam beliau mengingatkan kami tentang neraka dan surga sampai seolah-olah
kami melihatnya dengan mata secara langsung, lalu ketika kami keluar dari sisi
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kami dilalaikan oleh istri,
anak-anak, dan harta benda, dan kami banyak melupakan.
Abu
Bakr berkata: Demi Allah, sungguh kami juga merasakan hal seperti itu.
Handzalah
berkata: Lalu aku dan Abu Bakr pergi sampai kami menemui Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, aku berkata: Handzalah telah mejadi munafiq, wahai
Rasulullah!
Rasulllah
berkata: Kenapa demikian?
Handzalah
menjawab: Ketika kami berada di sisimu engkau mengingatkan kami tentang neraka
dan surga sampai seolah-olah kami melihatnya dengan mata secara langsung, lalu
ketika kami keluar dari sisimu, kami dilalaikan oleh istri, anak-anak, dan
harta benda, dan kami banyak melupakan.
Maka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ
إِنْ لَوْ تَدُومُونَ عَلَى مَا تَكُونُونَ عِنْدِي، وَفِي الذِّكْرِ، لَصَافَحَتْكُمُ
الْمَلَائِكَةُ عَلَى فُرُشِكُمْ وَفِي طُرُقِكُمْ، وَلَكِنْ يَا حَنْظَلَةُ سَاعَةً
وَسَاعَةً» [صحيح مسلم]
“Demi
Yang jiwaku ditangan-Nya, jika kalian senantiasa demikian sebagaimana ketika
kalian di sisiku, maka sungguh Malaikat akan senantiasa menemani kalian ketika
kalian berada di ranjang kalaian dan di jalan-jalan kalian. Akan tetapi wahai
Handzalah, sesaat (dalam beribadah) dan sesaat (dalam hal yang hukumnya boleh)."
Lihat: Hadits tentang sifat Nifaq dan Munafiq
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Kitab Iman bab 24; Kedzaliman di bawah kedzaliman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...