بسم الله الرحمن الرحيم
Dalam bab ini, syekh Muhammad bin Abdil
Wahhab rahimahullah menyebutkan 4 hadits yang menunjukkan larangan
beribadah di kuburan.
a) Dari Aisyah radhiyallahu
‘anha:
أَنَّ أُمَّ سَلَمَةَ ذَكَرَتْ
لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَنِيسَةً رَأَتْهَا بِأَرْضِ
الحَبَشَةِ يُقَالُ لَهَا مَارِيَةُ، فَذَكَرَتْ لَهُ مَا رَأَتْ فِيهَا مِنَ
الصُّوَرِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أُولَئِكَ
قَوْمٌ إِذَا مَاتَ فِيهِمُ العَبْدُ الصَّالِحُ، أَوِ الرَّجُلُ الصَّالِحُ،
بَنَوْا عَلَى قَبْرِهِ مَسْجِدًا، وَصَوَّرُوا فِيهِ تِلْكَ الصُّوَرَ، أُولَئِكَ
شِرَارُ الخَلْقِ عِنْدَ اللَّهِ» [صحيح البخاري ومسلم]
Bahwa Ummu Salamah radhiallahu ‘anha
bercerita kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang gereja
yang ia lihat di negeri Habasyah (Ethiopia), yang dinamai “Mariya”, ia
menceritakan apa yang ia lihat di dalamnya terdapat gambar-gambar, maka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ”Mereka itu, apabila
ada hamba yang shaleh atau orang yang shaleh meninggal, mereka bangun di atas
kuburannya sebuah tempat ibadah, dan mereka membuat di dalamnya gambar-gambar
tersebut, dan mereka adalah sejelek-jelek makhluk disisi Allah”. [Shahih
Bukhari dan Muslim]