بسم الله الرحمن الرحيم
A.
Bab
keempat.
Imam
Bukhari -rahimahullah- berkata:
بَابُ قَوْلِ
المُحَدِّثِ: حَدَّثَنَا، وَأَخْبَرَنَا، وَأَنْبَأَنَا
“Ucapan
ahli hadits: Telah bercerita kepada kami, telah mengabarkan kepada kami, dan
telah menyampaikan kepada kami”
Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan kedudukan
lafadz-lafadz yang dipakai oleh ahli hadits dalam menerima dan menyampaikan
hadits. Beliau menyebutkan beberapa contoh lafadz yang digunakan ulama dalam
meyampaikan hadits yang menunjukkan bahwa ucapan seorang alih hadits “haddatsana”,
“akhbarana”, “anba’ana”, dan “sami’tu” semuanya bermakan
sama.
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا} [الزلزلة: 4]
Pada
hari itu bumi menceritakan beritanya. [Az-Zalzalah: 4]
{وَلَا يُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيرٍ} [فاطر: 14]
Dan tidak ada yang dapat memberi
keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui.
[Fathir: 14]
Imam Bukhari -rahimahullah- menyebutkan ucapan Sufyan bin ‘Uyainah -rahimahullah-, dan beberapa hadits
mu’allaq (terputus sandanya) dari Ibnu Mas’ud, Hudzaifah, Ibnu
‘Abbas, Anas, dan Abu Hurairah, dan satu hadits muttasil (bersambung
sanadnya) dari Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhum.
Takhri atsar dan hadits dalam bab ini:
a)
Atsar Sufyan bin ‘Uyainah -rahimahullah-.
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
"
وَقَالَ لَنَا الحُمَيْدِيُّ [عبد الله بن الزبير]: كَانَ عِنْدَ [سفيان] ابْنِ عُيَيْنَةَ حَدَّثَنَا،
وَأَخْبَرَنَا، وَأَنْبَأَنَا، وَسَمِعْتُ؛ وَاحِدًا "
Dan
Al-Humaidiy [Abdullah bin Az-Zubair] berkata kepada kami: “Menurut [Sufyan] Ibnu
‘Uyainan bahwa lafadz “haddatsana”, “akhbarana”, “anba’ana”,
dan “sami’tu” semuanya sama (tidak ada perbedaan derajat)”.
b) Hadits
Abdullah bin Mas’ud -radhiyallahu ‘anhu-.
Pertama:
Imam Bukhari -rahimahullah-
berkata:
"
وَقَالَ ابْنُ مَسْعُودٍ: حَدَّثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ وَهُوَ الصَّادِقُ المَصْدُوقُ ... "
“Ibnu
Mas’ud berkata: Telah bercerita kepada kami Rasulullah ﷺ dab dialah orang yang jujur dan berita
yang dibawanya adalah benar, … ”.
Ø
Lengkap hadits ini diriwayatkan kemudian oleh Imam Bukhari dalam “Ash-Shahih”:
قال عَبْدُ
اللَّهِ بن مسعود: حَدَّثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَهُوَ الصَّادِقُ المَصْدُوقُ، «إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ
أَرْبَعِينَ يَوْمًا، ثُمَّ يَكُونُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُونُ
مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَبْعَثُ اللَّهُ إِلَيْهِ مَلَكًا بِأَرْبَعِ
كَلِمَاتٍ، فَيُكْتَبُ عَمَلُهُ، وَأَجَلُهُ، وَرِزْقُهُ، وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيدٌ،
ثُمَّ يُنْفَخُ فِيهِ الرُّوحُ، فَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ
النَّارِ، حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ، فَيَسْبِقُ
عَلَيْهِ الكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الجَنَّةِ فَيَدْخُلُ الجَنَّةَ،
وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الجَنَّةِ، حَتَّى مَا يَكُونُ
بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ، فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الكِتَابُ، فَيَعْمَلُ
بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ، فَيَدْخُلُ النَّارَ»
'Abdullah
bin Mas’ud berkata: Telah
bercerita kepada kami Rasulullah ﷺ dab
dialah orang yang jujur dan berita yang dibawanya adalah benar: "Setiap
orang dari kalian telah dikumpulkan dalam penciptaannya ketika berada di dalam
perut ibunya selama empat puluh hari kemudian menjadi 'alaqah (zigot) selama
itu pula kemudian menjadi mudlghah (segumpal daging) selama itu pula kemudian
Allah mengirim malaikat yang diperintahkan dengan empat ketetapan (dan
dikatakan kepadanya), tulislah amalnya, rezekinya, ajalnya dan sengsara dan
bahagianya lalu ditiupkan ruh kepadanya. Dan sungguh seseorang akan ada yang
beramal dengan amal-amal penghuni neraka hingga tak ada jarak antara dirinya
dengan neraka kecuali sejengkal saja lalu dia didahului oleh catatan (ketetapan
takdirnya) hingga dia beramal dengan amalan penghuni surga kemudian masuk
surga, dan ada juga seseorang yang beramal dengan amal-amal penghuni surga
hingga tak ada jarak antara dirinya dengan surga kecuali sejengkal saja, lalu
dia didahului oleh catatan (ketetapan takdirnya) hingga dia beramal dengan
amalan penghuni neraka lalu dia masuk neraka".
Kedua:
Imam Bukhari -rahimahullah-
berkata:
" وَقَالَ
شَقِيقٌ [بنُ
سَلَمَةَ أَبُو وَائِلٍ الأَسَدِيُّ]: عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ؛ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَلِمَةً ...
"
“Dan Syaqiq [bin Salamah, Abu Wail Al-Asadiy]
berkata: Dari Abdullah, ia berkata: Aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam mengucapkan satu kalimat … ”
Ø Lengkap hadits ini
diriwayatkan kemudian oleh Imam Bukhari dalam “Ash-Shahih”:
قال شَقِيقٍ: عَنْ عَبْدِ اللَّهِ،
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَلِمَةً وَقُلْتُ أُخْرَى،
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ مَاتَ وَهْوَ يَدْعُو
مِنْ دُونِ اللَّهِ نِدًّا دَخَلَ النَّارَ» وَقُلْتُ أَنَا: مَنْ مَاتَ وَهْوَ
لاَ يَدْعُو لِلَّهِ نِدًّا دَخَلَ الجَنَّةَ
Syaqiq berkata: Dari Abdullah; Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda satu kalimat dan aku tambahkan. Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang mati, sedangkan dia menyeru
selain Allah sebagai tandinganNya maka dia masuk neraka." Sedangkan aku
berkata: “Barangsiapa yang mati dan dia tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu
maka dia masuk surga.'
c) Hadits
Hudzaifah -radhiyallahu ‘anhu-.
Imam
Bukhari -rahimahullah- berkata:
"
وَقَالَ حُذَيْفَةُ:
حَدَّثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدِيثَيْنِ ... "
“Dan Hudzaifah mengatakan: Telah
menceritakan kepada kami Rasulullah ﷺ
dua Hadits … ”
Ø Lengkap hadits ini
diriwayatkan kemudian oleh Imam Bukhari dalam “Ash-Shahih”:
قَالَ حُذَيْفَةُ: حَدَّثَنَا رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدِيثَيْنِ، رَأَيْتُ أَحَدَهُمَا
وَأَنَا أَنْتَظِرُ الآخَرَ: حَدَّثَنَا: «أَنَّ الأَمَانَةَ نَزَلَتْ فِي جَذْرِ
قُلُوبِ الرِّجَالِ، ثُمَّ عَلِمُوا مِنَ القُرْآنِ، ثُمَّ عَلِمُوا مِنَ
السُّنَّةِ» وَحَدَّثَنَا عَنْ رَفْعِهَا قَالَ: " يَنَامُ الرَّجُلُ
النَّوْمَةَ، فَتُقْبَضُ الأَمَانَةُ مِنْ قَلْبِهِ، فَيَظَلُّ أَثَرُهَا مِثْلَ
أَثَرِ الوَكْتِ، ثُمَّ يَنَامُ النَّوْمَةَ فَتُقْبَضُ فَيَبْقَى أَثَرُهَا
مِثْلَ المَجْلِ، كَجَمْرٍ دَحْرَجْتَهُ عَلَى رِجْلِكَ فَنَفِطَ، فَتَرَاهُ
مُنْتَبِرًا وَلَيْسَ فِيهِ شَيْءٌ، فَيُصْبِحُ النَّاسُ يَتَبَايَعُونَ، فَلاَ
يَكَادُ أَحَدٌ يُؤَدِّي الأَمَانَةَ، فَيُقَالُ: إِنَّ فِي بَنِي فُلاَنٍ رَجُلًا
أَمِينًا، وَيُقَالُ لِلرَّجُلِ: مَا أَعْقَلَهُ وَمَا أَظْرَفَهُ وَمَا
أَجْلَدَهُ، وَمَا فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةِ خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانٍ "
وَلَقَدْ أَتَى عَلَيَّ زَمَانٌ وَمَا أُبَالِي أَيَّكُمْ بَايَعْتُ، لَئِنْ كَانَ
مُسْلِمًا رَدَّهُ عَلَيَّ الإِسْلاَمُ، وَإِنْ كَانَ نَصْرَانِيًّا رَدَّهُ
عَلَيَّ سَاعِيهِ، فَأَمَّا اليَوْمَ: فَمَا كُنْتُ أُبَايِعُ إِلَّا فُلاَنًا
وَفُلاَنًا
Hudzaifah mengatakan: Telah menceritakan kepada
kami Rasulullah ﷺ dua
Hadits, satunya sudah saya
lihat sendiri dan satunya aku sedang menunggu-nunggu, beliau menceritakan
kepada kami, "Bahwa Amanat mula-mula turun pada relung hati orang-orang,
lantas mereka paham terhadap Al-Qur'an dan paham terhadap sunnah." Dan
beliau menceritakan kepada kami cara diangkatnya amanah, Nabi bersabda,
"Seseorang tertidur nyenyak kemudian amanat dicerabut dari hatinya, dan
masih ada bekasnya seperti bekas yang kecil, kemudian dia tidur lagi dan amanat
dicerabut darinya sehingga bekasnya seperti kutu di tangan, seperti bara yang
kau gelindingkan di kakimu sehingga ia memar (beram-beram), maka engkau
melihatnya beram-beram (memar) padahal sebenarnya tidak terjadi apa-apa, dan
manusia secara beruntun melakukan jual beli dan nyaris tak seorang pun
menunaikan amanat dengan baik, dan ada berita bahwa di bani Fulan ada seseorang
yang dapat di percaya, kemudian dikatakan kepada tersebut; 'alangkah cerdasnya
dia, alangkah bijaknya dia, alangkah pemberaninya dia, ' padahal tidak ada
seberat biji gandum pun iman di dalam hatinya”.
Hudzaifah
berkata: “Pernah datang suatu masa kepadaku yang ketika itu aku tak peduli
siapa diantara kalian yang aku termpati berjual beli. Kalaulah ia muslim, maka
keIslamannya akan mengembalikan hakku kepadaku. Dan kalaulah ia Nasrani, maka
penguasanya akan mengembalikannya kepadaku, namun hari ini aku tidak berjual-beli
selain kepada si Fulan dan Fulan."
d) Hadits
Abdullah bin ‘Abbas -radhiyallahu ‘anhuma-.
Imam
Bukhari -rahimahullah- berkata:
"
وَقَالَ أَبُو العَالِيَةِ [رُفَيْعُ بنُ مِهْرَانَ الرِّيَاحِيُّ]: عَنْ
ابْنِ عَبَّاسٍ، عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فِيمَا يَرْوِي عَنْ رَبِّهِ ... "
“Dan Abu 'Aliyah [Rufai’ bin Mihran Ar-Riyahiy] berkata: Dari
Ibnu 'Abbas radhiallahu 'anhuma, dari Nabi ﷺ yang beliau riwayatkan dari Rabb-nya”
Ø Lengkap hadits ini
diriwayatkan kemudian oleh Imam Bukhari dalam “Ash-Shahih”:
قال أَبو العَالِيَةِ، عَنِ ابْنِ
عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فِيمَا يَرْوِيهِ عَنْ رَبِّهِ، قَالَ: " لاَ يَنْبَغِي لِعَبْدٍ
أَنْ يَقُولَ: إِنَّهُ خَيْرٌ مِنْ يُونُسَ بْنِ مَتَّى " وَنَسَبَهُ إِلَى أَبِيهِ.
Abu 'Aliyah berkata: Dari Ibnu 'Abbas
radhiallahu'anhuma, dari Nabi ﷺ
yang beliau riwayatkan dari Rabb-nya, Allah berfirman: "Tak pantas seorang
hamba berkata bahwa dirinya lebih baik daripada Yunus bin Matta”, dan Ia
nisbatkan dirinya kepada ayahnya."
e) Hadits
Anas bin Malik -radhiyallahu ‘anhu-.
Imam
Bukhari -rahimahullah- berkata:
"
وَقَالَ أَنَسٌ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فِيمَا
يَرْوِيهِ عَنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ ... "
“Dan Anas radhiallahu'anhu berkata: Dari
Nabi ﷺ yang beliau
riwayatkan dari Rabb-nya ‘azza wajalla”
Ø Lengkap hadits ini
diriwayatkan kemudian oleh Imam Bukhari dalam “Ash-Shahih”:
قال أَنَس رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْوِيهِ عَنْ رَبِّهِ، قَالَ:
«إِذَا تَقَرَّبَ العَبْدُ إِلَيَّ شِبْرًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا،
وَإِذَا تَقَرَّبَ مِنِّي ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ مِنْهُ بَاعًا، وَإِذَا أَتَانِي
مَشْيًا أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً»
Anas radhiallahu'anhu
berkata: Dari Nabi ﷺ yang beliau
riwayatkan dari Rabb-nya (hadits qudsi), Allah berfirman, "Jika seorang
hamba mendekatkan diri kepada-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekat kepadanya
sehasta, jika ia mendekatkan diri kepada-Ku sehasta maka Aku mendekat kepadanya
sedepa, dan jika ia mendekatkan diri kepada-Ku dengan berjalan maka Aku akan
mendatanginya dengan berlari."
f) Hadits
Abu Hurairah.
Imam
Bukhari -rahimahullah- berkata:
وَقَالَ
أَبُو هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَرْوِيهِ
عَنْ رَبِّكُمْ عَزَّ وَجَلَّ
“Dan Abu Hurairah berkata: Dari Nabi ﷺ, yang beliau riwayatkan dari Rabb kalian –‘azza wajalla-“
Ø Lengkap hadits ini
diriwayatkan kemudian oleh Imam Bukhari dalam “Ash-Shahih”:
قال أَبو هُرَيْرَةَ: عَنِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْوِيهِ عَنْ رَبِّكُمْ، قَالَ: «لِكُلِّ
عَمَلٍ كَفَّارَةٌ، وَالصَّوْمُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ، وَلَخُلُوفُ فَمِ
الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ المِسْكِ»
Abu Hurairah berkata: Dari Nabi ﷺ, yang beliau riwayatkan dari Rabb kalian,
"Setiap amalan adalah kafarat dosa, sedang puasa adalah bagi-Ku dan Aku
lah yang akan memberinya pahala. Sungguh, bau mulut orang yang berpuasa jauh
lebih wangi di sisi Allah daripada minyak kesturi."
g) Hadits
Abdullah bin ‘Umar -radhiyallahu ‘anhuma-.
Imam
Bukhari -rahimahullah- berkata:
61 -
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ، عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ مِنَ الشَّجَرِ شَجَرَةً لاَ يَسْقُطُ
وَرَقُهَا، وَإِنَّهَا مَثَلُ المُسْلِمِ، فَحَدِّثُونِي مَا هِيَ» فَوَقَعَ
النَّاسُ فِي شَجَرِ البَوَادِي قَالَ عَبْدُ اللَّهِ: وَوَقَعَ فِي نَفْسِي
أَنَّهَا النَّخْلَةُ، فَاسْتَحْيَيْتُ، ثُمَّ قَالُوا: حَدِّثْنَا مَا هِيَ يَا
رَسُولَ اللَّهِ قَالَ: «هِيَ النَّخْلَةُ»
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Isma'il bin
Ja'far, dari Abdullah bin Dinar, dari Ibnu Umar ia berkata; Rasulullah ﷺ bersabda,
"Sesungguhnya diantara pohon ada suatu pohon yang tidak jatuh daunnya. Dan
itu adalah perumpamaan bagi seorang muslim. Katakanlah kepadaku, pohon apakah
itu?"
Maka para sahabat beranggapan bahwa yang dimaksud
adalah pohon yang berada di lembah.
Abdullah berkata, "Aku berpikir dalam hati pohon
itu adalah pohon kurma, tapi aku malu mengungkapkannya. Kemudian para sahabat
bertanya, "Wahai Rasulullah, pohon apakah itu?"
Beliau ﷺ menjawab, "Pohon kurma".
B.
Bab
kelima.
Imam
Bukhari -rahimahullah- berkata:
بَابُ طَرْحِ
الإِمَامِ المَسْأَلَةَ عَلَى أَصْحَابِهِ لِيَخْتَبِرَ مَا عِنْدَهُمْ مِنَ
العِلْمِ
“Bab: Pemimpin yang melemparkan pertanyaan
kepada para sahabatnya untuk mengetahui kadar ilmu mereka”
Imam
Bukhari -rahimahullah- berkata:
62 -
حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ مَخْلَدٍ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ [بن بلال]، حَدَّثَنَا
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ دِينَارٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِنَّ مِنَ الشَّجَرِ شَجَرَةً لاَ يَسْقُطُ
وَرَقُهَا، وَإِنَّهَا مَثَلُ المُسْلِمِ، حَدِّثُونِي مَا
هِيَ» قَالَ: فَوَقَعَ النَّاسُ فِي شَجَرِ البَوَادِي قَالَ عَبْدُ اللَّهِ:
فَوَقَعَ فِي نَفْسِي أَنَّهَا النَّخْلَةُ، فَاسْتَحْيَيْتُ، ثُمَّ قَالُوا:
حَدِّثْنَا مَا هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: «هِيَ النَّخْلَةُ»
Telah
menceritakan kepada kami Khalid bin Makhlad, ia berkata: Telah menceritakan
kepada kami Sulaiman [bin Bilal], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami
Abdullah bin Dinar, dari Ibnu Umar, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, "Sesungguhnya diantara pohon ada satu
pohon yang tidak jatuh daunnya. Dan itu adalah perumpamaan bagi seorang muslim.
Katakanlah padaku, pohon apakah itu?"
Maka
para sahabat beranggapan bahwa yang dimaksud adalah pohon yang berada di
lembah.
Abdullah
berkata: Aku berpikir dalam hati pohon itu adalah pohon kurma, tapi aku malu
mengungkapkannya. Kemudian orang-orang berkata, "Wahai Rasulullah, pohon
apakah itu?"
Beliau
ﷺ menjawab, "Pohon kurma".
Penjelasan
singkat hadits Ibnu Umar:
1.
Biografi
Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma.
Lihat di sini: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
2.
Hadits
ini dijadikan dalil oleh Imam Bukhari bahwa lafadz “haddatsana”, “akhbarana”,
“anba’ana”, dan “sami’tu” semuanya bermakan sama.
Karena
dalam riwayat ini Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menggunakan
lafadz “حَدِّثُونِي مَا هِيَ”, dan dalam riwayat lain menggunakan lafadz: “أَخْبِرُونِي بِشَجَرَةٍ”, dan yang lain dengan lafadz: “أَنْبِئُونِي بِشَجَرَةٍ”.
3.
Seorang
pemimpin atau guru boleh menguji pemahaman sahabatnya atau muridnya dengan
pertanyaan.
Dari Ubaiy
bin Ka'b radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bertanya kepadanya:
«يَا
أَبَا الْمُنْذِرِ، أَتَدْرِي أَيُّ آيَةٍ مِنْ كِتَابِ اللهِ مَعَكَ أَعْظَمُ؟»
"Wahai Abu
Al-Mundzir, apakah kamu tahu ayat apa dari kitabullah yang kamu hafal yang
paling agung?"
Ubaiy
menjawab: Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.
Rasulullah
beratanya lagi:
«يَا
أَبَا الْمُنْذِرِ أَتَدْرِي أَيُّ آيَةٍ مِنْ كِتَابِ اللهِ مَعَكَ أَعْظَمُ؟»
"Wahai Abu
Al-Mundzir, apakah kamu tahu ayat apa dari kitabullah yang kamu hafal yang
paling agung?"
Ubaiy
menjawab:
{اللهُ
لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ} [البقرة: 255].
Allah,
tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang hidup kekal lagi
terus menerus mengurus (makhluk-Nya). [Al-Baqarah:255]
Maka
Rasulullah menepuk dada Ubaiy dan berkata:
«وَاللهِ
لِيَهْنِكَ الْعِلْمُ أَبَا الْمُنْذِرِ» [صحيح مسلم]
"Demi Allah,
Allah memudahkan ilmu untukmu wahai Abu Al-Mundzir". [Sahih Muslim]
Ø Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma berkata: Umar
Pernah mengajakku dalam sebuah majlis orang dewasa, sehingga sebagian sahabat
bertanya: "Mengapa si anak kecil ini kau ikut sertakan,
kami juga punya anak-anak kecil seperti dia?"
Umar
menjawab: "Sesungguhnya ia seperti yang telah kalian
ketahui"
Maka
suatu hari Umar mengundang mereka dan mengajakku bersama mereka. Seingatku,
Umar tidak mengajakku saat itu selain untuk mempertontonkan kepada mereka
kualitas keilmuanku. Lantas Umar bertanya;
" مَا تَقُولُونَ فِي {إِذَا جَاءَ
نَصْرُ اللَّهِ وَالفَتْحُ، وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ
أَفْوَاجًا} حَتَّى خَتَمَ السُّورَةَ؟
“Bagaimana
komentar kalian tentang ayat "Jika pertolongan Allah dan kemenangan
datang, dan kau lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong,
-hingga ahkir surat (An-Nashr 1-3)-".
Sebagian
sahabat berkomentar: "Kita diperintahkan agar memuji Allah dan meminta
ampunan kepada-Nya, tepatnya ketika kita diberi pertolongan dan diberi
kemenangan."
Sebagian
lagi berkomentar; "Kalau kami tida tahu." Atau bahkan tidak
berkomentar sama sekali.
Lantas
Umar bertanya kepadaku; "Wahai Ibnu Abbas, beginikah kamu berkomentar
mengenai ayat tadi?
Aku
menjawab: Tidak!
Umar
bertanya: Lalu komentarmu?
Ibnu
Abbas menjawab:
«هُوَ
أَجَلُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَعْلَمَهُ اللَّهُ لَهُ:
إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالفَتْحُ فَتْحُ مَكَّةَ، فَذَاكَ عَلاَمَةُ
أَجَلِكَ: فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا»
"Surat tersebut
adalah pertanda wafat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sudah dekat,
Allah memberitahunya dengan ayatnya: "Jika telah datang pertolongan Allah
dan kemenangan", itu berarti penaklukan Makkah dan itulah tanda ajalmu
(Muhammad), karenanya "Bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah
ampunan, sesungguhnya Dia Maha Menerima taubat".
Umar
berkata:
«مَا
أَعْلَمُ مِنْهَا إِلَّا مَا تَعْلَمُ»
"Aku tidak tahu
penafsiran ayat tersebut selain seperti yang kamu (Ibnu Abbas) ketahui."
[Sahih Bukhari]
4.
Persamaan
pohon kurma dengan seorang muslim.
Diantaranya:
a. Segala
tingkah-laku seorang mu’min harus memberi manfaat sebagaimana pohon kurma,
seluruh bagiannya bisa dimanfaatkan.
Abdullah
bin Umar radhiallahu
'anhuma berkata: "Ketika kami sedang duduk di sisi Nabi shallallahu
'alaihi wasallam, lalu didatangkan bagian dalam pucuk pohon kurma (berwarna
putih dan lembut dimakan dengan
madu). Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam lalu bersabda:
«إِنَّ
مِنَ الشَّجَرِ لَمَا بَرَكَتُهُ كَبَرَكَةِ المُسْلِمِ»
"Sesungguhnya di
antara pepohonan itu ada satu jenis pohon yang keberkahannya seperti seorang
Muslim."
Lalu
aku mempunyai perkiraan bahwa pohon itu adalah pohon kurma, aku berkeinginan
menjawab; 'Wahai Rasulullah, itu adalah pohon kurma', namun aku melihat bahwa
di antara sepuluh orang yang ada aku adalah yang paling muda. Maka aku pun
diam. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kemudian menjawab pertanyaannya:
«هِيَ
النَّخْلَةُ» [صحيح
البخاري]
" Yaitu pohon kurma." [Shahih Bukhari]
Ø Dari Abu Musa
Al-Asy'ariy radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
«عَلَى
كُلِّ مُسْلِمٍ صَدَقَةٌ» قَالُوا: فَإِنْ لَمْ يَجِدْ؟ قَالَ: «فَيَعْمَلُ
بِيَدَيْهِ فَيَنْفَعُ نَفْسَهُ وَيَتَصَدَّقُ» قَالُوا: فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ
أَوْ لَمْ يَفْعَلْ؟ قَالَ: «فَيُعِينُ ذَا الحَاجَةِ المَلْهُوفَ» قَالُوا:
فَإِنْ لَمْ يَفْعَلْ؟ قَالَ: «فَيَأْمُرُ بِالخَيْرِ» أَوْ قَالَ:
«بِالْمَعْرُوفِ» قَالَ: فَإِنْ لَمْ يَفْعَلْ؟ قَالَ: «فَيُمْسِكُ عَنِ الشَّرِّ
فَإِنَّهُ لَهُ صَدَقَةٌ» [صحيح
البخاري ومسلم]
"Wajib
bagi setiap muslim untuk bersedekah."
Para
sahabat bertanya; "Bagaimana jika ia tidak mendapatkannya? '
Beliau
bersabda:: 'Berusaha dengan tangannya, sehingga ia bisa memberi manfaat untuk
dirinya dan bersedekah.'
Mereka
bertanya; 'Bagaimana jika ia tidak bisa melakukannya? '
Beliau
bersabda: 'Menolong orang yang sangat memerlukan bantuan.'
Mereka
bertanya; 'Bagaimana jika ia tidak bisa melakukannya? '
Beliau
bersabda: 'Menyuruh untuk melakukan kebaikan’ atau bersabda; ‘menyuruh
melakukan yang baik'
Dia
berkata; 'Bagaimana jika ia tidak dapat melakukannya? '
Beliau
bersabda: 'Menahan diri dari kejahatan, karena itu adalah sedekah baginya.'
[Shahih Bukhari dan Muslim]
b. Do’a
seorang mu’min tidak pernah sia-sia.
Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu
'anhuma berkata:
كُنَّا عِنْدَ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ فَقَالَ: «إِنَّ
مَثَلَ الْمُؤْمِنِ كَمَثَلِ شَجَرَةٍ لَا يَسْقُطُ لَهَا أُنْمُلَةٌ أَتَدْرُونَ
مَا هِيَ؟» قَالُوا: لَا , قَالَ: «هِيَ النَّخْلَةُ لَا تَسْقُطُ لَهَا
أُنْمُلَةٌ وَلَا يَسْقُطُ لِمُؤْمِنٍ دَعْوَةٌ» [بغية الباحث عن زوائد مسند الحارث (2/ 965)]
Kami pernah berada di sisi Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam suatu hari, kemudian beliau bersabda: “Sesungguhnya
perumpamaan seorang mu’min seperti suatu pohon yang tidak gugur daunnya, apakah
kalian tahu apa itu? Mereka menjawab: Tidak. Rasulullah bersabda: “Itu adalah
pohon kurma, tidak jatuh daunnya demikian pula seorang mu’min tidak sia-sia
do’anya”. [Musnad Al-Harits]
Ø
Dari Abu Sa'id radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
" مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ
لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ ، وَلَا قَطِيعَةُ رَحِمٍ ، إِلَّا أَعْطَاهُ اللهُ بِهَا إِحْدَى
ثَلَاثٍ: إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ، وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ
فِي الْآخِرَةِ، وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا " قَالُوا:
إِذًا نُكْثِرُ، قَالَ: " اللهُ أَكْثَرُ " [مسند أحمد: صحيح]
“Tidak seorangpun dari umat Islam yang
berdo'a dengan suatu do'a yang tidak mengandung dosa dan pemutusan silaturahim
kecuali Allah akan memberikan kepadanya satu di antara tiga hal: Do'anya akan
langsung dikabulkan, atau pahalanya ditabung untuknya di akhirat, atau
dijauhkan darinya keburukan yang setimpal.”
Sahabat berkata: Kalau demikian kami akan
memperbanya berdo'a!
Rasulullah menjawab: Allah lebih banyak
(karunia-Nya). [Musnad Ahmad: Sahih]
c. Iman
seorang muslim harus kuat seperti akar pohon kurma.
Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ
يُخْبِرُنِي عَنْ شَجَرَةٍ مَثَلُهَا مَثَلُ الْمُؤْمِنِ، أَصْلُهَا ثَابِتٌ
وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ، تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا؟ »
قَالَ عَبْدُ اللَّهِ: فَأَرَدْتُ أَنْ أَقُولَ: هِيَ النَّخْلَةُ، فَمَنَعَنِي
مَكَانُ أَبِي، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «هِيَ
النَّخْلَةُ»، فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِأَبِي، فَقَالَ: لَوْ قُلْتَهَا كَانَ أَحَبَّ إِلَيَّ
مِنْ كَذَا وَكَذَا، أَحْسَبُهُ قَالَ: حُمْرِ النَّعَمِ. [صحيح ابن حبان]
“Siapa yang bisa memberitahukan kepadaku tentang pohon
yang perumpamaannya sama seperti seorang mu’min, akarnya kuat dan cabangnya
menculang ke langit, ia memberi buahnya setiapa saat dengan izin Rabnya?
Abdullah berkata: Saya ingin mengatakan bahwa itu
adalah pohon kurma, akan tetapi kedudukan bapakku mencegahku. Maka Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Itu adalah pohon kurma”.
Kemudian aku menyampaikan hal itu kepada bapakku, maka
ia berkata: Seandainya engkau menjawabnya maka itu lebih aku sukai dari pada
ini dan itu”. Aku rasa ia berkata: “Dari pada onta merah”. [Shahih Ibnu Hibban]
Ø
Abdullah bin 'Abbas radhiallahu'anhuma
berkata; Telah mengabarkan kepadaku Abu Sufyan bin Harb radhiallahu'anhu:
"
أَنَّ هِرَقْلَ، قَالَ لَهُ: سَأَلْتُكَ هَلْ يَزِيدُونَ أَمْ يَنْقُصُونَ؟
فَزَعَمْتَ أَنَّهُمْ يَزِيدُونَ، وَكَذَلِكَ الإِيمَانُ حَتَّى يَتِمَّ،
وَسَأَلْتُكَ هَلْ يَرْتَدُّ أَحَدٌ سَخْطَةً لِدِينِهِ بَعْدَ أَنْ يَدْخُلَ
فِيهِ؟ فَزَعَمْتَ أَنْ لاَ، وَكَذَلِكَ الإِيمَانُ، حِينَ تُخَالِطُ بَشَاشَتُهُ
القُلُوبَ لاَ يَسْخَطُهُ أَحَدٌ " [صحيح البخاري ومسلم]
Bahwa
Heraqlius berkata kepadanya, "Aku sudah bertanya kepadamu, apakah jumlah
mereka bertambah atau berkurang? Maka kamu bertutur bahwa mereka bertambah, dan
memang begitulah iman akan terus berkembang hingga sempurna. Dan aku bertanya
kepadamu, apakah ada orang yang murtad karena dongkol pada agamanya? Kemudian
kamu bertutur; tidak ada, maka begitu juga iman bila sudah tumbuh bersemi dalam
hati tidak akan ada yang dongkol kepadanya". [Shahih Bukhari dan Muslim]
5.
Ibnu
Umar malu menjawab karena adabnya tidak mau mendahului orang yang lebih senior.
Ibnu
'Umar radhiallahu'anhuma
berkata;
كُنَّا عِنْدَ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: " أَخْبِرُونِي
بِشَجَرَةٍ تُشْبِهُ أَوْ: كَالرَّجُلِ المُسْلِمِ لاَ يَتَحَاتُّ وَرَقُهَا،
وَلاَ وَلاَ وَلاَ تُؤْتِي أُكْلَهَا كُلَّ حِينٍ " قَالَ ابْنُ عُمَرَ:
فَوَقَعَ فِي نَفْسِي أَنَّهَا النَّخْلَةُ، وَرَأَيْتُ أَبَا بَكْرٍ، وَعُمَرَ
لاَ يَتَكَلَّمَانِ، فَكَرِهْتُ أَنْ أَتَكَلَّمَ فَلَمَّا لَمْ يَقُولُوا
شَيْئًا، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «هِيَ
النَّخْلَةُ» فَلَمَّا قُمْنَا قُلْتُ لِعُمَرَ: يَا أَبَتَاهُ، وَاللَّهِ لَقَدْ
كَانَ وَقَعَ فِي نَفْسِي أَنَّهَا النَّخْلَةُ، فَقَالَ: مَا مَنَعَكَ أَنْ
تَكَلَّمَ؟ قَالَ: لَمْ أَرَكُمْ تَكَلَّمُونَ، فَكَرِهْتُ أَنْ أَتَكَلَّمَ أَوْ
أَقُولَ شَيْئًا، قَالَ عُمَرُ: لَأَنْ تَكُونَ قُلْتَهَا، أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ
كَذَا وَكَذَا [صحيح البخاري
ومسلم]
Ketika
kami bersama Rasulullah ﷺ,
beliau bersabda, "Beritahukan padaku suatu pohon yang mirip seorang
muslim, daunnya tidak berguguran, dan ia tidak berbuah setiap waktu." Ibnu
Umar berkata, Hatiku mengatakan bahwa pohon itu adalah pohon kurma. Aku melihat
Abu Bakar dan Umar tidak berbicara sehingga aku tidak mau berbicara atau
mengatakan apa pun. Tatkala para sahabat tidak ada yang menjawab sedikitpun,
Rasulullah ﷺ bersabda, 'Yaitu pohon kurma.' Ketika kami
sudah beranjak pergi, aku berkata kepada Umar; Wahai bapakku, dalam hatiku juga
mengatakan bahwa itu adalah pohon kurma. Lalu ia berkata; Kenapa kamu tidak
mengatakannya tadi? Ibnu Umar menjawab; 'Aku melihat kalian semua tidak
menjawab, maka aku pun tidak mau menjawab atau mengatakan sesuatu pun. Umar
berkata, 'Andai kau mengatakannya, itu lebih aku sukai dari ini dan ini.'
[Shahih Bukhari dan Muslim]
6.
Yang
muda harus menghormati yang tua.
Anas
bin Malik radiyallahu 'anhu
berkata: Seorang yang sudah tua datang ingin menemui Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam, akan tetapi yang hadir lambat untuk melapangkan tempat
untuknya, maka Rasulullah bersabda:
«لَيْسَ
مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيُوَقِّرْ كَبِيرَنَا» [سنن الترمذي: صحيح]
"Bukan bagian
dari kami bagi yang tidak merahmati yang masih muda dari kami dan tidak
menghormati yang sudah tua dari kami". [Sunan Tirmidziy: Sahih]
Ø Ketika Huwayyishah
dan Muhayyishah radiyallahu 'anhuma datang kepada Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam dan Muhayyishah lebih dahulu berbicara, Rasulullah
bersabda:
«كَبِّرْ
كَبِّرْ» [صحيح
مسلم]
"Dahulukah yang
lebih tua, dahulukan yang lebih tua".
Maka
Huwayyishah berbicara kemudian Muhayyishah. [Sahih Muslim]
7.
Tidak
sepantasnya malu dalam hal kebaikan.
Aisyah radiyallahu 'anha
berkata:
«نِعْمَ النِّسَاءُ نِسَاءُ
الْأَنْصَارِ لَمْ يَكُنْ يَمْنَعُهُنَّ الْحَيَاءُ أَنْ يَتَفَقَّهْنَ فِي
الدِّينِ» [صحيح مسلم]
"Sebaik-baik
wanita adalah wanita kaum Al-Anshar, rasa malu tidak mencegah mereka untuk
memahami urusan agama". [Sahih Muslim]
Ø
Mujahid rahimahullah berkata:
«لاَ يَتَعَلَّمُ العِلْمَ
مُسْتَحْيٍ وَلاَ مُسْتَكْبِرٌ» [صحيح البخاري معلقا]
“Tidak akan menuntut ilmu orang yang pemalu
dan tidak juga orang yang sombong”. [Sahih Bukhari: Mu’allaq]
8.
Membanggakan
orang tua termasuk bakti kepada keduanya (birrul walidain).
Abdullah
bin 'Amr radhiyallahu
'anhuma berkata: Sorang lelaki datang kepada Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam dan berkata: Aku datang kepadamu untuk membai'atmu atas
hijrah, dan aku meninggalkan kedua orang tuaku menangis!
Maka
beliau bersabda:
«ارْجِعْ
عَلَيْهِمَا فَأَضْحِكْهُمَا كَمَا أَبْكَيْتَهُمَا» [سنن أبي داود: صحيح]
"Kembalilah pada
keduanya, dan buatlah mereka tertawa sebagaimana engkau telah membuatnya
menangis". [Sunan Abi Daud: Sahih]
9.
Pemahaman
seseorang berbeda-beda.
Abu
Sa'id Al-Khudriy -radhiyallahu
‘anhu- berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menyampaikan
khuthbahnya:
«إِنَّ
اللَّهَ خَيَّرَ عَبْدًا بَيْنَ الدُّنْيَا وَبَيْنَ مَا عِنْدَهُ فَاخْتَارَ مَا
عِنْدَ اللَّهِ»، فَبَكَى أَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيقُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ،
فَقُلْتُ فِي نَفْسِي مَا يُبْكِي هَذَا الشَّيْخَ؟ إِنْ يَكُنِ اللَّهُ خَيَّرَ
عَبْدًا بَيْنَ الدُّنْيَا وَبَيْنَ مَا عِنْدَهُ، فَاخْتَارَ مَا عِنْدَ اللَّهِ،
فَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هُوَ العَبْدَ، وَكَانَ
أَبُو بَكْرٍ أَعْلَمَنَا
"Sesungguhnya
Allah telah menawarkan kepada seorang hamba untuk memilih antara dunia dan apa
yang ada di sisi-Nya. Kemudian hamba tersebut memilih apa yang ada di sisi
Allah."
Maka tiba-tiba
Abu Bakr Ash-Shidiq -radhiyallahu ‘anhu- menangis. Aku berpikir dalam
hati, apa yang membuat orang tua ini menangis, hanya karena Allah menawarkan
kepada seorang hamba untuk memilih antara dunia dan apa yang ada di sisi-Nya
lalu hamba tersebut memilih apa yang ada di sisi Allah?" Dan ternyata
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah yang dimaksud hamba
tersebut. Dan Abu Bakr adalah orang yang paling memahami isyarat itu. [Shahih
Bukhari]
Lihat:
Keistimewaan Abu Bakr Ash-Shiddiiq
10. Yang muda bisa jadi memahami apa yang tidak dipahami
yang lebih tua dan berilmu.
Qabishah
bin Dzuaib radhiyallahu
'anhu berkata: Seorang nenek datang kepada Abu Bakr -radhiyallahu
'anhu- menanyakan tentang hak warisnya. Maka Abu Bakr berkata:
مَا
لَكِ فِي كِتَابِ اللَّهِ تَعَالَى شَيْءٌ، وَمَا عَلِمْتُ لَكِ فِي سُنَّةِ
نَبِيِّ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَيْئًا، فَارْجِعِي حَتَّى
أَسْأَلَ النَّاسَ
Engkau
tidak mendapatkan sesuatu dalam Al-Qur'an, dan aku tidak mengetahui bagian
untukmu disebutkan dalam sunnah Nabiyullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Maka kembalilah sampai aku bertanya kepada orang-orang.
Kemudian
Abu Bakr bertanya kepada orang-orang, maka Al-Mugirah bin Syu'bah -radhiyallahu
'anhu- berkata:
«حَضَرْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَعْطَاهَا السُّدُسَ»
Aku
menghadiri majlis Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan memberinya
seperenam.
Abu
Bakr berkata: Apakah ada yang hadir selainmu?
Maka Muhammad bin
Maslamah berdiri dan berkata seperti yang dikatakan Al-Mugirah bin Syu'bah.
Kemudian
Abu Bakr menjalankannya untuk nenek itu. [Sunan Abu Daud: Sahih]
11. Keistimewaan pohon kurma.
Dari Sa'ad
bin Abi Waqqash radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
«مَنْ
تَصَبَّحَ كُلَّ يَوْمٍ سَبْعَ تَمَرَاتٍ عَجْوَةً، لَمْ يَضُرَّهُ فِي ذَلِكَ
اليَوْمِ سُمٌّ وَلاَ سِحْرٌ» [صحيح
البخاري ومسلم]
"Barangsiapa
yang setiapa hari makan tujuh biji kurma Madinah ('ajwah) di pagi hari, maka ia
tidak akan terkena racun dan sihir pada hari itu". [Sahih Bukhari dan
Muslim]
12. Pemahaman agama pada anak lebih baik dari pada
kenikmatan dunia.
Uqbah bin 'Amir radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنْ يَغْدُوَ
كُلَّ يَوْمٍ إِلَى بُطْحَانَ، أَوْ إِلَى الْعَقِيقِ، فَيَأْتِيَ مِنْهُ بِنَاقَتَيْنِ
كَوْمَاوَيْنِ فِي غَيْرِ إِثْمٍ، وَلَا قَطْعِ رَحِمٍ؟»
“Siapa diantara kalian yang
suka pergi ke Buthaan atau ke Al-'Aqiiq setiap hari dan mendapatkan dari sana
dua ekor unta tanpa dosa dan tidak pula memutuskan siraturahmi (diambil dengan
halal dan suka rela)?”
Sahabat menjawab: Ya Rasulullah, kami suka
dengan itu.
Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
«أَفَلَا يَغْدُو أَحَدُكُمْ إِلَى
الْمَسْجِدِ فَيَعْلَمُ، أَوْ يَقْرَأُ آيَتَيْنِ مِنْ كِتَابِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ،
خَيْرٌ لَهُ مِنْ نَاقَتَيْنِ، وَثَلَاثٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ ثَلَاثٍ، وَأَرْبَعٌ خَيْرٌ
لَهُ مِنْ أَرْبَعٍ، وَمِنْ أَعْدَادِهِنَّ مِنَ الْإِبِلِ» [صحيح مسلم]
“Tidakkah seorang dari kalian
pergi ke mesjid dan belajar atau membaca dua ayat dari Al-Qur'an, maka itu
lebih baik baginya dari dua ekor onta, tiga ayat lebih baik dari tiga onta,
empat ayat lebih baik dari empat onta, dan semakin banyak jumlah ayatnya lebih
baik dari onta sebanyak itu”. [Sahih Muslim]
13. Boleh bangga dengan kelebihan anak dalam pemahaman
agama.
Karna
anak termasuk hasil usaha orang tuannya. Dari Aisyah radhiyallahu
'anha; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«إِنَّ
أَطْيَبَ مَا أَكَلَ الرَّجُلُ مِنْ كَسْبِهِ، وَإِنَّ وَلَدَهُ مِنْ كَسْبِهِ» [سنن النسائي: صححه الألباني]
"Sesungguhnya
yang paling baik dimakan oleh seseorang adalah hasil dari usahanya, dan
sesungguhnya anaknya termasuk hasil dari usahanya". [Sunan An-Nasa'i:
Sahih]
Wallahu a’lam!
Lihat
juga: Kitab Ilmu bab 3; Orang yang mengangkat suaranya ketika menyampaikan ilmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...