Senin, 28 September 2020

Kitab Ilmu bab 4 dan 5; Hadits Ibnu Umar "Perumpamaan pohon kurma"

 بسم الله الرحمن الرحيم

A.    Bab keempat.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

بَابُ قَوْلِ المُحَدِّثِ: حَدَّثَنَا، وَأَخْبَرَنَا، وَأَنْبَأَنَا

“Ucapan ahli hadits: Telah bercerita kepada kami, telah mengabarkan kepada kami, dan telah menyampaikan kepada kami”

Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan kedudukan lafadz-lafadz yang dipakai oleh ahli hadits dalam menerima dan menyampaikan hadits. Beliau menyebutkan beberapa contoh lafadz yang digunakan ulama dalam meyampaikan hadits yang menunjukkan bahwa ucapan seorang alih hadits haddatsana”, “akhbarana”, “anba’ana”, dan “sami’tu” semuanya bermakan sama.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا} [الزلزلة: 4]

Pada hari itu bumi menceritakan beritanya. [Az-Zalzalah: 4]

{وَلَا يُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيرٍ} [فاطر: 14]

Dan tidak ada yang dapat memberi keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui. [Fathir: 14]

Imam Bukhari -rahimahullah- menyebutkan ucapan Sufyan bin ‘Uyainah -rahimahullah-, dan beberapa hadits mu’allaq (terputus sandanya) dari Ibnu Mas’ud, Hudzaifah, Ibnu ‘Abbas, Anas, dan Abu Hurairah, dan satu hadits muttasil (bersambung sanadnya) dari Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhum.

Takhri atsar dan hadits dalam bab ini:

a)      Atsar Sufyan bin ‘Uyainah -rahimahullah-.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

" وَقَالَ لَنَا الحُمَيْدِيُّ [عبد الله بن الزبير]: كَانَ عِنْدَ [سفيان] ابْنِ عُيَيْنَةَ حَدَّثَنَا، وَأَخْبَرَنَا، وَأَنْبَأَنَا، وَسَمِعْتُ؛ وَاحِدًا "

Dan Al-Humaidiy [Abdullah bin Az-Zubair] berkata kepada kami: “Menurut [Sufyan] Ibnu ‘Uyainan bahwa lafadz “haddatsana”, “akhbarana”, “anba’ana”, dan “sami’tu” semuanya sama (tidak ada perbedaan derajat)”.

b)     Hadits Abdullah bin Mas’ud -radhiyallahu ‘anhu-.

Pertama: Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

" وَقَالَ ابْنُ مَسْعُودٍ: حَدَّثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ الصَّادِقُ المَصْدُوقُ ... "

“Ibnu Mas’ud berkata: Telah bercerita kepada kami Rasulullah dab dialah orang yang jujur dan berita yang dibawanya adalah benar, … ”.

Ø  Lengkap hadits ini diriwayatkan kemudian oleh Imam Bukhari dalam “Ash-Shahih”:

قال عَبْدُ اللَّهِ بن مسعود: حَدَّثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ الصَّادِقُ المَصْدُوقُ، «إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا، ثُمَّ يَكُونُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُونُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَبْعَثُ اللَّهُ إِلَيْهِ مَلَكًا بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ، فَيُكْتَبُ عَمَلُهُ، وَأَجَلُهُ، وَرِزْقُهُ، وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيدٌ، ثُمَّ يُنْفَخُ فِيهِ الرُّوحُ، فَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ، حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ، فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الجَنَّةِ فَيَدْخُلُ الجَنَّةَ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الجَنَّةِ، حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ، فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الكِتَابُ، فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ، فَيَدْخُلُ النَّارَ»

'Abdullah bin Mas’ud berkata: Telah bercerita kepada kami Rasulullah dab dialah orang yang jujur dan berita yang dibawanya adalah benar: "Setiap orang dari kalian telah dikumpulkan dalam penciptaannya ketika berada di dalam perut ibunya selama empat puluh hari kemudian menjadi 'alaqah (zigot) selama itu pula kemudian menjadi mudlghah (segumpal daging) selama itu pula kemudian Allah mengirim malaikat yang diperintahkan dengan empat ketetapan (dan dikatakan kepadanya), tulislah amalnya, rezekinya, ajalnya dan sengsara dan bahagianya lalu ditiupkan ruh kepadanya. Dan sungguh seseorang akan ada yang beramal dengan amal-amal penghuni neraka hingga tak ada jarak antara dirinya dengan neraka kecuali sejengkal saja lalu dia didahului oleh catatan (ketetapan takdirnya) hingga dia beramal dengan amalan penghuni surga kemudian masuk surga, dan ada juga seseorang yang beramal dengan amal-amal penghuni surga hingga tak ada jarak antara dirinya dengan surga kecuali sejengkal saja, lalu dia didahului oleh catatan (ketetapan takdirnya) hingga dia beramal dengan amalan penghuni neraka lalu dia masuk neraka".

Kedua: Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

" وَقَالَ شَقِيقٌ [بنُ سَلَمَةَ أَبُو وَائِلٍ الأَسَدِيُّ]: عَنْ عَبْدِ اللَّهِ؛ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَلِمَةً ... "

“Dan Syaqiq [bin Salamah, Abu Wail Al-Asadiy] berkata: Dari Abdullah, ia berkata: Aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengucapkan satu kalimat … ”

Ø Lengkap hadits ini diriwayatkan kemudian oleh Imam Bukhari dalam “Ash-Shahih”:

قال شَقِيقٍ: عَنْ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَلِمَةً وَقُلْتُ أُخْرَى، قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ مَاتَ وَهْوَ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ نِدًّا دَخَلَ النَّارَ» وَقُلْتُ أَنَا: مَنْ مَاتَ وَهْوَ لاَ يَدْعُو لِلَّهِ نِدًّا دَخَلَ الجَنَّةَ

Syaqiq berkata: Dari Abdullah; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda satu kalimat dan aku tambahkan. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang mati, sedangkan dia menyeru selain Allah sebagai tandinganNya maka dia masuk neraka." Sedangkan aku berkata: “Barangsiapa yang mati dan dia tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu maka dia masuk surga.'

c)      Hadits Hudzaifah -radhiyallahu ‘anhu-.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

" وَقَالَ حُذَيْفَةُ: حَدَّثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدِيثَيْنِ ... "

“Dan Hudzaifah mengatakan: Telah menceritakan kepada kami Rasulullah dua Hadits … ”

Ø Lengkap hadits ini diriwayatkan kemudian oleh Imam Bukhari dalam “Ash-Shahih”:

قَالَ حُذَيْفَةُ: حَدَّثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدِيثَيْنِ، رَأَيْتُ أَحَدَهُمَا وَأَنَا أَنْتَظِرُ الآخَرَ: حَدَّثَنَا: «أَنَّ الأَمَانَةَ نَزَلَتْ فِي جَذْرِ قُلُوبِ الرِّجَالِ، ثُمَّ عَلِمُوا مِنَ القُرْآنِ، ثُمَّ عَلِمُوا مِنَ السُّنَّةِ» وَحَدَّثَنَا عَنْ رَفْعِهَا قَالَ: " يَنَامُ الرَّجُلُ النَّوْمَةَ، فَتُقْبَضُ الأَمَانَةُ مِنْ قَلْبِهِ، فَيَظَلُّ أَثَرُهَا مِثْلَ أَثَرِ الوَكْتِ، ثُمَّ يَنَامُ النَّوْمَةَ فَتُقْبَضُ فَيَبْقَى أَثَرُهَا مِثْلَ المَجْلِ، كَجَمْرٍ دَحْرَجْتَهُ عَلَى رِجْلِكَ فَنَفِطَ، فَتَرَاهُ مُنْتَبِرًا وَلَيْسَ فِيهِ شَيْءٌ، فَيُصْبِحُ النَّاسُ يَتَبَايَعُونَ، فَلاَ يَكَادُ أَحَدٌ يُؤَدِّي الأَمَانَةَ، فَيُقَالُ: إِنَّ فِي بَنِي فُلاَنٍ رَجُلًا أَمِينًا، وَيُقَالُ لِلرَّجُلِ: مَا أَعْقَلَهُ وَمَا أَظْرَفَهُ وَمَا أَجْلَدَهُ، وَمَا فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةِ خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانٍ " وَلَقَدْ أَتَى عَلَيَّ زَمَانٌ وَمَا أُبَالِي أَيَّكُمْ بَايَعْتُ، لَئِنْ كَانَ مُسْلِمًا رَدَّهُ عَلَيَّ الإِسْلاَمُ، وَإِنْ كَانَ نَصْرَانِيًّا رَدَّهُ عَلَيَّ سَاعِيهِ، فَأَمَّا اليَوْمَ: فَمَا كُنْتُ أُبَايِعُ إِلَّا فُلاَنًا وَفُلاَنًا

Hudzaifah mengatakan: Telah menceritakan kepada kami Rasulullah dua Hadits, satunya sudah saya lihat sendiri dan satunya aku sedang menunggu-nunggu, beliau menceritakan kepada kami, "Bahwa Amanat mula-mula turun pada relung hati orang-orang, lantas mereka paham terhadap Al-Qur'an dan paham terhadap sunnah." Dan beliau menceritakan kepada kami cara diangkatnya amanah, Nabi bersabda, "Seseorang tertidur nyenyak kemudian amanat dicerabut dari hatinya, dan masih ada bekasnya seperti bekas yang kecil, kemudian dia tidur lagi dan amanat dicerabut darinya sehingga bekasnya seperti kutu di tangan, seperti bara yang kau gelindingkan di kakimu sehingga ia memar (beram-beram), maka engkau melihatnya beram-beram (memar) padahal sebenarnya tidak terjadi apa-apa, dan manusia secara beruntun melakukan jual beli dan nyaris tak seorang pun menunaikan amanat dengan baik, dan ada berita bahwa di bani Fulan ada seseorang yang dapat di percaya, kemudian dikatakan kepada tersebut; 'alangkah cerdasnya dia, alangkah bijaknya dia, alangkah pemberaninya dia, ' padahal tidak ada seberat biji gandum pun iman di dalam hatinya”.

Hudzaifah berkata: “Pernah datang suatu masa kepadaku yang ketika itu aku tak peduli siapa diantara kalian yang aku termpati berjual beli. Kalaulah ia muslim, maka keIslamannya akan mengembalikan hakku kepadaku. Dan kalaulah ia Nasrani, maka penguasanya akan mengembalikannya kepadaku, namun hari ini aku tidak berjual-beli selain kepada si Fulan dan Fulan."

d)     Hadits Abdullah bin ‘Abbas -radhiyallahu ‘anhuma-.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

" وَقَالَ أَبُو العَالِيَةِ [رُفَيْعُ بنُ مِهْرَانَ الرِّيَاحِيُّ]: عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فِيمَا يَرْوِي عَنْ رَبِّهِ ... "

“Dan Abu 'Aliyah [Rufai’ bin Mihran Ar-Riyahiy] berkata: Dari Ibnu 'Abbas radhiallahu 'anhuma, dari Nabi yang beliau riwayatkan dari Rabb-nya”

Ø Lengkap hadits ini diriwayatkan kemudian oleh Imam Bukhari dalam “Ash-Shahih”:

قال أَبو العَالِيَةِ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيمَا يَرْوِيهِ عَنْ رَبِّهِ، قَالَ: " لاَ يَنْبَغِي لِعَبْدٍ أَنْ يَقُولَ: إِنَّهُ خَيْرٌ مِنْ يُونُسَ بْنِ مَتَّى " وَنَسَبَهُ إِلَى أَبِيهِ.

Abu 'Aliyah berkata: Dari Ibnu 'Abbas radhiallahu'anhuma, dari Nabi yang beliau riwayatkan dari Rabb-nya, Allah berfirman: "Tak pantas seorang hamba berkata bahwa dirinya lebih baik daripada Yunus bin Matta”, dan Ia nisbatkan dirinya kepada ayahnya."

e)      Hadits Anas bin Malik -radhiyallahu ‘anhu-.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

" وَقَالَ أَنَسٌ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فِيمَا يَرْوِيهِ عَنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ ... "

“Dan Anas radhiallahu'anhu berkata: Dari Nabi yang beliau riwayatkan dari Rabb-nya ‘azza wajalla”

Ø Lengkap hadits ini diriwayatkan kemudian oleh Imam Bukhari dalam “Ash-Shahih”:

قال أَنَس رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْوِيهِ عَنْ رَبِّهِ، قَالَ: «إِذَا تَقَرَّبَ العَبْدُ إِلَيَّ شِبْرًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا، وَإِذَا تَقَرَّبَ مِنِّي ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ مِنْهُ بَاعًا، وَإِذَا أَتَانِي مَشْيًا أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً»

Anas radhiallahu'anhu berkata: Dari Nabi yang beliau riwayatkan dari Rabb-nya (hadits qudsi), Allah berfirman, "Jika seorang hamba mendekatkan diri kepada-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekat kepadanya sehasta, jika ia mendekatkan diri kepada-Ku sehasta maka Aku mendekat kepadanya sedepa, dan jika ia mendekatkan diri kepada-Ku dengan berjalan maka Aku akan mendatanginya dengan berlari."

f)       Hadits Abu Hurairah.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

وَقَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَرْوِيهِ عَنْ رَبِّكُمْ عَزَّ وَجَلَّ

“Dan Abu Hurairah berkata: Dari Nabi , yang beliau riwayatkan dari Rabb kalian –‘azza wajalla-“

Ø Lengkap hadits ini diriwayatkan kemudian oleh Imam Bukhari dalam “Ash-Shahih”:

قال أَبو هُرَيْرَةَ: عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْوِيهِ عَنْ رَبِّكُمْ، قَالَ: «لِكُلِّ عَمَلٍ كَفَّارَةٌ، وَالصَّوْمُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ، وَلَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ المِسْكِ»

Abu Hurairah berkata: Dari Nabi , yang beliau riwayatkan dari Rabb kalian, "Setiap amalan adalah kafarat dosa, sedang puasa adalah bagi-Ku dan Aku lah yang akan memberinya pahala. Sungguh, bau mulut orang yang berpuasa jauh lebih wangi di sisi Allah daripada minyak kesturi."

g)      Hadits Abdullah bin ‘Umar -radhiyallahu ‘anhuma-.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

61 - حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ مِنَ الشَّجَرِ شَجَرَةً لاَ يَسْقُطُ وَرَقُهَا، وَإِنَّهَا مَثَلُ المُسْلِمِ، فَحَدِّثُونِي مَا هِيَ» فَوَقَعَ النَّاسُ فِي شَجَرِ البَوَادِي قَالَ عَبْدُ اللَّهِ: وَوَقَعَ فِي نَفْسِي أَنَّهَا النَّخْلَةُ، فَاسْتَحْيَيْتُ، ثُمَّ قَالُوا: حَدِّثْنَا مَا هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ: «هِيَ النَّخْلَةُ»

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Ja'far, dari Abdullah bin Dinar, dari Ibnu Umar ia berkata; Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya diantara pohon ada suatu pohon yang tidak jatuh daunnya. Dan itu adalah perumpamaan bagi seorang muslim. Katakanlah kepadaku, pohon apakah itu?"

Maka para sahabat beranggapan bahwa yang dimaksud adalah pohon yang berada di lembah.

Abdullah berkata, "Aku berpikir dalam hati pohon itu adalah pohon kurma, tapi aku malu mengungkapkannya. Kemudian para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, pohon apakah itu?"

Beliau menjawab, "Pohon kurma".

B.     Bab kelima.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

بَابُ طَرْحِ الإِمَامِ المَسْأَلَةَ عَلَى أَصْحَابِهِ لِيَخْتَبِرَ مَا عِنْدَهُمْ مِنَ العِلْمِ

“Bab: Pemimpin yang melemparkan pertanyaan kepada para sahabatnya untuk mengetahui kadar ilmu mereka”

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

62 - حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ مَخْلَدٍ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ [بن بلال]، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ دِينَارٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِنَّ مِنَ الشَّجَرِ شَجَرَةً لاَ يَسْقُطُ وَرَقُهَا، وَإِنَّهَا مَثَلُ المُسْلِمِ، حَدِّثُونِي مَا هِيَ» قَالَ: فَوَقَعَ النَّاسُ فِي شَجَرِ البَوَادِي قَالَ عَبْدُ اللَّهِ: فَوَقَعَ فِي نَفْسِي أَنَّهَا النَّخْلَةُ، فَاسْتَحْيَيْتُ، ثُمَّ قَالُوا: حَدِّثْنَا مَا هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: «هِيَ النَّخْلَةُ»

Telah menceritakan kepada kami Khalid bin Makhlad, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Sulaiman [bin Bilal], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Dinar, dari Ibnu Umar, dari Nabi , beliau bersabda, "Sesungguhnya diantara pohon ada satu pohon yang tidak jatuh daunnya. Dan itu adalah perumpamaan bagi seorang muslim. Katakanlah padaku, pohon apakah itu?"

Maka para sahabat beranggapan bahwa yang dimaksud adalah pohon yang berada di lembah.

Abdullah berkata: Aku berpikir dalam hati pohon itu adalah pohon kurma, tapi aku malu mengungkapkannya. Kemudian orang-orang berkata, "Wahai Rasulullah, pohon apakah itu?"

Beliau menjawab, "Pohon kurma".

Penjelasan singkat hadits Ibnu Umar:

1.      Biografi Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma.

Lihat di sini: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

2.      Hadits ini dijadikan dalil oleh Imam Bukhari bahwa lafadz “haddatsana”, “akhbarana”, “anba’ana”, dan “sami’tu” semuanya bermakan sama.

Karena dalam riwayat ini Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menggunakan lafadz “حَدِّثُونِي مَا هِيَ”, dan dalam riwayat lain menggunakan lafadz: “أَخْبِرُونِي بِشَجَرَةٍ”, dan yang lain dengan lafadz: “أَنْبِئُونِي بِشَجَرَةٍ”.

3.      Seorang pemimpin atau guru boleh menguji pemahaman sahabatnya atau muridnya dengan pertanyaan.

Dari Ubaiy bin Ka'b radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya kepadanya:

«يَا أَبَا الْمُنْذِرِ، أَتَدْرِي أَيُّ آيَةٍ مِنْ كِتَابِ اللهِ مَعَكَ أَعْظَمُ؟»

"Wahai Abu Al-Mundzir, apakah kamu tahu ayat apa dari kitabullah yang kamu hafal yang paling agung?"

Ubaiy menjawab: Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.

Rasulullah beratanya lagi:

«يَا أَبَا الْمُنْذِرِ أَتَدْرِي أَيُّ آيَةٍ مِنْ كِتَابِ اللهِ مَعَكَ أَعْظَمُ؟»

"Wahai Abu Al-Mundzir, apakah kamu tahu ayat apa dari kitabullah yang kamu hafal yang paling agung?"

Ubaiy menjawab:

{اللهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ} [البقرة: 255].

Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya). [Al-Baqarah:255]

Maka Rasulullah menepuk dada Ubaiy dan berkata:

«وَاللهِ لِيَهْنِكَ الْعِلْمُ أَبَا الْمُنْذِرِ» [صحيح مسلم]

"Demi Allah, Allah memudahkan ilmu untukmu wahai Abu Al-Mundzir". [Sahih Muslim]

Ø  Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma berkata: Umar Pernah mengajakku dalam sebuah majlis orang dewasa, sehingga sebagian sahabat bertanya: "Mengapa si anak kecil ini kau ikut sertakan, kami juga punya anak-anak kecil seperti dia?"

Umar menjawab: "Sesungguhnya ia seperti yang telah kalian ketahui"

Maka suatu hari Umar mengundang mereka dan mengajakku bersama mereka. Seingatku, Umar tidak mengajakku saat itu selain untuk mempertontonkan kepada mereka kualitas keilmuanku. Lantas Umar bertanya;

" مَا تَقُولُونَ فِي {إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالفَتْحُ، وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا} حَتَّى خَتَمَ السُّورَةَ؟

“Bagaimana komentar kalian tentang ayat "Jika pertolongan Allah dan kemenangan datang, dan kau lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, -hingga ahkir surat (An-Nashr 1-3)-".

Sebagian sahabat berkomentar: "Kita diperintahkan agar memuji Allah dan meminta ampunan kepada-Nya, tepatnya ketika kita diberi pertolongan dan diberi kemenangan."

Sebagian lagi berkomentar; "Kalau kami tida tahu." Atau bahkan tidak berkomentar sama sekali.

Lantas Umar bertanya kepadaku; "Wahai Ibnu Abbas, beginikah kamu berkomentar mengenai ayat tadi?

Aku menjawab: Tidak!

Umar bertanya: Lalu komentarmu?

Ibnu Abbas menjawab:

«هُوَ أَجَلُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَعْلَمَهُ اللَّهُ لَهُ: إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالفَتْحُ فَتْحُ مَكَّةَ، فَذَاكَ عَلاَمَةُ أَجَلِكَ: فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا»

"Surat tersebut adalah pertanda wafat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sudah dekat, Allah memberitahunya dengan ayatnya: "Jika telah datang pertolongan Allah dan kemenangan", itu berarti penaklukan Makkah dan itulah tanda ajalmu (Muhammad), karenanya "Bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampunan, sesungguhnya Dia Maha Menerima taubat".

Umar berkata:

«مَا أَعْلَمُ مِنْهَا إِلَّا مَا تَعْلَمُ»

"Aku tidak tahu penafsiran ayat tersebut selain seperti yang kamu (Ibnu Abbas) ketahui." [Sahih Bukhari]

4.      Persamaan pohon kurma dengan seorang muslim.

Diantaranya:

a.       Segala tingkah-laku seorang mu’min harus memberi manfaat sebagaimana pohon kurma, seluruh bagiannya bisa dimanfaatkan.

Abdullah bin Umar radhiallahu 'anhuma berkata: "Ketika kami sedang duduk di sisi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, lalu didatangkan bagian dalam pucuk pohon kurma (berwarna putih dan lembut dimakan dengan madu). Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu bersabda:

«إِنَّ مِنَ الشَّجَرِ لَمَا بَرَكَتُهُ كَبَرَكَةِ المُسْلِمِ»

"Sesungguhnya di antara pepohonan itu ada satu jenis pohon yang keberkahannya seperti seorang Muslim."

Lalu aku mempunyai perkiraan bahwa pohon itu adalah pohon kurma, aku berkeinginan menjawab; 'Wahai Rasulullah, itu adalah pohon kurma', namun aku melihat bahwa di antara sepuluh orang yang ada aku adalah yang paling muda. Maka aku pun diam. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kemudian menjawab pertanyaannya:

«هِيَ النَّخْلَةُ» [صحيح البخاري]

"  Yaitu pohon kurma." [Shahih Bukhari]

Ø  Dari Abu Musa Al-Asy'ariy radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ صَدَقَةٌ» قَالُوا: فَإِنْ لَمْ يَجِدْ؟ قَالَ: «فَيَعْمَلُ بِيَدَيْهِ فَيَنْفَعُ نَفْسَهُ وَيَتَصَدَّقُ» قَالُوا: فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ أَوْ لَمْ يَفْعَلْ؟ قَالَ: «فَيُعِينُ ذَا الحَاجَةِ المَلْهُوفَ» قَالُوا: فَإِنْ لَمْ يَفْعَلْ؟ قَالَ: «فَيَأْمُرُ بِالخَيْرِ» أَوْ قَالَ: «بِالْمَعْرُوفِ» قَالَ: فَإِنْ لَمْ يَفْعَلْ؟ قَالَ: «فَيُمْسِكُ عَنِ الشَّرِّ فَإِنَّهُ لَهُ صَدَقَةٌ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Wajib bagi setiap muslim untuk bersedekah."

Para sahabat bertanya; "Bagaimana jika ia tidak mendapatkannya? '

Beliau bersabda:: 'Berusaha dengan tangannya, sehingga ia bisa memberi manfaat untuk dirinya dan bersedekah.'

Mereka bertanya; 'Bagaimana jika ia tidak bisa melakukannya? '

Beliau bersabda: 'Menolong orang yang sangat memerlukan bantuan.'

Mereka bertanya; 'Bagaimana jika ia tidak bisa melakukannya? '

Beliau bersabda: 'Menyuruh untuk melakukan kebaikan’ atau bersabda; ‘menyuruh melakukan yang baik'

Dia berkata; 'Bagaimana jika ia tidak dapat melakukannya? '

Beliau bersabda: 'Menahan diri dari kejahatan, karena itu adalah sedekah baginya.' [Shahih Bukhari dan Muslim]

b.      Do’a seorang mu’min tidak pernah sia-sia.

Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu 'anhuma berkata:

كُنَّا عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ فَقَالَ: «إِنَّ مَثَلَ الْمُؤْمِنِ كَمَثَلِ شَجَرَةٍ لَا يَسْقُطُ لَهَا أُنْمُلَةٌ أَتَدْرُونَ مَا هِيَ؟» قَالُوا: لَا , قَالَ: «هِيَ النَّخْلَةُ لَا تَسْقُطُ لَهَا أُنْمُلَةٌ وَلَا يَسْقُطُ لِمُؤْمِنٍ دَعْوَةٌ» [بغية الباحث عن زوائد مسند الحارث (2/ 965)]

Kami pernah berada di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam suatu hari, kemudian beliau bersabda: “Sesungguhnya perumpamaan seorang mu’min seperti suatu pohon yang tidak gugur daunnya, apakah kalian tahu apa itu? Mereka menjawab: Tidak. Rasulullah bersabda: “Itu adalah pohon kurma, tidak jatuh daunnya demikian pula seorang mu’min tidak sia-sia do’anya”. [Musnad Al-Harits]

Ø  Dari Abu Sa'id radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

" مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ ، وَلَا قَطِيعَةُ رَحِمٍ ، إِلَّا أَعْطَاهُ اللهُ بِهَا إِحْدَى ثَلَاثٍ: إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ، وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ، وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا " قَالُوا: إِذًا نُكْثِرُ، قَالَ: " اللهُ أَكْثَرُ " [مسند أحمد: صحيح]

“Tidak seorangpun dari umat Islam yang berdo'a dengan suatu do'a yang tidak mengandung dosa dan pemutusan silaturahim kecuali Allah akan memberikan kepadanya satu di antara tiga hal: Do'anya akan langsung dikabulkan, atau pahalanya ditabung untuknya di akhirat, atau dijauhkan darinya keburukan yang setimpal.”

Sahabat berkata: Kalau demikian kami akan memperbanya berdo'a!

Rasulullah menjawab: Allah lebih banyak (karunia-Nya). [Musnad Ahmad: Sahih]

c.       Iman seorang muslim harus kuat seperti akar pohon kurma.

Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

«مَنْ يُخْبِرُنِي عَنْ شَجَرَةٍ مَثَلُهَا مَثَلُ الْمُؤْمِنِ، أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ، تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا؟ » قَالَ عَبْدُ اللَّهِ: فَأَرَدْتُ أَنْ أَقُولَ: هِيَ النَّخْلَةُ، فَمَنَعَنِي مَكَانُ أَبِي، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «هِيَ النَّخْلَةُ»، فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِأَبِي، فَقَالَ: لَوْ قُلْتَهَا كَانَ أَحَبَّ إِلَيَّ مِنْ كَذَا وَكَذَا، أَحْسَبُهُ قَالَ: حُمْرِ النَّعَمِ. [صحيح ابن حبان]

“Siapa yang bisa memberitahukan kepadaku tentang pohon yang perumpamaannya sama seperti seorang mu’min, akarnya kuat dan cabangnya menculang ke langit, ia memberi buahnya setiapa saat dengan izin Rabnya?

Abdullah berkata: Saya ingin mengatakan bahwa itu adalah pohon kurma, akan tetapi kedudukan bapakku mencegahku. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Itu adalah pohon kurma”.

Kemudian aku menyampaikan hal itu kepada bapakku, maka ia berkata: Seandainya engkau menjawabnya maka itu lebih aku sukai dari pada ini dan itu”. Aku rasa ia berkata: “Dari pada onta merah”. [Shahih Ibnu Hibban]

Ø  Abdullah bin 'Abbas radhiallahu'anhuma berkata; Telah mengabarkan kepadaku Abu Sufyan bin Harb radhiallahu'anhu:

" أَنَّ هِرَقْلَ، قَالَ لَهُ: سَأَلْتُكَ هَلْ يَزِيدُونَ أَمْ يَنْقُصُونَ؟ فَزَعَمْتَ أَنَّهُمْ يَزِيدُونَ، وَكَذَلِكَ الإِيمَانُ حَتَّى يَتِمَّ، وَسَأَلْتُكَ هَلْ يَرْتَدُّ أَحَدٌ سَخْطَةً لِدِينِهِ بَعْدَ أَنْ يَدْخُلَ فِيهِ؟ فَزَعَمْتَ أَنْ لاَ، وَكَذَلِكَ الإِيمَانُ، حِينَ تُخَالِطُ بَشَاشَتُهُ القُلُوبَ لاَ يَسْخَطُهُ أَحَدٌ " [صحيح البخاري ومسلم]

Bahwa Heraqlius berkata kepadanya, "Aku sudah bertanya kepadamu, apakah jumlah mereka bertambah atau berkurang? Maka kamu bertutur bahwa mereka bertambah, dan memang begitulah iman akan terus berkembang hingga sempurna. Dan aku bertanya kepadamu, apakah ada orang yang murtad karena dongkol pada agamanya? Kemudian kamu bertutur; tidak ada, maka begitu juga iman bila sudah tumbuh bersemi dalam hati tidak akan ada yang dongkol kepadanya". [Shahih Bukhari dan Muslim]

5.      Ibnu Umar malu menjawab karena adabnya tidak mau mendahului orang yang lebih senior.

Ibnu 'Umar radhiallahu'anhuma berkata;

كُنَّا عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: " أَخْبِرُونِي بِشَجَرَةٍ تُشْبِهُ أَوْ: كَالرَّجُلِ المُسْلِمِ لاَ يَتَحَاتُّ وَرَقُهَا، وَلاَ وَلاَ وَلاَ تُؤْتِي أُكْلَهَا كُلَّ حِينٍ " قَالَ ابْنُ عُمَرَ: فَوَقَعَ فِي نَفْسِي أَنَّهَا النَّخْلَةُ، وَرَأَيْتُ أَبَا بَكْرٍ، وَعُمَرَ لاَ يَتَكَلَّمَانِ، فَكَرِهْتُ أَنْ أَتَكَلَّمَ فَلَمَّا لَمْ يَقُولُوا شَيْئًا، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «هِيَ النَّخْلَةُ» فَلَمَّا قُمْنَا قُلْتُ لِعُمَرَ: يَا أَبَتَاهُ، وَاللَّهِ لَقَدْ كَانَ وَقَعَ فِي نَفْسِي أَنَّهَا النَّخْلَةُ، فَقَالَ: مَا مَنَعَكَ أَنْ تَكَلَّمَ؟ قَالَ: لَمْ أَرَكُمْ تَكَلَّمُونَ، فَكَرِهْتُ أَنْ أَتَكَلَّمَ أَوْ أَقُولَ شَيْئًا، قَالَ عُمَرُ: لَأَنْ تَكُونَ قُلْتَهَا، أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ كَذَا وَكَذَا [صحيح البخاري ومسلم]

Ketika kami bersama Rasulullah , beliau bersabda, "Beritahukan padaku suatu pohon yang mirip seorang muslim, daunnya tidak berguguran, dan ia tidak berbuah setiap waktu." Ibnu Umar berkata, Hatiku mengatakan bahwa pohon itu adalah pohon kurma. Aku melihat Abu Bakar dan Umar tidak berbicara sehingga aku tidak mau berbicara atau mengatakan apa pun. Tatkala para sahabat tidak ada yang menjawab sedikitpun, Rasulullah bersabda, 'Yaitu pohon kurma.' Ketika kami sudah beranjak pergi, aku berkata kepada Umar; Wahai bapakku, dalam hatiku juga mengatakan bahwa itu adalah pohon kurma. Lalu ia berkata; Kenapa kamu tidak mengatakannya tadi? Ibnu Umar menjawab; 'Aku melihat kalian semua tidak menjawab, maka aku pun tidak mau menjawab atau mengatakan sesuatu pun. Umar berkata, 'Andai kau mengatakannya, itu lebih aku sukai dari ini dan ini.' [Shahih Bukhari dan Muslim]

6.      Yang muda harus menghormati yang tua.

Anas bin Malik radiyallahu 'anhu berkata: Seorang yang sudah tua datang ingin menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, akan tetapi yang hadir lambat untuk melapangkan tempat untuknya, maka Rasulullah bersabda:

«لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيُوَقِّرْ كَبِيرَنَا» [سنن الترمذي: صحيح]

"Bukan bagian dari kami bagi yang tidak merahmati yang masih muda dari kami dan tidak menghormati yang sudah tua dari kami". [Sunan Tirmidziy: Sahih]

Ø  Ketika Huwayyishah dan Muhayyishah radiyallahu 'anhuma datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan Muhayyishah lebih dahulu berbicara, Rasulullah bersabda:

«كَبِّرْ كَبِّرْ» [صحيح مسلم]

"Dahulukah yang lebih tua, dahulukan yang lebih tua".

Maka Huwayyishah berbicara kemudian Muhayyishah. [Sahih Muslim]

7.      Tidak sepantasnya malu dalam hal kebaikan.

Aisyah radiyallahu 'anha berkata:

«نِعْمَ النِّسَاءُ نِسَاءُ الْأَنْصَارِ لَمْ يَكُنْ يَمْنَعُهُنَّ الْحَيَاءُ أَنْ يَتَفَقَّهْنَ فِي الدِّينِ» [صحيح مسلم]

"Sebaik-baik wanita adalah wanita kaum Al-Anshar, rasa malu tidak mencegah mereka untuk memahami urusan agama". [Sahih Muslim]

Ø  Mujahid rahimahullah berkata:

«لاَ يَتَعَلَّمُ العِلْمَ مُسْتَحْيٍ وَلاَ مُسْتَكْبِرٌ» [صحيح البخاري معلقا]

“Tidak akan menuntut ilmu orang yang pemalu dan tidak juga orang yang sombong”. [Sahih Bukhari: Mu’allaq]

8.      Membanggakan orang tua termasuk bakti kepada keduanya (birrul walidain).

Abdullah bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma berkata: Sorang lelaki datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata: Aku datang kepadamu untuk membai'atmu atas hijrah, dan aku meninggalkan kedua orang tuaku menangis!

Maka beliau bersabda:

«ارْجِعْ عَلَيْهِمَا فَأَضْحِكْهُمَا كَمَا أَبْكَيْتَهُمَا» [سنن أبي داود: صحيح]

"Kembalilah pada keduanya, dan buatlah mereka tertawa sebagaimana engkau telah membuatnya menangis". [Sunan Abi Daud: Sahih]

9.      Pemahaman seseorang berbeda-beda.

Abu Sa'id Al-Khudriy -radhiyallahu ‘anhu- berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menyampaikan khuthbahnya:

«إِنَّ اللَّهَ خَيَّرَ عَبْدًا بَيْنَ الدُّنْيَا وَبَيْنَ مَا عِنْدَهُ فَاخْتَارَ مَا عِنْدَ اللَّهِ»، فَبَكَى أَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيقُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، فَقُلْتُ فِي نَفْسِي مَا يُبْكِي هَذَا الشَّيْخَ؟ إِنْ يَكُنِ اللَّهُ خَيَّرَ عَبْدًا بَيْنَ الدُّنْيَا وَبَيْنَ مَا عِنْدَهُ، فَاخْتَارَ مَا عِنْدَ اللَّهِ، فَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هُوَ العَبْدَ، وَكَانَ أَبُو بَكْرٍ أَعْلَمَنَا

"Sesungguhnya Allah telah menawarkan kepada seorang hamba untuk memilih antara dunia dan apa yang ada di sisi-Nya. Kemudian hamba tersebut memilih apa yang ada di sisi Allah."

Maka tiba-tiba Abu Bakr Ash-Shidiq -radhiyallahu ‘anhu- menangis. Aku berpikir dalam hati, apa yang membuat orang tua ini menangis, hanya karena Allah menawarkan kepada seorang hamba untuk memilih antara dunia dan apa yang ada di sisi-Nya lalu hamba tersebut memilih apa yang ada di sisi Allah?" Dan ternyata Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah yang dimaksud hamba tersebut. Dan Abu Bakr adalah orang yang paling memahami isyarat itu. [Shahih Bukhari]

Lihat: Keistimewaan Abu Bakr Ash-Shiddiiq

10.  Yang muda bisa jadi memahami apa yang tidak dipahami yang lebih tua dan berilmu.

Qabishah bin Dzuaib radhiyallahu 'anhu berkata: Seorang nenek datang kepada Abu Bakr -radhiyallahu 'anhu- menanyakan tentang hak warisnya. Maka Abu Bakr berkata:

مَا لَكِ فِي كِتَابِ اللَّهِ تَعَالَى شَيْءٌ، وَمَا عَلِمْتُ لَكِ فِي سُنَّةِ نَبِيِّ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَيْئًا، فَارْجِعِي حَتَّى أَسْأَلَ النَّاسَ

Engkau tidak mendapatkan sesuatu dalam Al-Qur'an, dan aku tidak mengetahui bagian untukmu disebutkan dalam sunnah Nabiyullah shallallahu 'alaihi wasallam. Maka kembalilah sampai aku bertanya kepada orang-orang.

Kemudian Abu Bakr bertanya kepada orang-orang, maka Al-Mugirah bin Syu'bah -radhiyallahu 'anhu- berkata:

«حَضَرْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَعْطَاهَا السُّدُسَ»

Aku menghadiri majlis Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan memberinya seperenam.

Abu Bakr berkata: Apakah ada yang hadir selainmu?

Maka Muhammad bin Maslamah berdiri dan berkata seperti yang dikatakan Al-Mugirah bin Syu'bah.

Kemudian Abu Bakr menjalankannya untuk nenek itu. [Sunan Abu Daud: Sahih]

11.  Keistimewaan pohon kurma.

Dari Sa'ad bin Abi Waqqash radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«مَنْ تَصَبَّحَ كُلَّ يَوْمٍ سَبْعَ تَمَرَاتٍ عَجْوَةً، لَمْ يَضُرَّهُ فِي ذَلِكَ اليَوْمِ سُمٌّ وَلاَ سِحْرٌ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Barangsiapa yang setiapa hari makan tujuh biji kurma Madinah ('ajwah) di pagi hari, maka ia tidak akan terkena racun dan sihir pada hari itu". [Sahih Bukhari dan Muslim]

12.  Pemahaman agama pada anak lebih baik dari pada kenikmatan dunia.

Uqbah bin 'Amir radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنْ يَغْدُوَ كُلَّ يَوْمٍ إِلَى بُطْحَانَ، أَوْ إِلَى الْعَقِيقِ، فَيَأْتِيَ مِنْهُ بِنَاقَتَيْنِ كَوْمَاوَيْنِ فِي غَيْرِ إِثْمٍ، وَلَا قَطْعِ رَحِمٍ؟»

“Siapa diantara kalian yang suka pergi ke Buthaan atau ke Al-'Aqiiq setiap hari dan mendapatkan dari sana dua ekor unta tanpa dosa dan tidak pula memutuskan siraturahmi (diambil dengan halal dan suka rela)?”

Sahabat menjawab: Ya Rasulullah, kami suka dengan itu.

Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«أَفَلَا يَغْدُو أَحَدُكُمْ إِلَى الْمَسْجِدِ فَيَعْلَمُ، أَوْ يَقْرَأُ آيَتَيْنِ مِنْ كِتَابِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، خَيْرٌ لَهُ مِنْ نَاقَتَيْنِ، وَثَلَاثٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ ثَلَاثٍ، وَأَرْبَعٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَرْبَعٍ، وَمِنْ أَعْدَادِهِنَّ مِنَ الْإِبِلِ» [صحيح مسلم]

“Tidakkah seorang dari kalian pergi ke mesjid dan belajar atau membaca dua ayat dari Al-Qur'an, maka itu lebih baik baginya dari dua ekor onta, tiga ayat lebih baik dari tiga onta, empat ayat lebih baik dari empat onta, dan semakin banyak jumlah ayatnya lebih baik dari onta sebanyak itu”. [Sahih Muslim]

13.  Boleh bangga dengan kelebihan anak dalam pemahaman agama.

Karna anak termasuk hasil usaha orang tuannya. Dari Aisyah radhiyallahu 'anha; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«إِنَّ أَطْيَبَ مَا أَكَلَ الرَّجُلُ مِنْ كَسْبِهِ، وَإِنَّ وَلَدَهُ مِنْ كَسْبِهِ» [سنن النسائي: صححه الألباني]

"Sesungguhnya yang paling baik dimakan oleh seseorang adalah hasil dari usahanya, dan sesungguhnya anaknya termasuk hasil dari usahanya". [Sunan An-Nasa'i: Sahih]

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Kitab Ilmu bab 3; Orang yang mengangkat suaranya ketika menyampaikan ilmu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...