Rabu, 16 September 2020

Syarah Kitab tauhid bab (20); Larangan beribadah kepada Allah di sisi kuburan orang shalih

بسم الله الرحمن الرحيم

Dalam bab ini, syekh Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah menyebutkan 4 hadits yang menunjukkan larangan beribadah di kuburan.

a)       Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha:

أَنَّ أُمَّ سَلَمَةَ ذَكَرَتْ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَنِيسَةً رَأَتْهَا بِأَرْضِ الحَبَشَةِ يُقَالُ لَهَا مَارِيَةُ، فَذَكَرَتْ لَهُ مَا رَأَتْ فِيهَا مِنَ الصُّوَرِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أُولَئِكَ قَوْمٌ إِذَا مَاتَ فِيهِمُ العَبْدُ الصَّالِحُ، أَوِ الرَّجُلُ الصَّالِحُ، بَنَوْا عَلَى قَبْرِهِ مَسْجِدًا، وَصَوَّرُوا فِيهِ تِلْكَ الصُّوَرَ، أُولَئِكَ شِرَارُ الخَلْقِ عِنْدَ اللَّهِ» [صحيح البخاري ومسلم]

Bahwa Ummu Salamah radhiallahu ‘anha bercerita kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang gereja yang ia lihat di negeri Habasyah (Ethiopia), yang dinamai “Mariya”, ia menceritakan apa yang ia lihat di dalamnya terdapat gambar-gambar, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ”Mereka itu, apabila ada hamba yang shaleh atau orang yang shaleh meninggal, mereka bangun di atas kuburannya sebuah tempat ibadah, dan mereka membuat di dalamnya gambar-gambar tersebut, dan mereka adalah sejelek-jelek makhluk disisi Allah”. [Shahih Bukhari dan Muslim]

Mereka dihukumi beliau sebagai sejelek-jelek makhluk karena mereka melakukan dua fitnah sekaligus; yaitu fitnah memuja kuburan dengan membangun tempat ibadah di atasnya dan fitnah membuat patung-patung.

b)      Aisyah radhiyallahu ‘anha juga berkata: Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam akan diambil nyawanya, beliaupun segera menutup mukanya dengan kain, dan ketika nafasnya terasa sesak maka dibukanya kembali kain itu. Ketika beliau dalam keadaan demikian itulah beliau bersabda:

" لَعْنَةُ اللهِ عَلَى الْيَهًوْدِ وَالنَّصَارَى، اتَّخَذُوْا قُبُوْرَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ "

“Laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani, yang telah menjadikan kuburan para Nabi mereka sebagai tempat peribadatan”.

Beliau mengingatkan umatnya agar menjauhi perbuatan mereka, dan jika bukan karena hal itu, Maka pasti kuburan beliau akan ditampakkan, hanya saja beliau khawatir kalau kuburannya nanti dijadikan tempat peribadatan. [Shahih Bukhari dan Muslim]

c)       Jundub bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda lima hari sebelum beliau meninggal dunia:

«إِنِّي أَبْرَأُ إِلَى اللهِ أَنْ يَكُونَ لِي مِنْكُمْ خَلِيلٌ، فَإِنَّ اللهِ تَعَالَى قَدِ اتَّخَذَنِي خَلِيلًا، كَمَا اتَّخَذَ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا، وَلَوْ كُنْتُ مُتَّخِذًا مِنْ أُمَّتِي خَلِيلًا لَاتَّخَذْتُ أَبَا بَكْرٍ خَلِيلًا، أَلَا وَإِنَّ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ كَانُوا يَتَّخِذُونَ قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ وَصَالِحِيهِمْ مَسَاجِدَ، أَلَا فَلَا تَتَّخِذُوا الْقُبُورَ مَسَاجِدَ، إِنِّي أَنْهَاكُمْ عَنْ ذَلِكَ»

“Sungguh, aku menyatakan setia kepada Allah dengan menolak bahwa aku mempunyai seorang khalil (kekasih mulia) dari antara kalian, karena sesungguhnya Allah ta’alaa telah menjadikan aku sebagai kekasih-Nya, sebagaimana Ia telah menjadikan Ibrahim sebagai kekasih-Nya; seandainya aku menjadikan seorang kekasih dari umatku, maka aku akan jadikan Abu Bakar sebagai kekasihku. Dan ketahuilah, bahwa sesungguhnya umat-umat sebelum kalian telah menjadikan kuburan para Nabi dan orang shalih mereka sebagai tempat ibadah, dan ingatlah, janganlah kalian menjadikan kuburan sebagai tempat beribadah, karena aku benar-benar melarang kalian dari perbuatan itu”. [Shahih Muslim]

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di akhir hayatnya - sebagaimana dalam hadits Jundub - telah melarang umatnya untuk tidak menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah. Kemudian ketika dalam keadaan hendak diambil nyawanya –sebagaimana dalam hadits Aisyah- beliau melaknat orang yang malakukan perbuatan itu.  Dan shalat di sekitar kubur termasuk pula dalam pengertian menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah, walaupun tidak dibangun masjid; dan inilah maksud dari kata-kata Aisyah radhiallahu ‘anha: “…  dikhawatirkan akan dijadikan sebagai tempat ibadah.”

Dan para sahabat pun belum pernah membangun masjid (tempat ibadah) di sekitar kuburan beliau, karena setiap tempat yang digunakan untuk shalat berarti telah dijadikan sebagai masjid, bahkan setiap tempat yang dipergunakan untuk shalat disebut masjid, sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam:

" جُعِلَتْ لِيْ الأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُوْرًا "

“Telah dijadikan bumi ini untukku sebagai masjid dan alat suci”. [Shahih Bukhari dan Muslim]

d)      Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu; Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

«إِنَّ مِنْ شِرَارِ النَّاسِ مَنْ تُدْرِكُهُ السَّاعَةُ وَهُمْ أَحْيَاءٌ، وَمَنْ يَتَّخِذُ الْقُبُورَ مَسَاجِدَ»

“Sesungguhnya, termasuk sejelek-jelek manusia adalah orang yang masih hidup saat hari kiamat tiba, dan orang yang menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah (masjid).” [Musnad Ahmad: Hasan]

Dari 4 hadits di atas, syekh –rahimahullah- menyebutkan 16 poin penting:

  1. Larangan membangun tempat beribadah (masjid) di sisi kuburan orang-orang yang shaleh, walaupun niatnya baik.

Dari Aisyah ummul mu'miniin radhiyallahu 'anha; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ، فَهُوَ رَدٌّ» [صحيح البخاري]

"Barangsiapa yang mengada-ada suatu dalam urusan kami (ibadah) yang bukan bagian darinya, maka hal itu tertolak". [Sahih Bukhari]

Dalam riwayat lain:

«مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ» [صحيح مسلم]

"Barangsiapa yang mengerjakan suatu amalan (ibadah) yang bukan ajaran kami maka hal itu tertolak". [Sahih Muslim]

  1. Larangan keras adanya rupaka-rupaka (gambar/patung).

'Aisyah radhiallahu'anha berkata: "Aku melipat tikar yang ada gambarnya sehingga menjadi seperti bantal kecil untuk Nabi . Lalu beliau datang namun hanya berdiri di antara dua pintu dengan wajah yang berubah (marah). Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, apa salah kami?".

Beliau bertanya: "Mengapa tikar ini ada di sini?".

Aku berkata, "Aku membuatnya untuk tuan agar tuan dapat berbaring".

Beliau bersabda:

" أَمَا عَلِمْتِ أَنَّ المَلاَئِكَةَ لاَ تَدْخُلُ بَيْتًا فِيهِ صُورَةٌ، وَأَنَّ مَنْ صَنَعَ الصُّورَةَ يُعَذَّبُ يَوْمَ القِيَامَةِ يَقُولُ: أَحْيُوا مَا خَلَقْتُمْ " [صحيح البخاري ومسلم]

"Tidak tahukah kamu bahwa malaikat tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya ada gambar, dan orang yang membuat gambar akan disiksa pada hari kiamat, dan akan dikatakan kepada mereka, "Hidupkanlah apa yang telah kalian ciptakan". [Shahih Bukhari dan Muslim]

  1. Pelajaran penting yang dapat kita ambil dari sikap keras Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam masalah ini, bagaimana beliau menjelaskan terlebih dahulu kepada para sahabat, bahwa orang yang membangun tempat ibadah di sekitar kuburan orang shaleh termasuk sejelek-jelek makhluk di hadapan Allah; kemudian, lima hari sebelum wafat, beliau mengeluarkan pernyataan yang melarang umatnya menjadikan kuburan-kuburan sebagai tempat ibadah; terakhir, beberapa saat menjelang wafatnya, beliau masih merasa belum cukup dengan tindakan-tindakan yang telah diambilnya, sehingga beliau melaknat orang-orang yang melakukan perbuatan ini.

Abu 'Ubaidah bin Al-Jarrah radhiallahu'anhu berkata; Akhir perkataan yang diucapkan Nabiyullah adalah:

«أَنْ أَخْرِجُوا يَهُودَ الْحِجَازِ مِنْ جَزِيرَةِ الْعَرَبِ، وَاعْلَمُوا أَنَّ شِرَارَ النَّاسِ الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْقُبُورَ مَسَاجِدَ» [مسند أحمد: صحيح]

"Keluarkan orang Yahudi Hijaz di jazirah Arab, dan ketahuilah bahwa orang yang paling buruk diantara manusia adalah mereka yang menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid." [Musnad Ahmad: Shahih]

  1. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang pula perbuatan tersebut dilakukan di sisi kuburan beliau, walaupun kuburan beliau sendiri belum ada.

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«لَا تَجْعَلُوا قَبْرِي عِيدًا وَلَا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ قُبُورًا، وَصَلُّوا عَلَيَّ وَسَلِّمُوا حَيْثُمَا كُنْتُمْ فَسَيَبْلُغُنِي سَلَامُكُمْ وَصَلَاتُكُمْ»

"Jangan kalian menjadikan kuburanku momen hari raya, dan jangan kalian menjadikan rumahmu sebagai kuburan, dan bershalawat dan salamlah kalian kepadaku dimanapun kalian berada pasti salam dan shalawatmu akan sampai kepadaku ". [Fadhlu Ash-Shalaah 'ala An-Nabiy: Sahih]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«لَا تَتَّخِذُوا قَبْرِي عِيدًا، وَلَا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ قُبُورًا، وَحَيْثُمَا كُنْتُمْ فَصَلُّوا عَلَيَّ، فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ تَبْلُغُنِي» [مسند أحمد: حسن]

"Jangan kalian menjadikan kuburanku momen hari raya, dan jangan kalian menjadikan rumahmu sebagai kuburan, dan di manapun kalian berada bershalawat untukku, karena sesungguhnya shalawatmu sampai kepadaku ". [Musnad Ahmad: Hasan]

  1. Menjadikan kuburan nabi-nabi sebagai tempat ibadah merupakan tradisi orang-orang Yahudi dan Nasrani.

Dari Abu Sa'id radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ، وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ، حَتَّى لَوْ سَلَكُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوهُ»

"Sesungguhnya kalian akan mengikuti perilaku orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sesiku demi sesiku, sampai sekalipun mereka masuk ke lubang biawak kalianpun akan mengikuti mereka".

Sahabat bertanya: Ya Rasulullah, apakah mereka kaum Yahudi dan Nashrani?

Rasulullah menjawab: "Siapa lagi kalau bukan mereka?" [Sahih Bukhari dan Muslim]

  1. Rasulullah melaknat mereka karena perbuatan mereka sendiri.

Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«لَيْسَ المُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ وَلَا اللَّعَّانِ وَلَا الفَاحِشِ وَلَا البَذِيءِ» [سنن الترمذي: صححه الألباني]

"Orang beriman (yang sempurna imannya) tidak suka mencela, tidak suka melaknat, tidak berlaku jelek, dan tidak berkata buruk". [Sunan Tirmidziy: Sahih]

  1. Rasulullah melaknat mereka dengan tujuan memberikan peringatan kepada kita agar tidak berbuat hal yang sama terhadap kuburan beliau.

Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ» [سنن أبي داود: صحيح]

"Barang siapa yang meniru suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka". [Sunan Abi Daud: Shahih]

Ø  Dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَشَبَّهَ بِغَيْرِنَا، لَا تَشَبَّهُوا بِاليَهُودِ وَلَا بِالنَّصَارَى»

"Bukan termasuk golonganku orang yang tasyabbuh (menyerupai atau mengikut) dengan selain kami, janganlah kalian tasyabbuh dengan orang-orang Yahudi dan orang-orang Nashrani." [Sunan Tirmidziy: Hasan]

  1. Alasan tidak ditampakkannya kuburan beliau karena khawatir akan dijadikan sebagai tempat ibadah.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu; Nabi bersabda:

«اللَّهُمَّ لَا تَجْعَلْ قَبْرِي وَثَنًا، لَعَنَ اللَّهُ قَوْمًا اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ» [مسند أحمد: إسناده قوي]

"Ya Allah, janganlah Engkau jadikan kuburku sebagai berhala, Allah melaknat suatu kaum yang menjadikan kuburan para nabi mereka sebagai masjid."  [Musnad Ahmad: Sanadnya kuat]

Ø  Alasan lain, 'Aisyah radhiyallahu'anha berkata: "Tatkala Rasulullah meninggal, para sahabat berselisih pendapat di mana akan mengubur beliau. Abu Bakar berkata; Aku telah mendengar dari Nabi sesuatu yang tidak aku lupakan, yaitu beliau bersabda,

«مَا قَبَضَ اللَّهُ نَبِيًّا إِلَّا فِي المَوْضِعِ الَّذِي يُحِبُّ أَنْ يُدْفَنَ فِيهِ»

“Allah tidak mewafatkan seorang Nabi kecuali di tempat yang mana dia suka untuk dikubur pada tempat itu”.

Kuburkanlah beliau di tempat tidurnya." [Sunan Tirmidziy: Shahih]

  1. Pengertian “menjadikan kuburan sebagai mesjid”.

Ialah: Melakukan suatu ibadah, seperti: shalat di sisi kuburan, meskipun tidak dibangun di atasnya sebuah masjid atau bangunan.

  1. Rasulullah menggabungkan antara orang yang menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah dengan orang yang masih hidup di saat kiamat tiba, dalam rangka memberikan peringatan pada umatnya tentang perbuatan yang menghantarkan kepada kemusyrikan sebelum terjadi, disamping mengingatkan pula bahwa akhir kehidupan dunia adalah merajalelanya kemusyrikan.

Dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu'anhuma; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam becerita tentang datangnya hari kiamat:

" ... ثُمَّ يُرْسِلُ اللهُ رِيحًا بَارِدَةً مِنْ قِبَلِ الشَّأْمِ، فَلَا يَبْقَى عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ أَحَدٌ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ خَيْرٍ أَوْ إِيمَانٍ إِلَّا قَبَضَتْهُ، حَتَّى لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ دَخَلَ فِي كَبِدِ جَبَلٍ لَدَخَلَتْهُ عَلَيْهِ، حَتَّى تَقْبِضَهُ " ... " فَيَبْقَى شِرَارُ النَّاسِ فِي خِفَّةِ الطَّيْرِ وَأَحْلَامِ السِّبَاعِ، لَا يَعْرِفُونَ مَعْرُوفًا وَلَا يُنْكِرُونَ مُنْكَرًا، فَيَتَمَثَّلُ لَهُمُ الشَّيْطَانُ، فَيَقُولُ: أَلَا تَسْتَجِيبُونَ؟ فَيَقُولُونَ: فَمَا تَأْمُرُنَا؟ فَيَأْمُرُهُمْ بِعِبَادَةِ الْأَوْثَانِ، وَهُمْ فِي ذَلِكَ دَارٌّ رِزْقُهُمْ، حَسَنٌ عَيْشُهُمْ، ثُمَّ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ، فَلَا يَسْمَعُهُ أَحَدٌ إِلَّا أَصْغَى لِيتًا وَرَفَعَ لِيتًا، قَالَ: وَأَوَّلُ مَنْ يَسْمَعُهُ رَجُلٌ يَلُوطُ حَوْضَ إِبِلِهِ، قَالَ: فَيَصْعَقُ، وَيَصْعَقُ النَّاسُ " [صحيح مسلم]

“ … Kemudian Allah mengirim angin sejuk dari arah Syam lalu tidak tersisa seorang yang dihatinya ada kebaikan atau keimanan seberat biji sawi pun yang tersisa kecuali mencabut nyawanya, hingga bila pun salah seorang dari kalian masuk ke dalam gunung pasti angin itu memasukinya lalu mencabut nyawanya. … Yang tersisa hanya orang-orang buruk seperti ringannya burung (cepat melakukan keburukan) dan keinginan binatang buas (perilaku mereka seperti binatang buas dalam melakukan kedzaliman terhadap sesama) mereka tidak mengenal kebaikan dan tidak memungkiri kemungkaran. Setan menampakkan diri untuk mereka lalu berkata, 'Apa kalian tidak merespon? Mereka bertanya: 'Apa yang kau perintahkan pada kami? ' Setan menyuruh mereka menyembah patung, mereka melakukannya. Rezeki mereka lancar dan kehidupan mereka baik. Kemudian sangkakala ditiup, tidak ada seorang pun yang mendengarnya melainkan memiringkan leher dan mengangkat leher." Beliau bersabda, "Orang pertama yang mendengarnya adalah seseorang yang tengah memperbaiki telaga untuk untanya." Beliau bersabda, "Ia mati dan orang-orang pun mati." [Shahih Muslim]

  1. Khutbah beliau yang disampaikan lima hari sebelum wafatnya mengandung sanggahan terhadap dua kelompok yang kedua-duanya termasuk sejelek-jelek ahli bid’ah, bahkan sebagian ulama menyatakan bahwa keduanya di luar 72 golongan yang ada dalam umat Islam, yaitu Rafidhah ([1]) dan Jahmiyah([2]). Dan sebab kemusyrikan dan penyembahan kuburan terjadi adalah orang-orang Rafidhah. Merekalah orang pertama yang membangun tempat ibadah di atas kuburan.

Al-'Irbaad bin Sariyah radhiyallahu 'anhu berkata: Rasululah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ، فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ» [سنن أبي داود: صحيح]

"  Dan jauhilah urusan yang baru (dalam agama), karena sesungguhnya semua yang baru dalam agama itu adalah bid'ah, dan semua bid'ah itu adalah kesesatan". [Sunan Abi Daud: Sahih]

  1. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam [adalah manusia biasa] merasakan beratnya sakaratul maut.

Aisyah radhiyallahu'anha mengatakan; Di depan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ada kantong kulit atau bejana berisi air, lantas beliau masukkan kedua tangannya dalam air dan beliau usap wajahnya dengan keduanya dan beliau ucapkan:

«لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، إِنَّ لِلْمَوْتِ سَكَرَاتٍ»

"Laa-ilaaha-illallah, sungguh kematian diriingi sekarat (kesulitan)"

Kemudian beliau julurkan tangannya (menunjuk ke langit) dan berseru:

«فِي الرَّفِيقِ الأَعْلَى»

"Ya Allah, pertemukanlah aku dengan kekasihku yang tertinggi"

Hingga akhirnya beliau wafat dan tangannya dalam keadaan miring. [Shahih Bukhari]

  1. Beliau dimuliakan oleh Allah dengan dijadikan sebagai kekasih (khalil).

Lihat: Keistimewaan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam

  1. Pernyataan bahwa khalil itu lebih tinggi derajatnya dari pada habib (kekasih).

Lihat: Meraih cinta Allah 'azza wajalla

  1. Pernyataan bahwa Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu adalah sahabat Nabi yang paling mulia.

Abu Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«إِنَّ أَمَنَّ النَّاسِ عَلَيَّ فِي صُحْبَتِهِ وَمَالِهِ أَبُو بَكْرٍ، وَلَوْ كُنْتُ مُتَّخِذًا خَلِيلًا مِنْ أُمَّتِي لاَتَّخَذْتُ أَبَا بَكْرٍ، وَلَكِنْ أُخُوَّةُ الإِسْلاَمِ وَمَوَدَّتُهُ، لاَ يَبْقَيَنَّ فِي المَسْجِدِ بَابٌ إِلَّا سُدَّ، إِلَّا بَابُ أَبِي بَكْرٍ»

"Sesungguhnya manusia yang paling berjasa terhadapku dalam persahabatannya dan hartanya adalah Abu Bakar. Seandainya aku boleh mengambil kekasih dari ummatku, tentulah Abu Bakar orangnya. Akan tetapi yang ada adalah persaudaraan Islam dan berkasih sayang dalam Islam. Sungguh, tidak ada satupun pintu di dalam Masjid yang tersisa melainkan akan tertutup kecuali pintunya Abu Bakar." [Shahih Bukhari dan Muslim]

Lihat: Keistimewaan Abu Bakr Ash-Shiddiq

  1. Hal tersebut merupakan isyarat bahwa Abu Bakar akan menjadi Khalifah (sesudah beliau).

Aisyah radhiyallahu'anha berkata; Pada suatu hari, ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sakit, beliau berkata kepada saya:

" ادْعِي لِي أَبَا بَكْرٍ، أَبَاكِ، وَأَخَاكِ، حَتَّى أَكْتُبَ كِتَابًا، فَإِنِّي أَخَافُ أَنْ يَتَمَنَّى مُتَمَنٍّ وَيَقُولُ قَائِلٌ: أَنَا أَوْلَى، وَيَأْبَى اللهُ وَالْمُؤْمِنُونَ إِلَّا أَبَا بَكْرٍ "

“Panggillah Ayahmu Abu Bakr dan saudara laki-lakimu ke sini, agar aku buatkan sebuah surat (keputusan khalifah). Karena aku khawatir jika kelak ada orang yang ambisius dan berkata; Akulah yang lebih berhak menjadi khalifah. Sementara Allah dan kaum muslimin tidak menyetujuinya selain Abu Bakr.” [Shahih Muslim]

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Syarah Kitab tauhid bab (19); Penyebab utama kekafiran adalah berlebihan dalam mengagungkan orang shalih



([1])    Rafidhah adalah salah satu sekte dalam aliran syi’ah. Mereka bersikap berlebih-lebihan terhadap Ali bin Abi Thalib dan Ahlul bait, dan mereka menyatakan permusuhan terhadap sebagian besar sahabat Rasulullah, khususnya Abu Bakar dan Umar.

([2])    Jahmiyah adalah aliran yang timbul pada akhir khilafah Bani Umayyah. Disebut demikian, karena dinisbatkan kepada nama tokoh mereka, yaitu Jahm bin Shafwan At-Tirmidzi, yang terbunuh pada tahun 128 H. di antara pendapat aliran ini adalah menolak kebenaran adanya Asma’ dan Sifat Allah, karena menurut anggapan mereka Asma dan Sifat adalah ciri khas makhluk, maka apabila diakui dan ditetapkan untuk Allah berarti menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...