بسم الله الرحمن الرحيم
Dalam bab ini, syekh Muhammad bin Abdil
Wahhab rahimahullah menyebutkan 4 hadits yang menunjukkan larangan
beribadah di kuburan.
a) Dari Aisyah radhiyallahu
‘anha:
أَنَّ أُمَّ سَلَمَةَ ذَكَرَتْ
لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَنِيسَةً رَأَتْهَا بِأَرْضِ
الحَبَشَةِ يُقَالُ لَهَا مَارِيَةُ، فَذَكَرَتْ لَهُ مَا رَأَتْ فِيهَا مِنَ
الصُّوَرِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أُولَئِكَ
قَوْمٌ إِذَا مَاتَ فِيهِمُ العَبْدُ الصَّالِحُ، أَوِ الرَّجُلُ الصَّالِحُ،
بَنَوْا عَلَى قَبْرِهِ مَسْجِدًا، وَصَوَّرُوا فِيهِ تِلْكَ الصُّوَرَ، أُولَئِكَ
شِرَارُ الخَلْقِ عِنْدَ اللَّهِ» [صحيح البخاري ومسلم]
Bahwa Ummu Salamah radhiallahu ‘anha
bercerita kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang gereja
yang ia lihat di negeri Habasyah (Ethiopia), yang dinamai “Mariya”, ia
menceritakan apa yang ia lihat di dalamnya terdapat gambar-gambar, maka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ”Mereka itu, apabila
ada hamba yang shaleh atau orang yang shaleh meninggal, mereka bangun di atas
kuburannya sebuah tempat ibadah, dan mereka membuat di dalamnya gambar-gambar
tersebut, dan mereka adalah sejelek-jelek makhluk disisi Allah”. [Shahih
Bukhari dan Muslim]
Mereka dihukumi beliau sebagai
sejelek-jelek makhluk karena mereka melakukan dua fitnah sekaligus; yaitu
fitnah memuja kuburan dengan membangun tempat ibadah di atasnya dan fitnah
membuat patung-patung.
b) Aisyah radhiyallahu ‘anha juga berkata: Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam akan diambil nyawanya, beliaupun segera menutup mukanya dengan
kain, dan ketika nafasnya terasa sesak maka dibukanya kembali kain itu. Ketika
beliau dalam keadaan demikian itulah beliau bersabda:
"
لَعْنَةُ اللهِ عَلَى الْيَهًوْدِ وَالنَّصَارَى، اتَّخَذُوْا قُبُوْرَ
أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ "
“Laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang
Yahudi dan Nasrani, yang telah menjadikan kuburan para Nabi mereka sebagai
tempat peribadatan”.
Beliau mengingatkan umatnya agar menjauhi
perbuatan mereka, dan jika bukan karena hal itu, Maka pasti kuburan beliau akan
ditampakkan, hanya saja beliau khawatir kalau kuburannya nanti dijadikan tempat
peribadatan. [Shahih Bukhari dan Muslim]
c) Jundub bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu berkata:
Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda
lima hari sebelum beliau meninggal dunia:
«إِنِّي
أَبْرَأُ إِلَى اللهِ أَنْ يَكُونَ لِي مِنْكُمْ خَلِيلٌ، فَإِنَّ اللهِ تَعَالَى
قَدِ اتَّخَذَنِي خَلِيلًا، كَمَا اتَّخَذَ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا، وَلَوْ كُنْتُ
مُتَّخِذًا مِنْ أُمَّتِي خَلِيلًا لَاتَّخَذْتُ أَبَا بَكْرٍ خَلِيلًا، أَلَا
وَإِنَّ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ كَانُوا يَتَّخِذُونَ قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ
وَصَالِحِيهِمْ مَسَاجِدَ، أَلَا فَلَا تَتَّخِذُوا الْقُبُورَ مَسَاجِدَ، إِنِّي
أَنْهَاكُمْ عَنْ ذَلِكَ»
“Sungguh, aku menyatakan setia kepada Allah
dengan menolak bahwa aku mempunyai seorang khalil (kekasih mulia) dari antara
kalian, karena sesungguhnya Allah ta’alaa telah menjadikan aku sebagai
kekasih-Nya, sebagaimana Ia telah menjadikan Ibrahim sebagai kekasih-Nya;
seandainya aku menjadikan seorang kekasih dari umatku, maka aku akan jadikan
Abu Bakar sebagai kekasihku. Dan ketahuilah, bahwa sesungguhnya umat-umat sebelum
kalian telah menjadikan kuburan para Nabi dan orang shalih mereka sebagai
tempat ibadah, dan ingatlah, janganlah kalian menjadikan kuburan sebagai tempat
beribadah, karena aku benar-benar melarang kalian dari perbuatan itu”. [Shahih
Muslim]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
di akhir hayatnya - sebagaimana dalam hadits Jundub - telah melarang umatnya
untuk tidak menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah. Kemudian ketika dalam
keadaan hendak diambil nyawanya –sebagaimana dalam hadits Aisyah- beliau
melaknat orang yang malakukan perbuatan itu.
Dan shalat di sekitar kubur termasuk pula dalam pengertian menjadikan
kuburan sebagai tempat ibadah, walaupun tidak dibangun masjid; dan inilah
maksud dari kata-kata Aisyah radhiallahu ‘anha: “… dikhawatirkan akan dijadikan sebagai tempat
ibadah.”
Dan para sahabat pun belum pernah membangun
masjid (tempat ibadah) di sekitar kuburan beliau, karena setiap tempat yang
digunakan untuk shalat berarti telah dijadikan sebagai masjid, bahkan setiap
tempat yang dipergunakan untuk shalat disebut masjid, sebagaimana yang telah
disabdakan oleh Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam:
" جُعِلَتْ
لِيْ الأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُوْرًا "
“Telah dijadikan bumi ini untukku sebagai
masjid dan alat suci”. [Shahih Bukhari dan Muslim]
d) Dari Ibnu Mas’ud
radhiyallahu ‘anhu; Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
«إِنَّ مِنْ شِرَارِ
النَّاسِ مَنْ تُدْرِكُهُ السَّاعَةُ وَهُمْ أَحْيَاءٌ، وَمَنْ يَتَّخِذُ
الْقُبُورَ مَسَاجِدَ»
“Sesungguhnya, termasuk sejelek-jelek
manusia adalah orang yang masih hidup saat hari kiamat tiba, dan orang yang
menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah (masjid).” [Musnad Ahmad: Hasan]
Dari 4 hadits di atas,
syekh –rahimahullah- menyebutkan 16 poin penting:
- Larangan membangun tempat
beribadah (masjid) di sisi kuburan orang-orang yang shaleh, walaupun
niatnya baik.
Dari Aisyah ummul mu'miniin radhiyallahu
'anha; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«مَنْ
أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ، فَهُوَ رَدٌّ» [صحيح البخاري]
"Barangsiapa yang mengada-ada suatu dalam urusan kami
(ibadah) yang bukan bagian darinya, maka hal itu tertolak". [Sahih
Bukhari]
Dalam riwayat lain:
«مَنْ
عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ» [صحيح مسلم]
"Barangsiapa yang mengerjakan suatu amalan (ibadah)
yang bukan ajaran kami maka hal itu tertolak". [Sahih Muslim]
- Larangan keras adanya
rupaka-rupaka (gambar/patung).
'Aisyah radhiallahu'anha berkata: "Aku
melipat tikar yang ada gambarnya sehingga menjadi seperti bantal kecil untuk
Nabi ﷺ. Lalu beliau datang namun hanya berdiri di antara dua pintu
dengan wajah yang berubah (marah). Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, apa
salah kami?".
Beliau
ﷺ bertanya: "Mengapa tikar ini ada di sini?".
Aku
berkata, "Aku membuatnya untuk tuan agar tuan dapat berbaring".
Beliau
ﷺ bersabda:
" أَمَا عَلِمْتِ
أَنَّ المَلاَئِكَةَ لاَ تَدْخُلُ بَيْتًا فِيهِ صُورَةٌ، وَأَنَّ مَنْ صَنَعَ
الصُّورَةَ يُعَذَّبُ يَوْمَ القِيَامَةِ يَقُولُ: أَحْيُوا مَا خَلَقْتُمْ "
[صحيح البخاري ومسلم]
"Tidak
tahukah kamu bahwa malaikat tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya ada
gambar, dan orang yang membuat gambar akan disiksa pada hari kiamat, dan akan
dikatakan kepada mereka, "Hidupkanlah apa yang telah kalian
ciptakan". [Shahih Bukhari dan Muslim]
- Pelajaran penting yang dapat
kita ambil dari sikap keras Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
dalam masalah ini, bagaimana beliau menjelaskan terlebih dahulu kepada
para sahabat, bahwa orang yang membangun tempat ibadah di sekitar kuburan
orang shaleh termasuk sejelek-jelek makhluk di hadapan Allah; kemudian,
lima hari sebelum wafat, beliau mengeluarkan pernyataan yang melarang
umatnya menjadikan kuburan-kuburan sebagai tempat ibadah; terakhir,
beberapa saat menjelang wafatnya, beliau masih merasa belum cukup dengan
tindakan-tindakan yang telah diambilnya, sehingga beliau melaknat
orang-orang yang melakukan perbuatan ini.
Abu 'Ubaidah bin Al-Jarrah radhiallahu'anhu berkata; Akhir perkataan yang
diucapkan Nabiyullah ﷺ adalah:
«أَنْ أَخْرِجُوا يَهُودَ
الْحِجَازِ مِنْ جَزِيرَةِ الْعَرَبِ، وَاعْلَمُوا أَنَّ شِرَارَ النَّاسِ
الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْقُبُورَ مَسَاجِدَ» [مسند
أحمد: صحيح]
"Keluarkan orang Yahudi Hijaz di
jazirah Arab, dan ketahuilah bahwa orang yang paling buruk diantara manusia
adalah mereka yang menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid."
[Musnad Ahmad: Shahih]
- Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam melarang pula perbuatan tersebut dilakukan di sisi
kuburan beliau, walaupun kuburan beliau sendiri belum ada.
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu
'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«لَا
تَجْعَلُوا قَبْرِي عِيدًا وَلَا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ قُبُورًا، وَصَلُّوا
عَلَيَّ وَسَلِّمُوا حَيْثُمَا كُنْتُمْ فَسَيَبْلُغُنِي سَلَامُكُمْ وَصَلَاتُكُمْ»
"Jangan kalian menjadikan kuburanku momen hari raya,
dan jangan kalian menjadikan rumahmu sebagai kuburan, dan bershalawat dan
salamlah kalian kepadaku dimanapun kalian berada pasti salam dan shalawatmu
akan sampai kepadaku ". [Fadhlu Ash-Shalaah 'ala An-Nabiy: Sahih]
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«لَا
تَتَّخِذُوا قَبْرِي عِيدًا، وَلَا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ قُبُورًا، وَحَيْثُمَا
كُنْتُمْ فَصَلُّوا عَلَيَّ، فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ تَبْلُغُنِي» [مسند أحمد: حسن]
"Jangan kalian menjadikan kuburanku momen hari raya,
dan jangan kalian menjadikan rumahmu sebagai kuburan, dan di manapun kalian
berada bershalawat untukku, karena sesungguhnya shalawatmu sampai kepadaku
". [Musnad Ahmad: Hasan]
- Menjadikan kuburan nabi-nabi
sebagai tempat ibadah merupakan tradisi orang-orang Yahudi dan Nasrani.
Dari Abu Sa'id radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«لَتَتَّبِعُنَّ
سَنَنَ مَنْ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ، وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ، حَتَّى لَوْ
سَلَكُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوهُ»
"Sesungguhnya kalian akan mengikuti perilaku
orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sesiku demi sesiku,
sampai sekalipun mereka masuk ke lubang biawak kalianpun akan mengikuti mereka".
Sahabat bertanya: Ya Rasulullah, apakah
mereka kaum Yahudi dan Nashrani?
Rasulullah menjawab: "Siapa lagi kalau
bukan mereka?" [Sahih Bukhari dan Muslim]
- Rasulullah melaknat mereka
karena perbuatan mereka sendiri.
Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«لَيْسَ
المُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ وَلَا اللَّعَّانِ وَلَا الفَاحِشِ وَلَا البَذِيءِ» [سنن الترمذي: صححه الألباني]
"Orang beriman (yang sempurna imannya) tidak suka
mencela, tidak suka melaknat, tidak berlaku jelek, dan tidak berkata
buruk". [Sunan Tirmidziy: Sahih]
- Rasulullah melaknat mereka
dengan tujuan memberikan peringatan kepada kita agar tidak berbuat hal
yang sama terhadap kuburan beliau.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu
'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«مَنْ
تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ» [سنن أبي داود: صحيح]
"Barang siapa yang meniru suatu kaum, maka ia termasuk
golongan mereka". [Sunan Abi Daud: Shahih]
Ø Dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«لَيْسَ
مِنَّا مَنْ تَشَبَّهَ بِغَيْرِنَا، لَا تَشَبَّهُوا بِاليَهُودِ وَلَا
بِالنَّصَارَى»
"Bukan termasuk golonganku orang yang tasyabbuh
(menyerupai atau mengikut) dengan selain kami, janganlah kalian tasyabbuh
dengan orang-orang Yahudi dan orang-orang Nashrani." [Sunan Tirmidziy:
Hasan]
- Alasan tidak ditampakkannya
kuburan beliau karena khawatir akan dijadikan sebagai tempat ibadah.
Dari Abu Hurairah
radhiyallahu'anhu; Nabi ﷺ bersabda:
«اللَّهُمَّ
لَا تَجْعَلْ قَبْرِي وَثَنًا، لَعَنَ اللَّهُ قَوْمًا اتَّخَذُوا قُبُورَ
أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ» [مسند أحمد: إسناده قوي]
"Ya
Allah, janganlah Engkau jadikan kuburku sebagai berhala, Allah melaknat suatu
kaum yang menjadikan kuburan para nabi mereka sebagai masjid." [Musnad Ahmad: Sanadnya kuat]
Ø Alasan lain, 'Aisyah
radhiyallahu'anha berkata: "Tatkala Rasulullah ﷺ meninggal, para sahabat berselisih pendapat di mana akan
mengubur beliau. Abu Bakar berkata; Aku telah mendengar dari Nabi ﷺ sesuatu yang tidak aku lupakan, yaitu beliau bersabda,
«مَا قَبَضَ اللَّهُ نَبِيًّا إِلَّا فِي
المَوْضِعِ الَّذِي يُحِبُّ أَنْ يُدْفَنَ فِيهِ»
“Allah tidak mewafatkan seorang Nabi kecuali di
tempat yang mana dia suka untuk dikubur pada tempat itu”.
Kuburkanlah beliau di tempat tidurnya."
[Sunan Tirmidziy: Shahih]
- Pengertian “menjadikan kuburan
sebagai mesjid”.
Ialah: Melakukan suatu ibadah, seperti:
shalat di sisi kuburan, meskipun tidak dibangun di atasnya sebuah masjid atau
bangunan.
- Rasulullah menggabungkan antara
orang yang menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah dengan orang yang
masih hidup di saat kiamat tiba, dalam rangka memberikan
peringatan pada umatnya tentang perbuatan yang menghantarkan kepada
kemusyrikan sebelum terjadi, disamping mengingatkan pula bahwa akhir
kehidupan dunia adalah merajalelanya kemusyrikan.
Dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu'anhuma; Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam becerita tentang datangnya hari kiamat:
"
... ثُمَّ
يُرْسِلُ اللهُ رِيحًا بَارِدَةً مِنْ قِبَلِ الشَّأْمِ، فَلَا يَبْقَى عَلَى
وَجْهِ الْأَرْضِ أَحَدٌ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ خَيْرٍ أَوْ
إِيمَانٍ إِلَّا قَبَضَتْهُ، حَتَّى لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ دَخَلَ فِي كَبِدِ
جَبَلٍ لَدَخَلَتْهُ عَلَيْهِ، حَتَّى تَقْبِضَهُ " ... " فَيَبْقَى
شِرَارُ النَّاسِ فِي خِفَّةِ الطَّيْرِ وَأَحْلَامِ السِّبَاعِ، لَا يَعْرِفُونَ
مَعْرُوفًا وَلَا يُنْكِرُونَ مُنْكَرًا، فَيَتَمَثَّلُ لَهُمُ الشَّيْطَانُ،
فَيَقُولُ: أَلَا تَسْتَجِيبُونَ؟ فَيَقُولُونَ: فَمَا تَأْمُرُنَا؟
فَيَأْمُرُهُمْ بِعِبَادَةِ الْأَوْثَانِ، وَهُمْ فِي ذَلِكَ دَارٌّ رِزْقُهُمْ،
حَسَنٌ عَيْشُهُمْ، ثُمَّ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ، فَلَا يَسْمَعُهُ أَحَدٌ إِلَّا
أَصْغَى لِيتًا وَرَفَعَ لِيتًا، قَالَ: وَأَوَّلُ مَنْ يَسْمَعُهُ رَجُلٌ يَلُوطُ
حَوْضَ إِبِلِهِ، قَالَ: فَيَصْعَقُ، وَيَصْعَقُ النَّاسُ " [صحيح
مسلم]
“ … Kemudian Allah mengirim angin sejuk
dari arah Syam lalu tidak tersisa seorang yang dihatinya ada kebaikan atau
keimanan seberat biji sawi pun yang tersisa kecuali mencabut nyawanya, hingga
bila pun salah seorang dari kalian masuk ke dalam gunung pasti angin itu
memasukinya lalu mencabut nyawanya. … Yang tersisa hanya orang-orang buruk
seperti ringannya burung (cepat melakukan keburukan) dan keinginan binatang
buas (perilaku mereka seperti binatang buas dalam melakukan kedzaliman terhadap
sesama) mereka tidak mengenal kebaikan dan tidak memungkiri kemungkaran. Setan
menampakkan diri untuk mereka lalu berkata, 'Apa kalian tidak merespon? Mereka
bertanya: 'Apa yang kau perintahkan pada kami? ' Setan menyuruh mereka
menyembah patung, mereka melakukannya. Rezeki mereka lancar dan kehidupan
mereka baik. Kemudian sangkakala ditiup, tidak ada seorang pun yang
mendengarnya melainkan memiringkan leher dan mengangkat leher." Beliau
bersabda, "Orang pertama yang mendengarnya adalah seseorang yang tengah
memperbaiki telaga untuk untanya." Beliau bersabda, "Ia mati dan
orang-orang pun mati." [Shahih Muslim]
- Khutbah beliau yang disampaikan
lima hari sebelum wafatnya mengandung sanggahan terhadap dua kelompok yang
kedua-duanya termasuk sejelek-jelek ahli bid’ah, bahkan sebagian ulama
menyatakan bahwa keduanya di luar 72 golongan yang ada dalam umat Islam,
yaitu Rafidhah ([1]) dan
Jahmiyah([2]).
Dan sebab kemusyrikan dan penyembahan kuburan terjadi adalah orang-orang
Rafidhah. Merekalah orang pertama yang membangun tempat ibadah di atas
kuburan.
Al-'Irbaad bin Sariyah radhiyallahu
'anhu berkata: Rasululah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«وَإِيَّاكُمْ
وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ، فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ
ضَلَالَةٌ» [سنن
أبي داود: صحيح]
" Dan jauhilah
urusan yang baru (dalam agama), karena sesungguhnya semua yang baru dalam agama
itu adalah bid'ah, dan semua bid'ah itu adalah kesesatan". [Sunan Abi
Daud: Sahih]
- Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam [adalah manusia biasa] merasakan beratnya sakaratul
maut.
Aisyah radhiyallahu'anha
mengatakan; Di depan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ada
kantong kulit atau bejana berisi air, lantas beliau masukkan kedua tangannya
dalam air dan beliau usap wajahnya dengan keduanya dan beliau ucapkan:
«لاَ
إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، إِنَّ لِلْمَوْتِ سَكَرَاتٍ»
"Laa-ilaaha-illallah, sungguh kematian diriingi
sekarat (kesulitan)"
Kemudian beliau julurkan tangannya
(menunjuk ke langit) dan berseru:
«فِي
الرَّفِيقِ الأَعْلَى»
"Ya Allah, pertemukanlah aku dengan kekasihku yang
tertinggi"
Hingga akhirnya beliau wafat dan tangannya
dalam keadaan miring. [Shahih Bukhari]
- Beliau dimuliakan oleh Allah
dengan dijadikan sebagai kekasih (khalil).
Lihat: Keistimewaan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam
- Pernyataan bahwa khalil
itu lebih tinggi derajatnya dari pada habib (kekasih).
Lihat: Meraih cinta Allah 'azza wajalla
- Pernyataan bahwa Abu Bakar radhiyallahu
‘anhu adalah sahabat Nabi yang paling mulia.
Abu Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu
‘anhu berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّ
أَمَنَّ النَّاسِ عَلَيَّ فِي صُحْبَتِهِ وَمَالِهِ أَبُو بَكْرٍ، وَلَوْ كُنْتُ مُتَّخِذًا
خَلِيلًا مِنْ أُمَّتِي لاَتَّخَذْتُ أَبَا بَكْرٍ، وَلَكِنْ أُخُوَّةُ الإِسْلاَمِ
وَمَوَدَّتُهُ، لاَ يَبْقَيَنَّ فِي المَسْجِدِ بَابٌ إِلَّا سُدَّ، إِلَّا بَابُ أَبِي
بَكْرٍ»
"Sesungguhnya manusia yang paling berjasa
terhadapku dalam persahabatannya dan hartanya adalah Abu Bakar. Seandainya aku
boleh mengambil kekasih dari ummatku, tentulah Abu Bakar orangnya. Akan tetapi
yang ada adalah persaudaraan Islam dan berkasih sayang dalam Islam. Sungguh,
tidak ada satupun pintu di dalam Masjid yang tersisa melainkan akan tertutup
kecuali pintunya Abu Bakar." [Shahih Bukhari dan Muslim]
Lihat: Keistimewaan Abu Bakr Ash-Shiddiq
- Hal tersebut merupakan isyarat
bahwa Abu Bakar akan menjadi Khalifah (sesudah beliau).
Aisyah radhiyallahu'anha berkata;
Pada suatu hari, ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sakit,
beliau berkata kepada saya:
"
ادْعِي لِي أَبَا بَكْرٍ، أَبَاكِ، وَأَخَاكِ، حَتَّى أَكْتُبَ كِتَابًا، فَإِنِّي
أَخَافُ أَنْ يَتَمَنَّى مُتَمَنٍّ وَيَقُولُ قَائِلٌ: أَنَا أَوْلَى، وَيَأْبَى اللهُ
وَالْمُؤْمِنُونَ إِلَّا أَبَا بَكْرٍ "
“Panggillah Ayahmu Abu Bakr dan saudara
laki-lakimu ke sini, agar aku buatkan sebuah surat (keputusan khalifah). Karena
aku khawatir jika kelak ada orang yang ambisius dan berkata; Akulah yang lebih
berhak menjadi khalifah. Sementara Allah dan kaum muslimin tidak menyetujuinya
selain Abu Bakr.” [Shahih Muslim]
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Syarah Kitab tauhid bab (19); Penyebab utama kekafiran adalah berlebihan dalam mengagungkan orang shalih
([1]) Rafidhah
adalah salah satu sekte dalam aliran syi’ah. Mereka bersikap berlebih-lebihan
terhadap Ali bin Abi Thalib dan Ahlul bait, dan mereka menyatakan permusuhan
terhadap sebagian besar sahabat Rasulullah, khususnya Abu Bakar dan Umar.
([2]) Jahmiyah adalah aliran yang timbul pada
akhir khilafah Bani Umayyah. Disebut demikian, karena dinisbatkan kepada nama
tokoh mereka, yaitu Jahm bin Shafwan At-Tirmidzi,
yang terbunuh pada tahun 128 H. di antara pendapat aliran ini adalah menolak
kebenaran adanya Asma’ dan Sifat Allah, karena menurut anggapan mereka Asma dan
Sifat adalah ciri khas makhluk, maka apabila diakui dan ditetapkan untuk Allah
berarti menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...