بسم الله الرحمن الرحيم
Imam
Bukhari -rahimahullah- dalam kitab Ash-Shahihnyaberkata:
بَابُ مَنْ سُئِلَ عِلْمًا وَهُوَ
مُشْتَغِلٌ فِي حَدِيثِهِ، فَأَتَمَّ الحَدِيثَ ثُمَّ أَجَابَ السَّائِلَ
Bab:
“Orang yang ditanya suatu ilmu sedangkan ia sedang sibuk dalam pembicaraannya,
lalu ia menyempurnakannya kemudian menjawab si penanya”
Dalam
bab ini, Imam Bukhari menjelaskan adab ulama dan penuntut ilmu. Beliau menyebutkan
satu hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu melalui dua
jalur sanad, beliau berkata:
59 -
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سِنَانٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا فُلَيْحٌ [بن سليمان
المدني]، (ح) وحَدَّثَنِي إِبْرَاهِيمُ بْنُ المُنْذِرِ، قَالَ: حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ فُلَيْحٍ، قَالَ: حَدَّثَنِي أَبِي قَالَ: حَدَّثَنِي هِلاَلُ بْنُ
عَلِيٍّ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: بَيْنَمَا
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مَجْلِسٍ يُحَدِّثُ القَوْمَ،
جَاءَهُ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ: مَتَى السَّاعَةُ؟ فَمَضَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحَدِّثُ، فَقَالَ بَعْضُ القَوْمِ: سَمِعَ مَا قَالَ
فَكَرِهَ مَا قَالَ. وَقَالَ بَعْضُهُمْ: بَلْ لَمْ يَسْمَعْ، حَتَّى إِذَا قَضَى
حَدِيثَهُ قَالَ: «أَيْنَ - أُرَاهُ - السَّائِلُ عَنِ السَّاعَةِ» قَالَ: هَا
أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: «فَإِذَا ضُيِّعَتِ الأَمَانَةُ فَانْتَظِرِ
السَّاعَةَ»، قَالَ: كَيْفَ إِضَاعَتُهَا؟ قَالَ: «إِذَا وُسِّدَ الأَمْرُ إِلَى
غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ»
Telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Sinan, ia berkata: Telah menceritakan
kepada kami Fulaih [bin Sulaiman Al-Madaniy]. (Dan telah diriwayatkan pula
hadits serupa dari jalan lain, yaitu)
Telah
menceritakan kepadaku Ibrahim bin Al Mundzir, ia berkata: Telah menceritakan
kepada kami Muhammad bin Fulaih, ia berkata: Telah menceritakan kepadaku
bapakku, ia berkata: Telah menceritakan kepadaku Hilal bin Ali, dari Atho' bin
Yasar, dari Abu Hurairah, ia berkata: Ketika Nabi ﷺ berada dalam suatu majelis membicarakan
suatu kaum, tiba-tiba datanglah seorang Arab Badui lalu bertanya, "Kapan
datangnya hari kiamat?"
Namun
Nabi ﷺ tetap melanjutkan pembicaraannya.
Sementara itu sebagian kaum ada yang berkata, "Beliau mendengar
perkataannya akan tetapi beliau tidak menyukai apa yang dikatakannya itu,
"
Dan
ada pula sebagian yang mengatakan, "Bahwa beliau tidak mendengar
perkataannya."
Hingga
akhirnya Nabi ﷺ menyelesaikan pembicaraannya, seraya
berkata, "Mana orang yang bertanya tentang hari kiamat tadi?"
Orang
itu berkata, "Saya wahai Rasulullah!".
Maka
Nabi ﷺ bersabda, "Apabila sudah hilang
amanah maka tunggulah terjadinya kiamat".
Orang
itu bertanya, "Bagaimana hilangnya amanat itu?"
Nabi ﷺ menjawab, "Jika urusan diserahkan
bukan kepada ahlinya, maka akan tunggulah terjadinya kiamat".
Penjelasan
singkat hadits ini:
1.
Biografi Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu.
2.
Diantara adab menuntut ilmu:
a)
Tidak memutus pembicaraan guru
ketika hendak bertanya, dan menunggu waktu yang tepat.
Ibnu
Abbas radhiyallahu 'anhu
berkata: Jika aku peroleh informasi suatu hadits pada seseorang, segera aku
temui, dan ia sementara tidur siang. Maka aku (menunggunya) menjadikan
selendangku untuk bantal di depan pintu rumahnya, namun angin berhembus sampai
debu mengenai wajahku, kemudian ia keluar dan melihatku', ia berkata:
يَا ابْنَ عَمِّ
رَسُولِ اللَّهِ مَا جَاءَ بِكَ؟ أَلَا أَرْسَلْتَ إِلَيَّ فَآتِيَكَ؟
'Wahai
anak paman Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, apa yang membuatmu datang (ke sini)? Mengapa
tidak kamu utus seseorang dan aku saja yang menemuimu? '
Aku
menjawab:
لَا، أَنَا أَحَقُّ
أَنْ آتِيَكَ
“Tidak,
aku lebih layak untuk menemuimu!”, lalu aku menanyakannya suatu hadits. [Sunan
Ad-Darimiy: Sahih]
b)
Boleh meminta penjelasan lebih
jika masih ada yang dianggap samar.
'Aisyah: radhiyallahu 'anha berkata:
أَنَّ امْرَأَةً سَأَلَتِ النَّبِيَّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ غُسْلِهَا مِنَ المَحِيضِ، فَأَمَرَهَا
كَيْفَ تَغْتَسِلُ، قَالَ: «خُذِي فِرْصَةً مِنْ مَسْكٍ، فَتَطَهَّرِي بِهَا»
قَالَتْ: كَيْفَ أَتَطَهَّرُ؟ قَالَ: «تَطَهَّرِي بِهَا»، قَالَتْ: كَيْفَ؟،
قَالَ: «سُبْحَانَ اللَّهِ، تَطَهَّرِي» فَاجْتَبَذْتُهَا إِلَيَّ، فَقُلْتُ:
تَتَبَّعِي بِهَا أَثَرَ الدَّمِ [صحيح البخاري]
"Seorang wanita bertanya kepada Nabi ﷺ tentang cara mandi dari haid. Beliau lalu
memerintahkan wanita itu bagaimana cara mandi. Beliau bersabda, "Ambillah
sepotong kapas yang diberi wewangian lalu bersucilah." Wanita itu
bertanya, "Bagaimana aku bersucinya? Beliau menjawab, "Bersucilah
dengan kapas itu!" Wanita itu berkata lagi, "Bagaimana caranya aku
bersuci?" Beliau bersabda, "Bersucilah dengan menggunakan kapas
itu!" Wanita itu bertanya lagi, "Bagaimana caranya?" Maka beliau
berkata, "Subhaanallah. Bersucilah kamu!" Lalu aku manarik wanita itu
kearahku, lalu aku katakan, "Kamu bersihkan sisa darahnya dengan kapas
itu." [Shahih Bukhari]
c)
Bertanya untuk menambah ilmu.
Dari Jabir radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«أَلَا سَأَلُوا إِذْ لَمْ يَعْلَمُوا
فَإِنَّمَا شِفَاءُ الْعِيِّ السُّؤَالُ» [سنن أبي داود: حسنه الألباني]
"Tidakkah mereka bertanya jika tidak tahu? Sesungguhnya
obat kebodohan itu adalah bertanya". [Sunan Abi Daud: Hasan]
d)
Bersabar jika pertanyaannya tidak
ditanggapi.
Lihat: Bagaimana menuntut ilmu
3.
Diantara adab seorang ulama:
1) Boleh tidak menghiraukan orang yang memutus
pembicaraan, sebagai pelajaran.
Namun jika ada sesuatu yang mendesak maka
sebaiknya segera dijawab:
Abu Rifa'ah radhiyallahu 'anhu
berkata:
" انْتَهَيْتُ إِلَى
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَخْطُبُ، قَالَ: فَقُلْتُ:
يَا رَسُولَ اللهِ رَجُلٌ غَرِيبٌ، جَاءَ يَسْأَلُ عَنْ دِينِهِ، لَا يَدْرِي مَا
دِينُهُ، قَالَ: فَأَقْبَلَ عَلَيَّ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
وَتَرَكَ خُطْبَتَهُ حَتَّى انْتَهَى إِلَيَّ، فَأُتِيَ بِكُرْسِيٍّ، حَسِبْتُ
قَوَائِمَهُ حَدِيدًا، قَالَ: فَقَعَدَ عَلَيْهِ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَجَعَلَ يُعَلِّمُنِي مِمَّا عَلَّمَهُ اللهُ، ثُمَّ أَتَى
خُطْبَتَهُ، فَأَتَمَّ آخِرَهَا " [صحيح مسلم]
"Aku tiba di tempat Rasulullah ﷺ saat beliau sedang berkhutbah. Lalu aku
berkata kepada beliau, "Wahai Rasulullah, ada orang asing yang sengaja
datang kepada Anda untuk bertanya tentang agama, ia tidak tahu apa
agamanya." Maka Rasulullah ﷺ
pun mendatangiku dan memutuskan khutbahnya. Ketika beliau sampai di dekatku,
diberikanlah sebuah kursi -aku memperkirakan kaki-kakinya terbuat dari besi-
untuk beliau duduki. Selanjutnya Rasulullah ﷺ
duduk di kursi tersebut dan mengajarkan kepadaku perihal agama yang telah
diajarkan Allah kepada beliau. Setelah itu, beliau meneruskan khutbahnya hingga
selesai." [Shahih Muslim]
Ø Samurah bin Jundub radhiyallahu 'anhu berkata:
أَتَى نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَعْرَابِيٌّ وَهُوَ يَخْطُبُ، فَقَطَعَ عَلَيْهِ خُطْبَتَهُ،
فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، كَيْفَ تَقُولُ فِي الضَّبِّ؟ قَالَ: «أُمَّةٌ
مُسِخَتْ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ، فَلَا أَدْرِي أَيَّ الدَّوَابِّ مُسِخَتْ؟» [مسند أحمد: صحيح]
"Seorang Arab Badui mendatangi
Nabiyullah ﷺ ketika
beliau sedang berkhutbah. Ia memotong khutbah beliau lalu berkata, "Apa
pendapat Anda tentang dhabb (biawak gurun)? ' Beliau bersabda, "Ia adalah
perubahan wujud dari kutukan kepada Bani Israil, aku tidak tahu binatang apa
saja yang dijelmakan karena kutukan tersebut." [Musnad Ahmad: Shahih]
2) Memberi udzur kepada orang yang melakukan
kekeliruan.
As-Sa'ib bin Yazid rahimahullah
berkata: "Ketika aku berdiri di dalam masjid tiba-tiba ada seseorang
melempar aku dengan kerikil, dan ternyata setelah aku perhatikan orang itu
adalah 'Umar bin Al Khaththab radhiyallahu
'anhu. Dia berkata: "Pergi dan bawalah dua orang ini
kepadaku."
Maka aku datang dengan membawa dua orang
yang dimaksud, Umar lalu bertanya: "Siapa kalian berdua?" Atau
"Dari mana asalnya kalian berdua?”
Keduanya menjawab: "Kami berasal dari
Tha'if"
'Umar bin Al Khaththab -radhiyallahu
'anhu- pun berkata:
«لَوْ كُنْتُمَا مِنْ أَهْلِ البَلَدِ لَأَوْجَعْتُكُمَا،
تَرْفَعَانِ أَصْوَاتَكُمَا فِي مَسْجِدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ»
[صحيح البخاري]
"Sekiranya kalian dari penduduk
sini maka aku akan hukum kalian berdua! Sebab kalian telah meninggikan suara di
Masjid Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam." [Sahih Bukhari]
3) Memaafkan orang yang melakukan kesalahan.
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata: Seorang A'raby kencing berdiri
dalam mesjid, maka para sahabat ingin memukulnya, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda
kepada mereka:
«دَعُوهُ وَهَرِيقُوا عَلَى
بَوْلِهِ سَجْلًا مِنْ مَاءٍ، أَوْ ذَنُوبًا مِنْ مَاءٍ، فَإِنَّمَا بُعِثْتُمْ مُيَسِّرِينَ،
وَلَمْ تُبْعَثُوا مُعَسِّرِينَ» [صحيح البخاري]
“Biarkan ia menyelesaikan kencingnya,
kemudian kalia sirami kencingnya denga seember air, sesungguhnya kalian diutus
untuk memudahkan ummat, bukan untuk menyusahkannya.” [Sahih Bukhari]
Ø
Dalam riwayat lain,
Dari Anas bin Malik radhiyallahu
'anhu; Kemudian Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam memanggilnya seraya berkata kepadanya:
«إِنَّ هَذِهِ الْمَسَاجِدَ لَا تَصْلُحُ لِشَيْءٍ مِنْ هَذَا
الْبَوْلِ، وَلَا الْقَذَرِ إِنَّمَا هِيَ لِذِكْرِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَالصَّلَاةِ
وَقِرَاءَةِ الْقُرْآنِ»
"Sesungguhnya masjid ini tidak
layak dari kencing ini dan tidak pula kotoran tersebut. Ia hanya untuk
berdzikir kepada Allah, shalat, dan membaca al-Qur'an"
Lalu beliau memerintahkan seorang laki-laki
dari para sahabat (mengambil air), lalu dia membawa air satu ember dan
mengguyurnya." [Sahih Muslim]
4) Boleh menangguhkan jawaban jika ada yang
mengharuskan.
Anas radhiyallahu 'anhu berkata:
كَانَ يُعْجِبُنَا
أَنْ يَجِيءَ الرَّجُلُ مِنْ أَهْلِ الْبَادِيَةِ فَيَسْأَلَ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَجَاءَ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ مَتَى قِيَامُ السَّاعَةِ؟ وَأُقِيمَتِ الصَّلَاةُ، فَصَلَّى رَسُولُ
اللَّهِ، فَلَمَّا فَرَغَ مِنْ صَلَاتِهِ قَالَ: «أَيْنَ السَّائِلُ عَنِ
السَّاعَةِ؟» قَالَ: أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ: «وَمَا أَعْدَدْتَ لَهَا؟»
قَالَ: مَا أَعْدَدْتُ لَهَا مِنْ كَبِيرِ عَمَلٍ صَلَاةٍ، وَلَا صِيَامٍ، إِلَّا
أَنِّي أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ» قَالَ أَنَسٌ: «فَمَا رَأَيْتُ
الْمُسْلِمِينَ فَرِحُوا بَعْدَ الْإِسْلَامِ بِشَيْءٍ مَا فَرِحُوا بِهِ» [مسند أحمد: صحيح]
"Sesuatu yang membuat kami ta 'ajjub adalah
apabila ada seseorang dari penduduk desa terpencil datang dan bertanya kepada
Rasulullah ﷺ. Kemudian
datanglah seorang Arab Badui dan bertanya, "Wahai Rasulullah, kapankah
datangnya hari kiamat?" sedangkan waktu itu Iqamah sudah dikumandangkan,
maka beliau melaksanakan shalat. Setelah selesai shalat, beliau bertanya,
"Mana tadi yang bertanya tentang hari kiamat?" orang tersebut
berkata, "Saya ya Rasulullah, " kemudian beliau bertanya kepadanya,
"Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?" ia menjawab,
"Aku tidak mempunyai persiapan yang banyak, tidak shalat dan tidak juga
puasa, tetapi aku mencintai Allah dan rasul-Nya." Maka Rasulullah ﷺ bersabda,
"Seseorang di hari kiamat akan bersama orang yang dicintainya." Anas
berkata, "Aku tidak pernah melihat seseorang yang bergembira setelah masuk
Islam melebihi gembiranya orang tersebut." [Musnad Ahmad: Shahih]
Namun jika ada yang mendesak maka boleh
segera menjawab.
Anas radhiyallahu 'anhu berkata;
" أُقِيمَتْ صَلَاةُ
الْعِشَاءِ فَقَالَ رَجُلٌ: لِي حَاجَةٌ فَقَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يُنَاجِيهِ حَتَّى نَامَ الْقَوْمُ - أَوْ بَعْضُ الْقَوْمِ - ثُمَّ
صَلَّوْا " [صحيح البخاري ومسلم]
‘Ketika
shalat Isya hendak di tegakkan, seorang sahabat berkata; 'Aku mempunyai
keperluan.' Maka Nabi ﷺ berbincang dengannya hingga para sahabat tertidur, atau
sebagian sahabat tertidur. Kemudian mereka shalat (tanpa berwudhu).’ [Shahih
Bukhari dan Muslim]
4.
Tidak ada yang mengetahui pasti
kapan datangnya hari kiamat.
Allah subhanahu
wata’aalaa berfirman:
{يَسْأَلُكَ
النَّاسُ عَنِ السَّاعَةِ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَمَا يُدْرِيكَ
لَعَلَّ السَّاعَةَ تَكُونُ قَرِيبًا } [الأحزاب: 63]
Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah:
"Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi
Allah". Dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi hari berbangkit itu
sudah dekat waktunya. [Al-Ahzaab:63]
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Ketika
Jibril –‘alaihissalam- bertanya kapan datangnya hari kiamat, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam menjawab:
" مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا
بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ، وَسَأُحَدِّثُكَ عَنْ أَشْرَاطِهَا: إِذَا رَأَيْتَ الْمَرْأَةَ
تَلِدُ رَبَّهَا، فَذَاكَ مِنْ أَشْرَاطِهَا، وَإِذَا رَأَيْتَ الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ
الصُّمَّ الْبُكْمَ مُلُوكَ الْأَرْضِ، فَذَاكَ مِنْ أَشْرَاطِهَا، وَإِذَا رَأَيْتَ
رِعَاءَ الْبَهْمِ يَتَطَاوَلُونَ فِي الْبُنْيَانِ، فَذَاكَ مِنْ أَشْرَاطِهَا فِي
خَمْسٍ مِنَ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهُنَّ إِلَّا اللهُ "، ثُمَّ قَرَأَ: {إِنَّ
اللهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ
وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ
إِنَّ اللهِ عَلِيمٌ خَبِيرٌ} [لقمان: 34] [صحيح البخاري ومسلم]
'Tidaklah orang yang ditanya tentangnya
lebih mengetahui jawaban-Nya daripada orang yang bertanya, akan tetapi aku akan
menceritakan kepadamu tentang tanda-tandanya; yaitu bila kamu melihat hamba
wanita melahirkan tuan-Nya. Itulah salah satu tanda-tandanya. (Kedua) bila kamu
melihat orang yang tanpa alas kaki telanjang, tuli, bisu menjadi pemimpin
(manusia) di bumi. Itulah salah satu tanda-tandanya. (Ketiga) apabila kamu
melihat penggembala kambing saling berlomba tinggi-tinggian dalam (mendirikan)
bangunan. Itulah salah satu tanda-tandanya dalam lima tanda-tanda dari
kegaiban, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah, " kemudian beliau
membaca: '(Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan
tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang
ada dalam rahim.Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa
yang akan diusahakan-Nya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di
bumi mana dia akan mati.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal)
" (Qs. Luqman: 34). [Shahih Bukhari dan Muslim]
Lihat: Syarah Arba’in Nawawiy, hadits (2) Umar; Jibril bertanya tentang iman, islam, ihsan,dan kiamat
5.
Melalaikan amanat adalah salah satu
tanda akan dekatnya kedatangan hari kiamat.
6.
Pentingnya manjaga amanah.
a)
Perintah menjaga amanah.
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن
تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا}
[النساء : 58]
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya. [An-Nisaa’: 58]
b)
Larangan mengkhianati amanah.
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا
تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ}
[الأنفال : 27]
Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu
mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.
[Al-Anfaal: 27]
c)
Orang beriman senantiasa menjaga amanah.
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ (1) ...
وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ (8)} [المؤمنون : 1 و8]
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang
yang beriman, ... Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang
dipikulnya) dan janjinya. [Al-Mu’minun: 1 dan 8]
Ø
Anas bin Malik radhiyallahu
'anhu berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak menkhutbahi
kami kecuali beliau mengatakan:
" لَا إِيمَانَ لِمَنْ لَا أَمَانَةَ لَهُ " [مسند أحمد:
حسن]
"Tidak sempurna imannya orang
yang tidak menjaga amanahnya". [Musnad Ahmad: Hasan]
d)
Sifat orang munafiq menyalahi amanah.
Dari Abdullah
bin ‘Amr radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
"
أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا، وَمَنْ كَانَتْ
فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفَاقِ حَتَّى
يَدَعَهَا: إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ، وَإِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ،
وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ " [صحيح البخاري
ومسلم]
“Ada
empat sifat, barangsiapa yang ada pada dirinya sifat tersebut maka ia adalah
munafiq yang murni, dan barangsiapa yang ada padanya salah satu sifat tersebut
maka padanya telah ada sifat munafiq sampai ia meninggalkannya: Jia diberi
amanah ia berkhianat, jika berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari,
dan jika bertengkar ia melampaui batas” [Sahih Bukhari dan Muslim]
e)
Lepas dari sifat berkeluh kesah
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{إِنَّ الْإِنسَانَ
خُلِقَ هَلُوعًا (19) إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا (20) وَإِذَا مَسَّهُ
الْخَيْرُ مَنُوعًا (21) إِلَّا الْمُصَلِّينَ (22) ... وَالَّذِينَ هُمْ
لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ (32)} [المعارج : 19-22 و32]
Sesungguhnya
manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa
kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir,
kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, ... Dan orang-orang yang
memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. [Al-Ma’arij: 19-22 dan 32]
f)
Yang tidak menjalankan amanah tidak akan mencium bau harum surga
Dari Ma'qil
bin Yasar radhiallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
«مَا
مِنْ عَبْدٍ اسْتَرْعَاهُ اللَّهُ رَعِيَّةً، فَلَمْ يَحُطْهَا بِنَصِيحَةٍ، إِلَّا
لَمْ يَجِدْ رَائِحَةَ الجَنَّةِ» [صحيح البخاري]
"Tidaklah
seorang hamba yang Allah beri amanat kepemimpinan, namun dia tidak
menindaklanjutinya dengan baik, selain tak bakalan mendapat bau surga."
[Sahih Bukhari]
7.
Menyerahkan urusan kepada yang
bukan ahlinya adalah bentuk pelalaian amanah.
Dari Abu Umayyah Al-Jumahiy radhiyallahu
'anhu; Bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ ثَلَاثًا: إِحْدَاهُنَّ
أَنْ يُلْتَمَسَ الْعِلْمُ عِنْدَ الْأَصَاغِرِ " [الزهد والرقائق لابن المبارك]
"Diantara tanda datangnya hari
kiamat ada tiga: Salah satunya adalah ketika ilmu agama diambil dari
orang-orang yang masih muda (ilmunya sedikit)". [Az-Zuhd karya Ibnu
Al-Mubarak]
Ø Dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu
'anhuma; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّ
اللَّهَ لاَ يَقْبِضُ العِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ العِبَادِ، وَلَكِنْ
يَقْبِضُ العِلْمَ بِقَبْضِ العُلَمَاءِ، حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ
النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا، فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ، فَضَلُّوا
وَأَضَلُّوا» [صحيح
البخاري ومسلم]
"Sesungguhnya
Allah tidak mengangkat ilmu dengan sekali cabut dari seorang hamba, akan tetapi
Allah mengangkat ilmu dengan mewafatkan para ulama. Sampai waktunya tidak ada
lagi ulama, orang-orang akan mengambil pemimpin yang bodoh. Lalu mereka
ditanyai dan mereka memberi fatwa tampa dasar ilmu, maka mereka menjadi sesat
dan menyesatkan". [Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ، يُصَدَّقُ
فِيهَا الْكَاذِبُ، وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ، وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ،
وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ، وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ»
"Akan datang
kepada manusia tahun-tahun yang penuh kedustaan, pendusta dipercaya, dan orang
jujur didustakan, penghianat diberi amanah, dan orang amanah dikhianati, dan
Ar-Ruwaibidhah turut berbicara"
Ditanyakan: Apa itu ar-rawaibidhah?
Beliau menjawab:
«الرَّجُلُ التَّافِهُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ» [سنن ابن ماجه:
صحيح]
"Orang bodoh (hina) berkomentar
dalam urusan umum (yang bukan keahlihannya)". [Sunan Ibnu Majah: Shahih]
Dalam riwayat lain:
«السَّفِيهُ يَتَكَلَّمُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ» [مسند أحمد:
حسن]
"Orang bodoh yang berbicara
tentang urusan umum". [Musnad Ahmad: Hasan]
8.
Memberikan tugas dan jabatan kepada yang kuat (ahli
dibidangnya) dan amanah.
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ
الْقَوِيُّ الْأَمِينُ} [القصص: 26]
“Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk
bekerja ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya". [Al-Qashash: 26]
Wallahu a’lam!
Lihat
juga: Kitab Ilmu bab 1; Keutamaan ilmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...