Sabtu, 06 Juli 2024

Berbaik sangka kepada saudaramu

بسم الله الرحمن الرحيم

Bahaya terlalu mengikuti prasangka

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ} [الأنعام: 116]

Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah). [Al-An'am:116]

{وَمَا يَتَّبِعُ أَكْثَرُهُمْ إِلَّا ظَنًّا إِنَّ الظَّنَّ لَا يُغْنِي مِنَ الْحَقِّ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِمَا يَفْعَلُونَ} [يونس: 36]

Dan kebanyakan mereka hanya mengikuti dugaan. Sesungguhnya dugaan itu tidak sedikit pun berguna untuk melawan kebenaran. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. [Yunus: 36]

{وَمَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنَّ الظَّنَّ لَا يُغْنِي مِنَ الْحَقِّ شَيْئًا} [النجم: 28]

Dan mereka tidak mempunyai ilmu tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti dugaan, dan sesungguhnya dugaan itu tidak berfaedah sedikit pun terhadap kebenaran. [An-Najm: 28]

Larangan berprasangka buruk

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ} [الحجرات: 12]

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan buruk sangka (kecurigaan), karena sebagian dari buruk-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. [Al-Hujuraat:12]

{لَوْلَا إِذْ سَمِعْتُمُوهُ ظَنَّ الْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بِأَنْفُسِهِمْ خَيْرًا} [النور: 12]

Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri (sesama)? [An-Nuur:12]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:

«إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ، فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الحَدِيثِ، وَلاَ تَحَسَّسُوا، وَلاَ تَجَسَّسُوا، وَلاَ تَنَاجَشُوا، وَلاَ تَحَاسَدُوا، وَلاَ تَبَاغَضُوا، وَلاَ تَدَابَرُوا، وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا» [صحيح البخاري ومسلم]

"Jauhilah buruk sangka, karena buruk sangkah adalah ungkapan yang paling dusta, dan janganlah kalian menguping pembicaraan orang lain, dan jangan mencari-cari keburukan orang lain, dan jangan bersaing yang tidak sehat, dan jangan saling iri, dan jangan saling bermusuhan, jangan saling membelakangi (menjauhi), dan jadilah kalian hamba Allah yang saling bersaudara. [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah bersabda:

«الْمُؤْمِنُ غِرٌّ كَرِيمٌ، وَالْفَاجِرُ خِبٌّ لَئِيمٌ» [سنن أبي داود: حسن]

"Seorang mukmin itu baik lagi dermawan (tidak kikir), dan orang Fajir adalah seorang yang jahat lagi bakhil." [Sunan Abi Daud: Hasan]

Ø  Al-Qadhi Al-Baidhawiy rahimahullah berkata:

(الغِرّ): الذي يكون سليمَ النفس، حسنَ الظن بالخلق يغرّه الناسُ، وينخدع بأقوالهم وظواهر أحوالهم، و(الخِبّ) ضده. [تحفة الأبرار شرح مصابيح السنة]

“(Al-Girr) orang yang selamat jiwanya, berbaik sangka kepada manusia, manusia baik kepadanya, menerima perkataan dan yang nampak dari keadaan mereka. Sedangkan (Al-Khibb) kebalikannya”. [Tuhfatul Abrar syarh Mashabih As-Sunnah]

Ø  Imam Syafi’iy rahimahullah berkata:

"مَن أحبّ أن يَقضيَ الله له بالخَيْر فلْيُحْسِنِ الظنّ بالناسِ" [تهذيب الأسماء واللغات للنووي]

“Siapa yang suka Allah wafatkan dalam keadaan baik maka hendaklah ia berbaik sangka kepada manusia”. [Tahdzibul Asmaa’ wallugaat karya An-Nawawiy]

Buruk sangka hukumnya haram dengan syarat:

a.      Yang disangka buruk adalah seorang muslim.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ، لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يَخْذُلُهُ، وَلَا يَحْقِرُهُ التَّقْوَى هَاهُنَا» وَيُشِيرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ «بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ، دَمُهُ، وَمَالُهُ، وَعِرْضُهُ» [صحيح مسلم]

"Muslim yang satu dengan muslim yang lainnya adalah bersaudara tidak boleh menyakiti, merendahkan, ataupun menghina. Takwa itu ada di sini (Rasulullah menunjuk dadanya)", Beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali. "Seseorang telah dianggap berbuat jahat apabila ia merendahkan saudaranya sesama muslim. Muslim yang satu dengan yang Iainnya haram darahnya. hartanya, dan kehormatannya." [Shahih Muslim]

b.      Membiarkan buruk sangka terus menerus tanpa berusah mengabaikannya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

" فِي الْإِنْسَانِ ثَلَاثَةٌ: الطِّيَرَةُ، وَالظَّنُّ، وَالْحَسَدُ، فَمَخْرَجُهُ مِنَ الطِّيَرَةِ أَنْ لَا يَرْجِعَ، وَمَخْرَجُهُ مِنَ الظَّنِّ أَلَا يُحَقِّقَ، وَمَخْرَجُهُ مِنَ الْحَسَدِ أَنْ لَا يَبْغِيَ " [شعب الإيمان: حسن لغيره]

"Pada manusia ada tiga sifat: Pemali, prasangka, dan hasad. Jalan keluarnya dari pemali adalah tidak mengurungkan niatnya, dan solusi dari prasangka adalah tidak mengikutinya, dan solusi dari hasad adalah tidak meluapkannya". [Syu'abul Iman: Hasan ligairih]

Ø  Dalam riwayat lain;

"إذا ظننتُم فلا تُحَقِّقوا" [سلسلة الأحاديث الصحيحة (7/ 1649) رقم 3942]

“Jika kalian berprasangka maka jangan kalian ikuti (mencari-cari kebenarannya)”. [Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah 7/1649 no.3942]

c.       Yang disangka buruk nampak padanya kebaikan secara dzahir, adapun batinnya hanya Allah yang tahu.

Dari Thariq bin Asyam radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

" مَنْ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَكَفَرَ بِمَا يُعْبَدُ مَنْ دُونِ اللهِ، حَرُمَ مَالُهُ، وَدَمُهُ، وَحِسَابُهُ عَلَى اللهِ "

"Barangsiapa yang mengucapkan: "Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Allah", dan mengkufuri segala yang disembah selain Allah, maka telah haram harta dan darahnya, dan perhitungannya (pada perkara batin) di sisi Allah." [Shahih Muslim]

Bagaimana terhindar dari buruk sangka kepada saudara seiman?

Diantaranya:

1.      Berdo’a kepada Allah ta'aalaa agar diberi hati yang bersih.

Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata: Rasulullah sering mengucapkan do'a ini ...

«رَبِّ تَقَبَّلْ تَوْبَتِيْ، وَاغْسِلْ حَوْبَتِيْ، وَأَجِبْ دَعْوَتِيْ، وَثَبِّتْ حُجَّتِيْ، وَاهْدِ قَلْبِيْ، وَسَدِّدْ لِسَانِيْ، وَاسْلُلْ سَخِيمَةَ قَلْبِيْ»

"Ya Tuhan-ku .. terimalah taubatku, cucilah dosa-dosaku, kabulkanlah do'aku, kuatkanlah argumenku, tunjukilah hatiku, tepatkanlah ucapanku, cabutlah kedengkian hatiku." [Sunan Abi Daud: Shahih]

Ø  Syakal bin Humaid datang kepada Nabi dan berkata: Wahai Rasulullah, ajarkan kepadaku perlindungan yang aku gunakan untuk berlindung!

Syakal berkata: Kemudian beliau memegang pundakku dan berkata:

" قُلْ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ سَمْعِي، وَمِنْ شَرِّ بَصَرِي، وَمِنْ شَرِّ لِسَانِي، وَمِنْ شَرِّ قَلْبِي، وَمِنْ شَرِّ مَنِيِّي " يَعْنِي فَرْجَهُ [سنن الترمذي: صحيح]

"Ucapkanlah; (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari keburukan telingaku, dari keburukan mataku, dari keburukan lisanku, dari keburukan hatiku, dan dari keburukan kemaluanku). [Sunan Tirmidziy: Shahih]

2.      Memposisikan diri seperti orang lain.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ، حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ» [صحيح البخاري ومسلم]

Tidak sempurna keimanan seseorang diantara kalian sampai ia mencintai untuk saudaranya seperti ia mencintai untuk dirinya. [Sahih Bukhari dan Muslim]

3.      Memahami ucapan orang lain dengan makna yang baik.

Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata:

لَمَّا أَتَى مَاعِزُ بْنُ مَالِكٍ النَّبِيَّ قَالَ لَهُ: «لَعَلَّكَ قَبَّلْتَ، أَوْ غَمَزْتَ، أَوْ نَظَرْتَ» قَالَ: لاَ يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: «أَنِكْتَهَا». لاَ يَكْنِي، قَالَ: فَعِنْدَ ذَلِكَ أَمَرَ بِرَجْمِهِ [صحيح البخاري ومسلم]

Ketika Ma'iz bin Malik menemui Nabi ﷺ (mengaku telah berzina), Nabi bertanya: "Bisa jadi kamu hanya sekedar mencium, meremas, atau memandang"! Ma'iz menjawab; 'Tidak ya Rasulullah!' Beliau bertanya lagi; "Apakah kamu benar-benar menyetubuhinya?" Beliau tidak menggunakan bahasa kiasan. (Setelah Ma'iz mengiyakan) maka pada saat itu dia pun dirajam. [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Umar bin Al-Khathab radhiyallahu 'anhuberkata:

«لَا تَظُنُّ بِكَلِمَةٍ خَرَجَتْ مِنْ فِيِّ مُسْلِمٍ شَرًّا وَأَنْتَ تَجِدُ لَهَا فِي الْخَيْرِ مَحْمَلًا» [مداراة الناس لابن أبي الدنيا]

“Jangan engkau berprasangka terhadap ucapan yang keluar dari mulut seorang muslim dengan keburukan padahal engkau mendapatkan kemungkinan makna baik di dalamnya”. [Mudaratunnas karya Ibnu Abi Ad-Dunya]

Ø  Ar-Rabi’ bin Sulaimanrahimahullah- berkata:

مَرِضَ الشَّافِعِيُّ فَدَخَلْتُ عَلَيْهِ فَقُلْتُ: يَا أَبَا عَبْدِ اللَّهِ، قَوَّى اللَّهُ ضَعْفَكَ. فَقَالَ: «يَا أَبَا مُحَمَّدٍ لَوْ قَوَّى اللَّهُ ضَعْفِي عَلَى قُوَّتِي أَهْلَكَنِي». قُلْتُ: يَا أَبَا عَبْدِ اللَّهِ، مَا أَرَدْتُ إِلَّا الْخَيْرَ. فَقَالَ: «لَوْ دَعَوْتَ اللَّهَ عَلِيَّ لَعَلِمْتُ أَنَّكَ لَمْ تُرَدْ إِلَّا الْخَيْرَ» [حلية الأولياء لأبي نعيم]

Asy- Syafi’iy sedang sakit, lalu aku menjenguknya dan berkata: Wahai Abu Abdillah, semoga Allah menguatkan kelemahanmu! Maka ia berkata: Wahai Abu Muhammad, kalau Allah menguatkan kelemahanku, maka Allah akan membinasakanku! Aku bekata: Wahai Abu Abdillah, aku tidak bermaksud kecuali kebaikan. Maka beliau berkata: Andaipun engkau berdo’a kepada Allah untuk membinasakanku maka aku yakin engkau tidak bermaksud kecuali kebaikan. [Hilyatul Auliyah karya Abu Nu’aim]

4.      Memberi ‘udzur kepada orang lain.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu;

أَنَّ أَعْرَابِيًّا أَتَى رَسُولَ اللَّهِ ، فَقَالَ: إِنَّ امْرَأَتِي وَلَدَتْ غُلاَمًا أَسْوَدَ، وَإِنِّي أَنْكَرْتُهُ، فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «هَلْ لَكَ مِنْ إِبِلٍ؟»، قَالَ: نَعَمْ، قَالَ: «فَمَا أَلْوَانُهَا؟»، قَالَ: حُمْرٌ، قَالَ: «هَلْ فِيهَا مِنْ أَوْرَقَ؟»، قَالَ: إِنَّ فِيهَا لَوُرْقًا، قَالَ: «فَأَنَّى تُرَى ذَلِكَ جَاءَهَا»، قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، عِرْقٌ نَزَعَهَا، قَالَ: «وَلَعَلَّ هَذَا عِرْقٌ نَزَعَهُ» [صحيح البخاري ومسلم]

Bahwa ada seorang laki-laki Arab Badui (nomade, primitive) mendatagi Rasulullah dan berujar, "Istriku melahirkan bayi hitam pekat dan aku memungkirinya." Maka Rasulullah bertanya, "Bukankah engkau juga mempunyai unta?" Ia menjawab, "Benar." Nabi bertanya lagi, "Lalu, apa warnanya?' Ia menjawab, "Merah." Nabi bertanya lagi, "Bukankah di sana juga ada belang kecoklatan?" Si Arab Badui menjawab, "Betul, di sana ada belang warna coklat." Nabi bertanya lagi, "Lantas dari mana warna itu datang?" Si Arab Badui menjawab, "Boleh jadi akar keturunan yang menurunkan warna itu, dan tidak memberi ruang untuk meniadakannya sama sekali." [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Muhammad bin Sirin rahimahullah berkata:

" إِذَا بَلَغَكَ عَنْ أَخِيكَ شَيْءٌ، فَالْتَمِسْ لَهُ عُذْرًا، فَإِنْ لَمْ تَجِدْ لَهُ عُذْرًا، فَقُلْ: لَعَلَّ لَهُ عُذْرًا " [التوبيخ والتنبيه لأبي الشيخ الأصبهاني]

“Jika sampai kepadamu berita buruk tentang saudaramu maka carikanlah alasan untuknya, jika kamu tidak mendapatkan udzur untuknya maka katakan: Mungkin dia punya udzur”. [At-Taubikh wa At-Tanbih karya Abu Asy-Syaikh]

Ø  Ja’far bin Muhammad rahimahullah berkata:

" إِذَا بَلَغَكَ عَنْ أَخِيكَ الشَّيْءُ تُنْكِرُهُ فَالْتَمِسْ لَهُ عُذْرًا وَاحِدًا إِلَى سَبْعِينَ عُذْرًا، فَإِنْ أَصَبْتَهُ وَإِلَّا قُلْ: لَعَلَّ لَهُ عُذْرًا لَا أَعْرِفُهُ " [شعب الإيمان للبيهقي]

“Jika sampai kepadamu berita tentang saudaramu suatu yang engkau ingkari maka carikanlah untuknya satu sampai tujuhpuluh alasan. Jika udzur yang kau berikan untuknya tepat maka baiklah, dan jika tidak mendapatkan udzur untuknya maka katakan: Mungkin dia punya udzur yang aku tidak ketahui”. [At-Taubikh wa At-Tanbih karya Abu Asy-Syaikh]

5.      Tidak menghukumi seseorang pada niatnya.

Usamah bin Zaid radhiyallahu 'anhu berkata:

بَعَثَنَا رَسُولُ اللهِ فِي سَرِيَّةٍ، فَصَبَّحْنَا الْحُرَقَاتِ مِنْ جُهَيْنَةَ، فَأَدْرَكْتُ رَجُلًا فَقَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، فَطَعَنْتُهُ فَوَقَعَ فِي نَفْسِي مِنْ ذَلِكَ، فَذَكَرْتُهُ لِلنَّبِيِّ ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ : «أَقَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَقَتَلْتَهُ؟» قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّمَا قَالَهَا خَوْفًا مِنَ السِّلَاحِ، قَالَ: «أَفَلَا شَقَقْتَ عَنْ قَلْبِهِ حَتَّى تَعْلَمَ أَقَالَهَا أَمْ لَا؟» فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا عَلَيَّ حَتَّى تَمَنَّيْتُ أَنِّي أَسْلَمْتُ يَوْمَئِذٍ

Rasulullah   mengutuskan kami dalam suatu pasukan. Suatu pagi kami sampai di Al-Huraqat, yakni suatu tempat di daerah Juhainah. Kemudian aku berjumpa seorang lelaki, lelaki tersebut lalu mengucakan LAA ILAAHA ILLAALLAHU (Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah), namun aku tetap menikamnya. Lalu aku merasa ada ganjalan dalam diriku karena hal tersebut, sehingga kejadian tersebut aku ceritakan kepada Rasulullah. Rasulullah   lalu bertanya: 'Kenapa kamu membunuh orang yang telah mengucapkan Laa Ilaaha Illaahu? ' Aku menjawab, "Wahai Rasulullah! Sesungguhnya lelaki itu mengucap demikian karena takutkan ayunan pedang." "Sudahkah kamu membelah dadanya sehingga kamu tahu dia benar-benar mengucapkan Kalimah Syahadat atau tidak?" Rasulullah terus mengulangi pertanyaan itu kepadaku hingga menyebabkan aku berandai-andai bahwa aku baru masuk Islam saat itu." [Shahih Muslim]

Ø  Dari 'Itban bin Malik radhiyallahu 'anhu; Ketika Rasulullah ﷺ berkunjung ke rumahnya bersama beberapa sahabat:

قَائِلٌ مِنْهُمْ: أَيْنَ مَالِكُ بْنُ الدُّخَيْشِنِ أَوِ ابْنُ الدُّخْشُنِ؟ فَقَالَ بَعْضُهُمْ: ذَلِكَ مُنَافِقٌ لاَ يُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ : " لاَ تَقُلْ ذَلِكَ، أَلاَ تَرَاهُ قَدْ قَالَ: لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، يُرِيدُ بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ " قَالَ: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: فَإِنَّا نَرَى وَجْهَهُ وَنَصِيحَتَهُ إِلَى المُنَافِقِينَ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ : " فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ: لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، يَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ "

Salah seorang dari mereka lalu berkata: "Mana Malik bin Ad-Dukhaisyin atau Ibnu Ad Dukhsyun?" Ada seorang yang menjawab, "Dia munafik, dia tidak mencintai Allah dan Rasul-Nya." Maka Rasulullah ﷺ  pun bersabda: "Janganlah kamu ucapkan seperti itu. Bukankan kamu tahu dia telah mengucapkan: LAA ILAAHA ILLALLAH, dengan mengharap ridla Allah?" Orang itu menjawab, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu, kami lihat pandangan dan nasehatnya untuk kaum Munafikin. Rasulullah ﷺ bersabda: "Sesungguhnya Allah telah mengharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan: LAA ILAAHA ILLALLAH, dengan mengharap ridla Allah" [Shahih Bukhari dan Muslim]

6.      Mengingat buruknya akibat dari buruk sangka.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

" إِذَا قَالَ الرَّجُلُ: هَلَكَ النَّاسُ فَهُوَ أَهْلَكُهُمْ " [صحيح مسلم]

"Jika seorang mengatakan: Manusia telah binasa maka ialah yang membinasakannya (atau ialah yang paling binasa)". [Sahih Muslim]

Ø  Bakr bin Abdillah Al-Muzaniy rahimahullah berkata:

«إِيَّاكَ مِنْ كَلَامٍ مَا إِنْ أَصَبْتَ فِيهِ لَمْ تُؤْجَرْ، وَإِنْ أَخْطَأْتَ وَزَرْتَ، وَذَلِكَ سُوءُ الظَّنِّ بِأَخِيكَ» [الطبقات الكبرى لابن سعد]

“Jauhkan dirimu dari perkataaan yang apabila engkau benar maka engkau tidak mendapatkan pahala, dan jika engkau salah maka engkau berdosa; yaitu buruk sangka kepada saudaramu”. [At-Thabaqatul Kubra karya Ibnu Sa’ad]

Ø  Sufyan bin Husain rahimahullah berkata:

ذَكَرْتُ رَجُلًا بِسُوءٍ عِنْدَ إِيَاسِ بْنِ مُعَاوِيَةَ فَنَظَرَ فِي وَجْهِي وَقَالَ: أَغَزَوْتَ الرُّومَ؟ قُلْتُ: لَا. قَالَ: فَالسِّنْدَ وَالْهِنْدَ وَالتُّرْكَ؟ قُلْتُ: لَا. قَالَ: أَفَسَلِمَ مِنْكَ الرُّومُ وَالسِّنْدُ وَالْهِنْدُ وَالتُّرْكُ وَلَمْ يَسْلَمْ مِنْكَ أَخُوكَ الْمُسْلِمُ؟ ! قَالَ: فَلَمْ أَعُدْ بَعْدَهَا. [البداية والنهاية]

Aku menyebut seseorang dengan keburukan di sisi Iyas bin Mu’awiyah, maka ia menatap wajahku dan berkata: Apakah engkau telah memerangi Romawiy? Aku menjawab: Tidak. Ia bertanya lagi: Bagaimana dengan Negri Sinda, India, dan Tatar? Aku menjawab: Tidak. Maka ia berkata: Apakah pantas Romawi, Sinda, India dan Tatar selamat dari dirimu sedangkan saudaramu yang muslim tidak selamat darimu? Sufyan berkata: Maka aku tidak pernah mengulanginya lagi. [Al-Bidayah wa An-Nihayah karya Ibnu Katsir]

Menghindari perkara yang bisa menimbulkan buruk sangka orang lain.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آيَاتِ اللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلَا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ إِنَّكُمْ إِذًا مِثْلُهُمْ إِنَّ اللَّهَ جَامِعُ الْمُنَافِقِينَ وَالْكَافِرِينَ فِي جَهَنَّمَ جَمِيعًا} [النساء: 140]

Dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam. [An-Nisaa': 140]

Ø  Dari An-Nu'man bin Basyir radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah ﷺ bersabda:

" الحَلاَلُ بَيِّنٌ، وَالحَرَامُ بَيِّنٌ، وَبَيْنَهُمَا مُشَبَّهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ، فَمَنِ اتَّقَى المُشَبَّهَاتِ اسْتَبْرَأَ لِدِينِهِ وَعِرْضِهِ " [صحيح البخاري ومسلم]

"Yang halal sudah jelas dan yang haram juga sudah jelas. Namun diantara keduanya ada perkara syubhat (samar) yang tidak diketahui oleh banyak orang. Maka barangsiapa yang menjauhi diri dari yang syubhat berarti telah memelihara agamanya dan kehormatannya". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dari Yazid Al Aswad radhiyallahu 'anhu;

أَنَّهُ صَلَّى مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَاةَ الصُّبْحِ بِمِنًى وَهُوَ غُلَامٌ شَابٌّ، فَلَمَّا صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ إِذَا هُوَ بِرَجُلَيْنِ لَمْ يُصَلِّيَا، فَدَعَا بِهِمَا فَجِيءَ بِهِمَا تَرْعَدُ فَرَائِصُهُمَا، فَقَالَ لَهُمَا: «مَا مَنَعَكُمَا أَنْ تُصَلِّيَا مَعَنَا؟» قَالَا: قَدْ صَلَّيْنَا فِي رِحَالِنَا. قَالَ: «فَلَا تَفْعَلَا، إِذَا صَلَّيْتُمْ فِي رِحَالِكُمْ ثُمَّ أَدْرَكْتُمُ الْإِمَامَ لَمْ يُصَلِّ، فَصَلِّيَا مَعَهُ، فَهِيَ لَكُمْ نَافِلَةٌ»

bahwa ia pernah shalat Subuh bersama Rasulullah ﷺ  di Mina, dan saat itu ia seorang anak yang masih remaja. Setelah Rasulullah ﷺ  selesai melaksanakan shalat, tiba-tiba beliau melihat dua orang laki-laki yang belum menunaikan shalat, maka beliau pun memanggil keduanya. Kemudian kedua laki-laki tersebut dibawa ke hadapan Rasulullah ﷺ  dalam keadaan gemetar. Beliau lalu bertanya, "Apa yang menghalangi kalian berdua untuk melaksanakan shalat bersama kami?" kedua laki-laki itu menjawab, "Kami telah melaksanakan shalat di tempat tinggal kami." Beliau bersabda, "Janganlah kalian berbuat seperti itu. Jika kalian telah shalat saat di rumah lalu kalian mendapati Imam sedang shalat berjamaah, maka hendaklah kalian shalat bersamanya, karena shalat itu akan menjadi pahala nafilah kalian." [Musnad Ahmad: Shahih]

Ø  Dari 'Abdullah bin 'Amru bin Al 'Ash radhiyallahu 'anhuma;

أَنَّ نَفَرًا مِنْ بَنِي هَاشِمٍ دَخَلُوا عَلَى أَسْمَاءَ بِنْتِ عُمَيْسٍ، فَدَخَلَ أَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيقُ، وَهِيَ تَحْتَهُ يَوْمَئِذٍ، فَرَآهُمْ، فَكَرِهَ ذَلِكَ، فَذَكَرَ ذَلِكَ لِرَسُولِ اللهِ ، وَقَالَ: لَمْ أَرَ إِلَّا خَيْرًا، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ : «إِنَّ اللهَ قَدْ بَرَّأَهَا مِنْ ذَلِكَ» ثُمَّ قَامَ رَسُولُ اللهِ عَلَى الْمِنْبَرِ فَقَالَ: «لَا يَدْخُلَنَّ رَجُلٌ، بَعْدَ يَوْمِي هَذَا، عَلَى مُغِيبَةٍ، إِلَّا وَمَعَهُ رَجُلٌ أَوِ اثْنَانِ» [صحيح مسلم]

Bahwa beberapa orang Bani Hisyam datang ke rumah Asma' binti 'Umais, istri Abu Bakar Shiddiq (ketika Abu Bakar sedang tidak di rumah). Tiba-tiba Abu Bakar pulang dan bertemu dengan mereka. Abu Bakar merasa kurang senang atas kedatangan mereka yang demikian. Lalu diceritakannya hal itu kepada Rasulullah ﷺ, dan ia berkata: Aku tidak melihat sesuatu kecuali yang baik. Maka Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menyucikan Asma' binti 'Umais dari hal-hal yang demikian." Kemudian Rasulullah ﷺ naik mimbar, lalu beliau bersabda, 'Sesudah hari ini, seorang laki-laki tidak boleh masuk ke rumah seorang wanita yang suaminya sedang pergi, kecuali bila laki-laki itu disertai seorang atau dua orang teman laki-laki.' [Shahih Muslim]

Memberikan penjelasan untuk menghindari buruk sangka orang lain

Shafiyyah binti Huyay radhiyallahu 'anha berkata:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ مُعْتَكِفًا، فَأَتَيْتُهُ أَزُورُهُ لَيْلًا، فَحَدَّثْتُهُ ثُمَّ قُمْتُ فَانْقَلَبْتُ، فَقَامَ مَعِي لِيَقْلِبَنِي وَكَانَ مَسْكَنُهَا فِي دَارِ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ، فَمَرَّ رَجُلَانِ مِنْ الْأَنْصَارِ، فَلَمَّا رَأَيَا النَّبِيَّ أَسْرَعَا، فَقَالَ النَّبِيُّ : «عَلَى رِسْلِكُمَا، إِنَّهَا صَفِيَّةُ بِنْتُ حُيَيٍّ» فَقَالَا: سُبْحَانَ اللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: «إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنْ الْإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ، وَإِنِّي خَشِيتُ أَنْ يَقْذِفَ فِي قُلُوبِكُمَا سُوءًا»

Ketika Rasulullah ﷺ sedang melaksanakan i'tikaf aku datang menemui Beliau di malam hari, lalu aku berbincang-bincang sejenak dengan Beliau, kemudian aku berdiri hendak pulang, Beliau juga ikut berdiri bersama aku untuk mengantar aku. Saat itu Shafiyyah tingal di rumah Usamah bin Zaid. (Ketika kami sedang berjalan berdua itu) ada dua orang laki-laki yang lewat, dan tatkala melihat Nabi ﷺ keduanya bergegas. Maka Nabi ﷺ: "Kalian tenang saja. Sungguh wanita ini adalah Shofiyah binti Huyay". Maka keduanya berkata: "Maha suci Allah, wahai Rasulullah". Lalu Nabi ﷺ bersabda: "Sesungguhnya setan berjalan lewat aliran darah dan aku khawatir setan telah memasukkan perkara yang buruk pada hati kalian berdua". [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dari Abu Sirwa'ah 'Uqbah bin Al-Harits radhiyallahu 'anhu berkata:

صَلَّيْتُ وَرَاءَ النَّبِيِّ بِالْمَدِينَةِ العَصْرَ، فَسَلَّمَ، ثُمَّ قَامَ مُسْرِعًا، فَتَخَطَّى رِقَابَ النَّاسِ إِلَى بَعْضِ حُجَرِ نِسَائِهِ، فَفَزِعَ النَّاسُ مِنْ سُرْعَتِهِ، فَخَرَجَ عَلَيْهِمْ، فَرَأَى أَنَّهُمْ عَجِبُوا مِنْ سُرْعَتِهِ، فَقَالَ: «ذَكَرْتُ شَيْئًا مِنْ تِبْرٍ عِنْدَنَا، فَكَرِهْتُ أَنْ يَحْبِسَنِي، فَأَمَرْتُ بِقِسْمَتِهِ»

"Aku pernah shalat Asar di belakang Nabi ﷺ  di kota Madinah. Setelah salam, tiba-tiba beliau berdiri dengan tergesa-gesa sambil melangkahi leher-leher orang banyak menuju sebagian kamar istri-istrinya. Orang-orang pun merasa cemas dengan ketergesa-gesaan beliau. Setelah itu beliau keluar kembali menemui orang banyak, dan beliau lihat orang-orang merasa heran. Maka beliau pun bersabda, "Aku teringat dengan sebatang emas/perak yang ada pada kami. Aku khawatir itu dapat menggangguku, maka aku perintahkan untuk dibagi-bagikan." [Shahih Bukhari]

Ø  'Aisyah radhiyallahu 'anha  istri Nabi , ia berkata:

«كُنْتُ أَنَامُ بَيْنَ يَدَيْ رَسُولِ اللَّهِ وَرِجْلاَيَ، فِي قِبْلَتِهِ فَإِذَا سَجَدَ غَمَزَنِي، فَقَبَضْتُ رِجْلَيَّ، فَإِذَا قَامَ بَسَطْتُهُمَا»، قَالَتْ: وَالبُيُوتُ يَوْمَئِذٍ لَيْسَ فِيهَا مَصَابِيحُ [صحيح البخاري ومسلم]

"Aku pernah tidur di depan Rasulullah sementara kedua kakiku di arah Qiblat (shalatnya). Jika sujud beliau menyentuh kakiku, maka aku tarik kedua kakiku. Dan jika berdiri aku kembali meluruskan kakiku." 'Aisyah berkata, "Pada saat itu di rumah-rumah belum ada lampu penerang." [Shahih Bukhari dan Muslim]]

Aisyah -radhiyallahu 'anha- menjelaskan alasan kenapa ia merentangkan kakinya ke hadapan Nabi ﷺ yaitu karena tidak ada cahaya, agar orang tidak buruk sangka kepadanya.

Wallahu a’lam!

Lihat juga: 10 sebab yang menguatkan persaudaraan - Ni'mat persatuan dan persaudaraan dalam Islam - Meraih surga dengan persaudaraan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...