بسم الله الرحمن الرحيم
Bahaya terlalu mengikuti prasangka
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ
اللَّهِ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ} [الأنعام:
116]
Dan
jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka
akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti
persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah). [Al-An'am:116]
{وَمَا
يَتَّبِعُ أَكْثَرُهُمْ إِلَّا ظَنًّا إِنَّ الظَّنَّ لَا يُغْنِي مِنَ الْحَقِّ
شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِمَا يَفْعَلُونَ} [يونس: 36]
Dan kebanyakan mereka hanya mengikuti dugaan.
Sesungguhnya dugaan itu tidak sedikit pun berguna untuk melawan kebenaran.
Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. [Yunus: 36]
{وَمَا
لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنَّ الظَّنَّ لَا
يُغْنِي مِنَ الْحَقِّ شَيْئًا} [النجم: 28]
Dan
mereka tidak mempunyai ilmu tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti
dugaan, dan sesungguhnya dugaan itu tidak berfaedah sedikit pun terhadap
kebenaran. [An-Najm: 28]
Larangan berprasangka buruk
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا
كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا
يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ
مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ} [الحجرات:
12]
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah
kebanyakan buruk sangka (kecurigaan), karena sebagian dari buruk-sangka itu
dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan
satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang. [Al-Hujuraat:12]
{لَوْلَا إِذْ سَمِعْتُمُوهُ ظَنَّ الْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ
بِأَنْفُسِهِمْ خَيْرًا} [النور: 12]
Mengapa di waktu kamu mendengar berita
bohong itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri
mereka sendiri (sesama)? [An-Nuur:12]
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ
bersabda:
«إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ، فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الحَدِيثِ، وَلاَ
تَحَسَّسُوا، وَلاَ تَجَسَّسُوا، وَلاَ تَنَاجَشُوا، وَلاَ تَحَاسَدُوا، وَلاَ
تَبَاغَضُوا، وَلاَ تَدَابَرُوا، وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا» [صحيح
البخاري ومسلم]
"Jauhilah buruk sangka,
karena buruk sangkah adalah ungkapan yang paling dusta, dan janganlah kalian
menguping pembicaraan orang lain, dan jangan mencari-cari keburukan orang lain,
dan jangan bersaing yang tidak sehat, dan jangan saling iri, dan jangan saling
bermusuhan, jangan saling membelakangi (menjauhi), dan jadilah kalian hamba
Allah yang saling bersaudara. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu berkata, Rasulullah ﷺ
bersabda:
«الْمُؤْمِنُ غِرٌّ
كَرِيمٌ، وَالْفَاجِرُ خِبٌّ لَئِيمٌ» [سنن أبي داود: حسن]
"Seorang mukmin itu baik lagi dermawan
(tidak kikir), dan orang Fajir adalah seorang yang jahat lagi bakhil." [Sunan
Abi Daud: Hasan]
Ø Al-Qadhi Al-Baidhawiy rahimahullah berkata:
(الغِرّ): الذي يكون سليمَ
النفس، حسنَ الظن بالخلق يغرّه الناسُ، وينخدع
بأقوالهم وظواهر أحوالهم، و(الخِبّ) ضده. [تحفة الأبرار شرح مصابيح السنة]
“(Al-Girr) orang yang selamat jiwanya, berbaik
sangka kepada manusia, manusia baik kepadanya, menerima perkataan dan yang
nampak dari keadaan mereka. Sedangkan (Al-Khibb) kebalikannya”. [Tuhfatul Abrar
syarh Mashabih As-Sunnah]
Ø Imam Syafi’iy rahimahullah berkata:
"مَن أحبّ أن يَقضيَ
الله له بالخَيْر فلْيُحْسِنِ الظنّ بالناسِ" [تهذيب الأسماء واللغات للنووي]
“Siapa yang suka Allah wafatkan dalam
keadaan baik maka hendaklah ia berbaik sangka kepada manusia”. [Tahdzibul
Asmaa’ wallugaat karya An-Nawawiy]
Buruk sangka hukumnya haram dengan syarat:
a.
Yang
disangka buruk adalah seorang muslim.
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ
bersabda:
«الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ، لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يَخْذُلُهُ،
وَلَا يَحْقِرُهُ التَّقْوَى هَاهُنَا» وَيُشِيرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
«بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ، كُلُّ
الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ، دَمُهُ، وَمَالُهُ، وَعِرْضُهُ» [صحيح
مسلم]
"Muslim yang satu dengan muslim yang lainnya adalah bersaudara tidak
boleh menyakiti, merendahkan, ataupun menghina. Takwa itu ada di sini
(Rasulullah menunjuk dadanya)", Beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali.
"Seseorang telah dianggap berbuat jahat apabila ia merendahkan saudaranya
sesama muslim. Muslim yang satu dengan yang Iainnya haram darahnya. hartanya,
dan kehormatannya." [Shahih Muslim]
b.
Membiarkan
buruk sangka terus menerus tanpa berusah mengabaikannya.
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ
bersabda:
" فِي الْإِنْسَانِ ثَلَاثَةٌ: الطِّيَرَةُ، وَالظَّنُّ،
وَالْحَسَدُ، فَمَخْرَجُهُ مِنَ الطِّيَرَةِ أَنْ لَا يَرْجِعَ، وَمَخْرَجُهُ مِنَ
الظَّنِّ أَلَا يُحَقِّقَ، وَمَخْرَجُهُ مِنَ الْحَسَدِ أَنْ لَا يَبْغِيَ " [شعب
الإيمان: حسن لغيره]
"Pada manusia ada tiga sifat: Pemali, prasangka, dan hasad. Jalan
keluarnya dari pemali adalah tidak mengurungkan niatnya, dan solusi dari
prasangka adalah tidak mengikutinya, dan solusi dari hasad adalah tidak
meluapkannya". [Syu'abul Iman: Hasan ligairih]
Ø
Dalam riwayat lain;
"إذا
ظننتُم فلا تُحَقِّقوا" [سلسلة الأحاديث الصحيحة (7/ 1649) رقم 3942]
“Jika
kalian berprasangka maka jangan kalian ikuti (mencari-cari kebenarannya)”.
[Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah 7/1649 no.3942]
c.
Yang
disangka buruk nampak padanya kebaikan secara dzahir, adapun batinnya hanya
Allah yang tahu.
Dari Thariq
bin Asyam radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ
bersabda:
" مَنْ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَكَفَرَ بِمَا يُعْبَدُ
مَنْ دُونِ اللهِ، حَرُمَ مَالُهُ، وَدَمُهُ، وَحِسَابُهُ عَلَى اللهِ "
"Barangsiapa yang mengucapkan: "Tidak ada tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Allah", dan mengkufuri segala yang disembah selain
Allah, maka telah haram harta dan darahnya, dan perhitungannya (pada perkara batin) di sisi Allah."
[Shahih Muslim]
Bagaimana terhindar dari buruk sangka kepada saudara seiman?
Diantaranya:
1.
Berdo’a
kepada Allah ta'aalaa agar diberi hati yang bersih.
Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata: Rasulullah ﷺ
sering mengucapkan
do'a ini ...
«رَبِّ تَقَبَّلْ تَوْبَتِيْ، وَاغْسِلْ حَوْبَتِيْ، وَأَجِبْ
دَعْوَتِيْ، وَثَبِّتْ حُجَّتِيْ، وَاهْدِ قَلْبِيْ، وَسَدِّدْ لِسَانِيْ،
وَاسْلُلْ سَخِيمَةَ قَلْبِيْ»
"Ya Tuhan-ku .. terimalah
taubatku, cucilah dosa-dosaku, kabulkanlah do'aku, kuatkanlah argumenku, tunjukilah
hatiku, tepatkanlah ucapanku, cabutlah kedengkian hatiku." [Sunan Abi
Daud: Shahih]
Ø Syakal bin
Humaid datang
kepada Nabi ﷺ dan berkata: Wahai Rasulullah, ajarkan kepadaku perlindungan
yang aku gunakan untuk berlindung!
Syakal berkata: Kemudian beliau memegang pundakku dan berkata:
" قُلْ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ سَمْعِي،
وَمِنْ شَرِّ بَصَرِي، وَمِنْ شَرِّ لِسَانِي، وَمِنْ شَرِّ قَلْبِي، وَمِنْ شَرِّ
مَنِيِّي " يَعْنِي فَرْجَهُ [سنن الترمذي: صحيح]
"Ucapkanlah; (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari
keburukan telingaku, dari keburukan mataku, dari keburukan lisanku, dari
keburukan hatiku, dan dari keburukan kemaluanku). [Sunan Tirmidziy: Shahih]
2.
Memposisikan
diri seperti orang lain.
Dari Anas
bin Malik radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
«لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ، حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ
لِنَفْسِهِ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Tidak
sempurna keimanan seseorang diantara kalian sampai ia mencintai untuk
saudaranya seperti ia mencintai untuk dirinya. [Sahih Bukhari dan Muslim]
3.
Memahami
ucapan orang lain dengan makna yang baik.
Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma
berkata:
لَمَّا أَتَى مَاعِزُ بْنُ مَالِكٍ
النَّبِيَّ ﷺ قَالَ لَهُ: «لَعَلَّكَ
قَبَّلْتَ، أَوْ غَمَزْتَ، أَوْ نَظَرْتَ» قَالَ: لاَ يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ:
«أَنِكْتَهَا». لاَ يَكْنِي، قَالَ: فَعِنْدَ ذَلِكَ أَمَرَ بِرَجْمِهِ [صحيح البخاري ومسلم]
Ketika Ma'iz bin Malik menemui Nabi
ﷺ (mengaku telah berzina), Nabi bertanya: "Bisa jadi kamu hanya
sekedar mencium, meremas, atau memandang"! Ma'iz menjawab; 'Tidak ya
Rasulullah!' Beliau bertanya lagi; "Apakah kamu benar-benar
menyetubuhinya?" Beliau tidak menggunakan bahasa kiasan. (Setelah Ma'iz
mengiyakan) maka pada saat itu dia pun dirajam. [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Umar bin Al-Khathab radhiyallahu 'anhuberkata:
«لَا تَظُنُّ بِكَلِمَةٍ
خَرَجَتْ مِنْ فِيِّ مُسْلِمٍ شَرًّا وَأَنْتَ تَجِدُ لَهَا فِي الْخَيْرِ
مَحْمَلًا» [مداراة الناس لابن أبي الدنيا]
“Jangan engkau berprasangka terhadap ucapan
yang keluar dari mulut seorang muslim dengan keburukan padahal engkau
mendapatkan kemungkinan makna baik di dalamnya”. [Mudaratunnas karya Ibnu Abi
Ad-Dunya]
Ø Ar-Rabi’ bin Sulaiman –rahimahullah- berkata:
مَرِضَ الشَّافِعِيُّ
فَدَخَلْتُ عَلَيْهِ فَقُلْتُ: يَا أَبَا عَبْدِ اللَّهِ، قَوَّى اللَّهُ
ضَعْفَكَ. فَقَالَ: «يَا أَبَا مُحَمَّدٍ لَوْ قَوَّى اللَّهُ ضَعْفِي عَلَى
قُوَّتِي أَهْلَكَنِي». قُلْتُ: يَا أَبَا عَبْدِ اللَّهِ، مَا أَرَدْتُ إِلَّا
الْخَيْرَ. فَقَالَ: «لَوْ دَعَوْتَ اللَّهَ عَلِيَّ لَعَلِمْتُ أَنَّكَ لَمْ
تُرَدْ إِلَّا الْخَيْرَ» [حلية الأولياء لأبي نعيم]
Asy-
Syafi’iy sedang sakit, lalu aku menjenguknya dan berkata: Wahai Abu Abdillah,
semoga Allah menguatkan kelemahanmu! Maka ia berkata: Wahai Abu Muhammad, kalau
Allah menguatkan kelemahanku, maka Allah akan membinasakanku! Aku bekata: Wahai
Abu Abdillah, aku tidak bermaksud kecuali kebaikan. Maka beliau berkata:
Andaipun engkau berdo’a kepada Allah untuk membinasakanku maka aku yakin engkau
tidak bermaksud kecuali kebaikan. [Hilyatul Auliyah karya Abu Nu’aim]
4.
Memberi
‘udzur kepada orang lain.
Dari
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu;
أَنَّ أَعْرَابِيًّا أَتَى رَسُولَ
اللَّهِ ﷺ، فَقَالَ: إِنَّ
امْرَأَتِي وَلَدَتْ غُلاَمًا أَسْوَدَ، وَإِنِّي أَنْكَرْتُهُ، فَقَالَ لَهُ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «هَلْ لَكَ مِنْ إِبِلٍ؟»،
قَالَ: نَعَمْ، قَالَ: «فَمَا أَلْوَانُهَا؟»، قَالَ: حُمْرٌ، قَالَ: «هَلْ فِيهَا
مِنْ أَوْرَقَ؟»، قَالَ: إِنَّ فِيهَا لَوُرْقًا، قَالَ: «فَأَنَّى تُرَى ذَلِكَ
جَاءَهَا»، قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، عِرْقٌ نَزَعَهَا، قَالَ: «وَلَعَلَّ
هَذَا عِرْقٌ نَزَعَهُ» [صحيح البخاري ومسلم]
Bahwa
ada seorang laki-laki Arab Badui (nomade, primitive) mendatagi Rasulullah ﷺ
dan berujar, "Istriku melahirkan bayi hitam pekat dan aku memungkirinya."
Maka Rasulullah ﷺ bertanya, "Bukankah engkau juga mempunyai unta?" Ia
menjawab, "Benar." Nabi bertanya lagi, "Lalu, apa warnanya?' Ia
menjawab, "Merah." Nabi bertanya lagi, "Bukankah di sana juga
ada belang kecoklatan?" Si Arab Badui menjawab, "Betul, di sana ada
belang warna coklat." Nabi bertanya lagi, "Lantas dari mana warna itu
datang?" Si Arab Badui menjawab, "Boleh jadi akar keturunan yang
menurunkan warna itu, dan tidak memberi ruang untuk meniadakannya sama sekali."
[Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Muhammad bin Sirin rahimahullah berkata:
" إِذَا بَلَغَكَ
عَنْ أَخِيكَ شَيْءٌ، فَالْتَمِسْ لَهُ عُذْرًا، فَإِنْ لَمْ تَجِدْ لَهُ عُذْرًا،
فَقُلْ: لَعَلَّ لَهُ عُذْرًا " [التوبيخ
والتنبيه لأبي الشيخ الأصبهاني]
“Jika
sampai kepadamu berita buruk tentang saudaramu maka carikanlah alasan untuknya,
jika kamu tidak mendapatkan udzur untuknya maka katakan: Mungkin dia punya
udzur”. [At-Taubikh wa At-Tanbih karya Abu Asy-Syaikh]
Ø Ja’far bin Muhammad rahimahullah berkata:
" إِذَا بَلَغَكَ
عَنْ أَخِيكَ الشَّيْءُ تُنْكِرُهُ فَالْتَمِسْ لَهُ عُذْرًا وَاحِدًا إِلَى
سَبْعِينَ عُذْرًا، فَإِنْ أَصَبْتَهُ وَإِلَّا قُلْ: لَعَلَّ لَهُ عُذْرًا لَا
أَعْرِفُهُ " [شعب الإيمان للبيهقي]
“Jika
sampai kepadamu berita tentang saudaramu suatu yang engkau ingkari maka
carikanlah untuknya satu sampai tujuhpuluh alasan. Jika udzur yang kau berikan
untuknya tepat maka baiklah, dan jika tidak mendapatkan udzur untuknya maka
katakan: Mungkin dia punya udzur yang aku tidak ketahui”. [At-Taubikh wa
At-Tanbih karya Abu Asy-Syaikh]
5.
Tidak
menghukumi seseorang pada niatnya.
Usamah
bin Zaid radhiyallahu 'anhu
berkata:
بَعَثَنَا رَسُولُ اللهِ ﷺ فِي سَرِيَّةٍ،
فَصَبَّحْنَا الْحُرَقَاتِ مِنْ جُهَيْنَةَ، فَأَدْرَكْتُ رَجُلًا فَقَالَ: لَا
إِلَهَ إِلَّا اللهُ، فَطَعَنْتُهُ فَوَقَعَ فِي نَفْسِي مِنْ ذَلِكَ،
فَذَكَرْتُهُ لِلنَّبِيِّ ﷺ ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: «أَقَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَقَتَلْتَهُ؟» قَالَ: قُلْتُ:
يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّمَا قَالَهَا خَوْفًا مِنَ السِّلَاحِ، قَالَ: «أَفَلَا
شَقَقْتَ عَنْ قَلْبِهِ حَتَّى تَعْلَمَ أَقَالَهَا أَمْ لَا؟» فَمَا زَالَ
يُكَرِّرُهَا عَلَيَّ حَتَّى تَمَنَّيْتُ أَنِّي أَسْلَمْتُ يَوْمَئِذٍ
Rasulullah ﷺ mengutuskan
kami dalam suatu pasukan. Suatu pagi kami sampai di Al-Huraqat, yakni suatu
tempat di daerah Juhainah. Kemudian aku berjumpa seorang lelaki, lelaki
tersebut lalu mengucakan LAA ILAAHA ILLAALLAHU (Tidak ada tuhan yang
berhak disembah selain Allah), namun aku tetap menikamnya. Lalu aku merasa ada
ganjalan dalam diriku karena hal tersebut, sehingga kejadian tersebut aku
ceritakan kepada Rasulullah. Rasulullah ﷺ lalu
bertanya: 'Kenapa kamu membunuh orang yang telah mengucapkan Laa Ilaaha
Illaahu? ' Aku menjawab, "Wahai Rasulullah! Sesungguhnya lelaki itu
mengucap demikian karena takutkan ayunan pedang." "Sudahkah kamu
membelah dadanya sehingga kamu tahu dia benar-benar mengucapkan Kalimah
Syahadat atau tidak?" Rasulullah terus mengulangi pertanyaan itu kepadaku
hingga menyebabkan aku berandai-andai bahwa aku baru masuk Islam saat
itu." [Shahih Muslim]
Ø Dari 'Itban bin Malik radhiyallahu 'anhu; Ketika
Rasulullah ﷺ berkunjung ke rumahnya bersama beberapa sahabat:
قَائِلٌ مِنْهُمْ: أَيْنَ مَالِكُ بْنُ الدُّخَيْشِنِ أَوِ ابْنُ
الدُّخْشُنِ؟ فَقَالَ بَعْضُهُمْ: ذَلِكَ مُنَافِقٌ لاَ يُحِبُّ اللَّهَ
وَرَسُولَهُ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: " لاَ تَقُلْ
ذَلِكَ، أَلاَ تَرَاهُ قَدْ قَالَ: لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، يُرِيدُ بِذَلِكَ
وَجْهَ اللَّهِ " قَالَ: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: فَإِنَّا
نَرَى وَجْهَهُ وَنَصِيحَتَهُ إِلَى المُنَافِقِينَ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: " فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ:
لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، يَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ "
Salah seorang dari mereka lalu berkata:
"Mana Malik bin Ad-Dukhaisyin atau Ibnu Ad Dukhsyun?" Ada seorang
yang menjawab, "Dia munafik, dia tidak mencintai Allah dan
Rasul-Nya." Maka Rasulullah ﷺ pun
bersabda: "Janganlah kamu ucapkan seperti itu. Bukankan kamu tahu dia
telah mengucapkan: LAA ILAAHA ILLALLAH, dengan mengharap ridla Allah?"
Orang itu menjawab, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu, kami lihat
pandangan dan nasehatnya untuk kaum Munafikin. Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sesungguhnya Allah telah mengharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan:
LAA ILAAHA ILLALLAH, dengan mengharap ridla Allah" [Shahih Bukhari dan
Muslim]
6.
Mengingat
buruknya akibat dari buruk sangka.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah ﷺ bersabda:
" إِذَا قَالَ الرَّجُلُ: هَلَكَ
النَّاسُ فَهُوَ أَهْلَكُهُمْ " [صحيح مسلم]
"Jika seorang
mengatakan: Manusia telah binasa maka ialah yang membinasakannya (atau ialah
yang paling binasa)". [Sahih Muslim]
Ø
Bakr bin Abdillah Al-Muzaniy rahimahullah berkata:
«إِيَّاكَ
مِنْ كَلَامٍ مَا إِنْ أَصَبْتَ فِيهِ لَمْ تُؤْجَرْ، وَإِنْ أَخْطَأْتَ وَزَرْتَ،
وَذَلِكَ سُوءُ الظَّنِّ بِأَخِيكَ» [الطبقات الكبرى لابن سعد]
“Jauhkan dirimu dari perkataaan yang apabila engkau
benar maka engkau tidak mendapatkan pahala, dan jika engkau salah maka engkau
berdosa; yaitu buruk sangka kepada saudaramu”. [At-Thabaqatul Kubra karya Ibnu
Sa’ad]
Ø
Sufyan bin Husain rahimahullah berkata:
ذَكَرْتُ
رَجُلًا بِسُوءٍ عِنْدَ إِيَاسِ بْنِ مُعَاوِيَةَ فَنَظَرَ فِي وَجْهِي وَقَالَ:
أَغَزَوْتَ الرُّومَ؟ قُلْتُ: لَا. قَالَ: فَالسِّنْدَ وَالْهِنْدَ وَالتُّرْكَ؟
قُلْتُ: لَا. قَالَ: أَفَسَلِمَ مِنْكَ الرُّومُ وَالسِّنْدُ وَالْهِنْدُ
وَالتُّرْكُ وَلَمْ يَسْلَمْ مِنْكَ أَخُوكَ الْمُسْلِمُ؟ ! قَالَ: فَلَمْ أَعُدْ
بَعْدَهَا. [البداية والنهاية]
Aku
menyebut seseorang dengan keburukan di sisi Iyas bin Mu’awiyah, maka ia menatap
wajahku dan berkata: Apakah engkau telah memerangi Romawiy? Aku menjawab:
Tidak. Ia bertanya lagi: Bagaimana dengan Negri Sinda, India, dan Tatar? Aku
menjawab: Tidak. Maka ia berkata: Apakah pantas Romawi, Sinda, India dan Tatar
selamat dari dirimu sedangkan saudaramu yang muslim tidak selamat darimu?
Sufyan berkata: Maka aku tidak pernah mengulanginya lagi. [Al-Bidayah wa
An-Nihayah karya Ibnu Katsir]
Menghindari
perkara yang bisa menimbulkan buruk sangka orang lain.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ
آيَاتِ اللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلَا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ
حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ إِنَّكُمْ إِذًا مِثْلُهُمْ إِنَّ اللَّهَ
جَامِعُ الْمُنَافِقِينَ وَالْكَافِرِينَ فِي جَهَنَّمَ جَمِيعًا} [النساء:
140]
Dan sungguh Allah telah menurunkan
kekuatan kepada kamu di dalam Al Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat
Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah
kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain.
Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan
mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan
orang-orang kafir di dalam Jahannam. [An-Nisaa': 140]
Ø Dari An-Nu'man bin Basyir radhiyallahu 'anhuma;
Rasulullah ﷺ bersabda:
" الحَلاَلُ بَيِّنٌ، وَالحَرَامُ بَيِّنٌ، وَبَيْنَهُمَا
مُشَبَّهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ، فَمَنِ اتَّقَى
المُشَبَّهَاتِ اسْتَبْرَأَ لِدِينِهِ وَعِرْضِهِ " [صحيح البخاري ومسلم]
"Yang halal sudah jelas dan
yang haram juga sudah jelas. Namun diantara keduanya ada perkara syubhat
(samar) yang tidak diketahui oleh banyak orang. Maka barangsiapa yang menjauhi
diri dari yang syubhat berarti telah memelihara agamanya dan kehormatannya".
[Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø Dari Yazid Al Aswad radhiyallahu 'anhu;
أَنَّهُ صَلَّى مَعَ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ صَلَاةَ الصُّبْحِ بِمِنًى وَهُوَ غُلَامٌ
شَابٌّ، فَلَمَّا صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ ﷺ
إِذَا هُوَ بِرَجُلَيْنِ لَمْ يُصَلِّيَا، فَدَعَا بِهِمَا فَجِيءَ بِهِمَا
تَرْعَدُ فَرَائِصُهُمَا، فَقَالَ لَهُمَا: «مَا مَنَعَكُمَا أَنْ تُصَلِّيَا
مَعَنَا؟» قَالَا: قَدْ صَلَّيْنَا فِي رِحَالِنَا. قَالَ: «فَلَا تَفْعَلَا،
إِذَا صَلَّيْتُمْ فِي رِحَالِكُمْ ثُمَّ أَدْرَكْتُمُ الْإِمَامَ لَمْ يُصَلِّ،
فَصَلِّيَا مَعَهُ، فَهِيَ لَكُمْ نَافِلَةٌ»
bahwa ia pernah shalat Subuh bersama
Rasulullah ﷺ di Mina, dan saat itu ia
seorang anak yang masih remaja. Setelah Rasulullah ﷺ selesai melaksanakan shalat, tiba-tiba beliau
melihat dua orang laki-laki yang belum menunaikan shalat, maka beliau pun
memanggil keduanya. Kemudian kedua laki-laki tersebut dibawa ke hadapan
Rasulullah ﷺ dalam keadaan gemetar.
Beliau lalu bertanya, "Apa yang menghalangi kalian berdua untuk
melaksanakan shalat bersama kami?" kedua laki-laki itu menjawab,
"Kami telah melaksanakan shalat di tempat tinggal kami." Beliau
bersabda, "Janganlah kalian berbuat seperti itu. Jika kalian telah shalat
saat di rumah lalu kalian mendapati Imam sedang shalat berjamaah, maka
hendaklah kalian shalat bersamanya, karena shalat itu akan menjadi pahala
nafilah kalian." [Musnad Ahmad:
Shahih]
Ø
Dari 'Abdullah bin 'Amru
bin Al 'Ash radhiyallahu 'anhuma;
أَنَّ نَفَرًا مِنْ بَنِي هَاشِمٍ
دَخَلُوا عَلَى أَسْمَاءَ بِنْتِ عُمَيْسٍ، فَدَخَلَ أَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيقُ،
وَهِيَ تَحْتَهُ يَوْمَئِذٍ، فَرَآهُمْ، فَكَرِهَ ذَلِكَ، فَذَكَرَ ذَلِكَ
لِرَسُولِ اللهِ ﷺ ، وَقَالَ: لَمْ أَرَ
إِلَّا خَيْرًا، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ:
«إِنَّ اللهَ قَدْ بَرَّأَهَا مِنْ ذَلِكَ» ثُمَّ قَامَ رَسُولُ اللهِ ﷺ عَلَى الْمِنْبَرِ فَقَالَ: «لَا
يَدْخُلَنَّ رَجُلٌ، بَعْدَ يَوْمِي هَذَا، عَلَى مُغِيبَةٍ، إِلَّا وَمَعَهُ
رَجُلٌ أَوِ اثْنَانِ» [صحيح مسلم]
Bahwa beberapa orang Bani Hisyam datang ke
rumah Asma' binti 'Umais, istri Abu Bakar Shiddiq (ketika Abu Bakar sedang
tidak di rumah). Tiba-tiba Abu Bakar pulang dan bertemu dengan mereka. Abu
Bakar merasa kurang senang atas kedatangan mereka yang demikian. Lalu
diceritakannya hal itu kepada Rasulullah ﷺ, dan ia berkata: Aku tidak melihat
sesuatu kecuali yang baik. Maka Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya Allah Subhanahu
wa Ta'ala telah menyucikan Asma' binti 'Umais dari hal-hal yang
demikian." Kemudian Rasulullah ﷺ naik mimbar, lalu beliau bersabda,
'Sesudah hari ini, seorang laki-laki tidak boleh masuk ke rumah seorang wanita
yang suaminya sedang pergi, kecuali bila laki-laki itu disertai seorang atau
dua orang teman laki-laki.' [Shahih Muslim]
Memberikan
penjelasan untuk menghindari buruk sangka orang lain
Shafiyyah binti Huyay radhiyallahu
'anha berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ مُعْتَكِفًا،
فَأَتَيْتُهُ أَزُورُهُ لَيْلًا، فَحَدَّثْتُهُ ثُمَّ قُمْتُ فَانْقَلَبْتُ،
فَقَامَ مَعِي لِيَقْلِبَنِي وَكَانَ مَسْكَنُهَا فِي دَارِ أُسَامَةَ بْنِ
زَيْدٍ، فَمَرَّ رَجُلَانِ مِنْ الْأَنْصَارِ، فَلَمَّا رَأَيَا النَّبِيَّ ﷺ أَسْرَعَا،
فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: «عَلَى رِسْلِكُمَا،
إِنَّهَا صَفِيَّةُ بِنْتُ حُيَيٍّ» فَقَالَا: سُبْحَانَ اللَّهِ يَا رَسُولَ
اللَّهِ، قَالَ: «إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنْ الْإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ،
وَإِنِّي خَشِيتُ أَنْ يَقْذِفَ فِي قُلُوبِكُمَا سُوءًا»
Ketika Rasulullah ﷺ sedang melaksanakan
i'tikaf aku datang menemui Beliau di malam hari, lalu aku berbincang-bincang
sejenak dengan Beliau, kemudian aku berdiri hendak pulang, Beliau juga ikut
berdiri bersama aku untuk mengantar aku. Saat itu Shafiyyah tingal di rumah Usamah
bin Zaid. (Ketika kami sedang berjalan berdua itu) ada dua orang laki-laki yang
lewat, dan tatkala melihat Nabi ﷺ keduanya bergegas. Maka Nabi ﷺ: "Kalian
tenang saja. Sungguh wanita ini adalah Shofiyah binti Huyay".
Maka keduanya berkata: "Maha suci Allah, wahai Rasulullah".
Lalu Nabi ﷺ bersabda: "Sesungguhnya setan berjalan lewat aliran darah dan
aku khawatir setan telah memasukkan perkara yang buruk pada hati kalian
berdua". [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Dari Abu Sirwa'ah 'Uqbah bin Al-Harits radhiyallahu
'anhu berkata:
صَلَّيْتُ وَرَاءَ النَّبِيِّ ﷺ بِالْمَدِينَةِ العَصْرَ، فَسَلَّمَ، ثُمَّ
قَامَ مُسْرِعًا، فَتَخَطَّى رِقَابَ النَّاسِ إِلَى بَعْضِ حُجَرِ نِسَائِهِ،
فَفَزِعَ النَّاسُ مِنْ سُرْعَتِهِ، فَخَرَجَ عَلَيْهِمْ، فَرَأَى أَنَّهُمْ
عَجِبُوا مِنْ سُرْعَتِهِ، فَقَالَ: «ذَكَرْتُ شَيْئًا مِنْ تِبْرٍ عِنْدَنَا،
فَكَرِهْتُ أَنْ يَحْبِسَنِي، فَأَمَرْتُ بِقِسْمَتِهِ»
"Aku pernah shalat Asar di belakang
Nabi ﷺ di kota Madinah. Setelah salam,
tiba-tiba beliau berdiri dengan tergesa-gesa sambil melangkahi leher-leher
orang banyak menuju sebagian kamar istri-istrinya. Orang-orang pun merasa cemas
dengan ketergesa-gesaan beliau. Setelah itu beliau keluar kembali menemui orang
banyak, dan beliau lihat orang-orang merasa heran. Maka beliau pun bersabda, "Aku
teringat dengan sebatang emas/perak yang ada pada kami. Aku khawatir itu dapat
menggangguku, maka aku perintahkan untuk dibagi-bagikan." [Shahih Bukhari]
Ø 'Aisyah radhiyallahu 'anha istri Nabi ﷺ,
ia berkata:
«كُنْتُ أَنَامُ بَيْنَ
يَدَيْ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ
وَرِجْلاَيَ، فِي قِبْلَتِهِ فَإِذَا سَجَدَ غَمَزَنِي، فَقَبَضْتُ رِجْلَيَّ،
فَإِذَا قَامَ بَسَطْتُهُمَا»، قَالَتْ: وَالبُيُوتُ يَوْمَئِذٍ لَيْسَ فِيهَا
مَصَابِيحُ [صحيح البخاري ومسلم]
"Aku pernah tidur di depan Rasulullah ﷺ sementara kedua kakiku di arah Qiblat (shalatnya). Jika sujud
beliau menyentuh kakiku, maka aku tarik kedua kakiku. Dan jika berdiri aku
kembali meluruskan kakiku." 'Aisyah berkata, "Pada saat itu di
rumah-rumah belum ada lampu penerang." [Shahih Bukhari dan Muslim]]
Aisyah -radhiyallahu 'anha-
menjelaskan alasan kenapa ia merentangkan kakinya ke hadapan Nabi ﷺ yaitu
karena tidak ada cahaya, agar orang tidak buruk sangka kepadanya.
Wallahu a’lam!
Lihat juga: 10 sebab yang menguatkan persaudaraan - Ni'mat persatuan dan persaudaraan dalam Islam - Meraih surga dengan persaudaraan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...