Senin, 01 Juli 2024

Ni'mat persatuan dan persaudaraan dalam Islam

بسم الله الرحمن الرحيم

Ni’mat Allah yang terbesar dan paling berharga adalah ni’mat iman

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُولَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ (7) فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَنِعْمَةً وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ} [الحجرات: 7، 8]

Akan tetapi Allah menjadikan kamu 'cinta' kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. mereka Itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus, sebagai karunia dan nikmat dari Allah. Dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. [Al-Hujuraat: 7 - 8]

{يَمُنُّونَ عَلَيْكَ أَنْ أَسْلَمُوا قُلْ لَا تَمُنُّوا عَلَيَّ إِسْلَامَكُمْ بَلِ اللَّهُ يَمُنُّ عَلَيْكُمْ أَنْ هَدَاكُمْ لِلْإِيمَانِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ} [الحجرات: 17]

Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: "Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah, Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar." [Al-Hujuraat:17]

{وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تُؤْمِنَ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَيَجْعَلُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لَا يَعْقِلُونَ} [يونس: 100]

Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; Dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya. [Yunus:100]

Persatuan dan persaudaraan juga nikmat dari Allah ta’aalaa

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا} [آل عمران: 103]

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara. [Ali 'Imran:103]

{وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنْفَقْتَ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ} [الأنفال: 63]

Dan (Allah) yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana. [Al-Anfaal:63]

Lihat: Indahnya persaudaraan di atas Islam

Perselisihan dan permusuhan adalah adzab

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ (118) إِلَّا مَنْ رَحِمَ رَبُّكَ وَلِذَلِكَ خَلَقَهُمْ}

Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah (tidak berselisih atau rahmat) Allah menciptakan mereka. [Huud: 118-119]

{وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ} [آل عمران: 105]

Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat. [Ali 'Imran:105]

Ø  Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata: Aku mendengar seseorang membaca satu ayat dan aku telah mendengar Rasulullah membacanya dengan cara yang berbeda, maka aku membawanya kepada Rasulullah dan menceritakannya, dan aku melihat raut muka tidak senang dari Rasulullah seraya bersabda:

«كِلاَكُمَا مُحْسِنٌ، وَلاَ تَخْتَلِفُوا، فَإِنَّ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمُ اخْتَلَفُوا فَهَلَكُوا» [صحيح البخاري]

“Kalian berdua sudah betul, dan janganlah berselisih, karena sesungguhnya orang-orang sebelum kalian telah berselisih dan akhirnya mereka binasa.” [Sahih Bukhari]

Lihat: Bahaya perselisihan dan perpecahan

Sifat orang beriman senantiasa menjaga persatuan dan persaudaraan

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ}

Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. [Al-Hujuraat:10]

Ø  Dari An-Nu'man bin Basyir radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah bersabda:

«مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى» [صحيح البخاري ومسلم]

“Perumpamaan orang beriman dalam kecintaan, kasih sayang, dan kelembutan mereka, seperti satu tubuh jika salah satu anggotanya merasa sakit maka anggota tubuh lainnya juga merasakan dengan susah tidur dan demam.” [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dari Abi Musa Al-Asy’ariy radhiyallahu 'anhu; Nabi bersabda:

«إِنَّ المُؤْمِنَ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا» وَشَبَّكَ أَصَابِعَهُ

"Sesungguhnya seorang mukmin dengan mukmin lainnya seperti satu bangunan yang saling menguatkan satu sama lain." kemudian beliau menganyam jari jemarinya." [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«لَا تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا، وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا، أَوَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ؟ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ» [صحيح مسلم]

“Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak dikatakan beriman sampai kalian "saling mencintai". Inginkah kalian kutunjukkan pada sesuatu yang jika kalian lakukan maka kalian akan saling mencintai? Sebarkan salam di antara kalian.” [Sahih Muslim]

Ø  Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«لَا تَبَاغَضُوا، وَلَا تَحَاسَدُوا، وَلَا تَدَابَرُوا، وَكُونُوا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا، وَلَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثٍ» [صحيح البخاري ومسلم]

“Janganlah kalian saling marahan, jangan saling iri, jangan saling membelakangi, jadilah kalian hamba-hamba Allah yang saling bersaudara, dan tidak halal bagi seorang muslim menjauhi saudaranya labih dari tiga hari”. [Sاahih Bukhari dan Muslim]

Ucapan salaf tentang nikmat persaudaraan

Sa’id bin Al-Musayyab (w.90H) rahimahullah berkata:

"عَلَيْكَ بِإِخْوَانِ الصِّدْقِ، فَكَثِّرْ فِي اكْتِسَابِهِمْ، فَإِنَّهُمْ زِينَةٌ فِي الرَّخَاءِ، وَعُدَّةٌ عِنْدَ عَظِيمِ الْبَلَاءِ" [شعب الإيمان للبيهقي]

“Hendaklah kalian memiliki saudara seiman yang jujur, pebanyaklah mendapatkan mereka, karena mereka adalah perhiasan saat senang, dan pertolongan saat musibah yan besar”. [Syu’abul Iman karya Al-Baihaqiy]

Ø  Khalid bin Shafwan (w.121H) rahimahullah berkata:

"إنّ أعْجَزَ الناسِ مَن قَصَّرَ في طَلَبِ الإخوَان، وأعْجَزُ منه مَن ضَيَّعَ مَن ظَفَرَ به مِنْهُم" [مجلة مجمع الفقه الإسلامي]

“Sungguh orang yang paling lemah adalah orang yang lalai mencari teman, dan lebih lemah lagi dari itu adalah orang yang menyia-nyiakan teman yang telah ia dapatkan”. [Majallah Majma’ Al-Fiqhi Al-Islamiy]

Ø  Muhammad bin Al-Munkadir (w.130H) rahimahullah ditanya:

" مَا بَقِيَ مِنْ لَذَّتِكَ؟ قَالَ: لِقَاءُ الْإِخْوَانِ، وَإِدْخَالُ السُّرُورِ عَلَيْهِمْ " [حلية الأولياء لأبي نعيم]

“Apa yang tersisa dari kenikmatan duniamu? Ia menjawab: Bertemu saudara seiman dan membahagiakan mereka”. [Hilyatul Auliyah karya Abu Nu’aim]

Ø  Sufyan Ats-Tsauriy (w.161H) rahimahullah ditanya:

" مَا الْعَيْشُ؟" قَالَ: "لِقَاءُ الإخوان" [الثقات لابن حبان]

“Apakah kehidupan itu?” Ia menjawab: “Kehidupan itu adalah saat berjumpa dengan saudara seiman”. [Ats-Tsiqat karya Ibnu Hibban]

Ø  Imam Syafi’iy (w.204H) rahimahullah berkata:

" لَيْسَ سُرُورٌ يَعْدِلُ صُحْبَةَ الْإِخْوَانِ، وَلَا غَمٌّ يَعْدِلُ فِرَاقَهُمْ " [شعب الإيمان]

“Tidak ada kebahagian yang menandingi kebersamaan saudara seiman, dan tidak ada kesedihan yang menandingi perpisahan dengan mereka”. [Syu’abul Iman karya Al-Baihaqiy]

Persatuan umat Islam tidak akan terwujud kecuali dengan bersatu di atas sunnah Nabi

Dari Mu'awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah bersabda:

«أَلَا إِنَّ مَنْ قَبْلَكُمْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ افْتَرَقُوا عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً، وَإِنَّ هَذِهِ الْمِلَّةَ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ: ثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ، وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ، وَهِيَ الْجَمَاعَةُ» [سنن أبي داود: حسنه الألباني]

“Ketahuilah sesungguhnya orang-orang sebelum kalian dari ahli kitab telah berpecah menjadi tujuhpuluh dua umat, dan sesungguhnya umat ini (Islam) akan terpecah menjadi tujuhpuluh tiga: tujuhpuluh dua masuk neraka, dan satu masuk surga, yaitu "al-jama'ah".” [Sunan Abu Daud: Hasan]

Makna "al-jama'ah" dalam hadits di atas adalah kelompok yang berpegang teguh pada sunnah Rasulullah dan tuntunan para sahabatnya, sebagaimana dijelaskan pada hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah bersabda:

«لَيَأْتِيَنَّ عَلَى أُمَّتِي مَا أَتَى عَلَى بني إسرائيل حَذْوَ النَّعْلِ بِالنَّعْلِ، حَتَّى إِنْ كَانَ مِنْهُمْ مَنْ أَتَى أُمَّهُ عَلَانِيَةً لَكَانَ فِي أُمَّتِي مَنْ يَصْنَعُ ذَلِكَ، وَإِنَّ بني إسرائيل تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً، وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً، كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلَّا مِلَّةً وَاحِدَةً»

"Akan datang pada kaumku apa yang telah menimpa Bani Israil sama persis setiap langkah demi langkah, sampai jika ada dari mereka yang berzina dengan ibunya secara terang-terangan maka pasti pada umatku pun ada orang yang melakukan itu. Dan sesungguhnya Bani Israil terlah terpecah menjadi tujuhpuluh dua golongan, dan umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan, semuanya akan masuk neraka kecuali satu golongan".

Sahabat bertanya: Siapa mereka itu Ya Rasulullah? Rasulullah menjawab:

«مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي» [سنن الترمذي: حسنه الألباني]

“Mereka yang mengikuti sunnahku dan sunnah para sahabatku.” [Sunan Tirmidzi: Hasan]

Kelompok yang selamat adalah kelompok yang berpemahaman “ahli sunnah wal jama’ah”, (ahli sunnah) yang senantiasa menerapkan sunnah Nabi dan kesehariannya, (wal jama’ah) yang senantiasa menjaga persatuan dan persaudaraan sesama umat Islam.

Lihat: Bersatu di atas pondasi Tauhid dan As-Sunnah

Mengembalikan segala perselisihan kepada Allah dan RasulNya

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا} [النساء: 59]

Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. [An-Nisaa':59]

{إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ} [النور: 51]

Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan kami patuh". dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung. [An-Nuur:51]

{فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا} [النساء: 65]

Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya". [An-Nisaa: 65]

Ø  Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata:

" كَانَ أَبُو بَرْزَةَ الْأَسْلَمِيُّ كَاهِنًا يَقْضِي بَيْنَ الْيَهُودِ فِيمَا يَتَنَافَرُونَ إِلَيْهِ، فتنافرَ إِلَيْهِ نَاسٌ مِنَ الْمُسْلِمِينَ، فَأَنْزَلَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ {أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آمَنُوا بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَنْ يَتَحاكَمُوا إِلَى الطاغوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ} إِلَى قَوْلِهِ: {إِنْ أَرَدْنَا إِلَّا إِحْسَانًا} [النساء: 60 - 62] " [المعجم الكبير للطبراني: صححه الشيخ مقبل]

"Abu Barzah Al-Aslamiy dahulu adalah seorang dukun yang memberi keputusan di antara kaum Yahudi terhadap perkara yang mereka ajukan kepadanya. Lalu beberapa orang muslim ikut meminta keputusan kepadanya, maka Allah 'azza wajalla menurunkan firmanNya: {"Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu, dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada Thaghut, padahal mereka telah diperintahkan untuk mengingkari Thaghut itu}, sampai firmanNya: {"Sekali kali kami tidak menghendaki selain penyelesain yang baik"} [An-Nisaa': 60 - 62] [Al-Mu'jam Al-Kabir karya Ath-Thabaraniy: Dishahihkan oleh syekh Muqbil]

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Meraih surga dengan persaudaraan - Kuatkan persatuan dan persaudaraan di bulan Ramadhan - Sebab-sebab perpecahan umat - Saling mencintai karena Allah - Syarah Arba’in hadits (13) Anas; Mencintai saudara seiman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...