Senin, 19 Agustus 2024

Kisah wafatnya Abu Thalib

بسم الله الرحمن الرحيم

Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata:

مَرِضَ أَبُو طَالِبٍ فَجَاءَتْهُ قُرَيْشٌ، وَجَاءَهُ النَّبِيُّ ﷺ وَعِنْدَ أَبِي طَالِبٍ مَجْلِسُ رَجُلٍ، فَقَامَ أَبُو جَهْلٍ كَيْ يَمْنَعَهُ قَالَ: وَشَكَوْهُ إِلَى أَبِي طَالِبٍ، فَقَالَ: يَا ابْنَ أَخِي مَا تُرِيدُ مِنْ قَوْمِكَ؟ قَالَ: «إِنِّي أُرِيدُ مِنْهُمْ كَلِمَةً وَاحِدَةً تَدِينُ لَهُمْ بِهَا العَرَبُ، وَتُؤَدِّي إِلَيْهِمُ العَجَمُ الجِزْيَةَ». قَالَ: كَلِمَةً وَاحِدَةً؟ قَالَ: «كَلِمَةً وَاحِدَةً» قَالَ: " يَا عَمِّ يَقُولُوا: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ " فَقَالُوا: إِلَهًا وَاحِدًا مَا سَمِعْنَا بِهَذَا فِي المِلَّةِ الآخِرَةِ إِنْ هَذَا إِلَّا اخْتِلَاقٌ. قَالَ: فَنَزَلَ فِيهِمُ القُرْآنُ: {ص وَالقُرْآنِ ذِي الذِّكْرِ بَلِ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي عِزَّةٍ وَشِقَاقٍ} - إِلَى قَوْلِهِ - {مَا سَمِعْنَا بِهَذَا فِي المِلَّةِ الآخِرَةِ إِنْ هَذَا إِلَّا اخْتِلَاقٌ} قال الترمذي: هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ [سنن الترمذي: إسناده ضعيف]

Abu Thalib sakit lalu orang-orang Quraisy mendatanginya dan Nabi juga mendatanginya. Di dekat Abu Thalib ada tempat duduk seseorang, lalu Abu Jahal berdiri agar menghalangi beliau, mereka melaporkannya kepada Abu Thalib, Abu Thalib berkata, "Wahai keponakanku, kau ada perlu dengan kaummu? Beliau menjawab: Sesungguhnya aku menginginkan satu kalimat mereka yang dijadikan agama oleh bangsa Arab, dan orang ajam (non Arab) akan membayar jizyah kepada mereka." Abu Thalib bertanya: Satu kalimat? Beliau menjawab, "Satu kalimat." Beliau bersabda, "Wahai paman, ucapkan: LAA ILAAHA ILLALLAAH, " lalu mereka berkata, Tuhan yang Esa?, "Kami tidak pernah mendengar hal Ini dalam agama yang terakhir, Ini (mengesakan Allah), tidak lain hanyalah (dusta) yang diada-adakan." (Shad: 7) Ibnu Abbas berkata, Berkenaan dengan mereka, turunlah ayat, {Shaad, demi Al-Qur'an yang mempunyai keagungan. Sebenarnya orang-orang kafir itu (berada) dalam kesombongan dan permusuhan yang sengit} Hingga firman-Nya {Kami tidak pernah mendengar hal Ini dalam agama yang terakhir; Ini (mengesakan Allah), tidak lain hanyalah (dusta) yang diada-adakan} (Shad: 1-7) Abu Isa berkata, Hadits ini hasan shahih. [Sunan Tirmidziy: Sanadnya lemah]

Ø  Al-Musayyab radhiyallahu 'anhu berkata:

لَمَّا حَضَرَتْ أَبَا طَالِبٍ الوَفَاةُ، جَاءَهُ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ فَوَجَدَ عِنْدَهُ أَبَا جَهْلٍ، وَعَبْدَ اللَّهِ بْنَ أَبِي أُمَيَّةَ بْنِ المُغِيرَةِ، فَقَالَ: " أَيْ عَمِّ قُلْ: لا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ كَلِمَةً أُحَاجُّ لَكَ بِهَا عِنْدَ اللَّهِ " فَقَالَ أَبُو جَهْلٍ، وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي أُمَيَّةَ: أَتَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ عَبْدِ المُطَّلِبِ؟ فَلَمْ يَزَلْ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ يَعْرِضُهَا عَلَيْهِ، وَيُعِيدَانِهِ بِتِلْكَ المَقَالَةِ، حَتَّى قَالَ أَبُو طَالِبٍ آخِرَ مَا كَلَّمَهُمْ: عَلَى مِلَّةِ عَبْدِ المُطَّلِبِ، وَأَبَى أَنْ يَقُولَ: لا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «وَاللَّهِ لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ مَا لَمْ أُنْهَ عَنْكَ» فَأَنْزَلَ اللَّهُ: {مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ} [التوبة: 113] وَأَنْزَلَ اللَّهُ فِي أَبِي طَالِبٍ، فَقَالَ لِرَسُولِ اللَّهِ ﷺ: {إِنَّكَ لا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ} [القصص: 56] [صحيح البخاري ومسلم]

'Saat Abu Thalib sekarat, Nabi mengunjunginya, sementara di dekatnya ada Abu Jahl dan 'Abdullah bin Abi Umaiyyah bin Mughirah. Kemudian Nabi bersabda, "Wahai paman, ucapkanlah "LAA ILAAHA ILLALLAAH", sebuah kalimat yang akan kujadikan sebagai pembela untukmu di sisi Allah 'Azza wa Jalla." Abu Jahl dan 'Abdullah bin Abi Umaiyyah berkata, Hai Abu Thalib! Apa kau membenci agama Abdul Muththallib? Keduanya terus mengucapkannya hingga Abu Thalib mengucapkan sesuatu diakhir kata-katanya yang menunjukkan ia berada di atas agama 'Abdul Muththallib dan enggan untuk mengucapkan LAA ILAAHA ILLALLAAH. Lalu Nabi bersabda, "Aku akan memintakan ampunan untukmu selama aku tidak dilarang perihal dirimu." Kemudian turunlah ayat "Tidaklah patut bagi seorang Nabi dan orang-orang yang beriman untuk memintakan ampunan kepada orang-orang yang berbuat kesyirikan" (At-Taubah: 113). Dan berkenaan dengan Abu Thalib, Allah menurunkan kepada Nabi sebuah ayat, "Sesungguhnya engkau tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang kau cintai." (Al-Qashash: 56). [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Abbas bin Abdul Mutthalib radhiyallahu 'anhu berkata, "Wahai Rasulullah, apakah Anda dapat memberi manfa'at kepada Abu Thalib, karena dia telah mengasuhmu dan terkadang marah (untuk memberikan pembelaan) kepadamu"

Beliau menjawab:

«نَعَمْ، هُوَ فِي ضَحْضَاحٍ مِنْ نَارٍ، لَوْلاَ أَنَا لَكَانَ فِي الدَّرَكِ الأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ» [صحيح البخاري ومسلم]

"  Ya. ia berada di bagian neraka yang dangkal, dan kalaulah bukan karena diriku, niscaya berada di dasar neraka." [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Ibnu Abbas radhiallahu'anhuma; Rasulullah bersabda:

«أَهْوَنُ أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا أَبُو طَالِبٍ، وَهُوَ مُنْتَعِلٌ بِنَعْلَيْنِ يَغْلِي مِنْهُمَا دِمَاغُهُ» [صحيح مسلم]

"Penduduk neraka yang paling ringan siksanya adalah Abu Thalib, dia memakai kedua sandal sementara otaknya mendidih karena panasnya." [Shahih Muslim]

Ø  Dari Abu Sa'id Al-Khudriy radhiallahu'anhu, bahwa dia mendengar Nabi ketika beliau bercerita di sampingnya, beliau menyebutkan tentang pamannya (Abu Thalib). Beliau berkata,

«لَعَلَّهُ تَنْفَعُهُ شَفَاعَتِي يَوْمَ القِيَامَةِ، فَيُجْعَلُ فِي ضَحْضَاحٍ مِنَ النَّارِ يَبْلُغُ كَعْبَيْهِ، يَغْلِي مِنْهُ أُمُّ دِمَاغِهِ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Semoga syafaatku bermanfaat baginya pada hari kiamat". Maka dengan syaa'at beliau itu, Abu Thalib berada di tepian neraka dimana air neraka (yang mendidih) mencapai kedua mata kakinya dan membuat bergolak otaknya". [Shahih Bukhari dan Muslim]

Hikmah yang bisa dipetik dari kisah ini:

1.      Kemuliaan dan keangungan kalimat tauhid, yang menjadi kunci keselamatan di dunia dan di akhirat. Menghapuskan dosa-dosa sebesar apapun

Dan betapa bahayanya syirik, karena semua kebaikan sebesar apapun tidak bisa memberi keselamatan.

Lihat: Keutamaan Tauhid

2.      Betapa sulitnya kalimat tauhid diterima oleh kaum musyrikin di masa Nabi karena mereka paham betul makna dan kandungannya.

Berbeda dengan kondisi mayoritas umat Islam sekarang yang dengan mudah mengucapkannya tapi tidak tahu makna dan kandungannya.

Lihat: Syarat sah kalimat syahadat

3.      Sebab Abu Thalib tidak mendapatkan hidayah:

Pertama: Karena kesombongan, lebih menjaga kedudukan dan kehormatannya di hadapan manusia.

Kedua: Ia membela Nabi hanya karena dorongan kekeluargaan, bukan karena Allah ta’aalaa.

Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata:

قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ لِعَمِّهِ: " قُلْ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، أَشْهَدُ لَكَ بِهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ "، قَالَ: لَوْلَا أَنْ تُعَيِّرَنِي قُرَيْشٌ، يَقُولُونَ: إِنَّمَا حَمَلَهُ عَلَى ذَلِكَ الْجَزَعُ لَأَقْرَرْتُ بِهَا عَيْنَكَ، فَأَنْزَلَ اللهُ: {إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ} [القصص: 56] [صحيح مسلم]

"Rasulullah bersabda kepada pamannya ketika dia menjelang wafat: 'Katakanlah, 'Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah selain Allah' niscaya aku akan bersaksi untukmu dengan kalimat tersebut pada hari kiamat.' Dia menjawab, 'Kalau seandainya bukan karena kaum Quraisy mencelaku dengan perkataan mereka, 'Dia melakukan hal tersebut karena cemas', niscaya aku menyetujui kalimat tersebut dengan matamu.' Lalu Allah menurunkan: '(Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi akan tetapi aku memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki) ' [Al-Qashash: 56]. [Shahih Muslim]

4.      Hikmah Abi Thalib tetap dalam kemusyrikan agar ia memiliki kedudukan untuk menjaga Nabi .

5.      Kebaikan sebanyak dan sebesar apapun tidak ada artinya tanpa akidah tauhid yang bersih dari kesyirikan.

Aisyah radhiallahu'anha berkata:

يَا رَسُولَ اللهِ، ابْنُ جُدْعَانَ كَانَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ يَصِلُ الرَّحِمَ، وَيُطْعِمُ الْمِسْكِينَ، فَهَلْ ذَاكَ نَافِعُهُ؟ قَالَ: " لَا يَنْفَعُهُ، إِنَّهُ لَمْ يَقُلْ يَوْمًا: رَبِّ اغْفِرْ لِي خَطِيئَتِي يَوْمَ الدِّينِ " [صحيح مسلم]

'Wahai Rasulullah, Ibnu Jud'an pada masa jahiliyyah selalu bersilaturrahim dan memberi makan orang miskin. Apakah itu memberikan manfaat untuknya?' Beliau menjawab, 'Tidak, sebab dia belum mengucapkan, 'Rabb-ku ampunilah kesalahanku pada hari pembalasan'." [Shahih Muslim]

Lihat: Awas ada syirik!

6.      Bahaya berteman dengan orang buruk, bisa menghalangi dari kebaikan.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا (27) يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا (28) لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولًا} [الفرقان: 27 - 29]

Dan (Ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya (menyesali perbuatannya), seraya berkata: "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul". Kecelakaan besarlah bagiKu; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Quran ketika Al-Quran itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia. [Al-Furqaan: 27-29]

Ø  Dari Abu Musa radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"مَثَلُ الجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ، كَحَامِلِ المِسْكِ وَنَافِخِ الكِيرِ، فَحَامِلُ المِسْكِ: إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً، وَنَافِخُ الكِيرِ: إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً" [صحيح البخاري ومسلم]

"Perumpamaan teman yang shalih dengan teman yang buruk bagaikan penjual minyak wangi dengan pandai besi, bisa jadi penjual minyak wangi itu akan menghadiahkan kepadamu atau kamu membeli darinya atau kamu akan mendapatkan bau wanginya sedangkan pandai besi hanya akan membakar bajumu atau kamu akan mendapatkan bau tidak sedapnya." [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dari Abu Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«لَا تُصَاحِبْ إِلَّا مُؤْمِنًا، وَلَا يَأْكُلْ طَعَامَكَ إِلَّا تَقِيٌّ» [سنن أبي داود: حسنه الألباني]

"Janganlah engaku berteman kecuali dengan sorang yang beriman, dan janganlah ada yang memakan makananmu kecuali orang yang bertakwa". [Sunan Abi Daud: Hasan]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ» [سنن أبى داود: حسنه الألباني]

"Seseorang itu dipengaruhi oleh perilaku orang yang dicintainnya, maka hendaklah kalian memperhatikan siapa yang ia cintai". [Sunan Abi Daud: Hasan]

7.      Yang menjadi tolak ukur adalah penutupan dari kehidupan seseorang.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ} [آل عمران: 102]

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. [Ali 'Imran: 102]

Ø  Dari Sahl bin Sa'd radhiyallahu 'anhuma:

أَنَّ رَجُلًا مِنْ أَعْظَمِ الْمُسْلِمِينَ غَنَاءً عَنْ الْمُسْلِمِينَ فِي غَزْوَةٍ غَزَاهَا مَعَ النَّبِيِّ ﷺ فَنَظَرَ النَّبِيُّ ﷺ فَقَالَ: " مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى الرَّجُلِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ فَلْيَنْظُرْ إِلَى هَذَا ". فَاتَّبَعَهُ رَجُلٌ مِنْ الْقَوْمِ وَهُوَ عَلَى تِلْكَ الْحَالِ مِنْ أَشَدِّ النَّاسِ عَلَى الْمُشْرِكِينَ حَتَّى جُرِحَ فَاسْتَعْجَلَ الْمَوْتَ فَجَعَلَ ذُبَابَةَ سَيْفِهِ بَيْنَ ثَدْيَيْهِ حَتَّى خَرَجَ مِنْ بَيْنِ كَتِفَيْهِ فَأَقْبَلَ الرَّجُلُ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ مُسْرِعًا فَقَالَ: " أَشْهَدُ أَنَّكَ رَسُولُ اللَّهِ "، فَقَالَ: "وَمَا ذَاكَ؟"، قَالَ: " قُلْتَ لِفُلَانٍ مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ النَّارِ فَلْيَنْظُرْ إِلَيْهِ، وَكَانَ مِنْ أَعْظَمِنَا غَنَاءً عَنْ الْمُسْلِمِينَ فَعَرَفْتُ أَنَّهُ لَا يَمُوتُ عَلَى ذَلِكَ فَلَمَّا جُرِحَ اسْتَعْجَلَ الْمَوْتَ فَقَتَلَ نَفْسَهُ ". فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ عِنْدَ ذَلِكَ: " إِنَّ الْعَبْدَ لَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ النَّارِ وَإِنَّهُ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ وَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ الْجَنَّةِ وَإِنَّهُ مِنْ أَهْلِ النَّارِ وَإِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ " [صحيح البخاري]

Bahwasanya ada seorang muslimin yang gagah berani dalam peperangan ikut serta bersama Nabi , kemudian Nabi memperhatikan orang itu dan berujar; "Barangsiapa ingin melihat lelaki penghuni neraka, silakan lihat orang ini." Seorang laki-laki akhirnya menguntitnya, dan rupanya lelaki tersebut merupakan orang yang paling ganas terhadap orang-orang musyrik. Akhirnya lelaki tersebut terluka dan dia ingin segera dijemput kematian sebelum waktunya, maka ia ambil pucuk pedangnya dan ia letakkan di dadanya kemudian ia hunjamkan hingga tembus di antara kedua lengannya. Orang yang menguntit lelaki tersebut langsung menemui Nabi dan berujar; 'Saya bersaksi bahwa engkau utusan Allah.' 'Apa itu? ' Tanya Nabi. Orang tadi menjawab; 'Anda telah berkata; 'Siapa yang ingin melihat penghuni neraka, silakan lihat orang ini, ' Orang itu merupakan orang yang paling pemberani diantara kami, kaum muslimin. Lalu aku tahu, ternyata dia mati tidak di atas keIslaman, sebab dikala ia mendapat luka, ia tak sabar menanti kematian, lalu bunuh diri.' Seketika itu pula Nabi bersabda: "Sungguh ada seorang hamba yang melakukan amalan-amalan penghuni neraka, namun berakhir menjadi penghuni surga, dan ada seorang hamba yang mengamalkan amalan-amalan penghuni surga, namun berakhir menjadi penghuni neraka, sungguh amalan itu ditentukan dengan penutupan." [Shahih Bukhari]

8.      Bahaya taklid kepada nenek moyang.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{بَلْ قَالُوا إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آثَارِهِمْ مُهْتَدُونَ. وَكَذَلِكَ مَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيرٍ إِلَّا قَالَ مُتْرَفُوهَا إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ. قَالَ أَوَلَوْ جِئْتُكُمْ بِأَهْدَى مِمَّا وَجَدْتُمْ عَلَيْهِ آبَاءَكُمْ قَالُوا إِنَّا بِمَا أُرْسِلْتُمْ بِهِ كَافِرُونَ} [الزخرف: 22 - 24]

Bahkan mereka berkata: "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka". Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatanpun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka". (Rasul itu) berkata: "Apakah (kamu akan mengikutinya juga) sekalipun aku membawa untukmu (agama) yang lebih (nyata) memberi petunjuk daripada apa yang kamu dapati bapak-bapakmu menganutnya?" Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami mengingkari agama yang kamu diutus untuk menyampaikannya". [Az-Zukhruf: 22 - 24]

9.      Hidayah milik Allah semata.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تُؤْمِنَ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَيَجْعَلُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لَا يَعْقِلُونَ} [يونس: 100]

Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; Dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya. [Yunus:100]

Ø  Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah bersabda:

«مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ» [سنن أبي داود: صحيح]

"Barangsiapa yang diberi hidayah oleh Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah maka tidak ada yang bisa memberinya hidayah." [Sunan Abu Daud: Sahih]

10.  Pedihnya adzab neraka.

Lihat: Kitab Ar-Riqaq, bab 51; Sifat surga dan neraka

11.  Taubat diterima sebelum wafat.

Lihat: Taubat .. Kenapa tidak ?

12.  Hak kerabat untuk mendapatkan nasehat dan petunjuk.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَأَنذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ} [الشعراء: 214]

Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. [Asy-Syu'araa: 214]

13.  Nabi membalas kebaikan Abi Thalib dengan syafa’at diringankan hukumannya.

14.  Hubungan nasab tidak bisa menyelamatkan seseorang.

Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah bersabda:

«يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ - أَوْ كَلِمَةً نَحْوَهَا - اشْتَرُوا أَنْفُسَكُمْ، لاَ أُغْنِي عَنْكُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا، يَا بَنِي عَبْدِ مَنَافٍ لاَ أُغْنِي عَنْكُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا، يَا عَبَّاسُ بْنَ عَبْدِ المُطَّلِبِ لاَ أُغْنِي عَنْكَ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا، وَيَا صَفِيَّةُ عَمَّةَ رَسُولِ اللَّهِ لاَ أُغْنِي عَنْكِ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا، وَيَا فَاطِمَةُ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَلِينِي مَا شِئْتِ مِنْ مَالِي لاَ أُغْنِي عَنْكِ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا» [صحيح البخاري ومسلم]

"Wahai orang-orang Quraisy, -atau ucapan yang serupa dengannya- belilah diri kalian dari Allah, saya tidak mampu menolong kalian sedikitpun dari Allah, wahai Bani Abd Manaf, saya tidak mampu menolong kalian sedikitpun dari Allah, wahai Abbas bin Abdul Muththalib, saya tidak mampu menolong kamu sedikitpun dari Allah, wahai Shafiyah bibi Rasulullah, saya tidak mampu menolong kamu sedikitpun dari Allah, wahai Fathimah binti Muhammad mintalah kepadaku apa yang engkau inginkan dari hartaku, saya tidak mampu menolong kamu sedikitpun dari Allah." [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Abu Hurairah -radhiallahu 'anhu- berkata; Rasulullah bersabda:

«مَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ»

"Barangsiapa yang diperlambat oleh amalnya, maka nasabnya tidak akan mempercepatnya (dalam perhitungan amal)." [Shahih Muslim]

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Usaha kaum Musyrikin menggagalkan hijrah ke Habasyah - Kisah negosiasi ‘Utbah bin Rabi’ah kepada Nabi ﷺ - Faidah mempelajari sejarah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...