Minggu, 07 Februari 2021

Syarah Arba'in hadits (27) An-Nawwaas dan Wabishah; Apa itu kebaikan dan keburukan?

 بسم الله الرحمن الرحيم

An-Nawwaas bin Sam'aan Al-Anshary radhiyallahu 'anhu berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang kebaikan dan keburukan, dan Beliau menjawab:

«الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ، وَالْإِثْمُ مَا حَاكَ فِي صَدْرِكَ، وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ» [صحيح مسلم]

“Kebaikan adalah akhlak yang baik, dan keburukan adalah sesuatu yang mengganjal di dadamu (hatimu), dan kamu tidak suka jika orang lain mengetahuinya”. [Sahih Muslim]

Ø  Wabishah bin Ma'bad radhiyallahu 'anhu berkata:

أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا أُرِيدُ أَنْ لَا أَدَعَ شَيْئًا مِنَ الْبِرِّ وَالْإِثْمِ إِلَّا سَأَلْتُهُ عَنْهُ، وَإِذَا عِنْدَهُ جَمْعٌ، فَذَهَبْتُ أَتَخَطَّى النَّاسَ، فَقَالُوا: إِلَيْكَ يَا وَابِصَةُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إِلَيْكَ يَا وَابِصَةُ، فَقُلْتُ: أَنَا وَابِصَةُ، دَعُونِي أَدْنُو مِنْهُ، فَإِنَّهُ مِنْ أَحَبِّ النَّاسِ إِلَيَّ أَنْ أَدْنُوَ مِنْهُ، فَقَالَ لِي: «ادْنُ يَا وَابِصَةُ، ادْنُ يَا وَابِصَةُ»، فَدَنَوْتُ مِنْهُ حَتَّى مَسَّتْ رُكْبَتِي رُكْبَتَهُ، فَقَالَ: «يَا وَابِصَةُ أُخْبِرُكَ مَا جِئْتَ تَسْأَلُنِي عَنْهُ، أَوْ تَسْأَلُنِي؟» فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ فَأَخْبِرْنِي، قَالَ: «جِئْتَ تَسْأَلُنِي عَنِ الْبِرِّ وَالْإِثْمِ؟» قُلْتُ: نَعَمْ، فَجَمَعَ أَصَابِعَهُ الثَّلَاثَ فَجَعَلَ يَنْكُتُ بِهَا فِي صَدْرِي، وَيَقُولُ: «يَا وَابِصَةُ اسْتَفْتِ نَفْسَكَ، الْبِرُّ مَا اطْمَأَنَّ إِلَيْهِ الْقَلْبُ، وَاطْمَأَنَّتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ، وَالْإِثْمُ مَا حَاكَ فِي الْقَلْبِ، وَتَرَدَّدَ فِي الصَّدْرِ، وَإِنْ أَفْتَاكَ النَّاسُ وَأَفْتَوْكَ»

"Saya datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan saya ingin agar tidak ada sesuatu baik berupa kebaikan atau keburukan kecuali aku telah menanyakannya pada beliau. Saat itu di sisi beliau terdapat sekelompok sahabat, maka saya pun melangkahi mereka hingga mereka berkata, "Wahai Wabishah, menjauhlah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, menjauhlah wahai Wabishah!"

Saya berkata: "Saya adalah Wabishah, biarkan aku mendekat padanya, karena ia adalah orang yang paling aku cintai untuk berdekatan dengannya"

Maka beliau pun bersabda: "Mendekatlah wahai Wabishah, mendekatlah wahai Wabishah"

Saya mendekat ke arahnya sehingga lututku menyentuh lutut beliau, kemudian beliau bersabda: "Wahai Wabishah, aku akan memberitahukan kepadamu sesuatu yang menjadikanmu datang kemari yang ingin engkau tanyakan kepadaku"

Saya berkata: "Wahai Rasulullah, beritahukanlah padaku"

Maka beliau pun bersabda: "Kamu datang untuk bertanya mengenai kebaikan dan keburukan (dosa)."

Saya berkata: "Benar"

Beliau lalu menyatukan ketiga jarinya dan menepukkannya ke dadaku seraya bersabda: "Wahai Wabishah, mintalah petunjuk dari jiwamu. Kebaikan itu adalah sesuatu yang dapat menenangkan dan menentramkan hati dan jiwa. Sedangkan keburukan itu adalah sesuatu yang meresahkan hati dan menyesakkan dada, meskipun manusia membenarkanmu"

Imam An-Nawawiy rahimahullah berkata: Hadits ini hasan, kami meriwayatkannya dalam dua musnad Imam yaitu Imam Ahmad dan Ad-Darimiy dengan sanad yang baik.

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi An-Nawwaas bin Sam'aan Al-Anshary Al-Kilabiy radhiyallahu 'anhu.

Salah seorang sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang sedikit meriwayatkan hadits, ia tergolong penduduk Syam.

Nawwas bin Sam'aan berkata:

«أَقَمْتُ مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْمَدِينَةِ سَنَةً مَا يَمْنَعُنِي مِنَ الْهِجْرَةِ إِلَّا الْمَسْأَلَةُ، كَانَ أَحَدُنَا إِذَا هَاجَرَ لَمْ يَسْأَلْ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ شَيْءٍ» [صحيح مسلم]

“Aku menetap bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di Medinah selama setahun (sebagai tamu), tidak ada yang menghalangiku untuk hijrah (menjadi penduduk tetap) kecuali agar leluasa bertanya, karena seorang dari kami jika sudah hirjah maka ia tidak berani bertanya lagi kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang sesuatu”. [Sahih Muslim]

2.      Biografi Wabishah bin Ma’bad, Abu Salim Al-Asadiy radhiyallahu 'anhu.

Ia datang ke Madinah menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada tahun 9 hijriyah bersama sepuluh orang dari kaumnya, kemudian mereka semua memeluk agama Islam dan kembali ke kampung halamannya. Kemudian Wabishah tinggal di Al-Jazirah dan menetap di Ar-Riqqah, dan ia punya rumah di Damaskus.

3.      Jenis-jenis kebaikan.

Diantaranya:

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ } [البقرة: 177]

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa. [Al-Baqarah: 177]

{وَلَيْسَ الْبِرُّ بِأَنْ تَأْتُوا الْبُيُوتَ مِنْ ظُهُورِهَا وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنِ اتَّقَى} [البقرة: 189]

Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. [Al-Baqarah: 189]

{لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ} [آل عمران: 92]

Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. [Ali 'Imran:92]

Ø  Dari Abu Dzar radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«لَا تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا، وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ» [صحيح مسلم]

"Jangan engkau meremehkan suatu kebaikan sedikitpun, walau hanya menemui saudaramu dengan wajah yang ceria (tersenyum)". [Sahih Muslim]

4.      Keutamaan berakhlak mulia.

Lihat: Hadits (18) Abu Dzar dan Mu’adz; Bertakwa, berbuat baik, dan berakhlak mulia

5.      Membenci keburukan tanda keimanan.

Amir bin Rabi'ah -radhiyallahu 'anhu- berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مَنْ سَاءَتْهُ سَيِّئَتُهُ وَسَرَّتْهُ حَسَنَتُهُ فَهُوَ مُؤْمِنٌ»

"Barangsiapa yang kejelekannya menjadikannya susah dan kebaikannya menyenangkannya maka dia adalah seorang mukmin. [Musnad Ahmad: Shahih]

Ø  Umar bin Khathab radhiyallahu 'anhu ketika memasuki negri Syam, ia mensyukuri Allah dan memujiNya, dan ia menyampaikan khutbah dan berkata: Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri menyampaikan khutbah kepada kami seperti aku berdiri di hadapan kalian, beliau bersabda:

«أَمَارَةُ الْمُنَافِقِ الَّذِي لا تَسُؤُهُ سَيِّئَتُهُ، وَلا تَسُرُّهُ حَسَنَتُهُ، إِنْ عَمِلَ خَيْرًا لَمْ يَرْجُو مِنَ اللَّهِ فِي ذَلِكَ الْخَيْرِ ثَوَابًا، وَإِنْ عَمِلَ شَرًّا لَمْ يَخَفْ مِنَ اللَّهِ فِي ذَلِكَ الشَّرِّ عُقُوبَةً» [صفة النفاق ونعت المنافقين لأبي نعيم: إسناده حسن]

“Tanda seorang munafiq adalah orang yang tidak bersedih atas keburukannya, dan tidak bergembira atas kebaikannya, jika ia beramal satu kebaikan ia tidak mengharap pahala dari Allah atas kebaikannya itu, dan jika ia melakukan keburukan ia tidak takut hukuman Allah atas keburukannya itu”. [Shifatun Nifaq karya Abu Nu’aim: Sanadnya hasan]

6.      Orang yang menampakkan keburukannya tidak mendapat ampunan

Abu Hurairah -radhiyallahu 'anhu- berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«كُلُّ أُمَّتِي مُعَافًى إِلَّا الْمُجَاهِرِينَ، وَإِنَّ مِنْ الْمُجَاهَرَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلًا ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللَّهُ عَلَيْهِ فَيَقُولَ: يَا فُلَانُ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا! وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللَّهِ عَنْهُ»

"Setiap umatku dimaafkan (dosanya) kecuali orang-orang menampak-nampakkannya dan sesungguhnya diantara menampak-nampakkan (dosa) adalah seorang hamba yang melakukan dosa di waktu malam sementara Allah telah menutupinya kemudian di waktu pagi dia berkata: 'Wahai fulan semalam aku telah melakukan ini dan itu, ' padahal pada malam harinya (dosanya) telah ditutupi oleh Rabbnya. Ia pun bermalam dalam keadaan (dosanya) telah ditutupi oleh Rabb-nya dan di pagi harinya ia menyingkap apa yang telah ditutupi oleh Allah'." [Shahih Bukhari dan Muslim]

7.      Kebaikan membuat hati tenang.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ} [الرعد: 28]

Orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. [Ar-Ra'd: 28]

Ø  Dari Al-Hasan bin Ali radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لَا يَرِيبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ»

"Tinggalkan yang meragukanmu kepada sesuatu yang tidak meragukanmu karena kejujuran itu ketenangan dan dusta itu keraguan." [Sunan Tirmidziy: Shahih]

Lihat Hadits (11) Al-Hasan bin Ali; Tinggalkan perkara yang meragukan

8.      Hati yang mengontrol jasad.

Dari An-Nu'man bin Basyir radhiyallahu 'anhuma, Rasulullah shallallau 'alaihi wasallam bersabda:

«أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلاَ وَهِيَ الْقَلْب»

"Sesungguhnya dalam tubuh manusia ada segumpal daging, jika ia baik maka seluruh tubuhnya juga akan baik, dan jika ia rusak maka seluruh tubuhnya juga akan rusak, sesungguhnya ia adalah HATI" . [Sahih Bukhari dan Muslim]

Lihat Hadits (6) An-Nu'man; Halal, haram, dan syubhat.

9.      Jenis-jenis hati dan jiwa.

Diantaranya:

a)      Jiwa yang suka mendorong pada kejahatan

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ} [يوسف: 53]

Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang. [Yusuf: 53]

b)      Jiwa yang suka menyesal

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَلَا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ} [القيامة: 2]

Dan aku bersumpah demi jiwa yang selalu menyesali (dirinya sendiri). [Al-Qiyamah: 2]

c)       Jiwa yang tenang

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{يَاأَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ} [الفجر: 27]

Wahai jiwa yang tenang! [Al-Fajr: 27]

Lihat: Sifat hati yang baik dan yang buruk dalam Al-Qur’an

10.  Tidak menjadikan manusia sebagai ukuran kebenaran.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَإِن تُطِعْ أَكْثَرَ مَن فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَن سَبِيلِ اللَّهِ} [الأنعام: 116]

Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. [Al-An'aam: 116]

11.  Ketetapan hukum dari hakim dan fatwa mufti tidak menghalalkan yang haram atau mengharamkan yang halal.

Dari Ummu Salamah radiyallahu 'anha - istri Rasulullah -, Rasulullah shallallau 'alaihi wasallam bersabda:

«إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ، وَإِنَّكُمْ تَخْتَصِمُونَ إِلَيَّ، فَلَعَلَّ بَعْضَكُمْ أَنْ يَكُونَ أَلْحَنَ بِحُجَّتِهِ مِنْ بَعْضٍ، فَأَقْضِيَ لَهُ عَلَى نَحْوِ مَا أَسْمَعُ مِنْهُ، فَمَنْ قَضَيْتُ لَهُ بِشَيْءٍ مِنْ حَقِّ أَخِيهِ فَلَا يَأْخُذَنَّ مِنْهُ شَيْئًا، فَإِنَّمَا أَقْطَعُ لَهُ قِطْعَةً مِنْ النَّار»

"Sesungguhnya aku juga manusia biasa, dan sesungguhnya kalian sering mengadukan perselisihan kepadaku. Dan bisa jadi diantara kalian ada yang lebih pandai mengungkapan argumennya dari pada yang lainnya, lalu aku memutuskan sesuai dengan apa yang aku dengarkan. Maka barangsiapa yang aku tetapkan untuknya sesuatu yang sebenarnya adalah hak saudaranya, maka janganlah ia mengambilnya karena itu sama halnya aku telah memberinya sesuatu dari neraka". [Sahih Bukhari dan Muslim]

12.  Antusias sahabat menuntut ilmu.

Lihat: Kewajiban mengikuti cara beragama Sahabat Rasulullah

13.  Mendekat dengan guru ketika menuntut ilmu.

Dari Abu Waqid Al-Laitsiy -radhiyallahu 'anhu-, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika sedang duduk bermajelis di Masjid bersama para sahabat datanglah tiga orang. Yang dua orang menghadap Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dan yang seorang lagi pergi. Yang dua orang berdiri sejenak di hadapan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, kemudian satu diantaranya melihat tempat kosong dalam majelis maka ia duduk di tempat itu, sedang yang kedua duduk di belakang majelis, sedang yang ketiga berbalik pergi. Setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selesai bermajelis, Beliau bersabda:

«أَلَا أُخْبِرُكُمْ عَنْ النَّفَرِ الثَّلَاثَةِ؟ أَمَّا أَحَدُهُمْ فَأَوَى إِلَى اللَّهِ فَآوَاهُ اللَّهُ، وَأَمَّا الْآخَرُ فَاسْتَحْيَا فَاسْتَحْيَا اللَّهُ مِنْهُ، وَأَمَّا الْآخَرُ فَأَعْرَضَ فَأَعْرَضَ اللَّهُ عَنْهُ»

"Maukah kalian aku beritahu tentang ketiga orang tadi? Adapun seorang diantara mereka, dia mendekatkan diri kepada Allah, maka Allah mendekatkan ia kepada-Nya. Yang kedua, dia malu (tidak mengisi tempat yang kosong), maka Allah pun malu kepadanya. Sedangkan yang ketiga berpaling dari Allah maka Allah pun berpaling darinya." [Shahih Bukhari dan Muslim]

14.  Kemuliaan akhlak Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ} [القلم: 4]

Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. [Al-Qalam:4]

Ø  Ketika Aisyah radhiyallahu 'anha ditanya tentang akhlak Rasulullah shallallahu 'alaihiwasallam, ia menjawab:

«كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ» [مسند أحمد: صحيح]

“Akhlak Rasulullah adalah Al-Qur'an”. [Musnad Ahmad: Sahih]

Ø  Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata:

«كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْسَنَ النَّاسِ خُلُقًا» [صحيح البخاري ومسلم]

“Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah orang yang paling baik akhlaknya”. [Sahih Bukhari dan muslim]

15.  Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengetahui hal gaib.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُطْلِعَكُمْ عَلَى الْغَيْبِ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَجْتَبِي مِنْ رُسُلِهِ مَنْ يَشَاءُ} [آل عمران: 179]

Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya. [Ali 'Imran: 179]

{عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا (26) إِلَّا مَنِ ارْتَضَى مِنْ رَسُولٍ} [الجن: 26، 27]

(Dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya. [Al-Jin: 26-27]

Lihat: Mu’jizat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam

16.  Derajat hadits Wabishah.

Diriwayatkan melauli dua jalur:

Jalur pertama: Diriwayatkan oleh imam Ahmad dalam “Al-Musnad” 29/527 no.18001, dan Ad-Darimiy dalam Sunan-nya 3/1649 no.2575:

عن حَمَّاد بْن سَلَمَةَ، عَنْ الزُّبَيْرِ أَبِي عَبْدِ السَّلَامِ، عَنْ أَيُّوبَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مِكْرَزٍ، عَنْ وَابِصَةَ بْنِ مَعْبَدٍ ...

Dari Hammad bin Salamah, dari Az-Zubair Abu Abdissalam, dari Ayyub bin Abdillah bin Mikraz, dari Wabishah bin Ma’bad …

Sanad ini sangat lemah karena terdapat beberapa cacat:

1)      Az-Zubair bin Juwatasyir, Abu Abdissalam Al-Bashriy[1]. Imam Bukhari berkata: Hammad meriwayatkan darinya hadits-hadits mursal. Dihukumi tsiqah oleh Ibnu Hibban. Sedangkan Ad-Dulabiy mengatakan: Periwayatan haditsnya lemah. Ad-Daraquthniy mengatakan: Ia meriwayatkan hadits-hadits mungkar (sangat lemah).

2)      Sanadnya terputus, karena Az-Zubair tidak mendengarkan hadits ini dari Ayyub, sebagaimana dijelaskan pada riwayat yang lain, dalam “Musnad Ahmad” 29/532 no.18006:

حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، أَخْبَرَنَا الزُّبَيْرُ أَبُو عَبْدِ السَّلَامِ، عَنْ أَيُّوبَ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ مِكْرَزٍ، وَلَمْ يَسْمَعْهُ مِنْهُ، قَالَ حَدَّثَنِي جُلَسَاؤُهُ وَقَدْ رَأَيْتُهُ عَنْ وَابِصَةَ الْأَسَدِيِّ، ...

- قَالَ عَفَّانُ: حَدَّثَنِي غَيْرَ مَرَّةٍ وَلَمْ يَقُلْ: حَدَّثَنِي جُلَسَاؤُهُ –

Telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah, telah mengabarkan kepada kami Az-Zubair Abu Abdussalam, dari Ayyub bin Abdullah bin Mikraz -namun Az-Zubair tidak mendengar hadits ini dari Ayyub, Az-Zubair berkata: Telah menceritakan kepadaku orang-orang yang duduk bersama Ayyub dan saya pernah melihat Ayyub, dari Wabishah Al-Asadiy …

Affan berkata; Hammad telah menceritakan hadits ini kepadaku beberapa kali, namun ia tidak mengatakan: 'Telah menceritakan kepadaku orang-orang yang bermajelis dengannya'-, …

Jalur kedua: Diriwayatkan oleh imam Ahmad dalam “Al-Musnad” 29/523 no.17999, dan Ath-Thabaraniy dalam “Al-Mu’jam Al-Kabiir” 22/147 no.402:

عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ صَالِحٍ، عَنْ أَبِي عَبْدِ اللهِ السُّلَمِيِّ، قَالَ: سَمِعْتُ وَابِصَةَ بْنَ مَعْبَدٍ صَاحِبَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ...

Dari Mu’awiyah bin Shalih, dari Abu ‘Abdillah As-Sulamiy, ia berkata: Aku mendengar Wabishah bin ‘Ma’bad sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam

Sanad ini lemah, karena Abu Abdillah As-Sulamiy[2] dalam riwayat lain Al-Asadiy, dalam riwayat lain disebutkan namanya yaitu Muhammad, ia tidak diketahui. Ibnu Hibban berkata: “Saya tidak tahu siapa dia”. Dan telah dinukil bahwa Ibnu Al-Madiniy mengklaimnya sebagai seorang yang majhul (tidak diketahui).

Ø  Hadits yang mirip juga diriwayatkan juga dari Watsilah bin Al-Asqa’ radhiyallahu ‘anhu.

Diriwayatkan melalui dua jalur:

Jalur pertama: Diriwayatkan oleh Abu Ya’laa Al-Maushiliy dalam Musnadnya 13/476 no.7492:

عن عُبَيْد بْن الْقَاسِمِ، حَدَّثَنَا الْعَلَاءُ بْنُ ثَعْلَبَةَ، عَنْ أَبِي الْمَلِيحِ الْهُذَلِيِّ، عَنْ وَاثِلَةَ بْنِ الْأَسْقَعِ، قَالَ: تَدَانَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَسْجِدِ الْخَيْفِ، فَقَالَ لِي أَصْحَابُهُ: إِلَيْكَ يَا وَاثِلَةُ، أَيْ تَنَحَّ عَنْ وَجْهِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «دَعْوُهُ , إِنَّمَا جَاءَ يَسْأَلُ» قَالَ: فَدَنَوْتُ، فَقُلْتُ: بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي يَا رَسُولَ اللَّهِ , لِتُفْتِنَا عَنْ أَمْرٍ نَأْخُذُهُ عَنْكَ مِنْ بَعْدِكَ، قَالَ: «لِتُفْتِكَ نَفْسُكَ» قَالَ: قُلْتُ: وَكَيْفَ لِي بِذَلِكَ؟ قَالَ: «دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لَا يَرِيبُكَ، وَإِنْ أَفْتَاكَ الْمُفْتُونَ» قُلْتُ: وَكَيْفَ لِي بِعِلْمِ ذَلِكَ؟ قَالَ: «تَضَعُ يَدَكَ عَلَى فُؤَادِكَ، فَإِنَّ الْقَلْبَ يَسْكُنُ لِلْحَلَالِ , وَلَا يَسْكُنُ لِلْحَرَامِ، وَإِنَّ الْوَرِعَ الْمُسْلِمَ يَدَعُ الصَّغِيرَ مَخَافَةَ أَنْ يَقَعَ فِي الْكَبِيرِ» قُلْتُ: بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي , مَا الْعَصَبِيَّةُ؟ قَالَ: «الَّذِي يُعِينُ قَوْمَهُ عَلَى الظُّلْمِ» قُلْتُ: فَمَنِ الْحَرِيصُ؟ قَالَ: «الَّذِي يَطْلُبُ الْمَكْسَبَةَ مِنْ غَيْرِ حِلِّهَا» قُلْتُ: فَمَنِ الْوَرِعُ؟ قَالَ: «الَّذِي يَقِفُ عِنْدَ الشُّبْهَةِ» قُلْتُ: فَمَنِ الْمُؤْمِنُ؟ قَالَ: «مَنْ أَمِنَهُ النَّاسُ عَلَى أَمْوَالِهِمْ وَدِمَائِهِمْ» قُلْتُ: فَمَنِ الْمُسْلِمُ؟ قَالَ: «مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ» قُلْتُ: فَأَيُّ الْجِهَادِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: «كَلِمَةُ حُكْمٍ عِنْدَ إِمَامٍ جَائِرٍ»

Hadits ini sangat lemah, karena beberapa cacat pada sanadnya:

a)       ‘Ubaidillah bin Al-Qasim[3], adalah pendusta dan pemalsu hadits, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Ma’in, Abu Daud, dan Al-‘Uqailiy.

b)      Al-‘Alaa bin Tsa’labah[4], tidak diketahui (majhuul).

Jalur kedua: Diriwayatkan oleh Ath-Thabaraniy dalam “Al-Mu’jam Al-Kabiir” 22/81 no.197:

عن بَقِيَّة بْن الْوَلِيدِ، حَدَّثَنِي إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَبْدِ اللهِ الْكِنْدِيُّ، عَنْ طَاوُسٍ، عَنْ وَاثِلَةَ قَالَ: قُلْتُ: يَا نَبِيَّ اللهِ، نَبِّئْنِي قَالَ: «إِنْ شِئْتَ أَنْبَأْتُكَ بِمَا جِئْتَ تَسْأَلُ عَنْهُ، وَإِنْ شِئْتَ فَسَلْ» قَالَ: قُلْتُ: بَلْ نَبِّئْنِي يَا رَسُولَ اللهِ، فَإِنَّهُ أَطْيَبُ لِنَفْسِي. قَالَ: «جِئْتَ تَسْأَلُ عَنِ الْيَقِينِ وَالشَّكِّ» قَالَ: قُلْتُ: هُوَ ذَاكَ يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ: «فَإِنَّ الْيَقِينَ مَا اسْتَقَرَّ فِي الصَّدْرِ وَاطْمَأَنَّ إِلَيْهِ الْقَلْبُ وَإِنْ أَفْتَاكَ الْمَفْتُونُ، دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لَا يَرِيبُكَ، فَإِنَّ الْخَيْرَ طُمَأْنِينَةُ، وَالشَّكَّ رِيبَةٌ، وَإِذَا شَكَكْتَ فَدَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لَا يَرِيبُكَ» قُلْتُ: يَا نَبِيَّ اللهِ، بِأَبِي وَأُمِّي فَمَا الْعَصَبِيَّةُ؟ قَالَ: «أَنْ تُعِينَ قَوْمَكَ عَلَى الظُّلْمِ، وَالْوَرِعُ الَّذِي يَقِفُ عَلَى الشُّبُهَاتِ، وَالْحَرِيصُ عَلَى الدُّنْيَا الَّذِي يَطْلُبُهَا مِنْ غَيْرِ حَلٍّ، وَالْإِثْمُ مَا حَاكَ فِي الصَّدْرِ»

Sanad ini sangat lemah, karena Isma’il bin Abdillah Al-Kindiy[5], ia seorang yang majhuul (tidak diketahui), tidak ada yang meriwaytkan hadits darinya kecuali Baqiyah bin Al-Walid. Adz-Dzahabiy mengatakan: “Ia meriwayatkan satu hadits aneh dan mungkar”.

Lihat: Silsilah Adh-Dha’ifah karya syekh Albaniy rahimahullah 12/811 no. 5890.

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Syarah Arba’in hadits (26) Abu Hurairah; Kewajiban sedekah untuk anggota tubuh


[1] Lihat biografi " Az-Zubair " dalam kitab: At-Tarikh Al-Kabir karya Al-Bukhariy 3/413, Al-Kuna karya Ad-Dulabiy 2/871, Al-Jarh wa At-Ta'diil karya Ibnu Abi Hatim 3/584, Ats-Tsiqat karya Ibnu Hibban 6/333, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 3/234, Miizaan Al-I'tidaal karya Adz-Dzahabiy 4/548, Ta’jilul Manfa’ah karya Ibnu Hajar 1/544..

[2] Lihat biografi " Abu Abdillah As-Sulamiy " dalam kitab: Al-Fawaid ‘ala Majma’ Az-Zawaid hal.323.

[3] Lihat biografi " Ubaidillah bin Al-Qasim " dalam kitab: Taariikh Ibnu Ma'in riwayat Ad-Duuriy 4/396, Adh-Dhu'afaa' karya An-Nasa'iy hal.213 , Adh-Dhu'afaa' Al-Kabiir karya Al-'Uqaily 3/116, Al-Jarh wa At-Ta'diil 5/412, Al-Majruhiin karya Ibnu Hibban 2/175, Al-Kaamil karya Ibnu 'Adiy 5/349, Adh-Dhu'afaa' karya Abu Nu'aim hal.125 , Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 2/160, Tahdziib Al-Kamaal karya Al-Mizziy 19/229, Al-Kasyif karya Adz-Dzahabiy 1/692, Al-Kasyf Al-Hatsits karya Ibnu Al-'Ajamiy hal.178 , Taqriib At-Tahdziib karya Ibnu Hajar hal.651.

[4] Lihat biografi " Al-‘Alaa bin Tsa’labah " dalam kitab: Al-Jarh wa At-Ta'diil 6/353, Miizaan Al-I'tidaal 3/97, Lisaan Al-Miizaan karya Ibnu Hajar 5/464.

[5] Lihat biografi " Isma’il bin Abdillah " dalam kitab: Miizaan Al-I'tidaal 1/235, Lisaan Al-Miizaan 2/142.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...