Sering kita melihat sifat seseorang
sesuai dengan arti nama yang ia pakai, atau mengikuti sifat tokoh yang serupa
dengan namanya.
Rasulullah dinamai Muhammad yang
berarti terpuji dan Ahmad yang berarti banyak memuji Allah, sangat sesuai
dengan sifatnya sallallahu 'alaihi wasallam.
Bahkan suatu hal yang wajib kita
imani bahwa semua nama Allah yang husna mengandung sifat yang sempurna, seperti
As-Samii' (yang mendengar) menunjukkan bahwa Allah maha mendengar segala
sesuatu.
Bisakah nama seseorang mempengaruhi
nasib atau mendatangkan yang baik atau buruk bagi dirinya dan orang lain?
Al-Musayyib
berkata: Bapakku mendatangi Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam,
kemudian Rasulullah bertanya: Siapa namamu? Bapakku menjawab: "Hazn"
(kesedihan). Rasulullah berkata: أَنْتَ سَهْلٌ Namamu adalah "Sahl" (kemudahan)!
Bapakku
menjawab: Aku tidak mau mengganti nama yang diberikan oleh bapakku.
Sa'id bin
Al-Musayyib berkata: Sejak saat itu kesedihan terus melanda keluarga kami. [Sahih
Bukhari]
Hadits ini
menunjukkan bahaya menyalahi perintah Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam sekalipun
itu hanya sebatas anjuran bukan kewajiban.
Ketika Suhail
bin 'Amr mendatangi Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam di Hudaibiyah untuk mengadakan
perjanjian, Rasululah berkata kepada sahabatnya:
«لَقَدْ سَهُلَ لَكُمْ
مِنْ أَمْرِكُمْ»
Telah datang
kemudahan untuk kalian dalam masalah ini. [Sahih Bukhari]
"Suhail"
artinya yang mudah.
Ibnu Umar
berkata: Rasulullah sallallahu
'alaihi wasallam berdo'a di atas mimbar:
«غِفَارُ غَفَرَ اللَّهُ
لَهَا، وَأَسْلَمُ سَالَمَهَا اللَّهُ، وَعُصَيَّةُ عَصَتِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ»
[صحيح البخاري ومسلم]
Kabilah "Gifar", semoga
Allah memberi ampunan untuknya, dan kabilah "Aslam" semoga Allah
memberinya keselamatan, sedangkan kabilah "Ushaiyah" mereka telah
mendurhakai Allah dan Rasul-Nya. [Sahih Bukhari dan Muslim]
"Gifar" dari kata gafara
yang berarti ampunan, "Aslam" dari kata salima yang berarti
selamat, dan "Ushaiyah" dari kata 'ashaa yang berarti berdosa.
Dari Abu Hurairah; Rasulullah sallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«لَا عَدْوَى،
وَلَا طِيَرَةَ، وَأُحِبُّ الْفَأْلَ الصَّالِحَ» [صحيح مسلم]
"Tidak ada 'adwa
(penyakit menular dengan sendirinya), dan tidak ada thiyarah, dan aku menyukai
al-fa'l yang baik". [Sahih Muslim]
Rasulullah sallallahu 'alaihi
wasallam menyukai "al-Fa'l" yaitu berbaik sangka dengan
sesuatu atau perkataan yang baik, seperti ketika mendengar nama "Sahl"
yang berarti kemudahan Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam berharap
semoga Allah memberikan kemudahan dengan kehadiran Sahl.
Beda halnya dengan "at-tasyaa-um"
yaitu berburuk sangka terhadap sesuatu, karena ini masuk kategori "at-thiyarah"
menganggap sesuatu dapat mendatangkan kebaikan atau keburukan tanpa seizin
Allah subhanahu wata'ala.
Dari Abdullah bin Mas'ud; Rasulullah sallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، ثَلَاثًا، وَمَا مِنَّا إِلَّا
وَلَكِنَّ اللَّهَ يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ» [سنن أبي داود: صححه الألباني]
"At-Thiyarah adalah syirik (Rasulullah mengulanginya
tiga kali), dan tidaklah seseorang dari kita kecuali merasakan hal itu, akan tetapi
Allah menghilangkannya dengan bertawakkal". [Sunan Abi
Daud: Sahih]
At-Tasyaa-um misalnya
ketika hendak melakukan suatu kebaikan tiba-tiba ia melihat sesuatu yang buruk
atau bertemu dengan seseorang yang bernama "Sa'b" yang berarti
kesusahan, maka ia mengurungkan niat baiknya tersebut.
Ini hukumnya
tidak boleh karena menganggap sesuatu bisa mendatangkan keburukan di luar kuasa
Allah dan menghilangkan rasa tawakkal dalam hati.[1]
Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam mengganti
nama sahabat yang mengandung makna kurang baik bukan karena tasya-um,
tapi karena Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam menyukai sesuatu yang baik dan tidak
menyukai sesuatu yang buruk.
Nama tidak
dapat mengubah takdir, tapi nama yang baik atau buruk adalah takdir dari Allah subhanahu
wata'ala. Bisa jadi dengan nama yang baik Allah mendatangkan kebaikan, dan
bisa jadi dengan nama yang buruk akan mengakibatkan keburukan.[2]
Imam Malik berkata: Penduduk Madinah
mengatakan bahwa tidak ada satu keluarga yang salah satu anggotanya bernama "Muhammad"
kecuali mereka mendapatkan rezki yang baik.
Muhammad bin
Rusyd berkata: Kemungkinan mereka mengetahui hal tersebut dari pengalaman atau
mereka punya dalil tentang hal itu.
[Lihat:
Al-Bayaan Wa At-Tahshil 17/541, Mugni Al-Muhtaj 4/295]
Ada beberapa
hadits yang menyebutkan keutamaan memakai nama "Muhammad" dan "Ahmad",
tapi semuanya sangat lemah bahkan beberapa diantaranya palsu.
Wallahu
a'lam!
Lihat: juga: Nama sang "Buah Hati"
nama dapat memberatkan prilaku seseorang,apabila nama seseorang bagus apalagi nama itu membawa nama nama baik agama.
BalasHapusAlangkah beruntungnya org yg memiliki nama dan sifat yang baik!
Hapus