بسم الله الرحمن الرحيم
Diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhariy –rahimahullah- dalam
kitab shahih-nya, dari Hudzaifah bin Al-Yamaan –radhiyallahu ‘anhuma-:
قَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: مَنْ يَحْفَظُ حَدِيثًا عَنِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الفِتْنَةِ؟ قَالَ حُذَيْفَةُ: أَنَا
سَمِعْتُهُ يَقُولُ: «فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَجَارِهِ،
تُكَفِّرُهَا الصَّلاَةُ وَالصِّيَامُ وَالصَّدَقَةُ»، قَالَ: لَيْسَ أَسْأَلُ
عَنْ ذِهِ، إِنَّمَا أَسْأَلُ عَنِ الَّتِي تَمُوجُ كَمَا يَمُوجُ البَحْرُ،
قَالَ: وَإِنَّ دُونَ ذَلِكَ بَابًا مُغْلَقًا، قَالَ: فَيُفْتَحُ أَوْ يُكْسَرُ؟
قَالَ: يُكْسَرُ، قَالَ: ذَاكَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ يُغْلَقَ إِلَى يَوْمِ
القِيَامَةِ، فَقُلْنَا لِمَسْرُوقٍ: سَلْهُ أَكَانَ عُمَرُ يَعْلَمُ مَنِ
البَابُ؟ فَسَأَلَهُ فَقَالَ: نَعَمْ، كَمَا يَعْلَمُ أَنَّ دُونَ غَدٍ
اللَّيْلَةَ [وفي رواية: فَقَالَ: البَابُ عُمَرُ]
Umar radhiyallahu ‘anhu
bertanya: Siapa yang menghafal satu hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam tentang fitnah (cobaan)?
Hudzaifah berkata: Aku
mendengar beliau bersabda: “Fitnah (cabaan) seseorang pada keluarganya, harta,
dan tetangganya; dihapuskan dosa-dosanya oleh ibadah shalat, puasa, dan
sedekah”
Umar berkata: Bukan ini yang
aku tanyakan, aku bertanya tentang cobaan yang sangat besar bagaikan ombak di lautan.
Hudzaifah berkata:
Sesungguhnya antara engau dan kejadian itu ada pintu yang tertutup.
Umar bertanya: Apakah nanti
pintu itu akan terbuka atau rusak?
Hudzaifah menjawab: Akan
rusak.
Umar berkata: Itu berarti
tidak akan tertutup lagi sampai hari kiamat.
Perawi (Abu Wail) berkata:
Maka kami meminta kepada Masruuq: Tanyakan kepada Hudzaifah, apakah Umar tahu
siapa sebenarnya yang dimaksud dengan pintu itu?
Maka Masruq menanyakannya, dan
Hudzaifah menjawab: Iya, Umar tahu sebagaimana ia tahu bahwa sebelum esok ada
malam.
Dalam riwayat lain, Hudzaifah
berkata: Pintu itu adalah Umar.
Dalam riwayat lain:
وَلَكِنْ أَيُّكُمْ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَذْكُرُ الَّتِي تَمُوجُ مَوْجَ الْبَحْرِ؟ قَالَ حُذَيْفَةُ:
فَأَسْكَتَ الْقَوْمُ، فَقُلْتُ: أَنَا، قَالَ: أَنْتَ لِلَّهِ أَبُوكَ قَالَ حُذَيْفَةُ:
سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «تُعْرَضُ الْفِتَنُ
عَلَى الْقُلُوبِ كَالْحَصِيرِ عُودًا عُودًا، فَأَيُّ قَلْبٍ أُشْرِبَهَا، نُكِتَ
فِيهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ، وَأَيُّ قَلْبٍ أَنْكَرَهَا، نُكِتَ فِيهِ نُكْتَةٌ بَيْضَاءُ،
حَتَّى تَصِيرَ عَلَى قَلْبَيْنِ، عَلَى أَبْيَضَ مِثْلِ الصَّفَا فَلَا تَضُرُّهُ
فِتْنَةٌ مَا دَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ، وَالْآخَرُ أَسْوَدُ مُرْبَادًّا
كَالْكُوزِ مُجَخِّيًا لَا يَعْرِفُ مَعْرُوفًا، وَلَا يُنْكِرُ مُنْكَرًا، إِلَّا
مَا أُشْرِبَ مِنْ هَوَاهُ» [صحيح مسلم]
Tetapi,
siapakah di antara kamu yang pernah mendengar Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda tentang fitnah yang bergelombang sebagaimana gelombangnya
lautan? ' Hudzaifah berkata, 'Para Sahabat terdiam.' Kemudian Hudzaifah
berkata, 'Aku, wahai Umar! ' Umar berkata, 'Kamu! Ayahmu sebagai tebusan bagi
Allah.' Hudzaifah berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Fitnah akan dipaparkan pada hati
manusia bagai tikar yang dipaparkan perutas (secara tegak menyilang antara satu
sama lain). Mana pun hati yang dihinggapi oleh fitnah, niscaya akan terlekat
padanya bintik-bintik hitam. Begitu juga mana pun hati yang tidak
dihinggapinya, maka akan terlekat padanya bintik-bintik putih sehingga hati
tersebut terbagi dua: sebagian menjadi putih bagaikan batu licin yang tidak
lagi terkena bahaya fitnah, selama langit dan bumi masih ada. Sedangkan
sebagian yang lain menjadi hitam keabu-abuan seperti cangkir yang terbalik,
tidak menyuruh kebaikan dan tidak pula melarang kemungkaran kecuali sesuatu
yang diserap oleh hawa nafsunya." [Shahih Muslim]
Penjelasan singkat hadits ini:
1. Hudzaifah bin Al-Yaman (nama aslinya
Hisl atau Husail) bin Jabir, Abu Abdillah Al-‘Absiy (w.36H) radhiyallahu
‘anhuma. Beliau adalah penjaga rahasia Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam.
Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu berkata:
«لَقَدْ
خَطَبَنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خُطْبَةً، مَا تَرَكَ فِيهَا
شَيْئًا إِلَى قِيَامِ السَّاعَةِ إِلَّا ذَكَرَهُ، عَلِمَهُ مَنْ عَلِمَهُ وَجَهِلَهُ
مَنْ جَهِلَهُ، إِنْ كُنْتُ لَأَرَى الشَّيْءَ قَدْ نَسِيتُ، فَأَعْرِفُ مَا يَعْرِفُ
الرَّجُلُ إِذَا غَابَ عَنْهُ فَرَآهُ فَعَرَفَهُ» [صحيح البخاري]
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menyampaikan khutbah kepada
kami, yang dalam khutbah itu tidaklah beliau tinggalkan sesuatu yang terjadi
hingga kiamat tiba, selain beliau sebutkan, yang tahu akan mengetahuinya, dan
yang bodoh tidak mengetahuinya, sungguh aku telah melihat sesuatu (kejadian
yang pernah diceritakan Nabi) yang sebelumnya kulupa, lantas aku mengingatnya, seperti
seseorang yang mengenal kawannya ketika ia berpisah, lantas ia pun bertemu maka
ia langsung mengenalnya. [Shahih Bukhari]
Dlm riwayat lain:
وَاللهِ إِنِّي لَأَعْلَمُ
النَّاسِ بِكُلِّ فِتْنَةٍ هِيَ كَائِنَةٌ، فِيمَا بَيْنِي وَبَيْنَ السَّاعَةِ، وَمَا
بِي إِلَّا أَنْ يَكُونَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَسَرَّ إِلَيَّ
فِي ذَلِكَ شَيْئًا، لَمْ يُحَدِّثْهُ غَيْرِي، وَلَكِنْ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: وَهُوَ يُحَدِّثُ مَجْلِسًا أَنَا فِيهِ عَنِ الْفِتَنِ،
فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: وَهُوَ يَعُدُّ الْفِتَنَ:
«مِنْهُنَّ ثَلَاثٌ لَا يَكَدْنَ يَذَرْنَ شَيْئًا، وَمِنْهُنَّ فِتَنٌ كَرِيَاحِ الصَّيْفِ
مِنْهَا صِغَارٌ وَمِنْهَا كِبَارٌ» قَالَ حُذَيْفَةُ: فَذَهَبَ أُولَئِكَ الرَّهْطُ
كُلُّهُمْ غَيْرِي [صحيح مسلم]
Demi Allah, sesungguhnya aku
adalah orang yang paling tahu tentang fitnah yang terjadi antara aku hingga
kiamat. Itu karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
memberitahukan sesuatu tentang hal itu secara rahasia, beliau tidak
menceritakannya pada selainku, tapi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bercerita tentang fitnah kepada majlis dimana aku berada di sana, Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda, beliau menghitung fitnah-fitnah, “diantaranya
ada tiga fitnah yang hampir tidak meninggalkan apa pun, ada fitnah-fitnah
seperti angin musim panas, ada yang kecil dan ada yang besar”. Hudzaifah
berkata: Lalu mereka pergi semua kecuali aku. [Shahih Muslim]
2.
Hadits
ini menunjukkan bahwa puasa akan menghapuskan dosa-dosa (kaffarah) secara umum.
Allah subhanahu wa ta’aalaa
berfirman:
{إِنَّ
الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ
وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ
وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ
وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ
وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ
مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا} [الأحزاب: 35]
Sesungguhnya laki-laki dan
perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan
perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar,
laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki
dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang
banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan
pahala yang besar. [Al-Ahzaab:35]
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ
صَامَ رَمَضَانَ، إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ»
[صحيح البخاري ومسلم]
“Barangsiapa yang
berpuasa di bulan Ramadhan dengan keimanan dan harapan, maka diampuni untuknya
semua dosanya yang telah lalu”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Dari Abu Qatadah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ،
أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ، وَالسَّنَةَ الَّتِي
بَعْدَهُ، وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ، أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ
الَّتِي قَبْلَهُ [صحيح مسلم]
“Puasa di hari 'Arafah, aku
berharap kepada Allah akan menghapuskan dosa setahun sebelumnya dan setahun
setelahnya. Dan puasa di hari 'Asyura', aku berharap kepada Allah akan
menghapuskan dosa setahun sebelumnya”. [Sahih Muslim]
Puasa juga sebagai kaffarah secara
khusus, seperti:
Fidyah,
dan pengganti sembelihan dalam ibadah haji
Dan jangan kamu mencukur
kepalamu (saat ihram), sebelum korban sampai di tempat
penyembelihannya. Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di
kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfidyah, yaitu: Berpuasa
atau bersedekah atau berkorban. Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi
siapa yang ingin mengerjakan 'umrah sebelum haji (di dalam bulan haji),
(wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat. Tetapi jika ia tidak
menemukan (binatang korban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga
hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali.
Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. Demikian itu (kewajiban membayar fidyah)
bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di sekitar) Masjidil Haram
(orang-orang yang bukan penduduk kota Mekah). [Al-Baqarah: 196]
Kaffarah
berburu saat ihram
Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu membunuh binatang buruan, ketika kamu sedang ihram. Barangsiapa
di antara kamu membunuhnya dengan sengaja, maka dendanya ialah mengganti dengan
binatang ternak seimbang dengan buruan yang dibunuhnya, menurut putusan dua
orang yang adil di antara kamu sebagai hadya yang dibawa sampai ke Ka'bah atau
(dendanya) membayar kaffarat dengan memberi makan orang-orang miskin atau berpuasa
seimbang dengan makanan yang dikeluarkan itu, supaya dia merasakan akibat buruk
dari perbuatannya. [Al-Maidah: 95]
Kaffarah
pembunuhan yang tidak disengaja
Dan jika ia (si terbunuh
dengan tidak sengaja) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara
mereka dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan
kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman.
Barangsiapa yang tidak memperolehnya, maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa
dua bulan berturut-turut untuk penerimaan taubat dari pada Allah.
[An-Nisaa’:92]
Kaffarah
sumpah
Allah tidak menghukum kamu
disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi dia
menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, maka kaffarat
(melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari
makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada
mereka atau memerdekakan seorang budak. Barang siapa tidak sanggup melakukan
yang demikian, maka kaffaratnya puasa selama tiga hari. Yang demikian
itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar).
[Al-Maidah:89]
Kaffarah
dzihar
Orang-orang yang menzhihar
isteri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan,
maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami isteri itu
bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha mengetahui
apa yang kamu kerjakan. Barangsiapa yang tidak mendapatkan (budak), maka (wajib
atasnya) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya bercampur.
[Al-Mujadilah: 3-4]
3.
Shalat menghapuskan dosa-dosa.
Ibnu Mas’ud radhiyallahu
‘anhu berkata: Seorang laki-laki melakukan dosa dengan mencium seorang wanita
yang tidak halal baginya, maka ia mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam kemudian meceritakan hal tersebut, maka diturunkanlah kepadanya
ayat:
{وَأَقِمِ
الصَّلاَةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ، وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ إِنَّ الحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ
السَّيِّئَاتِ، ذَلِكَ ذِكْرَى لِلذَّاكِرِينَ} [هود: 114]
Dan dirikanlah shalat itu
pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada
malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa)
perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. [Huud:114]
Orang itu bertanya: Apakah
ini khusus untukku?
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab:
«لِمَنْ
عَمِلَ بِهَا مِنْ أُمَّتِي»
“Untuk semua yang
mengamalkannya dari umatku”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
"
أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهَرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ
خَمْسًا، مَا تَقُولُ: ذَلِكَ يُبْقِي مِنْ دَرَنِهِ "
“Bagaimana menurut kalian jika
ada sungai di depan pintu seorang dari kalian, ia mandi di dalamnya setiap hari
lima kali, apa pendapat kalian: Apakah masih ada yang tersisa dari kotorannya?”
Sahabat menjawab: Tidak
tersisa dari kotorannya sedikitpun!
Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«فَذَلِكَ
مِثْلُ الصَّلَوَاتِ الخَمْسِ، يَمْحُو اللَّهُ بِهِ الخَطَايَا» [صحيح البخاري ومسلم]
“Maka yang demikian itu
seperti shalat lima waktu, Allah menghapuskan dengannya dosa-dosa”. [Sahih
Bukhari dan Muslim]
Dari Usman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«مَا
مِنَ امْرِئٍ مُسْلِمٍ تَحْضُرُهُ صَلَاةٌ مَكْتُوبَةٌ فَيُحْسِنُ وُضُوءَهَا وَخُشُوعَهَا
وَرُكُوعَهَا، إِلَّا كَانَتْ كَفَّارَةً لِمَا قَبْلَهَا مِنَ الذُّنُوبِ مَا لَمْ
يُؤْتِ كَبِيرَةً وَذَلِكَ الدَّهْرَ كُلَّهُ» [صحيح مسلم]
“Tidaklah seorang muslim
datang kepadanya waktu shalat wajib kemudian ia menyempurnakan wudhu-nya, khusyu’
dan ruku’nya, kecuali ia akan menghapuskan yang telah lalu dari dosa-dosanya
selama ia tidak melakukan dosa besar, dan itu untuk setiap masa”. [Sahih
Muslim]
4.
Sedekah menghapuskan dosa-dosa.
Allah subhanahu wa ta’aalaa
berfirman:
{إِنْ
تُبْدُوا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ وَإِنْ تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَ
فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَيُكَفِّرُ عَنْكُمْ مِنْ سَيِّئَاتِكُمْ} [البقرة: 271]
Jika kamu menampakkan
sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan
kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik
bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu. [Al-Baqarah:271]
Dari Ka’b bin ‘Ujrah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ
الخَطِيئَةَ كَمَا يُطْفِئُ المَاءُ النَّارَ [سنن الترمذي: صحيح]
“Dan sedekah menghapuskan dosa
sebagaimana air memadamkan api”. [Sunan Tirmidziy: Sahih]
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: Seorang laki-laki bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam:
إِنَّ أَبِي مَاتَ
وَتَرَكَ مَالًا، وَلَمْ يُوصِ، فَهَلْ يُكَفِّرُ عَنْهُ أَنْ أَتَصَدَّقَ عَنْهُ؟
“Sesungguhnya bapakku telah
wafat dan meninggalkan harta, dan ia tidak berwasiat. Apakah akan mengampuni
dosanya jika aku bersedekah untuknya?”
Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda: “Iya!”. [Sahih Muslim]
5.
Segala amal shaleh dapat menghapuskan dosa.
Dari Abu Dzar radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا
كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ
حَسَنٍ» [سنن الترمذي: حسنه الألباني]
"Bertakwalah kamu dimanapun berada,
ikutkanlah keburukan dengan melakukan kebaikan yang akan menghapuskannya, dan
bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang mulia". [Sunan Tirmidzi:
Hasan]
Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam berkata kepada Mu'adz radhiyallahu 'anhu:
" يَا مُعَاذُ،
أَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
" [مسند أحمد: حسن]
"Wahai Mu'adz, ikutkanlah keburukan dengan
melakukan kebaikan yang akan menghapuskannya, dan bergaullah dengan orang-orang
dengan akhlak yang mulia". [Musnad Ahmad: Hasan]
6.
Amal shaleh menghapuskan dosa-dosa kecil seseorang jika
ia meninggalkan dosa besar.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«الصَّلَوَاتُ
الْخَمْسُ، وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ، وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ، مُكَفِّرَاتٌ
مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ» [صحيح مسلم]
“Shalat lima waktu, shalat Jum’at
ke Jum’at berikutnya, puasa Ramadhan ke Ramadhan berikutnya, adalah penghapus
dosa diantaranya jika ia meninggalkan dosa besar”. [Sahih Muslim]
7.
Keluarga dan harta adalah cobaan.
Allah subhanahu wa ta’aalaa
berfirman:
{وَاعْلَمُوا
أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ
عَظِيمٌ} [الأنفال: 28]
Dan ketahuilah, bahwa hartamu
dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah
pahala yang besar. [Al-Anfaal:28]
{يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ
وَإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ .
إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ}
[التغابن: 14-15]
Hai orang-orang mukmin,
sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh
bagimu*, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan
tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan
(bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar. [At-Tagabun: 14-15]
*Maksudnya: kadang-kadang isteri
atau anak dapat menjerumuskan suami atau ayahnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan
yang tidak dibenarkan agama.
{يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ
وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ} [المنافقون: 9]
Hai orang-orang beriman,
janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah.
Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.
[Al-Munafiquun:9]
Dari Usamah bin Zayd radiyallahu 'anhuma,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
مَا تَرَكْتُ بَعْدِي
فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ
"Aku tidak meninggalkan
fitnah (cobaan) setelah aku meninggal lebih berbahaya bagi laki-laki dari
cobaan wanita." [Sahih Bukhari]
Dari Khaulah binti Hakiim radhiallahu
'anha; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«الْوَلَدُ
مَحْزَنَةٌ مَجْبَنَةٌ مَجْهَلَةٌ مَبْخَلَةٌ» [صحيح الجامع الصغير وزيادته رقم 1990]
“Anak adalah penyebab kesedihan,
ketakutan (pengecut), kebodohan, kekikiran”. [Shahih Al-Jami’ no.1990]
Dari Abdullah bin Umar radhiallahu
'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«كُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ
عَنْ رَعِيَّتِهِ، فَالإِمَامُ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالرَّجُلُ
فِي أَهْلِهِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالمَرْأَةُ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا
رَاعِيَةٌ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا» [صحيح البخاري ومسلم]
"Setiap kalian adalah
pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggung jawaban atas yang
dipimpinnya. Imam (kepala Negara) adalah pemimpin yang akan diminta pertanggung
jawaban atas rakyatnya. Seorang suami dalam keluarganya adalah pemimpin dan
akan diminta pertanggung jawaban atas keluarganya. Seorang isteri adalah
pemimpin di dalam urusan rumah tangga suaminya dan akan diminta pertanggung
jawaban atas urusan rumah tangga tersebut". [Sahih Bukhari dan Muslim]
8.
Tetangga adalah cobaan.
Allah subhanahu wa ta’aalaa berfirman:
{وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ وَكَانَ رَبُّكَ
بَصِيرًا} [الفرقان: 20]
Dan Kami jadikan sebahagian kamu
cobaan bagi sebahagian yang lain, maukah kamu bersabar? Dan adalah Tuhanmu Maha
Melihat.
[Al-Furqaan: 20]
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ
الآخِرِ فَلاَ يُؤْذِ جَارَهُ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhirat
maka janganlah ia menyakiti tetangganya”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Dari Abu Syuraih radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ، وَاللَّهِ لاَ
يُؤْمِنُ، وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ "
"Demi Allah ia tidak beriman, demi Allah ia tidak
beriman, demi Allah ia tidak beriman".
Sahabat bertanya: Siapa itu wahai Rasulullah?
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:
"
الَّذِي لاَ يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَايِقَهُ " [صحيح البخاري]
"Orang yang tidak selamat
tetangganya dari kejahatannya". [Sahih Bukhari]
9.
Fitnah bisa berupa keburukan maupun kebaikan.
Allah subhanahu wa ta’aalaa berfirman:
{وَنَبْلُوكُمْ
بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ} [الأنبياء: 35]
Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan
(yang sebenar-benarnya), dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. [Al-Anbiyaa':35]
10. Bahaya fitnah yang dahsyat.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
«بَادِرُوا
بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ، يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا
وَيُمْسِي كَافِرًا، أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا، يَبِيعُ دِينَهُ
بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا» [صحيح مسلم]
"Segeralah beramal sebelum datangnya fitnah seperti malam
yang gelap gulita. Di pagi hari seorang laki-laki dalam keadaan mukmin, lalu
kafir di sore harinya. Di sore hari seorang laki-laki dalam keadaan mukmin,
lalu kafir dipagi harinya. Dia menjual agamanya dengan kenikmatan dunia." [Shahih
Muslim]
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
«سَيَأْتِي عَلَى
النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ، يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ، وَيُكَذَّبُ فِيهَا
الصَّادِقُ، وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ، وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ، وَيَنْطِقُ
فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ» ، قِيلَ: وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ؟ قَالَ: «الرَّجُلُ التَّافِهُ
فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ» [سنن ابن ماجه: صحيح]
"Akan datang tahun-tahun penuh dengan
kedustaan yang menimpa manusia, pendusta dipercaya, orang yang jujur
didustakan, amanat diberikan kepada pengkhianat, orang yang jujur dikhianati,
dan Ruwaibidlah turut bicara." Lalu beliau ditanya, "Apakah
Ruwaibidlah itu?" Beliau menjawab: "Orang-orang bodoh yang mengurusi
urusan perkara umum." [Sunan Ibnu Majah: Shahih]
Dlm riwayat lain:
«السَّفِيهُ يَتَكَلَّمُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ»
[مسند أحمد: حسن]
“Orang bodoh yang berbicara tentang urusan
umum”. [Musnad Ahmad: Hasan]
Dari Zainab bint Jahsy radhiyallahu ‘anha; Bahwasanya Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam mendatanginya pada suatu hari dalam keadaan terkejut dan
bersabda:
«لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَيْلٌ لِلْعَرَبِ
مِنْ شَرٍّ قَدِ اقْتَرَبَ، فُتِحَ اليَوْمَ مِنْ رَدْمِ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مِثْلُ
هَذِهِ»
“Tiada Ilah yang berhak
disembah selain Allah, celakalah org Arab dari keburukan yang sudah dekat,
telah dibuka hari ini dinding yg mengurung Ya'juj dan Ma'juj seperti ini".
Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam melingkarkan ibu jarinya dengan telunjuk.
Zainab bertanya: Ya Rasulullah,
apakah kami akan dibinasakan padahal diantara kami ada orang-orang yang salih?
Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam menjawab:
«نَعَمْ إِذَا كَثُرَ
الخَبَثُ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Iya, jika keburukan (maksiat) sudah
banyak". [Sahih Bukhari dan Muslim]
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
«يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيهِمْ
عَلَى دِينِهِ كَالقَابِضِ عَلَى الجَمْرِ» [سنن الترمذي: صحيح]
“Akan datang kepada manusia satu masa dimana
orang yang bersabar di atas agamanya di antara mereka seperti orang yang
menggenggam bara api”. [Sunan Tirmidziy: Shahih]
11. Bagaimana agar terhindar dari
fitnah?
Al-‘Irbadh bin Sariyah
radhiyallahu
‘anhu berkata:
صَلَّى بِنَا رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ، ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْنَا فَوَعَظَنَا
مَوْعِظَةً بَلِيغَةً ذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُونُ وَوَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ،
فَقَالَ قَائِلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ كَأَنَّ هَذِهِ مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ، فَمَاذَا
تَعْهَدُ إِلَيْنَا؟ فَقَالَ «أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ،
وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا، فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِي فَسَيَرَى اخْتِلَافًا
كَثِيرًا، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ،
تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ
الْأُمُورِ، فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ» [سنن أبي داود: صحيح]
Suatu hari Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam shalat bersama kami, kemudian ia memalingkan wajahnya
kepada kami dan menasehati kami dengan nasehat yang sangat mengena, air mata
menetes dan hati bergetar mendengarnya. Kemudian seseorang bertanya: Ya
Rasulullah, sepertinya ini adalah nasehat perpisahan, maka apa yang engkau
wasiatkan kepada kami? Rasululah -shallallahu 'alaihi wa sallam- bersabda:
Aku wasiatkan kepada kalian untuk selalu bertakwa kepada Allah serta patuh
dan taat (kepada pemerintah) sekalipun ia seorang hamba dari kaum Habasyiy,
karena sesungguhnya siapa yang hidup dari kalian setelah aku meninggal maka ia
akan menyaksikan perselisihan yang besar, maka hendaklah kalian mengikuti
sunnahku dan sunnah khalifah-khalifah yang mendapat hidayah dan petunjuk,
berpegang teguhlah dengannya, gigitlah dengan gigi graham kalian (amalkan
dengan kuat), dan jauhilah
urusan yang baru, karena sesungguhnya semua yang baru dalam agama itu adalah
bid'ah, dan semua bid'ah itu adalah kesesatan". [Sunan Abi Daud: Sahih]
12. Berdo’a agar dijauhkan dari
fitnah.
Dari Mu'adz bin Jabal
radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
berdo'a ..
اللهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَتَرْكَ الْمُنْكَرَاتِ،
وَحُبَّ الْمَسَاكِينِ، وَأَنْ تَغْفِرَ لِي وَتَرْحَمَنِي، وَإِذَا أَرَدْتَ فِتْنَةً
فِي قَوْمٍ فَتَوَفَّنِي غَيْرَ مَفْتُونٍ، وَأَسْأَلُكَ حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ
وَحُبَّ عَمَلٍ يُقَرِّبُنِي إِلَى حُبِّكَ
"Ya Allah .. sesungguhnya
aku meminta kepada-Mu amalan-amalan yang baik, meninggalkan perihal munkar,
mencintai orang miskin, dan Engkau memaafkan aku dan merahmati aku. Dan jika
Engkau menginginkan cobaan (pada agama) suatu kaum maka matikanlah aku tanpa
terjerumus dalam cobaan itu, dan aku meminta kepada-Mu cinta dari-Mu, cinta
orang-orang yang mencintai-Mu, dan cinta terhadap amalan yang mendekatkan
kepada cinta-Mu". [Sunan Tirmidzi: Sahih]
13. Bertanya tentang keburukan agar
tidak terjerumus.
Hudzaifah bin Al-Yaman radhiyallahu ‘anhuma berkata:
كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الخَيْرِ، وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ
عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي، فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا كُنَّا
فِي جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّ، فَجَاءَنَا اللَّهُ بِهَذَا الخَيْرِ، فَهَلْ بَعْدَ هَذَا
الخَيْرِ مِنْ شَرٍّ؟ قَالَ: «نَعَمْ» قُلْتُ: وَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ
خَيْرٍ؟ قَالَ: «نَعَمْ، وَفِيهِ دَخَنٌ» قُلْتُ: وَمَا دَخَنُهُ؟ قَالَ: «قَوْمٌ يَهْدُونَ
بِغَيْرِ هَدْيِي، تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ» قُلْتُ: فَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الخَيْرِ
مِنْ شَرٍّ؟ قَالَ: «نَعَمْ، دُعَاةٌ إِلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ، مَنْ أَجَابَهُمْ
إِلَيْهَا قَذَفُوهُ فِيهَا» قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، صِفْهُمْ لَنَا؟ فَقَالَ:
«هُمْ مِنْ جِلْدَتِنَا، وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا» قُلْتُ: فَمَا تَأْمُرُنِي
إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ؟ قَالَ: تَلْزَمُ جَمَاعَةَ المُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ،
قُلْتُ: فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلاَ إِمَامٌ؟ قَالَ «فَاعْتَزِلْ تِلْكَ
الفِرَقَ كُلَّهَا، وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ بِأَصْلِ شَجَرَةٍ، حَتَّى يُدْرِكَكَ المَوْتُ
وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Orang-orang bertanya kepada
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang perkara-perkara kebaikan
sedangkan aku bertanya kepada beliau tentang keburukan karena aku takut akan
menimpaku. Aku bertanya; "Wahai Rasulullah, dahulu kami berada pada masa
jahiliyyah dan keburukan lalu Allah mendatangkan kebaikan ini kepada kami,
apakah setelah kebaikan ini akan datang keburukan?". Beliau menjawab: "Ya".
Aku bertanya lagi; "Apakah setelah keburukan itu akan datang lagi
kebaikan?". Beliau menjawab: "Ya, akan tetapi di dalamnya ada
"dakhan" (kotorannya)". Aku bertanya lagi; "Apa
kotorannya itu?". Beliau menjawab: "Yaitu suatu kaum yang memimpin
tanpa mengikuti petunjukku, kamu mengenalnya tapi sekaligus kamu ingkari
(amalannya ada yang baik dan ada yang buruk)". Aku kembali bertanya;
"Apakah setelah kebaikan (yang ada kotorannya itu) akan timbul lagi
keburukan?". Beliau menjawab: "Ya, yaitu para penyeru yang
mengajak ke pintu jahannam. Siapa yang memenuhi seruan mereka maka akan
dilemparkan ke dalamnya". Aku kembali bertanya; "Wahai
Rasulullah, berikan sifat-sifat (ciri-ciri) mereka kepada kami?". Beliau
menjelaskan: "Mereka itu berasal dari kalian dan berbicara dengan
bahasa kalian". Aku katakan; "Apa yang baginda perintahkan
kepadaku bila aku menemui (zaman) keburukan itu?". Beliau menjawab: "Kamu
tetap berpegang (bergabung) kepada jama'atul miuslimin dan pemimpin
mereka". Aku kembali berkata; "Jika saat itu tidak ada jama'atul
muslimin dan juga tidak ada pemimpin (Islam)?". Beliau menjawab: "Kamu
tinggalkan seluruh firqah (kelompok/golongan) sekalipun kamu harus memakan akar
pohon hingga maut menjemputmu dan kamu tetap berada di dalam keadaan itu
(berpegang kepada kebenaran) ". [Shahih Bukhari dan Muslim]
14. Hadits ini menunjukkan tiga
keistimewaan Umar bin Khathab:
a) Kedalaman ilmu dan pemahamannya.
b) Sebagai pintu yang menutup cobaan besar yang akan menimpa umat
Islam.
Kematiannya setelah ditikam oleh
Abu Lu’lu’ah Al-Majusiy saat beliau mengimami shalat, menandakan pintu cobaan tersebut
telah dirusak, maka berbagai cobaan bagi umat Islam pun mulai bermunculan sampai
hari kiamat.
c) Semangat dalam menuntut ilmu, mau bertanya sekalipun kepada
orang yang lebih rendah darinya.
Wallahu ta’aalaa a’lam!
Lihat juga: Penjelasan singkat kitab Ash-Shaum dari Sahih Bukhari; Bab (3) Puasa adalah kaffarah - Keistimewaan Umar bin Khathab - 10 Penghapus Dosa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...