بسم الله الرحمن الرحيم
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
بَابُ مَنْ أَقْسَمَ عَلَى أَخِيهِ لِيُفْطِرَ فِي التَّطَوُّعِ، وَلَمْ يَرَ عَلَيْهِ قَضَاءً إِذَا كَانَ أَوْفَقَ لَهُ
“Bab: Orang yang bersumpah kepada saudaranya agar membatalkan puasa sunnahnya, dan tidak berpendapat wajibnya mengqadha’ jika ia memenuhi sumpahnya”
Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan tentang hukum membatalkan puasa sunnah, apakah wajib membayar qadha’ atau tidak. Beliau menyebutkan satu hadits dari Abu Juhaifah tentang kisah Salman Al-Farisiy bersama saudara seimannya Abu Ad-Dardaa’ radhiyallahu ‘anhum.
1968 - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ، حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ عَوْنٍ، حَدَّثَنَا أَبُو العُمَيْسِ [عتبة]، عَنْ عَوْنِ بْنِ أَبِي جُحَيْفَةَ، عَنْ أَبِيهِ [وَهْبُ بنُ عَبْدِ اللهِ السُّوَائِيُّ]، قَالَ: آخَى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ سَلْمَانَ، وَأَبِي الدَّرْدَاءِ، فَزَارَ سَلْمَانُ أَبَا الدَّرْدَاءِ، فَرَأَى أُمَّ الدَّرْدَاءِ مُتَبَذِّلَةً، فَقَالَ لَهَا: مَا شَأْنُكِ؟ قَالَتْ: أَخُوكَ أَبُو الدَّرْدَاءِ لَيْسَ لَهُ حَاجَةٌ فِي الدُّنْيَا، فَجَاءَ أَبُو الدَّرْدَاءِ فَصَنَعَ لَهُ طَعَامًا، فَقَالَ: كُلْ؟ قَالَ: فَإِنِّي صَائِمٌ، قَالَ: مَا أَنَا بِآكِلٍ حَتَّى تَأْكُلَ، قَالَ: فَأَكَلَ، فَلَمَّا كَانَ اللَّيْلُ ذَهَبَ أَبُو الدَّرْدَاءِ يَقُومُ، قَالَ: نَمْ، فَنَامَ، ثُمَّ ذَهَبَ يَقُومُ فَقَالَ: نَمْ، فَلَمَّا كَانَ مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ قَالَ: سَلْمَانُ قُمِ الآنَ، فَصَلَّيَا فَقَالَ لَهُ سَلْمَانُ: إِنَّ لِرَبِّكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلِنَفْسِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلِأَهْلِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، فَأَعْطِ كُلَّ ذِي حَقٍّ حَقَّهُ، فَأَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «صَدَقَ سَلْمَانُ»
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar, telah menceritakan kepada kami Ja'far bin 'Aun, telah menceritakan kepada kami Abu Al-'Umais [‘Utbah], dari 'Aun bin Abu Juhaifah, dari bapaknya [Wahb bin Abdillah As-Suwaiy] berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mempersaudarakan Salman dan Abu Darda'. Suatu hari Salman mengunjungi Abu Darda', lalu ia melihat Ummu Darda' dengan baju yang kumuh, lalu ia berkata, kepadanya; "Ada apa denganmu?"
Dia menjawab: "Saudaramu Abu Darda', dia tidak memperhatikan kebutuhan dunia".
Kemudian Abu Darda' datang, lalu ia membuat makanan untuk Salman. Salman berkata kepada Abu Darda': "Makanlah!".
Abu Darda' menjawab: "Aku sedang berpuasa".
Salman berkata: "Aku tidak akan makan hingga engkau makan".
Dia berkata: "Lalu Abu Darda' ikut makan".
Pada malam hari Abu Darda' bangun, lalu Salman berkata: "Teruskanlah tidur".
Maka iapun tidur lalu bangun lagi, lalu Salman berkata: "Teruskanlah tidur".
Maka iapun tidur lagi. Pada akhir malam Salman berkata: "Sekarang bangunlah".
Kemudian mereka berdua shalat malam".
Lalu Salman berkata kepada Abu Darda': "Sesungguhnya Rabbmu mempunyai hak atasmu, dan jiwamu mempunyai hak atasmu, dan isterimu mempunyai hak atasmu, maka berilah setiap hak kepada orang yang berhak".
Kemudian Abu Darda' menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu ia menceritakan hal itu. Maka Beliau bersabda: "Salman benar".
1. Biografi Abu Juhaifah radhiyallahu ‘anhu.
Namanya: Wahb bin Abdillah As-Suwaiy Al-Kufiy, dikenal dengan gelar Wahb Al-Khaer.
Beliau salah seorang sahabat Nabi yang masih muda seperti Ibnu ‘Abbas, saat Rasulullah wafat ia belum balig. Wafat tahun 74 hijriyah.
2. Salman Al-Farisiy radhiyallahu ‘anhu.
Memeluk Islam di awal kedatangan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di Madinah. Orang Persia pertama yang masuk Islam, beliau melayani Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Awal peperangan yang ia ikuti adalah perang Khandaq, dan Rasulullah membuta parit (khandaq) pada waktu itu atas sarang dari Salman. Wafat tahun 34 hijriyah. Sebagian ulama menyebutkan bahwa ia hidup 350 tahun, dan ada yang berpendapat 250 tahun.
Diantara keistimewaannya:
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata:
قَالَ نَاسٌ مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَنْ هَؤُلَاءِ الَّذِينَ ذَكَرَ اللَّهُ إِنْ تَوَلَّيْنَا اسْتُبْدِلُوا بِنَا ثُمَّ لَا يَكُونُوا أَمْثَالَنَا؟ قَالَ: وَكَانَ سَلْمَانُ بِجَنْبِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: فَضَرَبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَخِذَ سَلْمَانَ قَالَ: «هَذَا وَأَصْحَابُهُ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ كَانَ الإِيمَانُ مَنُوطًا بِالثُّرَيَّا لَتَنَاوَلَهُ رِجَالٌ مِنْ فَارِسَ» [سنن الترمذي: صحيح]
Beberapa sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata: Wahai Rasulullah, siapa gerangan mereka yang disebut oleh Allah bila kami berpaling akan menggantikan kami kemudian mereka tidak seperti kami (surah Muhammad ayat 38)?
Abu Hurairah berkata: Salman berada di sebelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau menepuk betis Salman dan bersabda: "Ini dan para sahabatnya, demi Dzat yang jiwaku berada ditanganNya, demi Allah bila keimanan digantung di gugusan bintang pastilah akan didapatkan oleh orang-orang dari Persia." [Sunan Tirmidziy: Shahih]
3. Biografi Abu Ad-Dardaa’ radhiyallahu ‘anhuma.
Lihat di sini: Bab (34) Jika seseorang berpuasa beberapa hari di bulan Ramadhan kemudian bepergian jauh
4. Biografi Ummu Dardaa’ Al-Kubraa.
Namanya: Khaerah binti Abi Hadrad Al-Aslamiyah radhiyallahu ‘anhuma.
Ummu Darda’ ini wafat sebelum Abu Dardaa’, dan Abu Dardaa’ juga punya istri lain yang berkuniah Ummu Darda’ Ash-Shugraa seorang tabi’iyah yang bernama Hujaimah rahimahallah, ia hidup beberapa tahun setelah Abu Dardaa’ wafat.
5. Rasulullah mempersaudarakan Salman dan Abu Darda’.
Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu berkata:
«أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آخَا بَيْنَ أَبِي الدَّرْدَاءِ، وَسَلْمَانَ» [المعجم الكبير للطبراني]
“Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mempersaudarakan antara Abi Ad-Darda’ dan Salman”. [Al-Mu’jam Al-Kabir karya Ath-Thabaraniy]
6. Umat Islam semuanya bersaudara.
Persaudaraan ini ada dua jenis:
a. Secara umum
Allah subhanahuu wata'aalaa berfirman:
{إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ} [الحجرات: 10]
Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. [Al-Hujuraat:10]
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«لَا تَحَاسَدُوا، وَلَا تَنَاجَشُوا، وَلَا تَبَاغَضُوا، وَلَا تَدَابَرُوا، وَلَا يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ، وَكُونُوا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ، لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يَخْذُلُهُ، وَلَا يَحْقِرُهُ التَّقْوَى هَاهُنَا» وَيُشِيرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ «بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ، دَمُهُ، وَمَالُهُ، وَعِرْضُهُ» [صحيح مسلم]
"Janganlah kalian saling mendengki, saling memfitnah, saling membenci, dan saling memusuhi. Janganlah ada seseorang di antara kalian yang berjual beli sesuatu yang masih dalam penawaran muslim lainnya, dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang saling bersaudara. Muslim yang satu dengan muslim yang lainnya adalah bersaudara tidak boleh menyakiti, merendahkan, ataupun menghina. Takwa itu ada di sini (Rasulullah menunjuk dadanya)", Beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali. "Seseorang telah dianggap berbuat jahat apabila ia merendahkan saudaranya sesama muslim. Muslim yang satu dengan yang Iainnya haram darahnya. hartanya, dan kehormatannya." [Shahih Muslim]
b. Persaudaraan secara khusus
Dari Al-Miqdam bin Ma'diKarib radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«إِذَا أَحَبَّ أَحَدُكُمْ أَخَاهُ فِي اللَّهِ فَلْيُعْلِمْهُ فَإِنَّهُ أَبْقَى فِي الْأُلْفَةِ وَأَثْبَتُ فِي الْمَوَدَّةِ»
"Jika seorang dari kalian mencintai saudaranya karena Allah maka sampaikanlah kepadanya karena sesungguhnya hal itu mengekalkan kasih saying dan menguatkan rasa cinta". [Silsilah hadit sahih karya syekh Albaniy no.1199]
Ø Dari Abu Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«لَا تُصَاحِبْ إِلَّا مُؤْمِنًا، وَلَا يَأْكُلْ طَعَامَكَ إِلَّا تَقِيٌّ» [سنن أبي داود: حسنه الألباني]
"Janganlah engaku berteman kecuali dengan sorang yang beriman, dan janganlah ada yang memakan makananmu kecuali orang yang bertakwa". [Sunan Abi Daud: Hasan]
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ» [سنن أبى داود: حسنه الألباني]
"Seseorang itu dipengaruhi oleh perilaku orang yang dicintainnya, maka hendaklah kalian memperhatikan siapa yang ia cintai". [Sunan Abi Daud: Hasan]
Ø Allah subhanahuu wata'aalaa berfirman:
{يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا (28) لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي} [الفرقان: 27 - 29]
Kecelakaan besarlah bagiKu; kiranya Aku (dulu) tidak menjadikan sifulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia Telah menyesatkan Aku dari Al Quran ketika Al Quran itu Telah datang kepadaku. [Al-Furqaan: 27-29]
7. Keutamaan saling menziarahi karena Allah.
Diantaranya:
a) Mendapatkan cinta Allah.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
" أَنَّ رَجُلًا زَارَ أَخًا لَهُ فِي قَرْيَةٍ أُخْرَى، فَأَرْصَدَ اللهُ لَهُ، عَلَى مَدْرَجَتِهِ، مَلَكًا فَلَمَّا أَتَى عَلَيْهِ، قَالَ: أَيْنَ تُرِيدُ؟ قَالَ: أُرِيدُ أَخًا لِي فِي هَذِهِ الْقَرْيَةِ، قَالَ: هَلْ لَكَ عَلَيْهِ مِنْ نِعْمَةٍ تَرُبُّهَا؟ قَالَ: لَا، غَيْرَ أَنِّي أَحْبَبْتُهُ فِي اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، قَالَ: فَإِنِّي رَسُولُ اللهِ إِلَيْكَ، بِأَنَّ اللهَ قَدْ أَحَبَّكَ كَمَا أَحْبَبْتَهُ فِيهِ " [صحيح مسلم]
"Pada suatu ketika ada seorang lelaki yang mengunjungi saudaranya di desa lain. Kemudian Allah mengutus malaikat untuk menemui orang tersebut di tengah perjalanannya, maka ketika malaikat tersebut mendatanginya, malaikat bertanya: “Hendak pergi ke mana kamu?”
Orang itu menjawab: “Saya akan menjenguk saudara saya yang berada di desa ini”.
Malaikat itu terus bertanya kepadanya: “Apakah kamu mempunyai satu perkara yang menguntungkan dengannya?”
Laki-laki itu menjawab: “Tidak, saya hanya mencintainya karena Allah azza wa jalla.”
Akhirnya malaikat itu berkata: “Sesungguhnya aku ini adalah malaikat utusan Allah yang diutus untuk memberitahukan kepadamu bahwasanya Allah akan senantiasa mencintaimu sebagaimana kamu mencintai saudaramu karena Allah”. [Sahih Muslim]
b) Menambah rasa cinta.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«زُرْ غِبًّا تَزْدَدْ حُبًّا»
“Berziaralah sesekali, maka akan menambah rasa cinta”. [Musnad Ath-Thayalisiy: Shahih ligairih]
c) Berjalan menuju surga.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«مَنْ عَادَ مَرِيضًا أَوْ زَارَ أَخًا لَهُ فِي اللَّهِ نَادَاهُ مُنَادٍ أَنْ طِبْتَ وَطَابَ مَمْشَاكَ وَتَبَوَّأْتَ مِنَ الجَنَّةِ مَنْزِلًا» [سنن الترمذي: حسن]
"Barangsiapa yang menjenguk orang sakit atau mengunjungi saudaranya semata-mata karena Allah, maka seorang penyeru akan menyeru: Engkau telah berbuat baik dan berjalanmu pun baik serta engkau telah memesan sebuah tempat di surga." [Sunan Tirmidziy: Hasan]
Ø Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِرِجَالِكُمْ فِي الْجَنَّةِ؟» قُلْنَا: بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ: «النَّبِيُّ فِي الْجَنَّةِ، وَالصِّدِّيقُ فِي الْجَنَّةِ، وَالشَّهِيدُ فِي الْجَنَّةِ، وَالْمَوْلُودُ فِي الْجَنَّةِ، وَالرَّجُلُ يَزُورُ أَخَاهُ فِي نَاحِيَةِ الْمِصْرِ، لَا يَزُورُهُ إِلَّا لِلَّهِ فِي الْجَنَّةِ، أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِنِسَائِكُمْ فِي الْجَنَّةِ؟» قُلْنَا: بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ: «كُلُّ وَدُودٍ وَلُودٍ إِذَا غَضِبَتْ أَوْ أُسِيءَ إِلَيْهَا قَالَتْ: هَذِهِ يَدِي فِي يَدِكَ، لَا أَكْتَحِلُ بِغَمْضٍ حَتَّى تَرْضَى» [المعجم الأوسط: حسنه الألباني]
Maukah kalian kuberi tahu tentang lelaki dari kalian penghuni surga?
Kami menjawab: Tentu, wahai Rasulullah!
Beliau bersabda: Nabi di surga, Shiddiq di surga, Syahid di surga, yang wafat ketika lahir di surga, dan seorang yang menziarahi sahabatnya di tepi kota ia tidak menziarahinya kecuali karena Allah juga di surga. Maukah kalian kuberi tahu tentang wanita kalian penghuni surga?
Kami menjawab: Tentu, wahai Rasulullah!
Beliau menjawab: “Semua wanita yang penyayang, banyak anak, jika ia marah atau disakiti ia berkata (kepada suaminya): Ini tanganku di tanganmu, aku tidak akan memakai celak sampai engkau ridha!” [Al-Mu’jam Al-Ausath karya Ath-Thabaraniy: Hasan]
Lihat: Saling mencintai karena Allah
Lihat: Saling mencintai karena Allah
8. Bersumpah untuk menguatkan ucapan.
Dalam riwayat lain: Salman berkata kepda Abu Darda’:
أَقْسَمْتُ عَلَيْكَ لَتُفْطِرَنَّ فَأَبَى يَأْكُلُ حَتَّى يَأْكُلَ مَعَهُ فَأَكَلَ مَعَهُ [المعجم الكبير للطبراني]
“Aku bersumpah terhadapmu agar engkau berbuka puasa, lalu Salman tidak mau makan sampai Abu Ad-Darda’ makan bersamanya. Maka Abu Ad-Darda’ makan bersama Salman”. [Al-Mu’jam Al-Kabir karya Ath-Thabaraniy]
9. Hukum membatalkan puasa sunnah.
Dari Ummu Hani' radhiyallahu 'anha; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«الصَّائِمُ المُتَطَوِّعُ أَمِينُ نَفْسِهِ، إِنْ شَاءَ صَامَ، وَإِنْ شَاءَ أَفْطَرَ» [سنن الترمذي: صححه الألباني]
"Orang yang berpuasa sunnah adalah amanah bagi dirinya sendiri, jika mau ia berpuasa dan jika mau ia tidak berpuasa". [Sunan Tirmidziy: Sahih]
10. Apakah orang yang membatalkan puasa sunnahnya harus mengqadha’?
Ulama berselisih pendapat dalam masalah ini:
Pendapat pertama: Wajib meng-qadhaa' puasa yang dibatalkan.
Pendapat kedua: Jika dibatalkan tanpa udzur maka wajib qadah’, dan jika ada udzur maka tidak wajib qadha’.
Dengan dalil:
Hadits Salman Al-Farisiy bersama Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhuma, menunjukkan bahwa Abu Darda’ membatalkan puasa sunnahnya karena desakan dari Salman, dan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak memerintahkan Abu Ad-Dardaa’ untuk menqadha’nya.
Pendapat ketiga: Tidak wajib di-qadhaa'.
Dalilnya:
- Dari Ummu Hani' radhiyallahu 'anha; Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam minum suatu minuman kemudian menyodorkan kepadanya untuk meminumnya, maka Ummu Hani' berkata: Sesungguhnya saya sedang puasa, akan tetapi saya tidak suka menolak sisa minummu.
Maka Rasulullah menjawab:
" إِنْ كَانَ قَضَاءً مِنْ رَمَضَانَ، فَاقْضِي يَوْمًا مَكَانَهُ، وَإِنْ كَانَ تَطَوُّعًا، فَإِنْ شِئْتِ فَاقْضِي، وَإِنْ شِئْتِ فَلَا تَقْضِي " [مسند أحمد: حسنه الشيخ الألباني]
"Jika puasamu itu adalah sebagai pengganti dari puasa Ramadhan maka gantilah di hari yang lain, dan jika itu puasa sunnah maka jika kau mau maka gantilah dan jika tidak mau maka tidak perlu diganti". [Musnad Ahmad: Hasan]
- Hadits Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
صَنَعْتُ لِرَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَعَامًا فَأَتَانِي هُوَ وَأَصْحَابُهُ فَلَمَّا وُضِعَ الطَّعَامُ , قَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ: إِنِّي صَائِمٌ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " دَعَاكُمْ أَخُوكُمْ وَتَكَلَّفَ لَكُمْ " ثُمَّ قَالَ لَهُ: " أَفْطِرْ وَصُمْ مَكَانَهُ يَوْمًا إِنْ شِئْتَ " [السنن الكبرى للبيهقي: حسن]
Aku membuatkan makanan untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian beliau datang bersama sahabatnya. Ketika dihidangkan makanan, seseorang berkata: Aku sedang puasa.
Maka Rasulullah bersabda: “Saudaramu mengundangmu, dan telah bersusah paya menyiapkan hidangan untuk kalian”.
Kemudian berliau berkata kepada orang itu: “Berbukalah, dan berpuasalah di hari lain sebagai gantinya jika engkau mau”. [As-Sunan Al-Kubra karya Al-Baihaqiy: Hasan]
Perintah ini hukumnya bukan wajib karena pada beberapa bab kemudian akan disebutkan bab tentang seseorang yang bertamu dan tidak memakan jamuan karena sedang berpuasa, dengan menyebutkan hadits Anas dimana Ummu Sulaim menghidangkan makanan untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tapi beliau tidak memakannya karena sedang puasa.
Lihat pembahasan lengkapnya di sini: Qadhaa' puasa sunnah
7. Keutamaan memberi makan.
Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" بَيْنَا رَجُلٌ بِطَرِيقٍ، اشْتَدَّ عَلَيْهِ العَطَشُ، فَوَجَدَ بِئْرًا، فَنَزَلَ فِيهَا، فَشَرِبَ ثُمَّ خَرَجَ، فَإِذَا كَلْبٌ يَلْهَثُ، يَأْكُلُ الثَّرَى مِنَ العَطَشِ، فَقَالَ الرَّجُلُ: لَقَدْ بَلَغَ هَذَا الكَلْبَ مِنَ العَطَشِ مِثْلُ الَّذِي كَانَ بَلَغَ مِنِّي، فَنَزَلَ البِئْرَ فَمَلاَ خُفَّهُ مَاءً، فَسَقَى الكَلْبَ، فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ "، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَإِنَّ لَنَا فِي البَهَائِمِ لَأَجْرًا؟ فَقَالَ: «فِي كُلِّ ذَاتِ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرٌ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Ada seorang laki-laki yang sedang berjalan lalu dia merasakan kehausan yang sangat sehingga dia turun ke suatu sumur lalu minum dari air sumur tersebut. Ketika dia keluar didapatkannya seekor anjing yang sedang menjulurkan lidahnya menjilat-jilat tanah karena kehausan. Orang itu berkata: "Anjing ini sedang kehausan seperti yang aku alami tadi". Maka dia (turun kembali ke dalam sumur) dan diisinya sepatunya dengan air dan sambil menggigit sepatunya dengan mulutnya dia naik keatas lalu memberi anjing itu minum. Kemudian dia bersyukur kepada Allah maka Allah mengampuninya". Para sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah kita akan dapat pahala dengan berbuat baik kepada hewan?" Beliau shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Terhadap setiap makhluk bernyawa diberi pahala". [Shahih Bukhari dan Muslim]
Lihat: Keutamaan memberi makan
8. Boleh bermalam di rumah sahabat.
Dari Jabir bin 'Abdullah radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepadanya;
«فِرَاشٌ لِلرَّجُلِ، وَفِرَاشٌ لِامْرَأَتِهِ، وَالثَّالِثُ لِلضَّيْفِ، وَالرَّابِعُ لِلشَّيْطَانِ» [صحيح مسلم]
"Satu kasur untuk seorang suami, satu kasur untuk istrinya, kasur ketiga untuk tamu, dan kasur keempat untuk setan." [Shahih Muslim]
9. Keutamaan shalat di akhir malam.
Diantaranya:
1- Shalat terbaik
Amru bin 'Abasah radhiyallahu 'anhu bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: Waktu apa yang paling baik untuk shalat?
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:
جَوْفُ اللَّيْلِ الْآخِرُ [مسند أحمد: صحيح]
“Sepertiga malam terakhir”. [Musnad Ahmad: Sahih]
2- Disaksikan oleh Allah dan para malaikat
Dari Jabir radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ خَافَ أَنْ لَا يَقُومَ مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ فَلْيُوتِرْ أَوَّلَهُ، وَمَنْ طَمِعَ أَنْ يَقُومَ آخِرَهُ فَلْيُوتِرْ آخِرَ اللَّيْلِ، فَإِنَّ صَلَاةَ آخِرِ اللَّيْلِ مَشْهُودَةٌ، وَذَلِكَ أَفْضَلُ». [صحيح مسلم]
“Barangsiapa yang takut tidak bangun di akhir malam maka hendaklah ia salat witir di awal malam, dan barangsiapa yang merasa bisa bangun di akhir malam maka hendaklah ia salat witir di akhir malam karena sesungguhnya salat di akhir malam itu disaksikan (oleh Allah dan Malaikat) dan itu lebih baik”. [Shahih Muslim]
3- Shalat yang paling dicintai oleh Allah
Dari Abdullah bin 'Amr radhiallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
أَحَبُّ الصَّلاَةِ إِلَى اللَّهِ صَلاَةُ دَاوُدَ، كَانَ يَنَامُ نِصْفَ اللَّيْلِ وَيَقُومُ ثُلُثَهُ، وَيَنَامُ سُدُسَهُ [صحيح البخاري ومسلم]
“Shalat yang paling dicintai oleh Allah adalah salatnya nabi Daud, ia tidur seperdua malam pertama, kemudian salat sepertiganya, kemudian tidur lagi seperenamnya”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Lihat: Keutamaan shalat malam
Lihat: Keutamaan shalat malam
10. Hak Allah atas hambaNya.
Mu'adz bin Jabal radhiallahu 'anhu berkata:
كُنْتُ رِدْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى حِمَارٍ يُقَالُ لَهُ عُفَيْرٌ فَقَال:َ يَا مُعَاذُ هَلْ تَدْرِي حَقَّ اللَّهِ عَلَى عِبَادِه،ِ وَمَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّه؟ِ قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ! قَالَ: فَإِنَّ حَقَّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلَا يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، وَحَقَّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ أَنْ لَا يُعَذِّبَ مَنْ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا. فَقُلْت:ُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا أُبَشِّرُ بِهِ النَّاس؟َ قَال:َ لَا تُبَشِّرْهُمْ فَيَتَّكِلُوا
"Aku pernah membonceng di belakang Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di atas seekor keledai yang diberi nama 'Ufair lalu Beliau bertanya: "Wahai Mu'adz, tahukah kamu apa hak Allah atas para hamba-Nya dan apa hak para hamba atas Allah?"
Aku jawab: "Allah dan Rosul-Nya yang lebih tahu".
Beliau bersabda: "Sesungguhnya hak Allah atas para hamba-Nya adalah hendankah beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun dan hak para hamba-Nya atas Allah adalah seorang hamba tidak akan disiksa selama dia tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun".
Lalu aku berkata: "Wahai Rasulullah, apakah boleh aku menyampaikan kabar gembira ini kepada manusia?"
Beliau menjawab: "Jangan kamu beritahukan mereka sebab nanti mereka akan berpasrah saja". [Shahih Bukhari dan Muslim]
11. Hak tubuh dalam berpuasa.
Insyaallah pada empat bab berikutnya (Bab ke-54) akan dibahas secara khusus tentang hak tubuh dalam hal puasa.
12. Hak keluarga.
Insyaallah pada enam bab berikutnya (Bab ke-56) akan dibahas secara khusus tentang hak keluarga dalam hal puasa.
13. Hak tamu.
Dalam riwayat lain, Salman berkata kepada Abu Darda’:
«إِنَّ لِنَفْسِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلِرَبِّكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلِضَيْفِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَإِنَّ لِأَهْلِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، فَأَعْطِ كُلَّ ذِي حَقٍّ حَقَّهُ» [سنن الترمذي: صحيح]
“Sesungguhnya dirimu mempunyai hak atasmu, Rabbmu juga mempunyai hak atasmu, tamumu juga mempunyai hak atasmu dan keluargamu juga mempunyai hak atasmu, maka berikanlah setiap pemilik hak apa yang menjadi haknya”. [Sunan At-Tirmidziy: Shahih]
Nb: Insyaallah pada tiga bab berikutnya (Bab ke-53) akan dibahas secara khusus tentang hak tamu dalam hal puasa.
14. Saling menasehati dalam kebaikan.
Dari Anas radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُومًا» فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَنْصُرُهُ إِذَا كَانَ مَظْلُومًا، أَفَرَأَيْتَ إِذَا كَانَ ظَالِمًا كَيْفَ أَنْصُرُهُ؟ قَالَ: «تَحْجُزُهُ، أَوْ تَمْنَعُهُ، مِنَ الظُّلْمِ فَإِنَّ ذَلِكَ نَصْرُهُ» [صحيح البخاري]
“Tolonglah saudaramu baik ia zalim atau dizalimi."
Ada seorang laki-laki bertanya; 'Ya Rasulullah, saya maklum jika ia dizalimi, namun bagaimana saya menolong padahal ia zalim? '
Nabi menjawab; "Engkau mencegahnya atau menahannya dari kezaliman, itulah cara menolongnya." [Shahih Bukhari]
Lihat: Keutamaan Amar ma’ruf Nahi mungkar
Lihat: Keutamaan Amar ma’ruf Nahi mungkar
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Penjelasan singkat kitab Ash-Shaum dari Sahih Bukhari; Bab (47), (48), dan (49) Tentang puasa Wishal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...