Kamis, 20 Agustus 2020

Keistimewaan bulan Muharram

بسم الله الرحمن الرحيم
Allah memberikan kemuliaan kepada makhlukNya sesuai kehendakNya:
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{قُلْ إِنَّ الْفَضْلَ بِيَدِ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ} [آل عمران: 73]
Katakanlah: "Sesungguhnya karunia (kemuliaan) itu di tangan Allah, Allah memberikan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Luas karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui". [Ali ‘Imran: 73]
{وَأَنَّ الْفَضْلَ بِيَدِ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ} [الحديد: 29]
Dan bahwasanya karunia (kemuliaan) itu adalah di tangan Allah. Dia berikan karunia itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. [Al-Hadid: 29]

{وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَخْتَارُ} [القصص: 68]
Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya (yang akan diberi keistimewaan khusus). [Al-Qashash: 68]
Diantara keistimewaan yang Allah berikan pada bulan Muharram:
1.      Bulan pertama tahun hijriyah.
Ada beberapa komentar ulama tetang sebab penetapan Muharam sebagai bulan awal tahun hirjiyah:
a)      Karena pada bulan ini Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mulai mempersiapakan rencana perjalanan hijrahnya.
Al-Hafidz Ibnu Hajar -rahimahullah- berkata:
إِنَّمَا أَخَّرُوهُ مِنْ رَبِيعٍ الْأَوَّلِ إِلَى الْمُحَرَّمِ لِأَنَّ ابْتِدَاءَ الْعَزْمِ عَلَى الْهِجْرَةِ كَانَ فِي الْمُحَرَّمِ إِذِ الْبَيْعَةُ وَقَعَتْ فِي أَثْنَاءِ ذِي الْحِجَّةِ وَهِيَ مُقَدِّمَةُ الْهِجْرَةِ فَكَانَ أَوَّلُ هِلَالٍ اسْتَهَلَّ بَعْدَ الْبَيْعَةِ وَالْعَزْمِ عَلَى الْهِجْرَةِ هِلَالُ الْمُحَرَّمِ فَنَاسَبَ أَنْ يُجْعَلَ مُبْتَدَأً وَهَذَا أَقْوَى مَا وَقَفْتُ عَلَيْهِ مِنْ مُنَاسَبَةِ الِابْتِدَاءِ بِالْمُحَرَّمِ [فتح الباري لابن حجر (7/ 268)]
“Mereka mengakhirkan penetapan awal tahun hijriyah dari bulan Rabiul Awal ke Muharram karena awal munculnya rencana hijrah terjadi pada bulan Muharram, sebab bai’at (kaum Anshar) terjadi di pertengahan bulan Dzul Hijjah yang merupakan cikal bakal perjalanan hijrah. Dan awal bulan yang muncul setelah bai’at dan rencana hijrah adalah bulan Muharram sehingga pantas untuk dijadikan bulan pertama tahun hijriyah. Dan ini adalah sebab yang paling kuat yang aku dapatkan dari sebab-sebab diawalinya tahun hirjiyah dengan bulan Muharram”. [Fathul Bary]
b)      Karena bulan Muharram adalah bulan dimana jama’ah haji kembali ke negri mereka masing-masing.
‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu 'anhu berkata:
" أرخّوا المحرم أول السنة، وهو شهر حرام، وهو أول الشهور في العدة، وهو منصرف الناس عن الحج، فصيروا أول السنة المحرم " [تاريخ دمشق لابن عساكر (1/ 45)]
“Tetapkanlah bulan Muharram sebagai awal tahun, ia salah satu bulan haram, awal hitungan bulan, waktu dimana manusia kembali dari ibadah haji, maka jadikanlah awal tahun pada bulan Muharram”. [Tarikh Dimasyq karya Ibnu ‘Asakir]
c)       Orang Arab menjadikan bulan Haji sebagai bulan muhasabah (intropeksi) atas apa yang telah mereka kerjakan selama setahun, sehingga mereka memasuki bulan Muharram dengan program kerja dan rencana baru.
d)      Mengahkhir tahun dengan bulan haram (Dzul Hijjah) dan mengawalinya dengan bulan haram.
e)      Mengakhiri tahun dengan ampunan dan mengawalinya dengan ampunan, karena di bulan Dzul Hijjah ada puasa ‘Arafah yang menghapuskan dosa-dosa setahun yang lalu dan yang akan datang, sedangkan di bulan Muharram ada puasa ‘Asyura’ yang menghapuskan dosa setahun yang lalu.
2.      Salah satu bulan Haram yang harus dimuliakan.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ} [التوبة: 36]
"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu mendzalimi diri kamu dalam bulan yang empat itu". [At-Taubah:36]
Ø  Dari Abu Bakrah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkhutbah pada haji wada':
" إِنَّ الزَّمَانَ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ، ثَلاَثٌ مُتَوَالِيَاتٌ: ذُو القَعْدَةِ، وَذُو الحِجَّةِ، وَالمُحَرَّمُ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ "
"Sesungguhnya waktu berputar seperti keadaannya sewaktu Allah menciptkan langit dan bumi. Setahun itu dua belas bulan, diantaranya empat bulan haram. Tiga bulan berurutan; Dzul qa'idah, Dzul hijjah, Muharram, dan Rajab (bulan yang diagungkan oleh kabilah) Mudhar, berada di antara bulan Jumadil akhir dan Sya'ban". [Sahih Bukhari dan Muslim]
3.      Satu-satunya bulan yang disandarkan pada Nama Allah (bulan Allah).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللهِ الْمُحَرَّمُ» [صحيح مسلم]
"Puasa yang paling mulia setelah puasa Ramadhan adalah puasa di bulan Allah bulan Muharram". [Sahih Muslim]
4.      Dianjurkan memperbanyak puasa.
Diriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«صُمْ مِنَ الحُرُمِ وَاتْرُكْ، صُمْ مِنَ الحُرُمِ وَاتْرُكْ، صُمْ مِنَ الحُرُمِ وَاتْرُكْ» [سنن أبي داود: ضعفه الألباني]
“Puasalah di bulan haram dan tinggalkan, puasalah di bulan haram dan tinggalkan, puasalah di bulan haram dan tinggalkan”. [Sunan Abu Daud: Dilemahkan oleh syekh Albaniy]
Maksudnya: Puasa sebagian dan tinggalakan sebagian.
Sekalipun hadits ini lemah, tapi beberapa ulama membolehkan untuk diamalkan karena lemahnya tidak terlalu parah, dan puasa adalah salah satu amal saleh yang dianjurkan untuk diperbanyak pada bulan haram.

5.      Keutamaan puasa ‘Asyura’.
Puasa Asyura' adalah puasa sunnah yang dilaksanakan padah hari kesepuluh bulan Muharram, diantara keutamaannya:
a)      Puasa petama yang diwajibkan sebelum puasa Ramadhan.
Ar-Rubayyi' binti Mu'awwidz radiyallahu 'anha berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengutus sahabatnya pada pagi hari Asyura' ke kampung-kampung Al-Anshar menyampaikan sabdanya:
«مَنْ أَصْبَحَ مُفْطِرًا، فَلْيُتِمَّ بَقِيَّةَ يَوْمِهِ، وَمَنْ أَصْبَحَ صَائِمًا، فَليَصُمْ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Barangsiapa yang bangun di pagi hari tidak dalam keadaan puasa maka hendaklah ia menyempurnakan sisa harinya dengan puasa, dan barangsiapa yang sudah berpuasa maka hendaklah ia melanjutkan puasanya".
Ar-Rubayyi' berkata: Maka kami berpuasa setelah itu dan kami mendidik anak-anak kami berpuasa, dan menyediakan untuk mereka suatu mainan, maka jika seorang dari mereka menangis minta makan maka kami beri ia mainan tersebut sampai datang waktu berbuka puasa. [Sahih Bukhari dan Muslim]
b)      Nabi menantikan puasa Asyura dan memerintahkannya.
Ibnu Abbas radiyallahu 'anhuma berkata:
«مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَوْمٍ فَضَّلَهُ عَلَى غَيْرِهِ إِلَّا هَذَا اليَوْمَ، يَوْمَ عَاشُورَاءَ، وَهَذَا الشَّهْرَ يَعْنِي شَهْرَ رَمَضَانَ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Aku tidak pernah melihat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mencari keutamaan suatu hari untuk berpuasa kecuali hari Asyura' dan bulan Ramadhan”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø  Jabir bin Samurah radiyallahu 'anhu berkata:
«كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُنَا بِصِيَامِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ، وَيَحُثُّنَا عَلَيْهِ، وَيَتَعَاهَدُنَا عِنْدَهُ، فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانُ، لَمْ يَأْمُرْنَا، وَلَمْ يَنْهَنَا وَلَمْ يَتَعَاهَدْنَا عِنْدَهُ» [صحيح مسلم]
“Dulunya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan kami untuk berpuasa di hari Asyura', menganjurkannya pada kami, dan menanyakannya ketika kami berada di sisinya, kemudian ketika puasa Ramadan diwajibkan, ia tidak memerintahkan kami berpuasa di hari Asyura', dan tidak melarang kami melaksanakannya, dan tidak menanyakannya ketika kami berada di sisinya”. [Sahih Muslim]
c)       Menghapuskan dosa-dosa setahun sebelumnya.
Dari Abu Qatadah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ، أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ» [صحيح مسلم]
"Puasa di hari Asyura', aku berharap kepada Allah akan menghapuskan dosa setahun sebelumnya". [Sahih Muslim]
6.      Puasa tasu’at (hari kesembilan Muharram)
Ibnu Abbas radiyallahu 'anhuma berkata: Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa Asyura' beliau memerintahkan sahabatnya untuk berpuasa, lalu mereka bertanya: Ya Rasulullah, hari Asyura' adalah hari yang dimuliakan oleh Yahudi dan Nashrani?
Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:
«فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ» [صحيح مسلم]
"Jika datang tahun depan insyaallah maka kita akan berpuasa juga di hari kesembilan".
Ibnu 'Abbas berkata: Tapi belum datang hari 'asyura' tahun depannya sampai Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam wafat. [Sahih Muslim]
7.      Ka’bah dipakaikan kiswah pada hari ‘Asyura’.
'Aisyah radhiallahu'anha berkata:
كَانُوا يَصُومُونَ عَاشُورَاءَ قَبْلَ أَنْ يُفْرَضَ رَمَضَانُ، وَكَانَ يَوْمًا تُسْتَرُ فِيهِ الكَعْبَةُ، فَلَمَّا فَرَضَ اللَّهُ رَمَضَانَ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ شَاءَ أَنْ يَصُومَهُ فَلْيَصُمْهُ، وَمَنْ شَاءَ أَنْ يَتْرُكَهُ فَلْيَتْرُكْهُ» [صحيح البخاري]
"Orang-orang melaksanakan puasa hari kesepuluh bulan Muharram ('Asyura') sebelum diwajibkan puasa Ramadhan. Hari itu adalah ketika Ka'bah ditutup dengan kain (kiswah). Ketika Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mewajibkan puasa Ramadan, Rasulullah bersabda, "Barangsipa yang mau puasa hari 'Asyura' laksanakanlah dan siapa yang tidak mau tinggalkanlah". [Shahih Bukhari]
8.      Nabi Musa beserta kaumnya diselamatkan dan Fir’aun beserta pasukannya ditenggelamkan.
Ibnu Abbas radiyallahu 'anhuma berkata: Sesungguhnya ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tiba di Madinah mendapati mereka berpuasa pada suatu hari yaitu hari Asyura', mereka berkata: Ini adalah hari yang agung, hari dimana Allah menyelamatkan Nabi Musa, dan menenggelamkan Fir'aun dan pengikutnya, maka Nabi Musa berpuasa pada hari itu sebagai rasa syukur kepada Allah.
Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«أَنَا أَوْلَى بِمُوسَى مِنْهُمْ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Aku lebih berhak terhadap Musa dari pada mereka!"
Maka Rasulullah pun berpuasa pada hari itu dan memerintahkan untuk berpuasa. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Wallahu a’lam!
Referensi:
رسالة في أحاديث شهر الله المحرم تأليف: عبد الله بن صالح الفوزان

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...