بسم الله الرحمن الرحيم
Dalam bab ini syekh Muhammad bin Abdil
Wahhab –rahimahullah- menyebutkan 1 ayat dan 4 hadits:
Ø Firman Allah ‘azza wajalla:
{يَا
أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ وَلَا تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ
إِلَّا الْحَقَّ إِنَّمَا الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَسُولُ اللَّهِ
وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ
وَرُسُلِهِ وَلَا تَقُولُوا ثَلَاثَةٌ انْتَهُوا خَيْرًا لَكُمْ إِنَّمَا اللَّهُ
إِلَهٌ وَاحِدٌ سُبْحَانَهُ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَلَدٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ
وَمَا فِي الْأَرْضِ وَكَفَى بِاللَّهِ وَكِيلًا} [النساء: 171]
Wahai ahli kitab, janganlah kamu
melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah
kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan
Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada
Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan
rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga",
berhentilah (dari ucapan itu). (itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah
Tuhan yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit
dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. cukuplah Allah menjadi Pemelihara. [An-Nisaa':
171]
a) Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma menjelaskan
tentang firman Allah ta’aalaa:
{وَقَالُوا لَا تَذَرُنَّ
آلِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ
وَنَسْرًا} [نوح: 23]
“Dan mereka (kaum Nabi Nuh) berkata:
"Janganlah sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu,
dan janganlah sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, Suwa’, Yaghuts,
Ya’uq maupun Nasr.” [Nuh: 23]
Ibnu
‘Abbas berkata:
«صَارَتِ الأَوْثَانُ
الَّتِي كَانَتْ فِي قَوْمِ نُوحٍ فِي العَرَبِ بَعْدُ، أَمَّا وَدٌّ كَانَتْ لِكَلْبٍ
بِدَوْمَةِ الجَنْدَلِ، وَأَمَّا سُوَاعٌ كَانَتْ لِهُذَيْلٍ، وَأَمَّا يَغُوثُ
فَكَانَتْ لِمُرَادٍ، ثُمَّ لِبَنِي غُطَيْفٍ بِالْجَوْفِ عِنْدَ سَبَإٍ، وَأَمَّا
يَعُوقُ فَكَانَتْ لِهَمْدَانَ، وَأَمَّا نَسْرٌ فَكَانَتْ لِحِمْيَرَ لِآلِ ذِي
الكَلاَعِ، أَسْمَاءُ رِجَالٍ صَالِحِينَ مِنْ قَوْمِ نُوحٍ، فَلَمَّا هَلَكُوا
أَوْحَى الشَّيْطَانُ إِلَى قَوْمِهِمْ، أَنِ انْصِبُوا إِلَى مَجَالِسِهِمُ
الَّتِي كَانُوا يَجْلِسُونَ أَنْصَابًا وَسَمُّوهَا بِأَسْمَائِهِمْ، فَفَعَلُوا،
فَلَمْ تُعْبَدْ، حَتَّى إِذَا هَلَكَ أُولَئِكَ وَتَنَسَّخَ العِلْمُ عُبِدَتْ» [صحيح البخاري]
“Berhala-berhala yang dahulu di agungkan
oleh kaum Nabi Nuh, di kemudian hari tersebar di bangsa Arab. Wadd menjadi
berhala untuk kamu Kalb di Daumah Al Jandal. Suwa' untuk Bani Hudzail. Yaquts
untuk Murad dan Bani Ghuthaif di Jauf tepatnya di Saba`. Adapun Ya'uq adalah
untuk Bani Hamdan. Sedangkan Nashr untuk Himyar keluarga Dzul Kala'. Itulah
nama-nama orang Shalih (berhala) dari kaum Nabi Nuh. Ketika mereka wafat, setan
membisikkan kepada kaum mereka untuk mendirikan berhala pada majelis mereka dan
menamakannya dengan nama-nama mereka. Maka mereka pun melakukan hal itu, dan
saat itu berhala-berhala itu belum disembah hingga mereka wafat, sesudah itu,
setelah ilmu tiada, maka berhala-berhala itu pun disembah." [Shahih
Bukhari]
Ibnul Qayyim -rahimahullah-
berkata: “Banyak para ulama salaf mengatakan: “Setelah mereka itu meninggal,
banyak orang-orang yang berbondong-bondong mendatangi kuburan mereka, lalu
mereka membuat patung-patung mereka, kemudian setelah waktu berjalan beberapa
lama akhirnya patung-patung tersebut dijadikan sesembahan”.
b) Dari Umar radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
«لاَ تُطْرُونِي، كَمَا
أَطْرَتْ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ، فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ، فَقُولُوا:
عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ» [صحيح البخاري]
“Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam
memujiku, sebagaimana orang-orang Nasrani berlebih-lebihan dalam memuji Isa bin
Maryam. Aku hanyalah seorang hamba, maka katakanlah: Abdullah (hamba Allah) dan
Rasulullah (Utusan Allah).” [Shahih Bukhari]
c) Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkanku di pagi hari
melempar Al-'Aqabah (jamrah) saat beliau berada di atas kendaraannya:
«هَاتِ،
الْقُطْ لِي»
"Ambilkan aku batu lemparan!"
Maka aku mengambilkannya batu kecil yang
dipakai untuk melempar, dan ketika aku meletakkannya di tangannya, beliau
bersabda:
«بِأَمْثَالِ
هَؤُلَاءِ، وَإِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِي الدِّينِ، فَإِنَّمَا أَهْلَكَ مَنْ
كَانَ قَبْلَكُمُ الْغُلُوُّ فِي الدِّينِ» [سنن النسائي: صحيح]
"Dengan batu seperti inilah kalian melempar, dan
jauhilah sikap berlebih-lebihan dalam menjalankan agama karena sesungguhnya
yang membinasakan umat-umat sebelum kalian adalah sikap berlebih-lebihan dalam
menjalankan agama". [Sunan An-Nasa'i: Sahih]
d) Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
" هَلَكَ
الْمُتَنَطِّعُوْنَ " [صحيح
مسلم]
“Binasalah orang-orang yang bersikap
berlebih-lebihan.” (diulanginya ucapan itu tiga kali). [Shahih Muslim]
Dari ayat dan hadits di atas, syekh –rahimahullah-
menyebutkan 20 poin
penting:
- Orang yang memahami bab ini dan
kedua bab setelahnya, akan jelas baginya keterasingan Islam; dan ia akan
melihat betapa kuasanya Allah itu untuk merubah hati manusia.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu
'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّ
الْإِسْلَامَ بَدَأَ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ غَرِيبًا كَمَا بَدَأَ، وَهُوَ يَأْرِزُ
بَيْنَ الْمَسْجِدَيْنِ، كَمَا تَأْرِزُ الْحَيَّةُ فِي جُحْرِهَا» [صحيح مسلم]
"Sesungguhnya Islam bermula dianggap aneh (pengikutnya
sedikit) dan akan kembali dianagap aneh seperti semula, dan ia akan kembali di
antara dua mesjid (Al-Haram dan An-Nabawiy) sebagaimana ular kembali ke
lubangnya". [Sahih Muslim]
- Mengetahui bahwa awal munculnya
kemusyrikan di muka bumi ini adalah karena sikap berlebih-lebihan terhadap
orang-orang shaleh.
- Mengetahui apa yang pertama kali
diperbuat oleh orang-orang sehingga ajaran para Nabi menjadi berubah (dari
tauhid menjadi syirik), dan apa faktor penyebabnya, padahal mereka
mengetahui bahwa para Nabi itu adalah utusan Allah.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ
قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا
فَاعْبُدُونِ (25) وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا سُبْحَانَهُ بَلْ
عِبَادٌ مُكْرَمُونَ} [الأنبياء: 25، 26]
Dan kami tidak mengutus seorang rasulpun
sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada
Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku".
Dan mereka berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil
(mempunyai) anak", Maha Suci Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat itu),
adalah hamba-hamba yang dimuliakan. [Al-Anbiyaa':25-26]
{وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ
رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى
اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ
فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ} [النحل:
36]
Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka
di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula
di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah
kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang
mendustakan (rasul-rasul). [An-Nahl: 36]
- Mengetahui sebab-sebab
diterimanya bid’ah, padahal syari’at dan fitrah manusia menolaknya.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{فَأَقِمْ
وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا
لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ
النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ} [الروم:
30]
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus
kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yg
lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. [Ar-Ruum: 30]
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«مَا
مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ
وَيُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ كَمَا تُنْتَجُ الْبَهِيمَةُ بَهِيمَةً هَلْ
تُحِسُّونَ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ»
"Tiada seorangpun yang lahir kecuali dalam keadaan
fitrah (naluri ber-tauhid), lalu ibu bapaknya menjadikan dia Yahudi, atau
Nasrani, atau Majusi, seperti hewan melahirkan hewan, apakah ada yang lahir
tanpa telinga dan hidung?"
Abu Hurairah membaca ayat:
{فِطْرَةَ
اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ
الدِّينُ الْقَيِّمُ} [الروم:
30] [صحيح البخاري]
"(Tetaplah atas) fitrah Allah yang
telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah
Allah. (Itulah) agama yang lurus." [Ar-Ruum:30] [Sahih Bukhari]
- Faktor yang menyebabkan
terjadinya hal di atas adalah tercampur-aduknya kebenaran dengan kebatilan.
Adapun yang pertama ialah: Rasa cinta kepada
orang-orang shaleh.
Sedang yang kedua ialah: Tindakan yang
dilakukan oleh orang-orang ‘alim yang ahli dalam masalah agama, dengan maksud
untuk suatu kebaikan, tetapi orang-orang yang hidup sesudah mereka menduga
bahwa apa yang mereka maksudkan bukanlah hal itu.
Allah
subhanahu wata'ala berfirman:
{وَلَا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا
الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ} [البقرة: 42]
Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang
bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui. [Al-Baqarah:42]
{يَا
أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تَلْبِسُونَ الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُونَ الْحَقَّ
وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ} [آل عمران:
71]
Hai ahli kitab, mengapa kamu mencampur adukkan yang
haq dengan yang bathil, dan menyembunyikan kebenaran, padahal kamu
mengetahuinya? [Ali ‘Imran:71]
- Penjelasan tentang ayat yang
terdapat dalam surah Nuh.
Ayat ini
menunjukkan bahwa sikap yang berlebih-lebihan dan melampaui batas terhadap
orang-orang shalih adalah menyebabkan terjadinya syirik dan tuntunan agama para
Nabi ditinggalkan.
- Mengetahui watak manusia bahwa
kebenaran yang ada pada dirinya bisa berkurang, dan kebatilan malah bisa
bertambah.
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu
'anhuma;
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّ الْإِيمَانَ
لَيَخْلَقُ فِي جَوْفِ أَحَدِكُمْ كَمَا يَخْلَقُ الثَّوْبُ، فَيَتْلُو، فَاتْلُوا
الْقُرْآنَ يُجَدِّدُ الْإِيمَانَ فِي قُلُوبِكُمْ» [المعجم
الكبير للطبراني: صحيح]
“Sesungguhnya
keimanan itu menjadi using dalam hati kalian sebagaimana pakaian menjadi using,
maka bacalah Al-Qur’an untuk memperbarui keimanan dalam hati kalian”. [Al-Mu’jam
Al-Kabiir karya Ath-Thabaraniy: Shahih]
- Bab ini mengandung suatu bukti
tentang kebenaran pernyataan ulama salaf bahwa bid’ah adalah penyebab
kekafiran.
Jabir
bin 'Abdullah radhiyallahu
'anhuma berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:
«شَرُّ الْأُمُورِ
مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلُّ
ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ» [سنن النسائي: صحيح]
“Sejelek
jelek perkara adalah hal-hal yang baru, setiap hal yang baru adalah bid'ah dan
setiap bid'ah adalah sesat, dan setiap kesesatan di dalam neraka'. [Sunan
An-Nasa’iy: Shahih]
- Syetan mengetahui dampak yang
diakibatkan oleh bid’ah, walaupun maksud pelakunya baik.
Allah
subhanahu wata'ala berfirman:
{وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ
لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ (168) إِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوءِ وَالْفَحْشَاءِ وَأَنْ
تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ} [البقرة: 168، 169]
Dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; Karena sesungguhnya syaitan
itu adalah musuh yang nyata bagimu. Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh
kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak
kamu ketahui. [Al-Baqarah:
168-169]
Lihat:
Bahaya bid’ah
- Mengetahui kaidah umum, yaitu
bahwa sikap berlebih-lebihan dalam agama itu dilarang, dan mengetahui pula
dampak negatifnya.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{قُلْ
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ غَيْرَ الْحَقِّ وَلَا
تَتَّبِعُوا أَهْوَاءَ قَوْمٍ قَدْ ضَلُّوا مِنْ قَبْلُ وَأَضَلُّوا كَثِيرًا
وَضَلُّوا عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ} [المائدة: 77]
Katakanlah: "Hai ahli kitab,
janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam
agamamu. dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang Telah sesat
dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka Telah menyesatkan kebanyakan
(manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus". [Al-Maidah:77]
Ø Dari Abdurrahman bin Syibl radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"
اقْرَءُوا الْقُرْآنَ، وَلَا تَغْلُوا فِيهِ، وَلَا تَجْفُوا عَنْهُ، وَلَا
تَأْكُلُوا بِهِ، وَلَا تَسْتَكْثِرُوا بِهِ " [مسند أحمد: صحيح]
"Bacalah Al-Qur'an, dan janganlah kalian berlebihan
dalam membacanya, dan jangan kalian meninggalkannya, dan jangan makan (mencari
nafkah) dengannya, dan jangan kalian memperbanyak harta dengannya".
[Musnad Ahmad: Sahih]
Ø Abu Musa Al Asy'ariy -radhiyallahu 'anhu- berkata,
"Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda:
" إِنَّ مِنْ إِجْلَالِ اللَّه؛ ِ
إِكْرَامَ ذِي الشَّيْبَةِ الْمُسْلِمِ، وَحَامِلِ الْقُرْآنِ غَيْرِ الْغَالِي
فِيهِ وَالْجَافِي عَنْهُ، وَإِكْرَامَ ذِي السُّلْطَانِ الْمُقْسِطِ "
"Termasuk dari keagungan Allah adalah dimuliakannya
seorang muslim yang telah beruban (yang sudah lanjut usia), para pembaca Al-Qur'an
yang tidak bersikap belebihan di dalamnya (dalam membacanya memahaminya dengan
mengikuti ayat-ayat mutsyabihat) dan tidak pula bersikap jauh darinya (dari
membacanya, memahami maknanya dan mengamalkannya) dan penguasa yang adil."
[Sunan Abi Daud: Hasan]
- Bahaya dari perbuatan sering
mendatangi kuburan dengan niat untuk suatu amal shalih.
Aisyah dan 'Abdullah bin 'Abbas -radhiyallahu
'anhum- keduanya berkata, "Ketika sakit Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam semakin parah (sebelum wafat), beliau memegang bajunya dan
ditutupkan pada mukanya. Bila telah terasa
sesak, beliau lepaskan dari mukanya. Ketika keadaannya seperti itu
beliau bersabda:
" لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الْيَهُودِ
وَالنَّصَارَى اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ "
'Semoga laknat Allah tertipa kepada orang-orang Yahudi dan
Nashara, mereka menjadikan kuburan para Nabi mereka sebagai masjid.'
Beliau memberi peringatan (wasiat kepada
kaum Muslimin) atas apa yang mereka lakukan." [Shahih Bukhari]
Ø Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«لَا
تَجْعَلُوا قَبْرِي عِيدًا وَلَا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ قُبُورًا، وَصَلُّوا
عَلَيَّ وَسَلِّمُوا حَيْثُمَا كُنْتُمْ فَسَيَبْلُغُنِي سَلَامُكُمْ
وَصَلَاتُكُمْ»
"Jangan kalian menjadikan kuburanku momen hari raya,
dan jangan kalian menjadikan rumahmu sebagai kuburan, dan bershalawat dan
salamlah kalian kepadaku dimanapun kalian berada pasti salam dan shalawatmu
akan sampai kepadaku ". [Fadhlu Ash-Shalaah 'ala An-Nabiy: Sahih]
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu'alaihi
wasallam bersabda:
«لَا
تَتَّخِذُوا قَبْرِي عِيدًا، وَلَا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ قُبُورًا، وَحَيْثُمَا
كُنْتُمْ فَصَلُّوا عَلَيَّ، فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ تَبْلُغُنِي» [مسند أحمد: حسن]
"Jangan kalian menjadikan kuburanku momen hari raya,
dan jangan kalian menjadikan rumahmu sebagai kuburan, dan di manapun kalian
berada bershalawat untukku, karena sesungguhnya shalawatmu sampai kepadaku
". [Musnad Ahmad: Hasan]
- Larangan adanya patung-patung,
dan hikmah di balik perintah menghancurkannya (yaitu: untuk menjaga
kemurnian tauhid dan mengikis kemusyrikan).
'Aisyah radhiallahu'anha berkata: "Aku
melipat tikar yang ada gambarnya sehingga menjadi seperti bantal kecil untuk
Nabi ﷺ. Lalu beliau datang namun hanya berdiri di antara dua pintu
dengan wajah yang berubah (marah). Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, apa
salah kami?".
Beliau
ﷺ bertanya: "Mengapa tikar ini ada di sini?".
Aku
berkata, "Aku membuatnya untuk tuan agar tuan dapat berbaring".
Beliau
ﷺ bersabda:
" أَمَا عَلِمْتِ
أَنَّ المَلاَئِكَةَ لاَ تَدْخُلُ بَيْتًا فِيهِ صُورَةٌ، وَأَنَّ مَنْ صَنَعَ
الصُّورَةَ يُعَذَّبُ يَوْمَ القِيَامَةِ يَقُولُ: أَحْيُوا مَا خَلَقْتُمْ "
[صحيح البخاري ومسلم]
"Tidak
tahukah kamu bahwa malaikat tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya ada
gambar, dan orang yang membuat gambar akan disiksa pada hari kiamat, dan akan
dikatakan kepada mereka, "Hidupkanlah apa yang telah kalian
ciptakan". [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Muslim -rahimahullah- berkata; Kami bersama Masruq berada
di rumah Yasar bin Numair, lantas dia melihat patung (gambar) di dalam rumahnya,
lantas Masruq berkata: "Saya pernah mendengar Abdullah berkata; Saya
mendengar Nabi ﷺ bersabda:
«إِنَّ أَشَدَّ النَّاسِ
عَذَابًا عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ القِيَامَةِ المُصَوِّرُونَ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Sesungguhnya orang yang paling keras
siksaannya di sisi Allah pada hari kiamat adalah orang-orang yang suka
menggambar." [Shahih Bukhari dan Muslim]
- Besarnya kedudukan kisah kaum
nabi Nuh ini, dan manusia sangat memerlukan akan hal ini, walaupun banyak
di antara mereka yang telah melupakannya.
- Satu hal yang sangat
mengherankan, bahwa mereka (para ahli bid’ah) telah membaca dan memahami
kisah ini, baik lewat kitab-kitab tafsir maupun hadits, tapi Allah menutup
hati mereka, sehingga mereka mempunyai keyakinan bahwa apa yang dilakukan
oleh kaum Nabi Nuh adalah amal ibadah yang paling utama, dan merekapun
beranggapan bahwa yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya hanyalah
kekafiran yang menghalalkan darah dan harta.
- Dinyatakan bahwa mereka
berlebih-lebihan terhadap orang-orang shaleh itu tiada lain karena
mengharapkan syafaat mereka.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{وَيَعْبُدُونَ
مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ
هَؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللَّهَ بِمَا لَا
يَعْلَمُ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا
يُشْرِكُونَ} [يونس:
18]
"Dan mereka menyembah selain
daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan
tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: "Mereka itu adalah pemberi
syafa'at (perantara) kepada kami di sisi Allah". Katakanlah: "Apakah
kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan
tidak (pula) dibumi?" Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dan apa yang mereka
mempersekutukan (itu)". [Yunus:18]
Lihat
bab 17; Syafa’at
- Mereka menduga bahwa orang-orang
berilmu yang membuat patung itu bermaksud demikian.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{وَمَا
يَتَّبِعُ الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ شُرَكَاءَ إِنْ يَتَّبِعُونَ
إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ} [يونس: 66]
"Dan orang-orang yang menyeru sekutu-sekutu selain
Allah, tidaklah mengikuti (suatu keyakinan). mereka tidak mengikuti kecuali
prasangka belaka, dan mereka hanyalah menduga-duga. [Yunus:66]
- Pernyataan yang sangat penting
yang termuat dalam sabda Nabi: “Janganlah kalian memujiku dengan berlebih-lebihan,
sebagaimana orang-orang Nasrani berlebih-lebihan dalam memuji Isa bin
Maryam”. Semoga shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan Allah kepada
beliau yang telah menyampaikan risalah dengan sebenar-benarnya.
- Ketulusan hati beliau kepada
kita dengan memberikan nasehat bahwa orang-orang yang berlebih-lebihan itu
akan binasa.
- Pernyataan bahwa patung-patung
itu tidak disembah kecuali setelah ilmu [agama] dilupakan, dengan demikian
dapat diketahui nilai keberadaan ilmu ini dan bahayanya jika hilang.
- Penyebab hilangnya ilmu agama
adalah meninggalnya para ulama.
Dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu
'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّ
اللَّهَ لاَ يَقْبِضُ العِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ العِبَادِ، وَلَكِنْ
يَقْبِضُ العِلْمَ بِقَبْضِ العُلَمَاءِ، حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا
اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا، فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ،
فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا» [صحيح
البخاري ومسلم]
"Sesungguhnya Allah tidak mengangkat ilmu dengan sekali
cabut dari seorang hamba, akan tetapi Allah mengangkat ilmu dengan mewafatkan
para ulama. Sampai waktunya tidak ada lagi ulama, orang-orang akan mengambil
pemimpin yang bodoh. Lalu mereka ditanyai dan mereka memberi fatwa tampa dasar
ilmu, maka mereka menjadi sesat dan menyesatkan". [Sahih Bukhari dan
Muslim]
Wallahu a’lam!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...